Вы находитесь на странице: 1из 19

MENOPAUSE

Pendahuluan1,2
Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami
proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia
dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses
penuaan pada wanita berlangsung lebih dramatis, terutama karena adanya proses
reproduksi dalam kehidupannya.1,2
Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung telur berfungsi menghasilkan
telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron, maka pada usia
sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun. Berkurangnya fungsi indung telur
tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, indung
telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat
berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi (pengeluaran
telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haid pun
menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti.1,2
Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang berasal
dari kata climacter yang berarti tahun-tahun peralihan. Klimakterium atau usia mapan,
berlangsung dari saat premenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa dimana
ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. Pada
usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).1,2
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita.
Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti. Ovarium tidak
lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang dan
terjadi sejumlah perubahan fisiologik. Sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi
ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang
mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut di atas. Gejala dan keluhan
tersebut biasanya berangsur-angsur menghilang. Walaupun tidak menyebabkan
kematian, namun menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang-kadang menyebabkan
gangguan dalam pekerjaan sehari-hari.1

Perubahan lain yang terjadi pada wanita menopause adalah perubahan yang
terjadi pada sistem skeletal (tulang) dan kardiovaskular berupa osteoporesis dan
penyakit jantung dan pembuluh darah.1
Definisi1,2,3
Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti bulan dan
penghentian sementara. Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhenti
haidpermanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause terjadi ses
udah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab patologi atau
fisiologi lain yang nyata1
Premenopause adalah masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus haid yang
tidak teratur. Perimenopause (klimakterium) adalah masa perubahan antara
premenopause dan menopause ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan
disertai pula dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan
setelah menopause. Menopause : Haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi
hormon ovarium. Pasca menopause adalah amenorea 12 bulan (12 bulan setelah
menopause) ditandai dengan kadar LH dan FSH yang tinggi serta kadar estrogen dan
progesteron yang rendah.2,3
Menopause Iatrogenik : Pengangkatan kedua ovarium atau kerusakan ovarium
akibat radiasi atau penggunaan obat sitostatik atau penyebab lain. Menopause Prekok :
Menopause sebelum usia 40 tahun. Sindrom Klimakterik : Keluhan-keluhan spesifik
yang timbul akibat kekurangan estrogen yang dapat dimulai pada masa perimenopause
dan berlanjut sampai beberapa tahun paska menopause.4
Fisiologi1-7
Dengan adanya perimenopause dan mengerti gejala-gejala yang menyertai
periode ini, kualitas hidup wanita perimenopause dapat diperbaiki dengan baik.
Meskipun perimenopause mempunyai pengaruh medis, perimenopause sendiri belum
dapat dikenali secara keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya mengetahui tentang
menopause saja. Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala pada usia 40 tahunan
dengan haid yang masih teratur, mereka sering salah menginterpretasikan gejala-gejala
tersebut. 1,4

Perubahan pada kondisi ini dimulai dengan meningkatnya populasi wanita usia
40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di AS berumur antara 40-54 tahun dan dengan
perubahan waktu jumlah ini akan mencapai 19 juta orang. Diagnosa dan tersedianya
penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala perimenopause tidak hanya memperbaiki
kualitas hidup pasien selama beberapa tahun sebelum haidnya berhenti, tapi juga
mereka akan kelihatan menjadi lebih aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon
selama masa menopause. 5
Tidak seperti menopause yang secara tepat didefinisikan sebagai 12 bulan
sesudah haid berakhir, waktu untuk perimenopause masih belum jelas. Sama halnya
dengan terjadinya peningkatan absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari estradiol
didefinisikan sebagai menopause, sedangkan perimenopause ditandai dengan fluktuasi
dari hormon yang didefinisikan sebagai irregularly irregular. 1,5
Menurut WHO: definisi perimenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause
dan 1 tahun setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang
dikatakan Dr. Bachman dkk pada suatu seminar perimenopause, yaitu suatu fase
sebelum menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi
transisi dari siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk siklus yang tidak teratur dan
periode amenore yang berhubungan dengan perubahan hormonal. 1,5
Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang wanita
yang mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama. Tidak banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya perimenopause,
tetapi baik McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya 4 tahun dengan durasi
berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10 tahun.1,5
Perubahan dari masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan
dipengaruhi oleh umur dan perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas
dalam suatu penelitian oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium.
Tervilla menunjukkan bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan dalam awal
perkembangannya, kemudian menurun secara tajam sesudah umur 35 tahun.
Penurunan masa ovarium ini menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun.1,5
Pengurangan folikel primer dari ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari
kehidupan fetus sampai periode menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium
wanita perimenopause menunjukkan sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang

pada folikel skunder atau folikel Graff maupun korpus luteum. Penelitian siklus haid
selama perimenopause menunjukkan bahwa interval intermenstruasi kurang berarti
sebelum onset dari siklus haid dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari
perimenopause. Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam interval intermenstruasi
seorang wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan penyebab dari proses ini.
Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat pada wanita perimenopause.
Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya folikel ovarium atau
sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.1,6,7
Pengukuran FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini dan
nilai kliniknya yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik. Kadar LH
yang bervariasi dan kurang bernilai dalam mendiagnosis perimenopause. Kadar FSH
dapat berguna dalam menilai fertilitias wanita perimenopause yang ingin hamil. Kadar
FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari
ovarium dan cadangan folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih
mungkin terjadi; jika kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi
kehamilan dan kadar FSH 30 mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause
dan tidak mungkin terjadi hamil.1,6,7
Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia
reproduktif ke masa paska reproduktif dalam kehidupan seorang wanita. Menurut
WHO definisi natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen sesudah
12 bulan amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi lain. Berhentinya haid
sebagai akibat dari berkurangnya cadangan folikel ovarium dan menurunnya fungsi
dari ovarium itu sendiri yang mengakibatkan produksi estrogen dan stimulasi lapisan
endometrium berkurang. Dari analisis data secara longitudinal menyatakan bahwa
kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita yang telah mengalami amenorea
selama 12 bulan kurang dari 2%.1,6,7
Selama perimenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur karena fluktuasi
hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium. Sebagai contoh, pada
wanita yang mengalami perimenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun
sehingga kadar FSH meningkat tanpa perubahan berarti pada kadar inhibin A atau
estradiol. Kadar FSH dapat naik selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar
premenopause pada siklus berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi estradiol juga

dapat menurun atau kadang meningkat selama perimenopause. Bervariasinya nilai


hormonal ini menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari satu uji laboratorium.

Gejala-Gejala Perimenopause
Bentuk dari gejala-gejala merupakan dasar diagnosis perimenopause. Gejalagejala yang ada sangat bervariasi diantara wanita-wanita. Oleh karena itu diperlukan
pendekatan secara individual dalam penilaian dan pengobatan.1,7
Gejala-gejala wanita perimenopause.
A. Perubahan pola haid
- Haid tak teratur
- Perubahan bentuk perdarahan
- Mula-mula darah banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi sedikit
- Spotting
- Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual
B. Ketidakstabilan vasomotor
- Hot flushes
- Keringat malam
- Gangguan tidur
C. Gangguan psikologis/kognitive
- Depresi
- Irritabilitas
- Perubahan mood
- Kurang konsentrasi, pelupa.
D. Gangguan seksual
- Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan meningkat
dengan bertambahnya umur.
- Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido,
dispareuni dan vaginismus.
E. Gejala-gejala somatik
- Sakit kepala
- Pembesaran mammae dan nyeri

- Palpitasi
- Pusing
A. Perubahan pola haid
Perubahan pola haid Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause
adalah perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan
mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari
sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35
hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama
disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap
28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause
kejadian oligomenore meningkat.7,8,9
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal
atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak
teratur.
Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh
siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan
mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus
haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif
wanita tersebut selalu berdarah.8,9,10
Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama
perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid
bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan
diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya
karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila
ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan.10,11,12

Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid. Keadaan
ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan
sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan
abnormal,

dan

meningkat

menjadi

69%

pada

wanita

perimenopause

dan

postmenopause.
Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa lebih kurang
90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12%
dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak. Insiden kelainan
organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat perimenopause. Oleh karena siklus
haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi
endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi.10
B. Ketidakstabilan vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala kedua pada wanita perimenopause.
Lebih kurang 85% dari wanita perimenopause mengalami hot flushes, keringat malam
dan gangguan tidur yang merupakan gejala dari ketidakstabilan vasomotor. Intensitas,
lamanya serta frekuensi dari gejala tersebut sangat bervariasi. Kadang kala seorang
wanita mengalami 40 kali hot flushes setiap hari dan badan basah kuyub oleh keringat
malam, beberapa yang lain mengalami 1-2 kali perhari dan merasa sangat susah dan
terganggu.6,7
Hot flushes selama perimenopause, temperatur jari-jari mengalami peningkatan
0
kira-kira 3,1 0,3 C dan peningkatan ini menetap untuk selama lebih kurang 44
menit. Mekanisme terjadinya hot flushes ini belum diketahui secara lengkap.
Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi, imunoreaktif neurotensin,
katekolamin dan LH semuanya ditemukan selama hot flushes, penurunan estradiol
merupakan faktor yang lebih dipercaya.1,6,7
Hot flushes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan
kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan dada. Chill, clammines dan
ansietas juga sering menyertai hot flushes. Lamanya hot flushes umumnya 1-5 menit
dan hanya 6% yang mengalami >6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh wanita
di Amerika Utara, Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara periodik

