Вы находитесь на странице: 1из 171

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan. Sebagai suatu
industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi bisnis
dalam manajerialnya, salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk jasa
yang bermutu atau berkualitas (Chandra Yoga, 2007 dalam Khairani, 2011).
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk
dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas
erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya (PGRS, 2013).
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, melipui asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi
rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan (PGRS, 2013).
Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan menu atau
bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui pembelian atau
menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan demikian, agar
makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun hasil
pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik. Dengan penyelenggaraan makanan
yang baik diharapkan akan menghasilkan makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya,
penghidangan yang produksi yang murah. Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan
makanan, selain memperhatikan aspek kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya

operasionalnya (Butarbutar, 2012).


Proses penyelenggaraan makanan tersebut harys diatasi dengan pengidentifikasian
bahaya berupa fisik, kimiawi dan minobiologis dan melakukan pengendalian bahaya pada
titik kritis. Meminimalisasi bahaya dalam penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit,
yaitu dengan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP adalah suatu
piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan
1

pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Setiap
sistem HACCP mampu mengakomodasi perubahan sepeeti kemajuan dalam rancangan
peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi (SNI HACCP).
Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional merupakan salah satu
unit penunjang operasional melalui penyelenggaraan makanan bagi rumah sakit.
Berdasarkan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan beberapa pemasak di
Unit Pelayanan Gizi, diperoleh informasi bahwa perlu adanya penerapan HACCP pada
hidangan Loaf Tahu untuk mengetahui batas kritis pada setiap tahap pengolahan mulai dari
penerimaan bahan makanan sampai dengan pendistribusian kepada pasien.
Proses pengolahan Loaf Tahu di Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pasien rawat inap dengan jenis
biasa kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites, pada menu lauk nabati untuk makan
siang. Pada penelitian ini dilakukan penerapan HACCP untuk mengetahui batas kritis pada
setiap tahap pengolahan mulai dari diterima oleh konsumen sampai hidangan diterima oleh
pasien.
B. Rumusan Masalah
Penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu untuk pasien diet dan non diet
kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menilai penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu pada
menu makan siang lauk nabati untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP
dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sehingga aman
untuk dikonsumsi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menentukan titik kritis yang mungkin terdapat pada proses
pengolahan makanan.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahaya yang mungkin terdapat pada
makanan.
c. Mahasiswa mampu menentukan batas kritis pada proses pengolahan makanan.
d. Mahasiswa mampu menentukan nilai target pada proses pengolahan makanan.
e. Mahasiswa mampu menentukan tindakan pemantauan pada proses pengolahan
makanan.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tahapan-tahapan pada pengolahan menu
makanan.
g. Mahasiswa mengetahui suhu hidangan.

h. Mahasiswa mengetahui waktu pada kegiata persiapan, pengolahan dan


i.
j.
k.
l.
m.
n.

pendistribusian hidangan makanan.


Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penerimaan bahan makanan.
Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penyimpanan bahan makanan.
Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan persiapan bahan makanan.
Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penerimaan bahan makanan.
Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan pengolahan makanan
Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan pendistribusian hidangan makanan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan, menerapkan dan melatih ilmu yang
telah didapat di perkuliahan khususnya mengenai pengawasan mutu makanan dengan
metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di bagian gizi Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional serta sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahaya pada setiap
tahapan proses pengolahan makanan.
2. Bagi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Sebagai bahan masakan dan evaluasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kepada pasien khususnya mengenai keamanan pangan pada hidangan
makanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pelayanan Gizi Rumah Sakit


Pelayanan gizi dii rymah sakit adalah pelayanan yang
diberikan dan disesuaikan dengaan keadaan pasien berdasarkan
keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan
3

gizi

pasien

penyakit,

sangat

berpengaruh

sebaliknya

proses

pada

proses

perjalanan

penyembuhan

penyakit

dapat

berpengaruh terhadap keadaaan gizi paasien. Fungsi organ yang


terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi.
B.Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan
anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan,
pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
1) Tahapan Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
a. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan
kaaryawan yang dilayani.
Dana yang dialokasikan akan menentukan macam, jumlah dan spesifikasi
bahan makanan yang dipakai.
b. Perencanaan Menu dan Siklus Menu
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan memadukan
hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan
gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan
institusi.
Siklus menu perlu ditetapkan macam menu yang cocok dengan sistem
penyelenggaraan makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk
menu 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu
dapat diputar selama 6 bulan-1 tahun.

c. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan


Serangkaian kegiaatan menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan
makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka
mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit.
4

Adapun perhitungan kebutuhan semua bahan makanan satu persatu dengan


cara :
a) Tetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani
b) Hitung macam dan kebutuhan bahan makanan daalam siklus menu
(misalnya : 5,7 atau 10 hari)
c) Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan, 3 bulan, 6
bulan atau 1 tahun)
d) Hitung berapa siklus dalam 1 periode yang telah ditetapkan. Contohnya,
bila menu yang digunakan adalah 10 hari, maka dalam 1 bulan (30 hari)
berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31 hari, maka berlaku 3 kali
siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31.
e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu
yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)
f) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang telah
dilengkapi dengan spesifikasinya
d. Cara Pemesanan
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order)
bahan

makanan

berdasarkan

pedoman

menu

dan

rata-rata

jumlah

konsumen/pasien yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang ditetapkan.


