Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PELAKSANAAN PROYEK
3.1
Umum
Perencanaan suatu proyek meliputi semua kegiatan fisik di lapangan mulai
dari persiapan, pekerjaan struktur, finishing, sampai pada bangunan itu siap
beroperasi. Pelaksanaan proyek harus mendapat pengawasan yang cukup ketat, baik
kesesuaian antara perencanaan dan realisasi proyek serta perubahan perubahan yang
mungkin terjadi di lapangan, karena pelaksanaan proyek akan menentukan hasil akhir
dari suatu proyek. Faktor lain yang juga menentukan hasil akhir yang baik adalah
perencanaan yang baik, gambar gambar desain yang jelas sehingga akan
memudahkan pelaksanaan dilapangan.
Keberhasilan suatu proyek dinilai dari beberapa hal, meliputi biaya, mutu dan
waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah sesuai dengan mutu yang
ditentukan, dengan biaya yang lebih murah dan selesai tepat waktunya. Hal ini sangat
ditentukan oleh pengawasan yang benar, ketersediaan material, tenaga kerja, metode
pengerjaan, dan alat alat yang digunakan.
3.2
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan struktur proyek pembangunan USB SMPN 5 Mengwi
meliputi :
Pekerjaan Tanah.
Pekerjaan Atap.
Pekerjaan Pasangan.
57
3.3
Pekerjaan Pengecatan.
Pekerjaan Sanitai.
Pekerjaan Elektrikal.
Pekerjaan Elektronik.
Pekerjaan Landsape.
Waktu Pelaksanaan Proyek
Dalam kontrak, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan proyek SMP Negeri 5
Mengwi oleh pihak PT Undagi Jaya Mandiri adalah 240 hari kalender, terhitung
mulai tanggal sejak 19 April 2013 sampai 14 Desember 2013
3.4
Persiapan Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, pendataan atau persiapan perlu
dilakukan sebagai langkah pengecekan hal-hal yang perlu untuk pelaksanaan proyek
dan yang sudah ditetapkan di rencana kerja sehingga tidak mengalami banyak
hambatan. Pendataan merupakan penunjang didalam pelaksanaan proyek, sebab tanpa
pendataan yang jelas akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
proyek. Adapun beberapa hal yang perlu didata dan dipersiapkan antara lain :
1. Persiapan material serta penyimpanannya
2. Pendataan dan persiapan tenaga kerja
3. Pendataan dan persiapan peralatan
4. Persiapan kantor kerja
5. Pengukuran dan pasang bouwplank
6. Persiapan air kerja
7. Listrik kerja
8. Kemananan proyek
9. Jamsostek
10. Pagar keliling dan akses road
58
3.4.1
bestek, baik perbandingan maupun jenisnya dan tidak boleh diganti tanpa
persetujuan owner. Apabila terpaksa harus diganti, maka material pengganti
tersebut harus mempunyai mutu yang setara dengan mutu material yang
diganti. Dalam pengadaan material proyek, hal hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Pendataan jenis material
Material yang digunakan dalam pelaksanaan telah ditetapkan dalam gambar
kerja dan RKS sehingga kontraktor tidak dapat menggantinya dengan material lain
tanpa persetujuan konsultan pengawas. Pengadaan material harus direncanakan
dengan baik berdasarkan rencana waktu pelaksanaan untuk masing masing
pekerjaan yang memerlukan material tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
2. Pendataan jumlah material
Jumlah material yang diperlukan pada proyek pembangunan USB
SMPN 5 Mengwi tergantung dari volume masing masing pekerjaan yang
sudah tertera dalam RAB. Pada proyek ini sebagian besar bangunan terbuat
dari beton bertulang, maka bahan yang paling banyak dibutuhkan adalah besi
tulangan dan beton ready mix.
3. Waktu pengadaan material
Sebelum melaksanakan kegiatan lapangan, bahan bahan atau material yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut harus tersedia dan mencukupi. Untuk itu perlu
diadakan penjadwalan kebutuhan material yang berupa rencana pengadaan material
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan, sesuai dengan time schedule.
59
4. Penempatan material
Penempatan material di lokasi proyek juga perlu diperhatikan sehingga tidak
mengurangi mutu bahan tersebut.