selama 1-5 tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25% wanita China yang
mengalami hot flushes.6,7
C. Gangguan tidur7,13,15
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada masa
perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi kronik atau
sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur diantaranya :
- Susah untuk jatuh tidur
- Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur
- Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius, mengakibatkan
kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
Harus dapat dibedakan apakah gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes
malam hari, berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti: 6,7,13
- Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur yang terlambat.
- Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak teratur,
sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam.
- Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain yang dapat
mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional.
- Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur.
- Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah memanjangnya
keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benar-benar jatuh tertidur).
Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
D. Gangguan seksual (Obstet Gynecol)
Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun, frekuensi
gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini cenderung meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya lubrikasi vagina,
menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini harus dijelaskan karena
banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh hormonal. Mereka harus

diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian


normal pada masa transisi perimenopause.
1. Kekeringan vagina (vaginal dryness) 7,13,15
Vaginal dryness kadang-kadang dialami akibat berkurangnya produksi estrogen selama
perimenopause. Keadaan ini dapat menyebabkan atropi urogenital dan perubahan
dalam kuantitas dan komposisi sekresi vagina. Perkiraan prevalensi vaginal dryness
diantara wanita perimenopause lanjut antara 18-21%.
2. Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun sebagian besar
wanita tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest selama menopause,
sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual interest-nya meningkat.
Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan seksual tersebut mengatakan
menopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi
yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flushes,
inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
E. Sindroma urogenital7,13,15
Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital dan
duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai reseptor estrogen,
sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami gangguan begitu kadar estrogen
serum mulai berkurang. Gangguangangguan tersebut dapat berupa berkurangnya
aliran darah, turgor dan jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat
menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan
subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya juga mengalami atropi. Pada uretra tampak otot yang menonjol
keluar seperti prolaps yang kadang-kadang disalahartikan sebagai prolaps uretra.
Stenosis uretra sering juga ditemukan. Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung
kemih dapat menimbulkan keluhan Reizblase (iritabel vesika) atau sindroma uretra
berupa polakisuria, disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih.

Di negara-negara barat pengaruh inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan


antara 26-55%. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan
trigonum menjadi atropi sehingga kontrol berkemih menjadi lemah.
F. Gangguan Psikologi/kognitif13,14
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahan mood,
kurangnya konsentrasi dan pelupa juga ditemukan pada banyak wanita perimenopause.
Banyak wanita menggambarkan gangguan ini sebagai perimenopause berat. Seperti
diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk
wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat,
dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh
neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang
kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan
kesadaran.
Selama perimenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat
mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat
dan mood. Penting sekali untuk membedakan perubahan mood karena pengaruh
hormon dengan kelainan depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat depresi, terapi sulih
hormon harus dipertimbangkan.
G. Gejala-gejala somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama perimenopause antara lain;
sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesar dan nyeri. Dari semua
keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut umum terjadi
dan bersifat fisiologis. 6,7,15
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus
dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi farmakologi dan
nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada
pengobatan bagi wanita pada masa perimenopause, sebab mereka masih menghasilkan
estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah hal

yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi, jika
dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda.