Langkah pemesanan bahan makanan :
a) Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering
b) Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan standar
porsi dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun waktu pemesanan.
C. Jaminan Keamanan Pangan
Jaminan keamanan pangan adalah jaminan bahwa makanan tidak akan
mengakibatkan bahaya bagi konsumen ketika dipersiapkan dan/atau dimakan.
1. Hazard Analytic Critical Control Points (HACCP)
HACCP (Hazard Analytic Critical Control Points) adalah suatu system
jaminan keamanan pangan yang mendasarkan kepada suatu kesadaran bahwa
bahaya (hazard) berpeluang timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, dan
harus dikendalikan untuk mencegah terjjadinya bahaya-bahaya tersebut.
2. Prinsip dan Penerapan HACCP
Menurut Codex Alimentarius, konsep HACCP terdiri dari 12 langkah,
dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula didalamnya. Langkah-langkah
5

penyusunan dan penerapan system HACCP menurut Codex Alimentarius adalah


sebagai berikut.
Tahap 1

: Menyusun tim HACCP

Tahap 2

: Mendeskripsikan produk

Tahap 3

: Mengidentifikasi pengguna yang dituju

Tahap 4

: Susun diagram alir

Tahap 5

: Verifikasi diagram alir

Tahap 6

: Daftarkan semua bahaya potensial, lakukan analisis bahaya, tentukan

tindakan pengendalian
Tahap 7

: Menentukan CCP

Tahap 8

: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP

Tahap 9

: Menetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP

Tahap 10 : Menetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin


terjadi
Tahap 11 : Menetapkan prosedur verifikasi
Tahap 12 : Menetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi
Tahap 1. Pembentukan Tim HACCP
Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah
membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industry yang
terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri
atas individu-individu dengan latar belakang pendidikan aatau disiplin ilmu yang
beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya
ahli mikrobiologi, ahli mesin/engineer, ahli kimia, dan sebagainya sehingga dapat
melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan.
Tahap 2. Mendeskripsikan Produk
Tim HACCP yang telaah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian
dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang
dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk,
komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan
lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP
untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif.
Tahap 3. Menentukan Pengguna Produk
Pada tahap ini, Tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk oleh
konsumen, cara penyajian, serta kelompok konsumen yang mengonsumsi produk.
6

Penting diketahui apakah produk akan lanngsung dikonsumsi (ready to eat) atau akan
dimasak terlebih dahulu oleh konsumen. Harus diingat terdapat kelompok konsumen
berisiko tinggi yang meliputi bayi, lansia, kelompok immunocompromised (ibu hamil,
orang sakit, orang yang menjalani kimoterapi, pasien AIDS).
Tahap 4. Diagram Alir Produk
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan
proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu Tim
HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi proses dan verifikasinya.
Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses secara jelas
mengenai :
1. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi, penyimpanan
dan penundaan dalam proses,
2. Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam proses seperti bahan baku, bahan
pengemas, air, udara dan bahan kimia,
3. Keluaran dari proses seperti limbah : pengemasan, bahan baku, product-in
progress, produk reproses (rework), dan produk yang dibuang (ditolak)
Tahap 5. Verifikasi Diagram Alir di Tempat
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan
dilapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan
membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata
diagram alir proses ttersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan
modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus
didokumentasikan. Verifikasi diagram alir di tempat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
1.

Mengamati aliran proses,

2.

Kegiatan pengambilan sampel,

3.

Wawancara,

4.

Mengamati operasi rutin/non rutin.


Tahap 6. Analisis Bahaya
Setelah lima tahap pendahuluan terpenuhi, tim HACCP melakukan analisis
bahaya

dan

mengidentifikasi

bahaya

beserta

cara-cara

pencegahan

untuk

mengendalikannya. Analisis bahaya sangat penting untuk dilakukan terhadap bahan


baku, komposisi, setiap tahapan proses produksi, penyimpanan produk, dan distribusi,
7

hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adaalah untuk
mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses
pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen.
Analisis bahaya meliputi :

1.

1.

Mengidentifikasi bahaya,

2.

Menentukan kepentingan (signifikansi) bahaya,

3.

Mengidentifikasi tindakan pencegahan.


Identifikasi Bahaya
Dengan merujuk pada diagram pada alir proses, tim HACCP mendaftarkan
semua bahaya yang nyata atau potensial yang mungkin diperkirakan layak terjadi
pada setiap tahap proses. Bahaya tersebut meliputi bahaya biologi atau
mikrobiologis, bahaya kimia dan bahaya fisik.

2.

Kajian Risiko (Signifikansi) Bahaya


Istilah risiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal-hal ini adalah sebagai
peluang kemungkinan suatu bahaya akan terjadi. Pengkategorian risiko (risiko
tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah) ini kemudian dikombinasikan dengan
tingkat keakutan dapat menjadi dasar menentukan signifikansi dari bahaya. Secara
sederhana tingkat risiko dapat dikategorikan dengan pertimbangan sebagai berikut.

Apakah produk pangan mungkin mengandung dan atau mendukung pertumbuhan


pathogen potensial?

Apakah produk akan mengalami proses pemanasan tambahan?

Apakah kondis penyimpanan yang akan datang akan memberi peluang untuk
pertumbuhan pathogen atau kontaminasi lebih lanjut?

Apakah populasi yang mengonsumsi makanan khsusunya kelompok yang peka?


Penetapan signifikansi bahaya dapat ditentukan dengan matriks kemungkinan

bahaya akan terjadi dan tingkat keparaahaan (severity).

1. Kemungkinan Bahaya akan Terjadi


Hal ini biasanya disebut peluang bahaya

akan terjadi. Tim HACCP

mempertimbangkan kemungkinan (peluang) untuk setiap bahaya yang telah


diidentifikasi. Pemeriksaan ini dapat berdasarkan pada : pengetahuan dari Tim
HACCP; pustaka mengenai mikrobiologi pangan, HACCP, produk pangan, dan
8

pengolahan pangan, makalah ilmiah penelitian; jurnal; pemasok; produsen pangan


atau prosesor lain; informasi mengenai penarikan produk; keluhan konsumen;
daerah-daerah proses, bahan baku, atau produk yang telah diidentifikasi merupakan
daerah bermasalah. Kemungkinan bahaya yang terjadi secara sederhana dapat
dinilai sebagai tinggi, sedang, atau rendah.
2.

Tingkat Keseriusan Bahaya


a. Keseriusan bahaya dapat ditetapkan dengan melihat dampaknya terhadap
kesehatan konsumen, dan juga dampak terhadap reputasi bisnis;
b.

Keseriusan bahaya juga dinilai : rendah, sedang atau tinggi..