3.4.2
tukang dilakukan oleh kepala tukang atas persetujuan site manager. Jumlah
pekerja harian tidak sama setiap harinya, karena ditentukan oleh volume
pekerjaan setiap hari dan jenis kegiatan yang berbeda beda. Pendataan dan
persiapan tenaga kerja berhubungan dengan hal hal sebagai berikut :
1. Status Tenaga Kerja
Status tenaga kerja dapat dibedakan atas :
a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja dari kontraktor yang
langsung menangani pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan
pekerjaan yang dibayar secara tetap oleh kontraktor, seperti :Project
Manager, Site Manager, Site Engineer, Administrasi, Logistik,
Supervisor, Drafter, dan Quantity Surveyor. Dalam hal ini tenaga kerja
tetap merupakan karyawan tetap dari PT. Undagi Jaya Mandiri.
b. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dibayar dengan
volume dan jenis pekerjaan yang ditetapkan secara borongan. Tenaga
kerja ini terdiri dari kelompok kelompok pekerja yang dikepalai oleh
seorang kepala tukang.
c. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang diupah secara
harian, upah yang diterima pekerja dihitung berdasarkan jumlah hari
kerja.
60
b. Jam istirahat
Lembur diadakan bila dipandang perlu, terutama untuk pekerjaan yang tidak
dapat
ditangguhkan
penyelesaiannya
untuk
mengejar
keterlambatan
pekerjaan.
3.4.3
Persiapan Peralatan
61
Concrete Mixer
adalah alat yang digunakan untuk mencampur material - material penyusun
Truck Mixer
adalah alat yang digunakan untuk mencampur material - material penyusun
62
Scaffolding
Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting pada lantai di atasnya dan
juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan untuk memudahkan pekerja dalam
mengerjakan pekerjaan yang berada pada elevasi yang lebih tinggi. proyek
pembangunan USB SMPN 5 Mengwi, scaffolding digunakan untuk menyangga
bekesting balok dan pelat juga sebagai pijakan.
Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar beton saat
dilakukan pengecoran sehingga tidak ada ruang kosong di dalam beton cor dan sesuai
dengan cetakannya. Dengan penggunaan concrete vibrator diharapkan beton yang
telah dituang dapat termampatkan dengan baik, artinya beton padat dan tidak
berongga sehingga dapat menghindari terjadinya beton kropos. Dalam gambar 3.5
terlihat para tukang sedang melakukan proses pengecoran dimana beton yang telah
dicor dimampatkan dengan Concrete Vibrator agar merata di semua bagian.
63
Waterpass
Waterpass adalah alat bantu yang digunakan untuk menentukan beda elevasi
antar bangunan.
Bar Cutter
Bar Cutter (Gambar 3.7) adalah alat untuk memotong baja tulangan. Cara
kerja dari alat ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan ke dalam gigi bar cutter
kemudian pedal pengendali dipijak, dan baja tulangan akan terpotong. Pemotongan
untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu.
Sedangkan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter lebih kecil, pemotongan
64
dapat dilakukan dengan beberapa buah baja tulangan sekaligus sesuai dengan
kapasitas dari alat.
Bar Bender
Bar Bender (Gambar 3.8) adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan
baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan. Baja yang akan dibengkokan dimasukkan diantara poros tekan dan poros
pembengkok dan diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan.
Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut dan pembengkokkan yang diinginkan.
Bekesting
65
pekerjaan
lapangan
dan
administrasi
teknis.
Pada
proyek
3.4.5
66
telah mencapai progress 45,9% sehingga ada beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan
yang tidak bisa diamati secara langsung. Adapun beberapa pekerjaan yang telah
dilaksanakan sebelum kerja praktek pada proyek pembangunan USB SMPN 5
Mengwi, antara lain pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran dan bouwplank,
pekerjaan tanah, dan pekerjaan beton bertulang. Untuk mengetahui proses pekerjaan
tersebut maka dilakukan wawancara dengan pengawas lapangan mengenai proses
pekerjaan yang dilakukan.