H. Fertilitas7,13,15
Gambaran hormonal pada wanita perimenopause bervariasi dengan luasnya
secara individual dan waktu. Pilihan terapi hormonal pada perimenopause tergantung
pada keadaan hormonal pasien. Banyak penelitian mengatakan perlunya terapi
kombinasi dengan estrogen dan progestogen pada perimenopause.
Wanita pada masa ini akan mengalami periode iregular dan interval amenorea,
tetapi ovarium mereka tetap menghasilkan estrogen. Sensitivitas hipotalamus menurun
terhadap umpan balik negatif estrogen ovarium karena penurunan yang progresif
sejumlah folikel dan menurunnya sekresi inhibin yang merupakan kontrol selektif
untuk FSH.6,7,15
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga seorang wanita
mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan berikutnya dengan
siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Lima puluh persen wanita berumur 40-an masih berpotensi untuk subur dan kehamilan
pada kelompok umur ini disertai dengan mortalitas ibu yang meningkat, abortus
spontan, kelainan fetus dan mortalitas perinatal. Risiko kehamilan kira-kira 10% pada
umur 40-44 tahun, 2-3% untuk umur 45-49 tahun dan risiko tidak menjadi nol untuk
wanita lebih dari 50 tahun.
I. Osteoporosis (Panduan menopause)
Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya masa tulang.
Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang mudah
patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang usia 50 tahun/lebih yang ditandai
dengan berkurangnya densitas tulang.15,16
Pada wanita proses penyusutan tulang lebih besar dibandingkan pria, karena
tulang wanita sangat dipengaruhi oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar 3%
pertahun dan akan berlangsung terus hingga 5-10 tahun pasca menopause. Sepanjang
hidup seorang wanita, total jarinngan tulang yang menyusut sekitar 40-50%,
sedangkan pada laki-laki hanya 20-30%.15,16

Selain digunakan sebagai pengobatan, estrogen juga dapat digunakan sebagai


pencegahan osteoporosis. Bagaimanapun pencegahan adalah lebih baik daripada
pengobatan, karena biaya pengobatan untuk osteoporosis cukup besar. Di Amerika
Serikat biaya perawatan patah tulang akibat osteoporosis pertahun mencapai 20-30
triliyun rupiah. 15,16
Untuk dapat mencegah terjadinya osteoporosis, maka estrogen diberikan begitu
seorang wanita memasuki usia menopause dan terus berlanjut sampai 5-10 tahun pasca
menopause.
J. Kelainan kardiovaskular
Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada
wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker payudara
dan kanker endometrium. Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat berumur
45 tahun atau lebih, pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu
dari sembilan wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit
kardiovaskular dan setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kirakira 40% penyakit koroner pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua kematian
mendadak yang terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner.
Mereka kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat
berkembangnya menopause, dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena
perubahan gaya hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang
terjadi pada menopause.16,17
Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk terjadinya
penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL risiko akan
menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko penting untuk
penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit jantung jika kadar
trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah.
Banyak bukti yang mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari terapi
pengganti estrogen adalah pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause yang
mempunyai kadar HDL kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko 6 kali lipat
untuk terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita dengan kadar
HDL kolesterol lebih dari 67 mg/dL.

Evaluasi Perimenopause
Penilaian dapat dibagi dalam 5 kategori dasar : 6,7,13
A. Penilaian sendiri.
Harus ditanyakan kapan seorang wanita pertama kali merasakan adanya gejala-gejala
menopause. Hal ini harus berdasarkan persepsi mereka dengan adanya kekhawatiran
akibat perubahan pada tubuh mereka. Dalam suatu penelitian cross-sectional,
Garamszegi dkk melaporkan bahwa menopause lebih berhubungan dengan gejalagejala dibandingkan dengan perubahan siklus haid.
B. Gejala-gejala
Gejala klimakterik terutama merupakan keluhan vasomotor seperti hot flushes dan
keringat malam. Gejala lain adalah akibat berfluktuasinya kadar hormon estrogen dan
progesteron seperti vaginal dryness, keinginan seksual yang berubah, inkontinensia
urine, depresi, ketegangan syaraf dan iritabilitas serta gangguan tidur.
C. Riwayat medis dan riwayat keluarga6,7,16,17
1. Usia menopause orang tua.
Faktor genetik tampaknya menjadi faktor predisposisi bagi wanita untuk mengalami
menopause lebih cepat. Torgerson dkk melaporkan terjadinya premature menopause
dan early menopause karena usia menopause ibu yang lebih muda dibandingkan usia
menopause ibu yang normal. Penelitian case-control oleh Cramer dkk di Boston
menemukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga (seperti ibu, kakak, bibi, nenek)
yang mengalami menopause sebelum usia 46 tahun berisiko tinggi untuk terjadi
menopause yang lebih cepat (early menopause).
2. Merokok.
Telah dibuktikan bahwa merokok menyebabkan menopause terjadi 1-2 tahun lebih
cepat dibandingkan tidak merokok. Beberapa penelitian mendukung bahwa assertion
dan quitting merokok secara signifikan memperlambat menopause. Bukti lain
mengatakan bahwa usia rata-rata menopause secara statistik tidak berbeda antara yang
tidak pernah merokok dengan eks-perokok. Sebagian besar penelitian terhadap rokok
dan menopause mengatakan adanya hubungan dosis-respon antara jumlah rokok yang
dihisap dan usia menopause.
3. Status histerektomi