Dengan menggabungkan peluang yang berat ringannya bahaya akan
dapat ditetapkan tingkat RISIKO (SIGNIFIKANSI) bahaya yang dinyatakan
sebagai tinggi, sedang atau rendah. Pendekatan seperti ini dapat digunakan
untuk menetapkan jenis tindakan pengendalian yang harus dimiliki di tempat
dan semakin tinggi risiko bahaya, makaa semakin tinggi pula frekuensi
pemantauan yang ditetapkan.
3. Penetapan Tindakan Pencegahan
Tahap selanjutnya setelah menganalisis bahaya adalah mengidentifikasi
tindakan pencegahan yang mungkin dapat mengendalikan setiap bahaya. Tim
kemudian harus mempertimbangkan apakah tindakan pencegahan, jika ada, dapat
diterapkan untuk setiap bahaya. Tindakan pencegahan adalah semua kegiatan dan
aktivitas yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya atau memperkecil
pengaruhnya atau keberadaannya pada tingkat yang dapat diterima.
Tindakan pencegahan dapat berupa tindakan yang bersifat kimia, fisik atau
lainnya yang dapat mengendalikan bahaya keamanan pangan. Tindakan pencegahan
dalam mengatasi bahaya dapat lebih dari satu bila dibutuhkan.
Tindakan pencegahan didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dapat
menghambat timbulnya bahaya ke dalam produk dan mengacu pada prosedur
operasi yang diterapkan pada setiap tahap pengolahan. Oleh karena konsep HACCP
tindakan pencegahan harus selalu menjadi perhatian. Ebrikut beberapa contoh
tindakan pencegahan :
Pemisahan bahan baku dengan produk akhir dalam penyimpanan,
Menggunakan sumber air yang sudah memiliki persyaratan keamanan,
Kalibrasi timbangan dan alat pengukur suhu,
9

Menggunakan truk yang dilengkapi fasilitas pengatur suhu, dan lain-lain.


Tahap 7. Penetapan Titik Kendali Kritis atau CCP
Untuk setiap bahaya yang signifikan maka harus ditetapkan apakah suatu Titik
Kendali Kritis atau bukan. Titik kendali kritis adalah suatu tahap atau prosedur di mana
pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah,
dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga risiko dapat
diminimalkan. Apabila tahap ini tidak dapat dikendalikan maka dapat menimbulkan
bahaya keamanan pangan. Tim HACCP menetapkan di mana bahaya-bahaya yang
tinggi risikonya dapat dikendalikan. CCP dapat diidentifikasi dengan menggunakan
pengetahuan tentang proses produksi dan semua potensi bahaya dan signifikasi bahaya
dari analisis bahaya serta tindakan pencegahan yang ditetapkan. Untuk membantu
menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, dapat digunakan Diagram Pohon
Keputusan CCP (CCP Decision Tree). Diagram Pohon Keputusan adalah seri
pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan
memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau
bukan. Di samping diagram pohon keputusan untuk proses, untuk membantu
menetapkan dapat juga digunakan Pohon Keputusan CCP untuk bahan baku dan
formulasi.
Tahap 8. Penetapan Batas Kritis
Untuk setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis. Batas
kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman sehingga
proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman. Batas kritis ini tidak boleh
dilewati untuk menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya
mikrobiologis, kimia dan fisik.
Tahap 9. Menetapkan Prosedur Monitoring
Prosedur pemantauan (monitoring) adalah taahapan pengamataan atau
pengukuran batas kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat dan
ditujukan untuk meyakinkan bahwa batas kritis tersebut mampu mempertahankan
keamanan produk. Tim HACCP menetapkan rangkaian prosedur pemantauan untuk
tiap-tiap batas kritis yang ditetapkan yang mencakup apa, siapa, di mana, kapaan dan
bagaimana pemantauan tersebut dilakukan.
Pertanyaaan apa dijawab dengan apa yang haarus dimonitor, yaitu berdasarkan
batas kritis yang ditetapkan seperti suhu, waktu, ukuran dan sebagainya. Pertanyaan

10

mengapa dijawab denga alasan bahwa apabila tidak dimonitor dan melampaui batas
kritis akan menyebabkan tidak terkendalinya bahaya tertentu dan memungkinkan
menyebabkan tidak amannya produk. Pertanyaan dimana seharusnya dijawab pada
titik mana atau pada lokasi mana monitoring harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana
menanyakan metode monitoring, apakah secara sensori, kimia, atau pengukuran
tertentu. Berikutnya adalah pertanyaan kapan dilakukan monitoring, idealnya minimal
dimana terjadi interupsi dalaam aliran produksi, atau lot, atau data lain yang
menetapkan periode suatu monitoring. Terakhir adalah pertanyaan siapa yang
melakukan monitoring, idealnya adalah orang yang mempunyai akses yang sangat
mudah pada CCP, mempunyai keterampilan dan pengetahuan akan CCP dan cara
monitoring, sangat terlatih, dan berpengalaman.
Tahap 10. Menetapkan Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil
pemantauan pada CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan kendali)
karena jika kendali hilang, maka produk menjadi tidak memenuhi syarat. Dalam
pelaksanaannya terdapat 2 level tindakan koreksi, yaitu :
a.Tindakan Segera (Immediete Action), yaitu penyesuaian proses agar menjadi
terkontrol kembali dan menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak
penyimpangan.
b. Tindakan Pencegahan (Preventive Action), yaitu pertanggung jawaban untuk
tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi.
Tahap 11. Menetapkan Prosedur Verifikasi
Tim HACCP menyusun suatu prosedur untuk meyakinkan bahwa rencana
HACCP

sudah

valid

dan

bahwa

rencana

HACCP

yang

disusun

sudah

diimplementasikan seperti yang direncanakan. Verifikasi adalah aplikasi suatu metode,


prosedur, pengujian atau evaluasi lainnya untuk menetapkan kesesuaian suatu
pelaksanaan dengan rencana HACCP. Verifikasi memberi jaminan bahwa rencana
HACCP telah sesuai dengan kegiatan operasional sehari-hari dan akan menghasilkan
produk (makanan) dengan mutu baik dan/atau aman untuk dikonsumsi. Secara spesifik,
prosedur verifikasi harus menjamin bahwa :
Rencana HACCP yang diterapkan benar-benar tepaat untuk mencegah timbulnya
bahaya proses dan bahaya produk.