3.5.1
Pekerjaan Persiapan
67
Pada tahap pekerjaan ini kerja praktek masih belum dimulai sehingga
teknik pelaksanaan pekerjaan tidak dapat diuraikan secara detail. Adapun
tahapan tahapan pekerjaan persiapan yang diuraikan secara umum yaitu:
a. Persiapan area lokasi dan setting out,
b. Pembersihan pada lokasi pekerjaan,
c. Membuat Direksi Keet (bangunan semi permanen) untuk keperluan
karyawan proyek dan konsultan pengawas yang memenuhi syarat
sebagai ruang kerja.
d. Membuat gudang bahan (logistik) untuk material-material bangunan
yang berharga, atau material penting lainnya agar terhindar dari hujan,
panas matahari, dan pencurian.
e. Penyediaan air, listrik, dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
f. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material.
3.5.2
Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan tanah yang spesifikasinya tercantum seluruh pekerjaan tanah.
a)
tujuan
penulisan
spesifikasi,
istilah
ketinggian
68
2. Uraian
a)
b)
c)
69
d)
e)
f)
tank/Sumpit/Septictank,
pondasi
Genset,
lantai
semua
keperluan
drainage
atau
Dewatering;
lainnya
yang
diperlukan
untuk
STRUKTUR
a)
selanjutnya
yang
memang
diperlukan
untuk
70
c)
d)
Perataan Kawasan.
Kawasan di sekitar atau di struktur harus diratakan. Kontraktor
harus mengatur pengurugan kembali sedemikian rupa agar
pelaksanaannya
tidak
membahayakan
struktur. Perataan
71
3.5.4
Beton k 175
pada umumnya.
Digunakan untuk beton non structural,
Beton k 125
3. Jaminan Mutu
72
a)
b)
c)
= 75 kg/cm2
Tarik ()
= 7 kg/cm2
() = 6,5 kg/cm2
73
4.
Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
+ 5 mm
+ 15 mm
-0 dan + 10 mm
b) Toleransi Bentuk:
10mm
2 mm
20 mm
10 mm
10 mm
10 mm
1 mm/m
10 mm
10 mm
10 mm
-0 dan + 2,5 mm
Selimut beton 3 cm - 5 cm
-0 dan + 5 mm
74
5.
ditentukan
lain
dalam
persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
a) Persyaratan Umum Bahan Bangunan d.i Indonesia (PUBI-1982)
NI-3.
b) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2).
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5).
d) Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
e) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
f) Peraturan Bangunan Nasional 1978,
g) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung
1983.
h) Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa
dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
i) Pedoman Beton Indonesia SKSNIT-15-1991-03
j) SII 0013-81 "Mutu dan Cara Uji Semen Portland",
k) SII 0052-80 "Mutu dan cara Uji Agregat Beton"
l) SII 0136-84 "Baja Tulangan Beton"
m) SII 0784-83 "Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton"
n) Petunjuk-peturijuk dan peringatan-peringatan lisan maupun teroitis
yang diberikan Direksi/ Konsultan Pekerjaan.
6.
75
7.
8.
76
9.
77
yang telah dilaksar akan dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan
tanggung jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam
Spesifikasi ini.
3.5.5.
BAHAN
1) Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA
DAN IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan
tambahan (adtof) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali diperkenankan oleh
Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen Portland yang dapat
digunakan di dalam proyek.
2) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau
pemakaian; lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam
AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling atau air minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur
7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air suling
atau minimum pada periode perawatan yang sama.
78
ASTM
2"
1W
1"
w
V2"
3/8"
No.4
No.8
No. 16
No.50
No. 100
Kasar
100
95-100
45-80
10-30
2-10
(mm)
50,8
38,1
25,4
19
12,7
9,5
4,75
2,36
1,18
0,300
0,150
100
95-100
35-70
10-30
0-5
-
100
95-100
25-60
0-10
0-5
-
100
90-100
20-55
0-10
0-5
-
100
90-100
40-70
0-15
0-5
-
5) Sifat-sifat Aaregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang
bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock)
atau berangka (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) dar, kerikil dan pasir sungai.
79
Metode Pengujian
SNI. 03-2417-1991
SNI 03 - 3407-1994
Kasar
40 %
10%
12 %
0,5%
0,25 %
3.5.6.
3%
80
Instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk
pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi
Ketentuan sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam Tabel : 3.3 di
bawah.
Tabel : 3.3 Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Beton
Ukuran Agregat
Maks. (mm)
Maks. (Terhadap
(Kg/m3 dari
K225
37
berat
0,50 )
campuran)
290
K175
25
-
0,50
0,57
310
300
K125
0,60
250
(AASHTO
T126),
SNI
03-2458-1991
( AASKTOT141).
