Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah
katup ileocecel.
Long Barbara C
Suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat
katup ileocecal.
Arif Mansjoer
Anatomi
Letak di fossa aliaca kanan, basis atau pangkal sesuai dengan titik Mc
Burney 1/3 lateral antar ambilicus dengan SIAS. Basis keluar dari puncak sekum
bentuk tabung panjang 3-5 cm. Pangkal lumen sempit, distal lebar.
Usus besar merupakan tabing muscular berongga dengan panjang sekitar lima
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani, diameter usus
besar sudah pasti lebih besar dari usus kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang
melekat pada ujung seku. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, trasversum
desenden dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu
pada abdomen dan kiri atas berturu-turut danamakan fleksura hepatica dan
fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi kista iliaka dan membentuk S.
Lekukan rectum.
Fisiologi
Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml sehari. Lendir secara normal
dicurahkan kedalam lumen dan sellanjudnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lender dimuara appendiks tampaknya berperan pada pathogenesis appendiksitis.
Imonoglobulin secretoar yang dihasilkan oleh GALT ( gut Associated Limfoid
Tisue)
yang
terdapat
disepanjang
saluran
cerna
termasuk
appendiks.
b. Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah E. Colli dan Steptokokus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh peningkatan jaringan limfoit pada massa
tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks.
e. Sakit perut yang tidak jelas penyebabnya dan timbulnya secara bergelombang
biasanya dimulai di daerah epigastrik atau umbilical. Rasa sakit ini menjadi lebih
intens di titik McBurneyyang terletak di bawah pojok kuadran bawah sebelah
kanan.
Tipe dan klasifikasi
Apendisitis atipikal
Seringkali ditemukan kasus apendisitis atipilak yang berkaitan dengan
posisi apendiks, usia penderita atau keadaan-keadaan lainyang menyertai
letak normal kea rah lain dari abdomen dan mengacaukan diagnosis
Apendisitis pada orang tua
Patofisiologi
Apendisitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut. Keadaan yang sering menunjukkan apendisitis
adalah obstruksi lumen yang diikuti dengan infeksi oleh bakteri. Obstruksi ini
bissanya disebabkan oleh fekalit atau masa fekal padat. Penyebab obstruksi yang
lebih jarang adalah batu, tumor, cacing atau parasit lain, infeksi firus atau benda
asing yang mengakibatkan pembengkakan jaringan limfoid. Sekresi mucus yang
terus menerus menyebabkan apendiks teregang sehingga bila tekanan intraluminal
melebihi tekanan vena, apendiks mengalami hipoksia, terrjadi ulserasi dan terjadi
infasi dan multiplikasi bakteri pada dinding apendiks. Infeksi ini akan menambah
pembengkakan dan iskemia akibat thrombosis vena intramular. Seringkali
gangrene dan perforasiterjadi dalam 24-36 jam. Bila proses ini berjalan organorgan sekitar seperti ileum terminal, sekum dan omentum akan membentuk
dinding mengiatri apendiks sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi.
Tanda dan gejala
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis
a.Perawatan prabedah pehatikan tanda-tanda khas dari nyeri.
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan
lepas), peninggian laju endap darah, tidak diberikan apapun juga perorang. Cairan
intravena mulai diberikan, obat-obatan seperti Laksaitf dan antibiotic harus
dihindari jika mungkin.
b.terapi bedah : appendiksitis tanpa komplikasi, appendikstromi segera dilakukan
setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c.Terapi antibiotic, tetapi antiintravena harus diberikan selama 5-7 hari jika
appendiksitis telah mengalami perforasi.
d.pemberian cairan intravena
e.Operasi abdomen yang lebih ekstensif harus dilakukan jika usus buntu ternyata
pecah.
f.Penyakit usus buntu dengan jalan operasi mengambil usus buntu disebut
apendiktomi dilakukan jika kondisi peradangan bersifat local dan tidak terjadi
rptur
g.pemberian analgesik
Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut :
Peritonitis generalisata karena, ruptur appendiks
Apses hati
Septic kemia
Portoflebitis adalah tromboflebitis pada sisitem vena porta
Perforasi
Nekrosis
Gangren
Abscess
Prognosis
Mortalitas pada apendisitis adalah akibat keterlambatan. Prognosis terbaik adalah
pada apendisitis simple. Pada kasus perforasi, prognosis lebih buruk 1-15%.
Factor keterlambatan bisa berasal dari penderita, orang tuanya atau dokternya.
Observasi yang berlarut-larut di rumah sakit dan pemeriksaan laboratorium
lengkap berulang-berulang, tidak akan dapat menggantikan peranan anamnesis
yang cermat., pemeriksaan fisis yang teliti dan segera operasi, pada kasus yang di
duga apendisitis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDIKSITIS
Pengkajian
DS:
Mual
DO:
kulit kemerahan
lembab
Suhu 380C
TD:110/80 mmHg.
Analisa Data
Analisa Data
Penyebab
Kemungkinan
DS:
nyeri
ditusuk-tusuk
Skala 7
DO:
Suhu 380C
DS:
Mual dan Tidak nafsu makan
DO:
Kulit kemerahan
Resiko kekurangan
nutrisi
adekuat
Resiko kerusakan
Imobilisasi fisik
integritas kulit
DO:
Intoleransi aktivitas
Klien berbaring lemah
Semua aktivitas dibantu oleh
perawat dan keluarga
DS:
Nyeri perut kanan bawah seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 7
Kelemahan fisik
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi
2. Resiko kekurangan nutrisi b.d intake makanan yang tidak adekuat
3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d imobilisasi fisik
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
5. Resiko tinggi infeksi b.d peradangan pada apendiks
Intervensi Keperawatan
No.
Tgl/
Dx
1
hari
Tujuan
Tindakan
Rasional
Keperawatan
Monitoring tanda
Mengetahui perubahan
vital,skala dan
hasil:
jam
Anjurkan teknik
Mengurangi
relaksasi dan
ketegangan dan
distraksi
mengalihkan perhatian
klien.
Menghilangkan
semi fowler
tegangan abdomen
yang bertambah saat
posisi terlentang.
Kolaborasi
Analgetik dapat
pemberian
Paraf
analgetik
2.
Pantau jumlah
Untuk evaluasi
makan yang
keefektifan terapi
dikonsumsi dalam
Anjurkan pasien
Meningkatkan daya
untuk konsumsi
tahan tubuh
Mengurangi mual
konvulasi
Berikan makanan
meningkatkan nafsu
sedikit-demi sedikit
makan
tapi frekuensi
sering
3.
menentukan status
setiap 4 jam
keutuhan kulit
memperlancar
peredaran darah
Ajarkan pasien
macam-macam
mengalami
posisi tidur
ketidaknyamanan
Berikan obat
melembabkan kulit
kulit/lotion
4.
menyesuaikan rentang
setiap 4 jam
kemampuan
Ajarkan pasien
latihan pasif
mempertahankan
tonus otot
memberikan tenaga
TKTP
Kolaborasi dengan
latihan aktif
fisioterapis untuk
membantu pasien
latihan aktif
belajar memenuhi
kebutuhannya
Disusun oleh :
272436
272440
272455
5.Theresia Paulina
272457
6.Vinsensius Babung
272458
Semester III C
AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2008/2009
Daftar Pustaka
Engram,Barbara.1987.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. EGC:Jakarta