Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Leukotrien berasal dari hasil kerja 5-lipooksigenase pada precursor asam arakhidonat
dan sangat penting dalam pathogenesis hipersensitivitas tipe 1. Leukotrien tipe C4 dan
D4 merupakan vasoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten; pada dasar
molar, agen ini ada beberapa ribu kali lebih aktif daripada histamin dalam
meningkatkan permeabilitas vaskular dan dalam menyebabkan kontraksi otot polos
bronkus. Leukotrien B4 sangat kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil dan monosit.
Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5, dan IL-6) dan kemokin
berperan penting pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 melalui kemampuannya merekrut
dan mengaktivasi berbagai macam sel radang. TNF merupakan mediator yang sangat
poten dalam adhesi, emigrasi, dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan faktor
pertumbuhan sel mast dan diperlukan untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B.
Adrenalin
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati syok
anafilaksis. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan
pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas otot jantung.
Adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamine dan mediator lain yang poten.
Mekanismenya adalah adrenalin meningkatkan siklik AMP dalam sel mast dan basofil
sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya.
Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus
pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus.
Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu
denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan
berakhir dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat frekuensi dan
konduksi jantung pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan mengurangi rasa sakit dan
menghambat pernapasan dalam dosis lebih besar. Semua reaksi ini merupakan dosedependent reactions yang nyata. Dengan demikian banyak obat lain bisa kita golongkan
kedalamnya seperti kontaseptif oral, insulin, dsb. Obat sejenis ini termasuk daftar Obat
Esensial.
Bagaimana Cara Pemberian Adrenalin ?
1. Adrenalin Intramuskular
Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari cara pemberian
adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang cepat
setelah pemberian intramuskuler dan pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi
intramuskuler lebihg cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Pasien
dengan alergi berat dianjurkan untuk pemberian sendiri injeksi intramuskuler
adrenalin.
Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1mg/ml) untuk injeksi intramuskuler pada syok
anafilaksis.
Umur Volume adrenalim 1:1000
Dibawah 1 tahun 0,05 ml
1 tahun 0,1 ml
2 tahun 0,2 ml
3-4 tahun 0,3 ml
5 tahun 0,4 ml
6-12 tahun 0,5 ml
Dewasa 0,5 1 ml
Dosis diatas dapat diulang tiap 10 menit, menurut tekanan darah dan nadi sampai
perbaikan terjadi (mungkin diulangi beberapa kali)
2. Adrenalin Intravena
Pada saat pasien tampak sangat kesakitan dan benar-benar diragukan kemampuan
sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler, adrenalin mungkin diberikan dalam
injeksi intravena lambat dengan dosis 500mcg (5ml dari pengenceran injeksi
adrenalin 1:10000) diberikan dengan kecepatan 100 mcg/menit dan dihentikan jika
respon dapat dipertahankan. Pada anak-anak dapat diberi dosis 10mcg/kgBB
(0,1ml/kgBB dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000 dengan injeksi intravena
lambat selama beberapa menit.
3. Pemberian Sendiri Adrenalin
Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu
membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana
menyuntikkannya. Pada kemasan perlu diberi label pada kasus kolaps yang cepat
orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. Penting untuk memastikan bahwa
suplay yang memadai telah terbukti mengatasi gejala anafilaksis sampai pertolongan
medis tersedia.