Вы находитесь на странице: 1из 46

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1

Umum
Perencanaan suatu proyek meliputi semua kegiatan fisik di lapangan mulai

dari persiapan, pekerjaan struktur, finishing, sampai pada bangunan itu siap
beroperasi. Pelaksanaan proyek harus mendapat pengawasan yang cukup ketat, baik
kesesuaian antara perencanaan dan realisasi proyek serta perubahan perubahan yang
mungkin terjadi di lapangan, karena pelaksanaan proyek akan menentukan hasil akhir
dari suatu proyek. Faktor lain yang juga menentukan hasil akhir yang baik adalah
perencanaan yang baik, gambar gambar desain yang jelas sehingga akan
memudahkan pelaksanaan dilapangan.
Keberhasilan suatu proyek dinilai dari beberapa hal, meliputi biaya, mutu dan
waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah sesuai dengan mutu yang
ditentukan, dengan biaya yang lebih murah dan selesai tepat waktunya. Hal ini sangat
ditentukan oleh pengawasan yang benar, ketersediaan material, tenaga kerja, metode
pengerjaan, dan alat alat yang digunakan.
3.2

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan struktur proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi

meliputi :

Pekerjaan Tanah.

Pekerjaan Beton Bertulang.

Pekerjaan Atap.

Pekerjaan Pasangan.

Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventelasi, Railling dan Balustrade.

Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding.

Pekerjaan Langit Langit dan Dinding Partisi.

57

3.3

Pekerjaan Pengecatan.

Pekerjaan Sanitai.

Pekerjaan Elektrikal.

Pekerjaan Elektronik.

Pekerjaan Mekanikal dan Tata Udara.

Pekerjaan Landsape.
Waktu Pelaksanaan Proyek
Dalam kontrak, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan proyek SMP Negeri 5

Mengwi oleh pihak PT Undagi Jaya Mandiri adalah 240 hari kalender, terhitung
mulai tanggal sejak 19 April 2013 sampai 14 Desember 2013
3.4

Persiapan Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, pendataan atau persiapan perlu

dilakukan sebagai langkah pengecekan hal-hal yang perlu untuk pelaksanaan proyek
dan yang sudah ditetapkan di rencana kerja sehingga tidak mengalami banyak
hambatan. Pendataan merupakan penunjang didalam pelaksanaan proyek, sebab tanpa
pendataan yang jelas akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
proyek. Adapun beberapa hal yang perlu didata dan dipersiapkan antara lain :
1. Persiapan material serta penyimpanannya
2. Pendataan dan persiapan tenaga kerja
3. Pendataan dan persiapan peralatan
4. Persiapan kantor kerja
5. Pengukuran dan pasang bouwplank
6. Persiapan air kerja
7. Listrik kerja
8. Kemananan proyek
9. Jamsostek
10. Pagar keliling dan akses road

58

3.4.1

Persiapan Material Serta Penyimpannya


Material yang digunakan pada proyek ini telah ditentukan dalam

bestek, baik perbandingan maupun jenisnya dan tidak boleh diganti tanpa
persetujuan owner. Apabila terpaksa harus diganti, maka material pengganti
tersebut harus mempunyai mutu yang setara dengan mutu material yang
diganti. Dalam pengadaan material proyek, hal hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Pendataan jenis material
Material yang digunakan dalam pelaksanaan telah ditetapkan dalam gambar
kerja dan RKS sehingga kontraktor tidak dapat menggantinya dengan material lain
tanpa persetujuan konsultan pengawas. Pengadaan material harus direncanakan
dengan baik berdasarkan rencana waktu pelaksanaan untuk masing masing
pekerjaan yang memerlukan material tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
2. Pendataan jumlah material
Jumlah material yang diperlukan pada proyek pembangunan USB
SMPN 5 Mengwi tergantung dari volume masing masing pekerjaan yang
sudah tertera dalam RAB. Pada proyek ini sebagian besar bangunan terbuat
dari beton bertulang, maka bahan yang paling banyak dibutuhkan adalah besi
tulangan dan beton ready mix.
3. Waktu pengadaan material
Sebelum melaksanakan kegiatan lapangan, bahan bahan atau material yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut harus tersedia dan mencukupi. Untuk itu perlu
diadakan penjadwalan kebutuhan material yang berupa rencana pengadaan material
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan, sesuai dengan time schedule.

59

4. Penempatan material
Penempatan material di lokasi proyek juga perlu diperhatikan sehingga tidak
mengurangi mutu bahan tersebut.
3.4.2

Persiapan Tenaga Kerja


Pada proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi pengalokasian

tukang dilakukan oleh kepala tukang atas persetujuan site manager. Jumlah
pekerja harian tidak sama setiap harinya, karena ditentukan oleh volume
pekerjaan setiap hari dan jenis kegiatan yang berbeda beda. Pendataan dan
persiapan tenaga kerja berhubungan dengan hal hal sebagai berikut :
1. Status Tenaga Kerja
Status tenaga kerja dapat dibedakan atas :
a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja dari kontraktor yang
langsung menangani pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan
pekerjaan yang dibayar secara tetap oleh kontraktor, seperti :Project
Manager, Site Manager, Site Engineer, Administrasi, Logistik,
Supervisor, Drafter, dan Quantity Surveyor. Dalam hal ini tenaga kerja
tetap merupakan karyawan tetap dari PT. Undagi Jaya Mandiri.
b. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dibayar dengan
volume dan jenis pekerjaan yang ditetapkan secara borongan. Tenaga
kerja ini terdiri dari kelompok kelompok pekerja yang dikepalai oleh
seorang kepala tukang.
c. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang diupah secara
harian, upah yang diterima pekerja dihitung berdasarkan jumlah hari
kerja.