Prosedur pemantauan tindakan koreksi masih diterapkan.

11

Internal audit, pengujian mikrobiologi/kimia pada produk akhir tercatat.


Tahap 12. Dokumentasi dan Rekaman yang Baik
Dokumen atau rekaman data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah
dilakukan. Dokumen disusun dengaan menggunakan formulir/boring. Dokumen
tersebut dapat digunakan (1) untuk keperluan inspeksi dan (2) untuk mempelajari
kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menemukan tindakan koreksi yang
sesuai. Jenis dokumen (rekaman data) yang harus ada dalam penyusunan rencana
HACCP adalah :
Rencana HACCP dan semua materi pendukungnya,
Dokumen Pemantauan,
Dokumen tindakan koreksi,
Dokumen verifikasi.
Dengan telah disusunnya system dokumentasi, maka selesailah penyusunan
rencana HACCP. Rencana HACCP dapat berubah jika terjadi perubahan pada bahan
baku,

tata

letak

pabrik,

penggantian

peralatan,

perubahan

program

pembersihan/sanitasi, penerapan prosedur-prosedur baru, perubahan kelompokk


konsumen produk dan adanya informasi baru tentang suatu bahaya.
Penetapan CCP, penentuan batas kritis, penetapan prosedur monitoring,
penetapan tindakan koreksi, penentuan prosedur verifikasi dan dokumentasi yang baik
selanjutnya di tuangkan dalam tabel HACCP plan.

BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Waktu dan Tempat
Pengamatan HACCP pada menu makan siang loaf tahu untuk pasien diet dan non
diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni
2016 di bagian pelayanan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
12

B. Lokasi
Lokasi pengamatan adalah dapur gizi di bagian penerimaan, persiapan, pengolahan
dan distribusi kelas I, II, III, VIP dan VVIP Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
a. Baskom alumunium
b. Talenan
c. Pisau
d. Blender
e. Kukusan
f. Wajan/penggorengan
g. Sodet
h. Saringan
i. Stock Pot
j. Sauce Pot
k. Sendok Sayur
2. Alat saji yang digunakan :
a. Plato
b. Mangkok
c. Tray
d. Sendok
e. Garpu
f. Piring lauk makan
g. Alas makan
3. Alat yang diamati
a. Baskom stainless
b. Talenan
c. Pisau
d. Plato
e. Piring lauk
f. Mangkok
g. Sendok
h. Garpu
i. Alas makan
j. Wajan/penggorengan
k. Blender
l. Sodet
m. Saringan
n. tray stainless
4. Bahan yang diamati
a. Tahu putih
b. Bumbu untuk menu loaf tahu yang dihaluskan
13

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Telur
Ikan tuna
Bumbu untuk ikan tuna pesmol yang dihaluskan
Daun salam
Daun jeruk
Batang sereh

i. Ikan tuna giling


j. Bumbu untuk nugget ikan tuna
k. Tempe
l. Saus Tomat
m. Bumbu untuk menu tempe saus tomat
D. Prosedur Pemantauan
1. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan pada masing-masing bahan makanan.
2. Penetapan HACCP
3. Penetapan batas kritis (CCP)
4. Pengawasan batas kritis
5. Tindakan koreksi
6. Dokumentasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14

Nama : Annisa Putri Larasati


Menu : Loaf Tahu

15

A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan yang digunakan

Loaf Tahu
Tahu putih, bawang putih, bawang
merah, paprika, garam
Karakteristik produk akhir yang 1. Tekstur lembut
penting
2. Kosistensi basah
3. Rasa gurih
Metode
pengolahan
(urutan 1. Pendistribusian tahu putih dari
pengolahan yang dilakukan)
tempat penyimpanan ke ruang
pengolahan.
2. Pencucian
dan
pemotongan
bawang merah, bawang putih,
paprika.
3. Penghalusan bumbu
4. Pencampuran tahu putih, bumbu,
telur dan garam
5. Pengukusan
Kondisi penyimpanan yang sudah Tahu putih yang sudah diolah
diolah
disimpan di wadah baskom stainless
Metode distribusi
Menggunakan trolley makanan dari
dapur gizi ke ruang rawat inap.
Metode penyajian
1. Makanan diporsikan sesuai dengan
jenis diet pasien
2. Makanan
diporsikan
dalam
keadaan suhu ruang dan di
16

bungkus dengan wrapping plastic


untuk
mencegah
adanya
kontaminasi pada makanan.
3. Setelah makanan didistribusikan
kepada pasien, makanan langsung
dikonsumsi oleh pasien dengan
holding time 1-2 jam.
B. Cara Pembuatan Loaf Tahu
1. Haluskan bawang putih, bawang merah dan paprika yang sudah dipotong-potong.
2. Tuangi bumbu yang sudah dihaluskan ke wadah tahu putih yang sudah dicuci.
3. Haluskan tahu putih yang sudah tercampur dengan bumbu halus.
4. Masukkan telur ke dalam adonan tahu.
5. Tambahkan sedikit garam.
6. Kukus selama 1 jam.
7. Hidangkan.