Sering diasumsikan bahwa wanita yang menjalani histerektomi dengan conservation


pada ovarium tidak akan mengalami gejala menopause lebih cepat atau lebih berat
akibat histerektomi tersebut. Nonetheless, bukti-bukti menunjukkan bahwa wanita
dengan conservation ovarium pada histerektomi mengeluh adanya gangguan
vasomotor yang lebih banyak, vaginal dryness dan keluhan-keluhan lain dibandingkan
dengan wanita yang tidak menjalani histerektomi. Pada negara-negara maju,
histerektomi merupakan operasi yang sering dilakukan pada wanita dewasa; sepertiga
wanita Amerika menjalani histerektomi pada usia 65 tahun.
D. Tanda-tanda Fisik. 6,7
1. Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks
pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel pada
batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat. Dibuat
slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari
sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks maturasi
berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis tidak dapat
membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.
2. pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana tidak
ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol serum.
Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral vagina.
Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi vagina yang
menyertai atropi.
3. Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan kolagen
dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah. Selama
klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi tipis dan
atropi.
E. Uji laboratorium
1. Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi
wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah

terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang
responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit),
kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium
menghasilkan estrogen lebih banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti
meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana
kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya
ovulasi.
2. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar
estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH,
kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama perimenopause.6,7,13
3. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan
balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya
inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar
inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami
perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin
biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena
hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel berkurang karena
umur.

Diagnosa
Usia penderita 40-65 tahun
Tidak haid lebih dari 6 bulan
Keluhan klimakterik (+)
FSH >20 IU/mL
Estradiol <50pg/mL
Sitologi vagina
Densitometer

USG transdermal
Pengobatan
Periode menopause telah dikenal sebagai masa dimana terdapat perubahan
fisiologis yang dramatis. Pada periode ini faktor-faktor risiko penting dapat
berkembang dengan percepatan penyakit seperti osteoporesis. Gejala-gejala pada
menopause seperti perdarahan uterus harus didiagnosa dan ditangani secara tepat.
Terdapat perbaikan kualitas hidup secara berarti dengan pengobatan terhadap gejalagejala perimenopause.18
Perbaikan pengobatan tersebut meliputi hot flushes, gangguan tidur, kelelahan
dan moodiness. Gejala dapat diobati sebelum haid berhenti; menunggu sampai haid
berhenti baru kemudian diobati tidak mempunyai dasar fisiologi. Jika penderita masih
dalam siklus, estrogen dosis rendah dengan progesteron dapat digunakan secara
sinkron. Sebagai alternatif, kontrasepsi oral dosis rendah dapat digunakan dan kadangkadang estrogen dosis rendah tanpa progesteron dapat mengobati hot flushes dengan
efektif pada wanita yang tampak masih berovulasi.
Wanita dengan haid yang tak teratur harus dievaluasi adanya hiperplasia
endometrium; ketidakteraturan sering disebabkan oleh siklus anovulasi dan dapat
diobati dengan progesteron untuk mnecegah perdarahan yang memanjang. Kontrasepsi
oral juga dapat mengobati masalah ini dengan efektif, meskipun kandungan hormon
pada pil ini lebih besar dari dosis hormon pengganti. Morbiditas utama selama
perdarahan pada masa perimenopause karena anovulasi atau adanya fibroid atau polip.
Meskipun anovulasi akan berespon terhadap pengobatan, lesi pada uterus seperti
fibroid atau polip akan menjadi parah dengan terapi hormonal.18
Masalah lain yang dapat diobati dengan efektif pada periode perimenopause
adalah sakit kepala migren. Gejala ini sering dicetuskan oleh menurunnya dan
berfluktuasinya kadar estrogen terutama pada perimenopause. Penggunaan estrogen
dosis rendah yang ditempel dapat membantu mencegah fluktuasi hormon pada periode
ini.18
Onset penyakit kronis seperti osteoporesis dimulai pada masa menopause.
Terdapat kehilangan substansi tulang sebelum menopause, disarankaan agar pasien
yang berisiko harus diobati selama perimenopause. Sebagai tambahan, periode transisi
yang panjang menjadi faktor risiko untuk terjadinya osteoporesis. Intervensi menjadi