60

2. Jumlah Tenaga Kerja


Pada proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, jumlah pekerja yang
bekerja setiap hari bergantung pada jumlah dan jenis pekerjaan yang berbeda beda.
3. Sistem Pembayaran Upah Kerja
Pada proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, sistem pembayaran upah
tenaga kerja yang bekerja pada proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Upah untuk tukang dibayarkan setiap 2 minggu oleh pihak PT. Undagi
Jaya Mandiri kepada mandor yang kemudian disaluran kepada, kepala
tukang, tukang dan pekerja lainnya yang berhubungan dengan proyek
tersebut. Besarnya pembayaran bergantung pada besar volume (m 3,
m2) yang telah diselesaikan.
b. Upah tenaga kerja harian dibayarkan oleh masing masing mandor
yang membawahi beberapa orang pekerja.
4. Jam Kerja
Pengaturan jam kerja dimaksudkan untuk menentukan saat mulai kerja,
istirahat, dan saat berhenti. Pengaturan jam kerja pada proyek pembangunan USB
SMPN 5 Mengwi adalah sebagai berikut:
a. Jam kerja pagi

: 08.00 12.00 WITA

b. Jam istirahat

: 12.00 13.00 WITA

c. Jam kerja siang

: 13.00 17.00 WITA

Lembur diadakan bila dipandang perlu, terutama untuk pekerjaan yang tidak
dapat

ditangguhkan

penyelesaiannya

untuk

mengejar

keterlambatan

pekerjaan.

3.4.3

Persiapan Peralatan

61

Pendataan dan persiapan peralatan sangat penting dilakukan, karena


cepat lambatnya suatu pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek ini adalah :

Concrete Mixer
adalah alat yang digunakan untuk mencampur material - material penyusun

beton dalam skala kecil.

Gambar 3.3 concrite Mixer

Truck Mixer
adalah alat yang digunakan untuk mencampur material - material penyusun

beton dalam skala besar.

Gambar 3.3 Truck Mixer

62

Scaffolding
Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting pada lantai di atasnya dan

juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan untuk memudahkan pekerja dalam
mengerjakan pekerjaan yang berada pada elevasi yang lebih tinggi. proyek
pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, scaffolding digunakan untuk menyangga
bekesting balok dan pelat juga sebagai pijakan.

Gambar 3.4 Scaffolding

Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar beton saat

dilakukan pengecoran sehingga tidak ada ruang kosong di dalam beton cor dan sesuai
dengan cetakannya. Dengan penggunaan concrete vibrator diharapkan beton yang
telah dituang dapat termampatkan dengan baik, artinya beton padat dan tidak
berongga sehingga dapat menghindari terjadinya beton kropos. Dalam gambar 3.5
terlihat para tukang sedang melakukan proses pengecoran dimana beton yang telah
dicor dimampatkan dengan Concrete Vibrator agar merata di semua bagian.

63

Gambar 3.5 Concrete Vibrator

Waterpass
Waterpass adalah alat bantu yang digunakan untuk menentukan beda elevasi

antar bangunan.

Gambar 3.6 Waterpass

Bar Cutter
Bar Cutter (Gambar 3.7) adalah alat untuk memotong baja tulangan. Cara

kerja dari alat ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan ke dalam gigi bar cutter
kemudian pedal pengendali dipijak, dan baja tulangan akan terpotong. Pemotongan
untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu.
Sedangkan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter lebih kecil, pemotongan

64

dapat dilakukan dengan beberapa buah baja tulangan sekaligus sesuai dengan
kapasitas dari alat.

Gambar 3.7 Bar cutter

Bar Bender
Bar Bender (Gambar 3.8) adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan

baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan. Baja yang akan dibengkokan dimasukkan diantara poros tekan dan poros
pembengkok dan diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan.
Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut dan pembengkokkan yang diinginkan.

Gambar 3.8 Bar bender

Bekesting

65

Bekesting merupakan pembentuk atau cetakan beton dalam bentuk tertentu.


Kualitas bekesting ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh karena
itu, bekesting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan
sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan yang
timbul ketika adukan beton dituang.
Dalam proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi triplek yang digunakan
untuk bekisting adalah triplek yang telah dilapisi kertas foto pada bagian
dalamnya. Triplek jenis ini dapat digunakan 4 sampai 5 kali. Ketika cetakan
dibuka, beton yang dihasilkan akan bertekstur lebih halus.

Gambar 3.9 Bekisting


3.4.4

Persiapan Kantor Kerja


Pendataan dan persiapan kantor kerja atau lebih dikenal dengan direksi

keet digunakan sebagai tempat bekerjanya karyawan yang terlibat langsung


dengan

pekerjaan

lapangan

dan

administrasi

teknis.

Pada

proyek

pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, direksi keet bertempat di sebelah kanan


pintu masuk utama.

3.4.5

Persiapan Jalan Kerja

66

Untuk memperlancar pelaksanaan suatu proyek, harus diperhatikan


lokasi dan keadaan lingkungan disekitar proyek. Faktor faktor yang perlu
diperhatikan :
1. Jalan kerja
Karena lokasi proyek terletak di tepi jalan maka tidak perlu dibuat
persiapan jalan kerja.
2. Cuaca
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu proyek. Pada
saat pelaksanaan proyek, cuaca tidak menentu, kadang cerah, berawan,
kadang juga hujan. Ketika cuaca cerah dan berawan, pelaksanaan
konstruksi proyek dapat berjalan dengan baik, tetapi ketika hujan,
pelaksanaan proyek menjadi tersendat akibat keadaan lapangan yang
becek.
3. Tumbuh tumbuhan
Pada proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, lokasi proyek
sebelumnya merupakan sebuah lapangan dan terdapat semak belukar
3.5

Pekerjaan Yang Dilaksanakan Sebelum Dimulai Kerja Praktek


Sebelum dimulainya kerja praktek, pembangunan USB SMPN 5 Mengwi

telah mencapai progress 45,9% sehingga ada beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan
yang tidak bisa diamati secara langsung. Adapun beberapa pekerjaan yang telah
dilaksanakan sebelum kerja praktek pada proyek pembangunan USB SMPN 5
Mengwi, antara lain pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran dan bouwplank,
pekerjaan tanah, dan pekerjaan beton bertulang. Untuk mengetahui proses pekerjaan
tersebut maka dilakukan wawancara dengan pengawas lapangan mengenai proses
pekerjaan yang dilakukan.