C. Identifikasi Penggunaan Produk


Nama produk
: Loaf Tahu
Deskripsi cara konsumsi : Dikonsumsi langsung
Penggunaan produk
: Pasien diet dan non diet
D. Waktu dan Kegiatan
Tanggal
20 Juni 2016

22 Juni 2016

Bahan
Tahu putih
Bawang merah
Bawang putih
Paprika
Telur
Tahu putih
Bawang merah
Bawang putih
Paprika
Telur
Garam

Waktu
10.00 WIB

Kegiatan
Penerimaan dan
penyimpanan
bahan-bahan

10. 15 WIB

Persiapan
tahu
putih yang sudah
dicuci,
bawang
merah,
bawang
putih, paprika
Penghalusan
bumbu
Pencampuran
tahu putih dengan
bumbu halus

10.20 WIB
10.25 WIB

10.30 WIB
17

Tahu putih dan

10.35 WIB

10.40-11.40 WIB
16.45 WIB
17.00 WIB

bumbu dihaluskan
Masukkan telur
pada adonan tahu
dan penambahan
garam
Pengukusan
Pemorsian
loaf
tahu dan platting
Distribusi
ke
pasien kelas I, II,
III, VIP dan VVIP

E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


1. Diagram Alir
Lampiran 1
2. Verifikasi Diagram Alit di Tempat
Lampiran 1
3. Analisis Bahaya
Lampiran 1
F. Pelaksanaan HACCP
Kegiatan HACCP pada Loaf Tahu dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2016 di
rumah sakit Pusat Otak Nasional. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk melihat
penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan Loaf Tahu.
Beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu, yaitu dimulai dari
penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan
basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan bahan makanan, pemorsian dan tahap
distribusi kepada pasien.
1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP
Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pda tanggal 22 Juni 2016,
pengamatan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
a. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016.
Kegiatan penerimaan bahan makanan, yaitu kegiatan menimbang, menyortir dan
membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim oleh
supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh unit gizi. Pengiriman bahan
makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan dikembalikan dan akan diganti
dengan bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi oleh supplier. Penerimaan
bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan instalasi gizi Rumah Sakit Pusat
Otak Nasional.

18

Petugas yang melaksanakan kegiatan ini, yaitu petugas dan ahli gizi di bagian
penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan,
yaitu timbangan injak, pisau, baskom besar, keranjang besar, trolley dan tempat
sampah. Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu penerimaan
1)

bahan makanan kering dan penerimaan bahan makanan basah.


Penerimaan Bahan Makanan Kering
a. Telur ayam
Penerimaan telur ayam diamati tidak secara langsung. Penerimaan telur
dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi berwarna cokelat,
tidak pecah, bersih dari kotoran yang menempel, aromanya tidak busuk, dalam
1 kilogram terdapat 14-16 butir telur.
b. Garam
Penerimaan garam diamati tidak secara langsung. Penerimaan garam
dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi bersih, mengandung
iodium, tidak mengandung logam berat dan tidak menggumpal.

2)
a.

Penerimaan Bahan Makanan Kering


Tahu putih
Penerimaan tahu putih diamati tidak secara langsung. Penerimaan tahu
putih dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi segar, asli,
tidak hancur, padat, bersih, tidak berformalin, tidak berlendir, tidak asam, putih

b.

dan kedelai murni.


Bawang merah
Penerimaaan bawang merah diamati tidak secara langsung. Penerimaan
bawang merah dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi tidak

c.

ada tunas atau bonggol, dan tidak ada kulit bawang.


Bawang putih
Penerimaan bawang putih diamati tidak secara langsung. Penerimaan
bawang putih dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi tidak

d.

ada tunas atau bonggol, dan tidak ada kulit bawang.


Paprika
Penerimaan paprika diamati tidak secara langsung. Penerimaan paprika
dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi segar, muda, tidak
busuk dan ukuran besar.

3)

Alat yang Digunakan Saat Penerimaan

19

Alat yang digunakan saat penerimaan secara keseluruhan sesuai dengan


fungsi dan kegunaannya masing-masing. Alat yang digunakan saat penerimaan
adalah timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan makanan basah dan
bahan makanan kering. Saat digunakan timbangan, posisi diangka nol agar
timbangan berfungsi dengan baik dan hasil penimbangan akurat. Dapat
disimpulkan bahwa timbangan yang digunakan pada bagian penerimaan sudah
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

4)

Penyimpanan Bahan Makanan


a. Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Telur ayam
Penyimpanan telur ayam disimpan di dalam rak bahan makanan pada
meja persiapan pengolahan bahan makanan dengan suhu 28-30C. Bahan
makanan btelur ayam dipakai berdasarkan sistem FIFO.
Garam
Penyimpanan garam disimpan di atas rak bahan makanan pada gudang
kering dengan suhu 28-30C. Tempat penyimpanan bersih, kemasan tidak
bocor, tidak terbuka, dan tidak rusak. Di gudang penyimpanan bahan makanan
kering menerapkan sistem FEFO.
b. Penyimpanan Bahan Makanan Basah
Tahu putih
Penyimpanan tahu putih di dalam chiller dengan suhu 9C, disimpan
dalam keadaan bersih dan dingin. Di tempat penyimpanan bahan makanan
basah menerapkan

sistem FIFO

dan tanggal

penerimaan

kemasan.

Penyimpanan tahu putih sudah sesuai dengan standar operasional prosedur


(SOP).
Bawang merah
20

Penyimpanan bawang merah di dalam chiller dengan suhu 11C


dengan wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan
basah menerapkan

sistem FIFO

dan tanggal

penerimaan

kemasan.

Penyimpanan bawang merah sudah sesuai dengan standar operasional


prosedur (SOP).
Bawang putih
Penyimpanan bawang merah di dalam chiller dengan suhu 11C
dengan wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan
basah menerapkan

sistem FIFO

dan tanggal

penerimaan

kemasan.