bentuk pengobatan untuk menjaga agar kadar estrogen normal, seperti digariskan di
atas. 18,19
Wanita perimenopause juga kehilangan pengaruh kardioprotektif penting karena
menurunnya kadar estrogen. Terdapat pengaruh vasodilatasi pada arteri koronaria
begitu juga pengaruh terhadap lipid. Terapi sulih hormon merupakan suatu intervensi
untuk pasien yang menderita angina dan palpitasi jantung.18,19,20
Beberapa hormon pengganti sebagai terapi:
Estrogen :

estrogen alamiah: estradiol 17-beta, estrone, estriol

Estrogen konjugasi: estro sulfat, equilin, equilinin

Estrogen sintesis: etinil estradiol, mestranol, dietilstilbestrol,


dienestrol.

Progesteron :

Progesteron alamiah: 17-alfa hidroksi, progesteron valerat, kaproat.

Progesteron sintesis: MPA


Estrogen

Estrogen oral: konjugasi

Dosis
0,3 0,625 mg

Estrogen Sistemik:
Estradiol velerat inj.

20mg-40mg/ml

Estrogen vagina
Estradiol micronize

0,625mg/gr (salf)

Perimenopause telah dikenal lebih jauh sebagai bagian terpisah dalam proses
menopause. Kenyataannya, perimenopause mungkin lebih penting dalam hal gejalagejalanya daripada periode postmenopause awal atau postmenopause lanjut. Kejadian
fisiologis ini memberikan kesempatan pada klinikus untuk melakukan pemeriksaan
dalam program kesehatan pencegahan yang akan memelihara atau memperbaiki
kualitas hidup mereka.18,19,20

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham., Gary et-al. Williams Obstetrics. 23rd Edition. New York: Mc
Graw Hill, 2010.
2. Sakala EP. Obstetrics and gynecology. Baltimore: Williams and Wilkins,
1997;287-92
3. Affandi B. Masalah kesehatan pada menopause. Panduan menopause. Edisi
pertama. Pokja endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI. Jakarta, Balai
Penerbit FK UI 1997:
4. Klein NA, Soules MR. Endocrine changes of the perimenopause. Clin
Obstet Gynecol 2008;41:912-20
5. Joy, S., Thomas, P. 2011. Menopause. Emedicine (Serial Online), 2011.
Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview,

Accesed on May 5, 2013.


6. Pernoll, M. L. Benson & Pernolls handbook of obstetrics and gynecology.
Tenth edition. New York: Mc Graw Hill, 2001.
7. Nochtigall LE. The symptoms of perimenopause. Clin Obstet Gynecol
1998;41:921-27
8. Lobo RA. The perimenopause. Clin Obstet Gynecol 1998;41:895-97
9. Bastian LA, Smith CM, Nanda K. Is this women perimenopausal? JAMA.
2003;289:895-98
10. Hale GE, Hughes CL, Cline JM. Endometrial cancer : hormonal factors, the
perimenopausal window of risk, and isoflavones. J clin endocrinol metab.
2002;87(1):9-11
11. Symonds EM. Essential obstetrics and gynecology. 2nd ed. New York:
Churcill Livingstone,1992:214-17
12. Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Media
Aesculapius;2003:82-8
13. Dan Stranding S. Premenopause & Menopause, in Grays Anatomy The
Anatomical Basis of Clinical Practice, thirty nine edition, Churchill
Livingstone, New York : 2005, 287-94

14. Hurd WW. Menopause. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novaks
gynecology. 12th ed. Baltimore: Williams and Wilkins,1996;
15. Errol Nurwita. 2006. At Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga
16. Sherbahn R. Menopause [online] [cited 2015 August 21]. Available from
URL: http://www.advancedfertility.com/tubal.htm
17. EP Elizabeth, SL Richard, et al. Menopause. [online] February 16th 2012 [cited
2015

August

21].

Available

from

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/274143.
18. Baziad A, Anton H, Rachman IA. Pengobatan dan pencegahan osteoporosis
dengan terapi hormon pengganti pada wanita menopause. Panduan
menopause. Edisi pertama. Pokja endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI.
Jakarta, Balai Penerbit FK UI 1997:
19. Warren MP, Kulak J. Is estrogen replacement indicated in perimenopause
women? Clin Obstet Gynecol 1998;41:976-87
20. Kaunitz AM. Oral contraceptive use in perimenopause. Am J Obstet Gynecol

2001; 185: S32-7

Вам также может понравиться