3.5.1

Pekerjaan Persiapan

67

Pada tahap pekerjaan ini kerja praktek masih belum dimulai sehingga
teknik pelaksanaan pekerjaan tidak dapat diuraikan secara detail. Adapun
tahapan tahapan pekerjaan persiapan yang diuraikan secara umum yaitu:
a. Persiapan area lokasi dan setting out,
b. Pembersihan pada lokasi pekerjaan,
c. Membuat Direksi Keet (bangunan semi permanen) untuk keperluan
karyawan proyek dan konsultan pengawas yang memenuhi syarat
sebagai ruang kerja.
d. Membuat gudang bahan (logistik) untuk material-material bangunan
yang berharga, atau material penting lainnya agar terhindar dari hujan,
panas matahari, dan pencurian.
e. Penyediaan air, listrik, dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
f. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material.
3.5.2

Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank


Bouwplank merupakan patok kayu yang di pasang di sekeliling lahan

proyek. Bouwplank dipergunakan sebagai tempat pemasangan penamaan dan


penomoran as pada bangunan proyek. Alat alat pengukuran berupa meteran,
waterpass, dan theodolit disediakan oleh PT. Undagi Jaya Mandiri untuk
menentukan garis/bidang horizontal dan vertikal yang diinginkan.
3.5.3

Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan tanah yang spesifikasinya tercantum seluruh pekerjaan tanah.
a)

Pekerjaan Tanah sampai ke batas dan ketinggian yang


ditentukan. Seluruh pekerjaan tanah untuk berbagai bagian dari
pekerjaan ini harus dilaksanakan menurut ukuran dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar-gambar atau dalam
ukuran dan ketinggian lain yang mungkin diminta oleh Direksi.
Untuk

tujuan

penulisan

spesifikasi,

istilah

ketinggian

68

permukaan tanah dartikan sebagal ketinggian permukaan tanah


sebelum pekerjaan tanah mulai dilaksanakan.
b)

Batas/ Lingkup Pekerjaan Tanah


Batas atau lingkup pekerjaan tanah haruslah seminimal
mungkin yang menurut pendapat Direksi memang wajar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan tanah.
Ukuran panjang pelaksanaan galian saluran untuk satu
waktu tenentu harus terbatas pada ukuran panjang yang
disetujui oleh Direksi terlebih dahulu. Kecuali ada persetujuan
lain dari Direksi, pekerjaan atas pa.njang galian yang disetujui
harus dlselesaikan terlebih dahulu sampai Direksi merasa puas
sebelum pekerjaan galian selanjutnya dapat dlmulai.

2. Uraian
a)

Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau


pembuangan tanah; batu-batuan atau material lain yang tidak
berguna dari tempat proyek; pembuangan lapisan tanah atas
(top soil); pembuangan akar-akar pohon atau material keras
lainnya; grading site dan pekerjaan tenah lainnya yang
kesemuanya disesuaikan dengan Gambar dan Spesifikasi ini.

b)

Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan Lantai


Basement, Pondasi Struktur, saluran drainage, gorong-gorong,
Ground Tank/Sumpit/Septictank, dan bangunan lain yang
membutuhkan galian tanah.

c)

Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini


berlaku untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan
dengan Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa :
Galian Biasa;
Galian Batu;
Galian Struktur.

69

d)

Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi


sebagai galian batu dan galian struktur dan tidak lebih dalam
dari 1 (satu) meter.

e)

Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan


volume 1(satu) meter kubik atau lebih yang tidak dapat
dilakukan dengan tata-cara dan waktu galian tanah biasa.

f)

Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam


batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar
untuk keperluan Struktur Pondasi Beton. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai galian Biasa dan Galian Batu tidak dapat
dimasukkan dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian pondasi kolom,
dinding beton penahan tanah (retaining wall), sloof beton,
Ground

tank/Sumpit/Septictank,

pondasi

Genset,

lantai

Besement dan struktur pemikul beban lainnya Penggalian


Struktur meliputi : pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai;

semua

keperluan

drainage

atau

Dewatering;

pemompaan; penimbaan; penurapan; penyokong; pembuatan


tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
g)

Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasllitas pelaksanaan dan


kebutuhan-kebutuhan

lainnya

yang

diperlukan

untuk

pelaksanaan pekerjaan tanah.


h)
3.

Pemanfaatan kembali bahan galian ini untuk penimbunan.

STRUKTUR
a)

Penggalian untuk Pekerjaan Struktur Beton.


Jika tidak ditentukan lain, Kontraktor harus menjaga
agar galian selalu kering dan tidak digenangi air selama
pelaksanaan pembangunan berlangsung termasuk untuk waktu
waktu

selanjutnya

yang

memang

diperlukan

untuk

70

menghindarkan agar struktur bangunan tidak terendam air.