Penyimpanan bawang putih sudah sesuai dengan standar operasional prosedur


(SOP).
Paprika
Penyimpanan paprika di dalam chiller dengan suhu 11C dengan
wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah
menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan
paprika sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

b. Persiapan Bahan Makanan


Sebelum pengolahan, tahu putih dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan
dengan jumlah pasien. Selanjutnya, tahu putih, telur, bawang merah, bawang putih
dan paprika dicuci dengan air bersih dan mengalir. Kemudian, bawang merah,
bawang putih dan paprika dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan.
Alat yang digunakan pada persiapan, yaitu baskom stainless untuk menaruh
potongan tahu putih, pisau dan talenan untuk potongan bawang merah, bawang putih
dan paprika yang akan dihaluskan.
Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan diawali dengan pencampuran bumbu halus pada
tahu putih, kemudian dicampur dan dihaluskan kembali. Setelah tahu putih dan
bumbu halus tercampur menjadi adonan, telur dimasukkan dan diaduk kembali serta
menambahkan garam secukupnya. Lalu, adonan loaf tahu dikukus selama 1 jam.
Jenis Pengolahan

Waktu
21

Suhu

Penghalusan bumbu
Pencampuran tahu putih,
bumbu halus, telur dan
garam
Pengukusam
Total Waktu Pengolahan

5 menit
10 menit
60 menit
75 menit

29,6C (suhu ruang)


800C

1) Alat yang digunakan


a)

Pisau
Pada proses pengolahan, pisau digunakan dalam keadaan bersih dari
sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena
petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Penggunaan pisau juga
dibedakan berdasarkan golongan bahan makanan. Alat yang digunakan sudah
memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).

b)

Talenan
Pada proses pengolahan, talenan yang digunakan dalam keadaan bersih
dari sisa makanan, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah
memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).

c)

Baskom alumunium
Pada proses pengolahan, baskom stainless yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak
diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat
yang digunakan memenuhi standar operasional prosedur (SOP).

d)

Kukusan
Pada proses pengolahan, kukusan yng digunakan dalam keadan bersih
dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena
petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan
memenuhi standar operasional prosedur (SOP).
22

2) Tenaga penjamah dalam proses pengolahan


Tenaga penjamah/pemasak sebelum memasuki tempat pengolahan sudah
menggunakan APD yang lengkap dan mencuci tangan ketika memasuki dapur
karena sudah dalam peraturan yang sesuai standar oprasional prosedur (SOP).
Akan tetapi pada proses pengolahan loaf tahu tenaga penjamah atau pemasak saat
memakai penutup kepala tidak sempurna karena rambut belum tertutup, hal
tersebut bisa menimbulkan bahaya. Maka, tenaga penjamah pada saat proses
pengolahan belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

d. Pemorsian Makanan

Pemorsian sudah dilakukan pada saat persiapan bahan makanan, dengan


memotong adonan menjadi menjadi kurang lebi 2-3 cm. Kemudian masing-masing
porsi di letakkan di piring lauk nabati untuk kelas I, VIP,VVIP, dan President Suites.
Setelah itu dilakukan wrapping agar makanan tetap dalam keadaan bersih. Persiapan
peletakkan piring lauk pasien sudah dilakukan 30 menit sebelum proses pemorsian,
sehingga, memungkinkan adanya debu pada piring makan pasien.

e. Distribusi Makanan
Makanan yang telah diolah di dapur, kemudian didistribusikan oleh
pramusaji, sebelum didistribusikan makanan disusun di dalam trolley dengan etiket
yang sudah tercantum dan dibagikan ke setiap ruangan. Saat pendistribusian
berlangsung ke pasien suhu makanan sudah dalam keadaan yang tidak hangat. Saat
pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat, selain itu pengaruh
dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan
bahaya lain. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai dengan standar

23

oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih ada yang
belum lengkap dan masih perlu diingatkan kembali.
f. Tenaga Pemasak dan Pramusaji
Tenaga pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat
pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan proses pemasakan atau pendisribusian. Namun, APD yang digunakan
pada pemasak dan pramusaji belum lengkap, seperti penggunaan alas kaki yang
tidak sesuai dengan prosedur, penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak
sempurna menutupi rambut dan prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan
dengan baik sehingga, tenaga penjamah pada proses pengolahan dan distribusi masih
belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Nama

: Fikriyah Haikal

Menu

: Tempe Saus Tomat

24

A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan baku yang digunakan

Tenpe Saus Tomat


Tempe, saus tomat, gula pasir, minyak
goreng, bawang merah, bawang putih,
bawang bombay, garam, merica bubuk
Karakteristik produk akhir yang penting
Suhu : 270C
Tekstur : Lunak
Warna : Coklat sedikit kemerahan
Konsistensi : Tidak terlalu kering, tidak
terlalu basah
Rasa : Manis, Gurih
Metode Pengolahan (Urutan Pengolahan Pendistribusian tempe dan saus tomatdari
25

yang dilakukan)

Kondisi penyimpanan yang sudah diolah


Metode transportasi / distirbusi
Metode Penyajian Makanan

tempat
penyimpanaan
ke
ruang
pengolahan
Pencucian bawang merah, bawang putih,
bawang bombay
Pencincangan / chop bumbu
Penghalusan bumbu
Penggorengan tempe
Penumisan bumbu
Pencampuran tempe, saus tomat, garam,
merica, dan gula
Tempe yang sudah matang disimpan dalam
wadah baskom stainless
Menggubakab trolley makanan dari dapur
keruang rawat inap
Di dapur makanan diporsikan sesuai
dengan jenis diet pasien
Makanan diporsikan dalam suhu ruang
dan dibungkus menggunakan Wrapping
plastic untuk mencegah terjadinya
kontaminasi pada makanan
Setelah makanan didistribusikan kepada
pasien, makanan langsung dikonusmsi
oleh pasien dengan holding time 1-2 jam

B. Cara Pembuatan Tempe Saus Tomat


1. Siapkan semua bahan yang ingin digunakan
2. Potong tempe berbentuk dadu dadu
3. Cincang / haluskan bumbu bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay
4. Goreng tempe hingga matang (jangan terlalu kering)
5. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan atau dicincang hingga harum
6. Masukkan saus tomat, tempe, garam, merica, dan gula
7. Tambahkan sedikit air
8. Aduk rata, tunggu sampai tempe meresap
9. Setelah tempe meresap angkat dan sajikan
C. Identifikasi Penggunaan Produk
Nama Produk