Tabel 3.4 Ketentuan Sifat Campuran
Mutu Beton
"SLUMP" (mm)
Tidak
Digetarkan diqetarkan
K225
150
225
125
190
20-50
50-100
K175
K125
115
80
175
125
95
70
145
105
30-60
20-50
50-100
50-100
81
diperbaiki
sebagaimana
disyaratkan
bilamana
hasil
82
4) Penyesuaian campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi
yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor
akan rnelakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana
diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan
kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan. Pengadukan kembali
beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh
cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meninggalkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau
disetujui,
kadar
semen
harus
ditingkatkan
sebagaimana
83
5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di
pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat
harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengalitan yang memadal dari tumpukan agregat.
6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
84
85
3.5.7.
PELAKSANAAN PENGECORAN
1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
mengubah formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1
dan 3.2 dari Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan
meratakan tempat disekeliling pekerjaan beton yang cukup luas,
sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk
menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan
mudah dan aman.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti
angker/jargkar, pipa/conduit, atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran .
c) Seluruh telapak/poer pondasi, sloof dan galian untuk pekerjaan
beton harus dljaga agar senantiasa kering dan bersih, beton tidak
boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di
dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat di cor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran.
86
87
3) Perancah
a) Perancah
harus
dibuat
dengan
terencana
sehingga
tidak
perancah
terpasang
sebelum
atau
selama
pekerjaan
88
89
6) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling lambat 3x24 jam sebelum rnemulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
b) Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persctujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.
90
yang
diperintahkan
oleh
Direksi
Pekeriaan
91
sambungan
(pengecoran)
konstruksi
atau
seperti
ditunjukkan pada Gambar, dan harus mengikuti Pasal 5.8. dan 6.5.
dari P.B.I. 1971. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan
pada pertemuan elemen-elernen struktur kecuali disyaratkan
demikian.
b) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
struktur tetap monolit.
c) Khusus untuk struktur kedap air seperti Retaining Wall, Ground
Water Tank/Water Tower dan Septic Tank, sambungan konstruksi
harus menggunakan Water Stop khusus dari karet dengan kualitas
baik dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
92
yang
diperlukan
untuk
membuat
sambungan
93
harus
dibatasi
waktu
penggunaannya,
sehingga
94
Jumlah Alat
( m3 / jam)
4
8
12
16
20
2
3
4
5
6
PENGERJAAN AKHIR
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis
dan Struktur yang sejenis lebih awal dari 30 jam setelah
pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah
plat, gelegar atau Struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton telah dicapai.
95
3 hari.
dilepas
14 nari
21 hari
21 hari
28 hari
Jenis
Kolom
21
Balok
28
Pelat
28
96
Dinding
21
pembongkaran
acuan
dan
dapat
memerintahkan
97
setelah
pengecoran,
beton
harus
dlllndungl
dari
98
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hart. Semua bahan perawat
atau lembaran bahan penyerap air harus ditindih atau diikat ke
bawah untuk mencegah perrriukaan yang diakspos dari aliran
udara.
c) Bilamana
digunakari
acuan
kayu
,acuan
tersebut
harus
beton
sebagai
lapisan
aus
harus
dirawat
setelah
99
100
3.6
dengan schedule yang telah dijadwalkan. Permasalahan yang tak terduga seringkali
muncul dalam pelaksanaan konstruksi proyek. Kesalahan atau permasalahan tersebut
tentu saja akan berpengaruh pada pelaksanaan proyek dan dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun permasalahan yang terjadi di Proyek
SMP Negeri 5 Mengwi antara lain:
3.6.1
Permasalahan Teknis
Hasil pengecoran yang kurang baik, terjadinya kerusakan/beton
keropos (Gambar 3.29). Beton keropos terjadi karena pemampatan yang tidak
merata pada saat proses pengecoran berlangsung. Untuk menghindari
terjadinya beton keropos, sebaiknya pada saat pengecoran pemampatan beton
dengan menggunakan concrete vibrator dilakukan sebaik mungkin.
101
3.6.2
3.6.3
Pembangunan USB SMP Negeri 5 Mengwi adalah 240 hari kalender terhitung
dari 19 April 2013 sampai dengan tanggal 14 Desember 2013. Sampai tanggal
29 agustus progress proyek sudah mencapai 59,14%,
102