Metoda untuk menjaga agar galian tidak digenangi air,
dewatering dan pembuangan airnya.
Kontraktor harus menyediakan peralatan yang selalu
siap sedia dan dalam jumlah yang mencukupi dilapangan untuk
selalu berjaga jaga dan menjamin agar pelaksanaan dewatering
jika sedang berlangsung tidak terganggu,
Hasil galian pada akhlmya harus dirapikan dengan
tangan, atau dengan cara lain yang dlsetujul dan diarahkan oleh
Direksi, sebelum pelaksanaan konstruksl beton dimulai. Pada
akhirnya pelaksanaan permukaan tanahnya harus digali atau
diurug sesual dengan Spesifikasi yang ditentukan.
b)

Pengerjaan pada Permukaan tanah.


Ditempat tempat dimana permukaan tanah bekas galian
akan rnenerima konstruksi beton atau pengurugan yang
dipadatkan, batas 0.15 meter dan tempat yang digali harus
dirapikan dengan tangan atau dengan cara lain.

c)

Pemilihan dan Pemadatan Pengurugan Kembali.


Apabila diperlukan pengurugan kembali di bawah permukaan
tanah yang berdekatan dengan struktur bangunan, maka tanah
urug yang dipakai harus dipilih dengan hati-hati dan
dipadatkan.

d)

Perataan Kawasan.
Kawasan di sekitar atau di struktur harus diratakan. Kontraktor
harus mengatur pengurugan kembali sedemikian rupa agar
pelaksanaannya

tidak

membahayakan

struktur. Perataan

kawasan disekitar struktur harus dilaksanakan dengan metoda


yang telah disetujui.

71

3.5.4

Pekerjaan Beton Bertulang


1. Uraian
Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup
pelaksanaan seluruh pekerjaan Struktur Beton, acuan, persiapan dan
pemeliharaannya.
Pekerjaan ini juga mencakup semua tenaga, alat-alat dan bahan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambargambar Konstruksi, Spesifikasi, dengan memperhatikan ketentuanketentuan tambahan dari Direksi Pekerjaan.
Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian
pekerjaan dalam kontrak harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada
Gambar atau Seksi lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau
sebagairnana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Beton yang digunakan dalam Kontrak ini sebagai berikut:
K 250 atau Fc 25 Pa :

Di gunakan untuk struktur beton bertulang

Beton k 175

pada umumnya.
Digunakan untuk beton non structural,

Beton k 125

beton cyclope, paving stone.


Digunakan untuk lantai kerja, penimbunan

kembali dengan beton.


Penerbitan Gambar Kerja / Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja/detail pelaksanaan
(shop drawing) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan. Gambargambar detail Pelaksanaan Ini akan digunakan sebagai dasar Variasi
Pekerjaan.

3. Jaminan Mutu

72

a)

Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara


kerja dan hasil akhir harus dipantau dari dikendalikan seperti yang
disyaratkan dalam Seksi Standar Rujukan. Mutu performance
beton yang ditargetkan adalah kualitas "Beton Expose" terutama
untuk Kolom, Balok, Listplank betcn dan Dinding beton dengan
finishing expose.

b)

Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data


kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat
dari laboratorium. Penunjukan Laboratorium Pengujian harus
dengan perserujuan Direksi Pekerjaan.

c)

Karakteristik Mutu Beton Struktur adalah sbb :

Mutu beton F'c = 25 Mpa; Kekuatan tekan beton karakteristik


() = 250 kg/cm2

Lentur tanpa dan/atau dengan gaya normal:


Tekan ()

= 75 kg/cm2

Tarik ()

= 7 kg/cm2

Geser oleh lentur atau puntir:


Tanpa tulangan geser

() = 6,5 kg/cm2

Dengan tulangan geser () = 16 kg/cm2

Geser oleh lentur dengan puntir:


Tanpa tulangan geser () = 8 kg/cm2
Dengan tulangan geser () = 20 kg/cm2

73

4.

Toleransi
a) Toleransi Dimensi :

Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m

+ 5 mm

Panjang keseluruhan lebih dari 6 m

+ 15 mm

Panjang balok, plat dek, kolom dinding

-0 dan + 10 mm

b) Toleransi Bentuk:

Persegi (selisih dalam panjang diagonal)

Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang

10mm

dimaksud) untuk panjang s.d. 3m

2 mm

Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m- 6m 15 mm

Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m

20 mm

c) Toleransi dari kedudukan (dari titik patokan)

Kedudukan Kolom dari rencana

10 mm

Kedudukan perrnukaan horizontal dari rencana

10 mm

Kedudukan perrnukaan vertikal dari rencana

10 mm

d) Toleransi Alinyemen Vertikal:

Penyimpangan ketegakan kolom atau dinding

1 mm/m

e) Toleransi Ketinggian (elevasi)

Puncak lantai kerja di bawah pondasi

10 mm

Puncak lantai kerja di bawah pelat injak

10 mm

Puncak kolom, dinding, balok melintang

10 mm

f) Toleransi Alinyemen Horizontal: 0.5 mm setiap 4 m panjang


mendatar.
g) Toleransi Selimut Beton/Tulangan :

Selimut beton sampai 3 cm

-0 dan + 2,5 mm

Selimut beton 3 cm - 5 cm

-0 dan + 5 mm

74

5.

Standar Rujukan / Pedoman Pelaksanaan


Kecuali
selanjutnya

ditentukan

lain

dalam

persyaratan-persyaratan

maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan

sebagai berikut:
a) Persyaratan Umum Bahan Bangunan d.i Indonesia (PUBI-1982)
NI-3.
b) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2).
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5).
d) Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
e) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
f) Peraturan Bangunan Nasional 1978,
g) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung
1983.
h) Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa
dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
i) Pedoman Beton Indonesia SKSNIT-15-1991-03
j) SII 0013-81 "Mutu dan Cara Uji Semen Portland",
k) SII 0052-80 "Mutu dan cara Uji Agregat Beton"
l) SII 0136-84 "Baja Tulangan Beton"
m) SII 0784-83 "Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton"
n) Petunjuk-peturijuk dan peringatan-peringatan lisan maupun teroitis
yang diberikan Direksi/ Konsultan Pekerjaan.
6.

Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang
hendak digunakan dengan data pengujian yang rnemenuhi seluruh
sifat bahan yang dlsyaratkan dalam Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design)

75

untuk masing-masing mutu beton yang digunakan, paling lambat


14 hari sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis dari seluruh
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sehingga data
tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum
meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari,
14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
e) Kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja Detail untuk seluruh
pekerjaan perancah dan acuan yang digunakan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.
f) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling lambat 3 x 24 jam sebelum tanggal rencana mulai
melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.
g) Pengecoran beton hanya boleh dilakukan setelah seluruh pekerjaan
acuan dan pembesian diperiksa serta mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.

7.

Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan
ternpat penyimpanan yang tahan cuaca, kedap udara dengan lantai
yang tidak lembab. Besi beton agar dicegah tidak karatan dan semua
agregat tetap bersih dari lumpur serta tidak tercampur antara yang satu
dengan yang lainnya.

8.

Kondisi Tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama
agregat kasar dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin
dan selalu dijaga agar selalu di bawah 30C sepanjang waktu

76

pencampuran atau pengecoran. Kontraktor tidak boleh melakukan


pengecoran bilamana:

Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.

Kelembaban udara tidak kurang dari 40%.

Jlka turun hujan atau udara berdebu atau tercemar.

Acuan beton masih kotor dan pekerjaan persiapan belum


tuntas.

9.

Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang cacat


a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat
toleransi, atau tidak memiliki permukaan akhir sebagai beton
exposed, tidak memenuhi campuran yang dipersyaratkan, terjadi
retak atau rongga. Untuk perbaikannya harus mengikuti petunjuk
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat mencakup :

Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang


belum dicor;

Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil


pengujiannya gagal

Melakukan injeksi dan/atau grouting pada bagian-bagian beton


yang retak atau berongga.

Perkuatan atau melakukan pembongkaran menyeluruh dan


mengadakan penggantian pada bagian pekerjaan yang tidak
memenuhi syarat.

b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton


atau adanya keraguan terhadap data pengujian yang ada, Direksi
Pekerjaen dapat meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan

77

yang telah dilaksar akan dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan
tanggung jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam
Spesifikasi ini.
3.5.5.

BAHAN
1) Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA
DAN IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan
tambahan (adtof) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali diperkenankan oleh
Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen Portland yang dapat
digunakan di dalam proyek.
2) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau
pemakaian; lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam
AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling atau air minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur
7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air suling
atau minimum pada periode perawatan yang sama.

78

3) Ketentuan Gradasi Agregat


Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
dtberikan dalam table 3.1 tetapi bahan yang tidak memenuhi
ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat
menunjukan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan
memenuhi sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam Tabel: 3.1;
Tabel 3.1 Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan

Person Berat yang Lolos Untuk Agregat

ASTM
2"
1W
1"
w
V2"
3/8"
No.4
No.8
No. 16
No.50
No. 100

Kasar
100
95-100
45-80
10-30
2-10

(mm)
50,8
38,1
25,4
19
12,7
9,5
4,75
2,36
1,18
0,300
0,150

100
95-100
35-70
10-30
0-5
-

100
95-100
25-60
0-10
0-5
-

100
90-100
20-55
0-10
0-5
-

100
90-100
40-70
0-15
0-5
-

4) Pemilihan Gradasi Agregat


Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel
tarbesar tidak lebih dari % dari jarak minimum antara baja tulangan
atau antem baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus di cor.

5) Sifat-sifat Aaregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang
bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock)
atau berangka (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) dar, kerikil dan pasir sungai.

79

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan


oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam tabel 3.2 bila contoh-contoh diambil
dan diuji sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang
berhubungan.

Tabel 3.2 Sifat-sifat Agregat


Sifat-sifat

Metode Pengujian

Batas Maksimum yang


diijinkan Untuk Agregat.
Halus

Keausan Agregat dengan Mesin Los

SNI. 03-2417-1991

Angeles pada 500 putaran


Kekekalan Bentuk Batu terhadap

SNI 03 - 3407-1994

Kasar
40 %

10%

12 %

0,5%

0,25 %

larutan Natrium Sulfat atau


Gumpalan
Partikel
Magnesiumlempung
Sulfat dan
setelah
5 yang < SNI M-01-1994-03
Mudah pecah
Bahan yang lolos Ayakan No.200

3.5.6.

< SNI M-02- 1994-03

3%

PENCAMPURAN DAN PENAKARAN


1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan
menggunakan metode yang diisyaratkan dalarn PBI dan sesuai dengan
batas-batas yang diberikan dalam tabel 3.3.
2) Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan,
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, dengan menggunakan jenis

80

Instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk
pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi
Ketentuan sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam Tabel : 3.3 di
bawah.
Tabel : 3.3 Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Beton

Ukuran Agregat

Rasio Air / Semen

Kadar Semen Min.