: Tempe saus tomat

Deskripsi Cara Konsumsi

: Dikonsumsi secara langsung

Penggunaan Produk

: Pasien rawat inap dengan diet dan non diet kecuali


pasien dengan diet rendah purin, dan tidak nabati
26

D. Waktu dan Kegiatan


Tanggal
20 juni 2016

22 juni 2016

Bahan
Waktu
Tempe, bawang 10.00
merah, bawang
putih, bawang
bombay
04.30-06.30
Tempe,
saus
tomat, bawang
merah, bawnag
putih, bawnag
bombay, garam,
merica bubuk,
gula,
minyak 10.00
goreng
11.00

Kegiatan
Penerimaan bahan makanan

o Persiapan bahan makanan


(pencucian
bumbu,
pemotongan tempe)
o Penghalusan bumbu tempe
o Penggorengan tempe
o Penumisan bumbu
o Pencampuran seluruh bahan
makanan (pemasakan)
o Pemorsian tempe kedalam
alat hidang
o Distribusi kepasien ruang
rawar inap

E. Hasil Aplikasi HACCP Di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


1. Diagram Alir
Lampiran II
2. Verifikasi Diagram Alir di Tempat
Lampiran II
3. Analisis Bahaya
Lampiran II
F.Pelaksanaan HACCP
Kegiatan HACCP Tempe saus tomat dilaksanakan pada tanggal 20 dan 23 juni
2016 didapur gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari pengamatan ini untuk
melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan tempe
saus tomat sehingga aman dikonsumsi oleh pasien atau konsumen lain.
Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu dimulai
dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan basah,
persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian diruang distribusi, dan tahap
pendistribusian kepasien.
1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP
Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 20 dan 23 juni 2016,
pengamatan yang dilakukan antara lain;
a. Penerimaan Bahan Makanan
27

Penerimaan bahan makanan dilaksanakan dari tanggal 20 juni 2016


kegiatan penerimaan bahan makanan yaitu kegiatan menimbang, menyortir,
mengukur, membersihkan bahan makanan segar maupun kering yang telah dikirim
oleh rekanan, bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan oleh Instalasi Gizi, jika bahan makanan tidak sesuai dengan
spesifikasi maka akan dilakukan penolakan dan rekanan harus mengganti bahan
makanan yang sesuai. Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan
Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan
kegiatan ini yaitu petugas tim penerimaan dan dibantu ahli gizi yang bertugas
menerima bahan makanan dari tim penerimaan.
i. Penerimaan bahan makanan basah

Tempe
Penerimaan tempe diamati secara langsung, penerimaan tempe
pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi dan tekstur yang sesuai.
Yaitu berat tempe 450 470 gr per 1 buah tempe, tempe dalam keadaan
tidak berbau langu.

Bawang Merah
Penerimaan bawang merah diamati secara langsun, penerimaan
bawnag merah pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi tidak ada
bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.

Bawang Putih
Penerimaan bawang putih diamati secara langsung, penerimaan
bawang putih pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifkasi tidak ada
bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.

Bawang Bombay
Penerimaan

bawang

bombay

diamati

secara

langsung,

penerimaan bawang putih pada tanggal 20 juni 2016 dengan


spesifkasi tidak ada bonggol, dan tidak busuk.
ii. Penerimaan bahan makana kering

Saus tomat
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016

Garam
28

Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016

Merica Halus
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016

Minyak Goreng
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016

iii. Alat Yang Digunakan Saat Penerimaan


Alat yang digunakan dalam penerimaan yaitu timbangan.
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan makanan seperti tempe,
bawang merah, bawnag putih, bawang bombay. Saar akan digunakan
timbangan di nol kan lebih dahulu agar timbangan berfungsi dengan baik
dan hasil timbangannya pun akurat.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
i. Penyimpanana bahan makanan basah

Tempe
Penyimpanan tempe disimpan dalam chiller dengan suhu 50C
dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan
kemasannya

Bawang Merah
Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan
suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal
penerimaan kemasannya

Bawang Putih
Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan
suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal
penerimaan kemasannya

Bawang Bombay

29

Penyimpanan bawang bombay disimpan dalam chiller dengan


suhu 250C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal
penerimaan kemasannya
ii. Penyimpanan Bahan Makanan Kering

Saus Tomat
Penyimpanan saus tomat di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan
sistem FEFO

Merica Halus
Penyimpanan merica halus di simpan dalam suhu ruang di
dalam

gudang

makanan

kering

dengan

suhu

25,90C

dan

menggunakan sistem FEFO

Garam
Penyimpanan garam di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan
sistem FEFO

Minyak Goreng
Penyimpanan minyak goreng di simpan dalam suhu ruang di
dalam

gudang

makanan

kering

dengan

suhu

25,90C

dan

menggunakan sistem FEFO


c. Persiapan Bahan Makanan
1) Tempe
Sebelum pengolahan tempe dilakukan penimbangan terlebih
dahulu sesuai dengan jumlah porsi pasien. Setelah itu tempe di
potong dadu-dadu.

2) Bawang Merah
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang merah di cuci dengan
alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang merah di cincang
halus di atas talenan
30

3) Bawang Putih
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang putih di cuci dengan
alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang putih di cincang
halus di atas talenan
4) Bawang Bombay
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang bombay di cuci
dengan alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang bombay di
cincang halus di atas talenan
5) Alat Yang Digunakan

Talenan
Dalam proses persiapan talenan sudah dalam keadaan
bersih, bebas dari kotoran, digunakan dalam keadaan kering dan
setiap habais pakai selalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan kembali. Dalam hal ini untuk memotong bumbu dan
tempe digunakan pada 1 talenan saja.

Pisau
Pisau dalam persiapan digunakan untuk memotong
tempe dan mencincang bumbu. Pisau bebas dari sisa kotoran
bahan makanan dan digunakan saat pisau telah dicuci bersih
dan dalam keadaan kering. Dalam hal ini, pisau yang
digunakan untuk mencincang bumbu sama dengan pisau yang
digunakan untuk memotong tempe.