Maks. (mm)

Maks. (Terhadap

(Kg/m3 dari

K225

37

berat
0,50 )

campuran)
290

K175

25
-

0,50
0,57

310
300

K125

0,60

250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan dan "slump yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan
dari tabel 3.4, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila
pengambiian contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI
05-1974-1990

(AASHTO

T126),

SNI

03-2458-1991

( AASKTOT141).
Tabel 3.4 Ketentuan Sifat Campuran

Mutu Beton

Kuat Tekan Karakteristik Min. ( Kg/ cm2)


Benda uji Kubus
Benda Uji
15x15x15 cm 3
15cm x 30cm

"SLUMP" (mm)
Tidak
Digetarkan diqetarkan

K225

150

225

125

190

20-50

50-100

K175
K125

115
80

175
125

95
70

145
105

30-60
20-50

50-100
50-100

81

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak


boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan
dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas
kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan
(workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk
rongga atau celah atau gelembung udara atau, gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus, dan padat.
c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hah menghasilkan kuat beton
di bawah kekuatan yang diisyaratkan dalam tabel 3.3, maka
Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui
dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalarn Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari
yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang
sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus

diperbaiki

sebagaimana

disyaratkan

bilamana

hasil

pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang


dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang
diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam pasal 3.4.
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat
tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor
harus segera menghentikan pengecoran beton yang dtpertanyakan,

82

tetapt dapat meniilih rnenunggu sampai hasil pengujian kuat tekan


beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah
kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuar
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton,
tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi
yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor
akan rnelakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana
diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan
kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan. Pengadukan kembali
beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh
cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meninggalkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau
disetujui,

kadar

semen

harus

ditingkatkan

sebagaimana

diperintahkan oleh Direksi pekerjaan.

83

c) Penyesuaian Untuk bahan-bahan Baru


Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh
dilakukan tanpa peberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan
menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi
baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru
yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di
pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat
harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengalitan yang memadal dari tumpukan agregat.

6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.

84

b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang akurat untuk


mengukur dan mengendalikan jumiah air yang digunakan dalam
setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan
semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur
dijalankan sebelum air di tambahkan.
d) Waktu pencampuran harus dtukur pada saat air mulai dimasukkan
ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan
harus di masukan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapsitas
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih
besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan
0,5 m3
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
manual, sedekat. mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dlbatas! pada beton
non struktural.

7) Penggunaan Beton Ready Mix dapat dlijinkan, dengan catatan


a) Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton
tidak berbeda bila beton dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor.
b) Kontraktor bertanggung jawab penuh, atas kualitas beton ready
mix sesuai dengan syarat-syarat dalam Spesifikasi ini.
c) Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air dapat
dilakukan setelah kendaraan tiba di lapangan, dan beton yang
dihasilkan harus mempunyai tingkat kualitas yang sama seperti
adukan beton yang dihasilkan di lapangan.

85

d) Tidak ada tambahan biaya bagi Kontraktor untuk memakai beton


ready mix.

3.5.7.

PELAKSANAAN PENGECORAN
1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
mengubah formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1
dan 3.2 dari Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan
meratakan tempat disekeliling pekerjaan beton yang cukup luas,
sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk
menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan
mudah dan aman.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti
angker/jargkar, pipa/conduit, atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran .
c) Seluruh telapak/poer pondasi, sloof dan galian untuk pekerjaan
beton harus dljaga agar senantiasa kering dan bersih, beton tidak
boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di
dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat di cor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran.

86

d) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan


untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja
tulangan atau pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor
untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukup tidaknya daya dukung dari tanah dibawah pondasi.
e) Bilamana dljumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak
rnemenuhi ketentuan/ Kontraktor dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan ditempat yang lunak serta rnemadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Sparing Conduit dan Pipa - pipa
a) Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
Perhatikan standar tulangan tambahan di sekitar lobang-lobang
sparing.
b) Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan M,E & P dan bila tidak ada dalam gambar, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
c) Bilamana sparing (pipa, conduit, dll.) berpotongan dengan
tulangan besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan
tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan, untuk ini Kontraktor
harus membuat gambar kerja,
d) Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum
pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat
pengecoran beton.
e) Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton
waktu pengecoran.

87

3) Perancah
a) Perancah

harus

dibuat

dengan

terencana

sehingga

tidak

mengganggu/menghambat aliran air.


b) Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh serta
terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
c) Konstruksi perancah harus kokoh terhadap pembebanan yang akan
dipikulnya. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat
langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan
pelendutan perancah.
d) Konstruksi perancah harus menjamin bahwa permukaan dari
bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan
bentuk yang seharusnya menurut Gambar Rencana.
e) Perancah harus dibuat dari baja dan atau kavu. Pemakaian bambd
untuk hal ini tidak diperbolehkan.
f) Bila

perancah

terpasang

sebelum

atau

selama

pekerjaan

pengecoran beton berlangsung menunjukkan tanda-tanda adanya


penurunan sehingga menurut pendapat Direksi Pekerjaan hal itu
akan menyebabkan kedudukan (pell) akhir tidak akan dapat
dicapal sesuai dengan gambar rencana atau penurunan tersebut
akan sangat membahayakan dari segi konstimsi, maka DIreksi
Pekerjaan Japat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan
beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor
untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup
kuat. Akibat dari semua ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g) Gambar Kerja perancah dan sistim pondasinya, secara detail
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk diperiksa dan
disetujui.
h) Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar kerja
tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat dan
kokoh untuk dipergunakan.

88

i) Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai


(dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan) maka perancah harus
dibongkar dan diangkut keluar proyek.
j) Kegagalan pelaksanaan konstruksi perancah, seluruhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
4) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
di bentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasamya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yanq lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi untuk "Beton
Exposed" digunakan multiplex lapis film tebal 15 mm dibuat
serapi mungkin untuk menghasilkan kualitas performance beton
yang bagus. fxiluruh penyelesaian sudut-sudut tajam harus sesuai
gambar rencana.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
rnerusak beton.
5) Bagian Pekeriaan Lain Terkait
a) Pegangan penggantung plafond (bukan pabricated) dibuat dan besi
beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 120 cm. Dipasang
pada saat sebelum pengecoran beton dan penggantung harus
dikaitkan pada tulangan pelat atau balok (hal ini harus dipadukan
dengan gambar arsitektur).

89

b) Setiap binding bata yang bertemu dengan kolom harus diadakan


penjangkaran dengan jarak antara rata-rata 10 lapis bata merah,
panjang jangkar minimum 30 cm, diameter 12 mm, dengan
minimum IS cm tertanam dalarn beton.
c) Pemasangan kolom praktis dan balok praktis sehubungan dengan
luas maksimum bidang dinding bata harus sesuai dengan yang
tertera dalam Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Beitulang Biasa dan Struktur tembok Bertulang untuk gedung
1983, bab 4.10.
d) Untuk kebutuhan support/bantalan alat-alat mekanikal dan
elektrikal dibuat bantalan beton untuk pondasi yang ukuran,
rencana dan tempatnya berdasarkan gambar-gambar rencana
mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang
dltentukan dan dengan penghalusan permukaannya.

6) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling lambat 3x24 jam sebelum rnemulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
b) Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persctujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.

90

c) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk


memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Direksi pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
d) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi
dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak
khusus (form oil) yang tidak meninggalkan bekas.
e) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton
tidak di cor sampai posisi akhlr dalam cetakan dalam waktu 1 jam
setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek
sebagaimana

yang

diperintahkan

oleh

Direksi

Pekeriaan

berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting


time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan
(aditif] untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
f) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai
sambungan konstruksi (construction joint ) yang telah di setujui
sebelumrya atau sampai pekerjaan seiesai.
g) Beton harus di cor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam
cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi
akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui 1 meter dan terdapat awal pengecoran.
h) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki
bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus di
cor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui
15 cm. Untuk binding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm
menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

91

i) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian


lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh di cor langsung dalam air.
j) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa,
sehingga campuran beton yang telah dicor masih plastis agar dapat
menyatu dengan campuran beton yang baru.
k) Bidang-bidang beton lama yang akar, disambung dengan beton
yang akan dicor, harus tertebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari
bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan disirarn dengan air hlngga
jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru Ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus disapu/dilepa dengan adukan semen
dengan campuran air secukupnya.
l) Permukaan beton tidak boleh digenangi air dalam waktu 24 jam
setelah pengecoran.
7) Sambungan Konstruksi
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan/merupakan satu kesatuan
struktur yang diusulkan, Direksi Pekerjaan harus menetapkan
lokasi

sambungan

(pengecoran)

konstruksi

atau

seperti

ditunjukkan pada Gambar, dan harus mengikuti Pasal 5.8. dan 6.5.
dari P.B.I. 1971. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan
pada pertemuan elemen-elernen struktur kecuali disyaratkan
demikian.
b) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
struktur tetap monolit.
c) Khusus untuk struktur kedap air seperti Retaining Wall, Ground
Water Tank/Water Tower dan Septic Tank, sambungan konstruksi
harus menggunakan Water Stop khusus dari karet dengan kualitas
baik dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

92

d) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif dapat


dlgulnakan untuk pelekatar, pada sambungan konstruksi, cara
pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabriknya.
e) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan tambahan
sebagaimana

yang

diperlukan

untuk

membuat

sambungan

konstruksi tambahan, bilamana pekerjaan pengecoran mendadak


harus dihentikan akibat hujan, terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler)
g) Bahan pengisi sarnbungan harus dari jenis kenyal yang tidak
dikeluarkan pracetak (premolded non extruding resilent type) atau
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
h) Penutup Sambungan (Joint Sealer)
i) Bahan untuk penutup sambungan horizontal harus sesuai dengan
Hot Poured Elastic Sealer. sebagai alternatif penutup dari bitumen
karet yang dicor panas seperti Expanded Plastic Grade 99 atau
sejenis dapat digunakan dengan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Sambungan vertical dan miring harus ditutup dengan
sambungan expanded Plastic atau bahan sejenis yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
8) Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dan luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan
secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan
yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dan satu titlk ke tltlk lain dl dalam
cetakan.

93

b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk


menentukan bahwa semua sudut, di antara dan sekitar besi tulang,
benar benar diisi beton tanpa harus memindahkan kerangka
penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c) Penggetar

harus

dibatasi

waktu

penggunaannya,

sehingga

rnenghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan


terjadinya segregasi pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan dl atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dan
jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menlt apabila digunakan
pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan
radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke
dalam beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat
melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang harus dicor, dan
menghasilkan kepadatan pada seluruh ke dalaman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarlk pelan-pelan dan
dlmasukkart kemball pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
Jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih
dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah
campurar, beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulang
beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan
dalam tabel
Tabel 3.5 Jumlah Minimum Atat Penggetar Mekanis Dari Dalam

94

Kecepatan Pengecoran Beton

Jumlah Alat

( m3 / jam)
4
8
12
16
20

2
3
4
5
6

9) Beton Lantai Kerja


Beton lantai kerja dibuat dari beton K125, sebagai landasan
pemasangan tulangan Pondasi Struktur dan Lantai Basement, juga
sebagai dasar menggelar waterproofing Lantai Basement. Lantai kerja
dicor mengacu kepada bentuk dan formasi Beton Sub Struktur
(Pondasi Beton, Lantai Beton, Sloof beton, dan beton bertulang
lainnya yang dibuat di atas tanah). Pengecoran dapat dilakukan setelah
galian dan lapisan pasir di bawah lantai memenuhi ketentuan dalam
Seksi 2.1 Galian Tanah.
3.5.8.

PENGERJAAN AKHIR
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis
dan Struktur yang sejenis lebih awal dari 30 jam setelah
pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah
plat, gelegar atau Struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton telah dicapai.

95

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan


untuk pengerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah
(parapet) dan permukaan vertikal yang terekspose harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak
lebih 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.
c) Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri
dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Tidak
diperkenankan mempergunakan kembali hasil pembongkaran
begesting yang telah lapuk.
d) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan
untuk pembongkaran acuan/cetakan adalah sebagai berikut:

Sisi - sisi balok, kolom dan dinding

Balok beton dan pelat beton dengan tiang penyangga tidak

3 hari.

dilepas

14 nari

Tiang - tiang penyanggah pelat beton

21 hari

Tiang - tiang penyanggah balok - balok

21 hari

Tiang - tiang penyanggah overstek

28 hari

e) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan


sebelum dibebani dengan beban-beban luar (kecuali berat sendiri)
adalah sbb :

Jenis

Jumlah Hari setelah pengecoran

Kolom

21

Balok

28

Pelat

28

96

Dinding

21

2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau
logam yang telah digunakan untuk memegang cetakan, dan
cetakan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong
kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya ygng disebabkan oleh sambungan
cetakan harus dibersihkan.
b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah

pembongkaran

acuan

dan

dapat

memerintahkan

penambalan atas kekurang sempurnaan walaupun tidak akan


mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus mellputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen.
c) Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar
akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang
utuh (sound), membentuk permukan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton.
d) Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen
dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang.
Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang
kental yang terdiri atas satu bagian semen dan dua bagian pasir,
yang harus dibuat menyusut sebelumnya dengan campuran kirakira 30 menit sebelum dipakai.
3) Perawatan (Pekerjaan Akhir Khusus)

97

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan


akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan
permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
set3elah pengecoran beton dan harus diselesaikan segera secara
manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu
secara memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok,
kemudian disiram campuran pasta semen dengan lapisan 2 rnm
aan dipukul-pukul dengan sapu lidi hingga merata dan semua pori
tertutup, sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin,
seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan
penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambel
atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda
yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan
semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan
pasir halus yang dlcampur sesuai dengan proporsi yang digunakan
untuk mengerjakan akhir beton. Penggosokan harus dllaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang
dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata.
Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini hams dlbiarkan
tertinggal ditempat.
4) Perawatan Dengan Pembasahan
a) Segera

setelah

pengecoran,

beton

harus

dlllndungl

dari

pengeringan dini, temperatur yang telalu panas, dan gangguan

98

mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hart. Semua bahan perawat
atau lembaran bahan penyerap air harus ditindih atau diikat ke
bawah untuk mencegah perrriukaan yang diakspos dari aliran
udara.
c) Bilamana

digunakari

acuan

kayu

,acuan

tersebut

harus

dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk


mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan
beton dalam 7 hari setelah beton dicor.
d) Lantai

beton

sebagai

lapisan

aus

harus

dirawat

setelah

permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan


pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.
e) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan
awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang
ditambah bahan tambahan (aditif), harus dibasahi sampai
kekuatannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari.
3.5.9.

PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN


1) Pengujian untuk Kelecakan (Workability)
Suatu pengujian "slump" atau lebih sebagaimana yang
dlperintahkan oleh Dlreksl Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap
takaran beton yang dihasilkan dan pengujian dianggap belum

99

dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau


Wakilnya.
2) Pengujian Kuat Tekan
a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian
kuat tekan untuk setiap 5 meter kubik beton yang dicor dan dalam
segala haI tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu
beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terplsah
pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus
mencakup empat benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan
kuat tekan sesudah 7 hari; yang kedua sesudah 14 hari; yang ketiga
21 hari; dan yang keempat sesudah 28 hari.
b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi
40 meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir
(a) di atas hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk
suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan
dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran
yang dipilih secara acak (random), kemudian karakterlstiknya dluji
sebagalmana dltentukan dalam PBI tahun 1971.
3) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
a) Pengujian yang tak merusak, menggunakan "sclerometer" atau
perangkat pengujian lainnya;
c) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur atau bagian
struktur yang dipertanyakan;
d) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
e) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

100

3.6

Evaluasi Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek ada kalanya tidak selalu berjalan sesuai

dengan schedule yang telah dijadwalkan. Permasalahan yang tak terduga seringkali
muncul dalam pelaksanaan konstruksi proyek. Kesalahan atau permasalahan tersebut
tentu saja akan berpengaruh pada pelaksanaan proyek dan dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun permasalahan yang terjadi di Proyek
SMP Negeri 5 Mengwi antara lain:
3.6.1

Permasalahan Teknis
Hasil pengecoran yang kurang baik, terjadinya kerusakan/beton
keropos (Gambar 3.29). Beton keropos terjadi karena pemampatan yang tidak
merata pada saat proses pengecoran berlangsung. Untuk menghindari
terjadinya beton keropos, sebaiknya pada saat pengecoran pemampatan beton
dengan menggunakan concrete vibrator dilakukan sebaik mungkin.

Gambar 3.30 Beton Plat yang mengalami Keropos / berlubang

101

3.6.2

Solusi yang Digunakan


Bagian beton yang mengalami kropos digaruk sampai pada bagian
yang tidak terlepas/tidak kropos. Selanjutnya dibuat bekisting/cetakan sesuai
pada bagian yang akan ditambal, setelah itu pada bagian beton yang
berlubang/kropos ditambal dengan semen Mortar/MU sehingga bagian yang
berlubang dapat ditutupi.

3.6.3

Evaluasi Waktu Pelaksanaan Proyek


Waktu pelaksanaan proyek pembangunan USB SMP Negeri 5 Mengwi

sesuai dengan Time Schedule.

Jangka waktu pelaksanaan Proyek

Pembangunan USB SMP Negeri 5 Mengwi adalah 240 hari kalender terhitung
dari 19 April 2013 sampai dengan tanggal 14 Desember 2013. Sampai tanggal
29 agustus progress proyek sudah mencapai 59,14%,

102

Вам также может понравиться