Baskom Stainless
Baskom dalam persiapan terbuat dari stainless steel,
dicuci terlebh dahulu menggunakan sabun dan air mengalir,
bebas dari sisa kotoran bahan makanan dan digunakan saat
baskom telah kering, namun proses pencucian tidak diamati
secara langsung karena telah dicuci oleh petugas yang dinas
sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam
keadaan bersih.

d. Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan minyak untuk
menggoreng. Masukkan tempe dan goreng ( tidak terlalu kering saat menggoreng
31

tempe) pada suhu. Kemudian panaskan 3 sdt minyak untuk menumis, masukan bumbu
yang sudah di cincang, tunggu hingga harum masukan saus tomat, dan sedikit air
tunggu mendidih. Masukkan tempe serta garam, dan merica halus. Aduk rata sampai
saus tomat meresap kedalam tempe.
Jenis Pengolahan
Penggorengan tempe
Penumisan
bawang
bumbu
Pemasukan tomat, dan
air
Pencampuran
tempe,
dan bumbu lainnya
hingga meresap
Total Waktu Pengolahan

Waktu
15 menit
10 menit

Suhu

3 menit

1000C

20 menit

1000C

900C

48 Menit

Suhu yang dipakai saat pengolahn sudah tepat sesuai dengan jenis
pengolahnnya.
1) Alat Yang Digunakan

Penggorengan / Frying Pan


Penggorenga yang digunakan sudah bersih dari sisa bahan makanan,
tidak kotor, tidak berkarat, namun dalam proses pencucian tidak diamati
secara langsung karena alat yang ingin dipakai sudah bersih dicuci oleh
petuga sebelumnya.

Baskom Stainlees
Baskom dalam pengolahan terbuat dari stainless steel, dicuci terlebih
dahulu menggunakan sabun dan air mengalir, bebas dari sisa kotoran
bahan makanan dan digunakan saat baskom telah kering, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung karena telah dicuci oleh petugas
yang dinas sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam
keadaan bersih.

Sodet
Sodet yang digunakan dalam proses pengolahan makanan sudah
bersih dari sisa makanan, tidak ada kotoran, tidak berkarat. Namun, pada

32

saat proses pencucian tidak diamati secara langsung karena sudah dicuci
bersih oleh petugas dinas sebelumnya. Alat sudah sesuai dengan prosedur.
2) Tenaga Penjaman dama proses Pengolahan
Tenaga penjamah/pemasak dalam proses pengolahan sudah
menggunakan APD yang lenngkap, karena memang sudah diwajibkan
sebelumnya bahwa ketika memasuki ruangan dapur gizi harus memakai APD
yang lengkap dan sebelum melakukan pengolahan harus mencuci tangan
terleih dahulu dengan 6 langkah cuci tangan, meskipun tenaga penjamah
tidak kontak langsung dengan makanan dengan kata lain tenaga penjamah
menggunakan alat yaitu sodet dan spatula dalam pengolahan makanan.
Dalam hal ini tenaga pemasak sudah sesuai dengan prosedur.
e. Distribusi Makanan
Distribusi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
menggunakan sistem sentralisasi. Makanan yang telah diolah kemudian
disajikan oleh pramusaji. Sebelum didistribusikan kesetiap runagan
makanan ini di platting terlebih dahulu, dan di tutupi menggunakan plastic
wrapping, setelah itu disusun kedalam tray sesuai dengan kamar, ruangan,
dan lantai pasien. Setelah itu, dimasukan kedalam trolly berbenrtuk rak
kemudian setelah penyusunan langsung dibagikan keruangan pasien yang
mendapatkannya.
Pada saat pendistribusian ke pasien suhu sudah tidak dalam keadaan
hangat, sehingga dapat mempengaruhi daya terima pasien terhadap
makanan.
Alat yang digunakan sebagai berikut ;

Plato ( untuk kelas 2, dan 3)


Plato terbuat dari melamin yang tebal, kondisi fisiknya baik.
Pada saat ingin dipakai plato sudah dalam keadaan bersih, baik,
bebas dari kotoran sisa bahan makanan. Dalam proses pencucian
plato menggunakan mesin pencuci alat makan. Pencucian plato
dilakukan pada petugas dinas sebelumnya. Dan, pada saat plato
ingin dipakai sudah dalam keadaan kering.

Piring Lauk

33

Piring lauk terbuat dari bahan keramik, kondisi fisiknya baik.


Pada saat ingin dipakai piring lauk sudah dalam keadaan bersih,
baik, bebas dari kotoran sisa bahan makanan. Dalam pencucican
piring lauk menggunakan mesin pencuci alat makan. Pencucian
piring lauk dilakukan pada petugas dinas sebelumnya. Dan, pada
saat piring lauk ingin dipakai sudah dalam keadaan kering.

Sendok
Semua sendok yang digunakan dalam proses pendistribusian ini
bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah
dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat
tersedia dalam keadaan bersih dan kering.

Garpu
Semua garpu yang digunakan dalam proses pendistribusian ini
bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah
dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat
tersedia dalam keadaan bersih dan kering.

Trolley
Trolley yang digunakan untuk mendistribusikan makanan terbuat
dari stainless steel, bersih dari kotoran, dan tidak terdapat sisa
bahan makanan yang tercecer, trolley rutin dibersihkan oleh
petugas pramusaji yang sedang shift, keadaan trolley masih baik
namun proses pembersihan trolley tidak diamati secara
langsung.

Tenaga Penjamah
Tenaga penjamah saat kegiatan pendistribusian ada dua bagian
yaitu penjamah di dapur dan penjamah pembawa makanan.
Pendistribusian

didapur

tenaga

penjamahnya

sudah

menggunakan APD yang lengkap yaitu baju seragam kerja,


celemek, penutup kepala, masker, dan sarung tangan. APD yang
digunakan oleh tenaga penjamah kontak langsung dengan
34

makanan sehingga harus menggunakan masker dan sarung


tangan. Sementara, pendistribusian kepasien dilakukan oleh
pramusaji (sesuai dengan SOP).

Nama

: Inna Maydina

Menu

: Pesmol Ikan Tuna

35

A. Deskripsi Produk
Nama Produk

Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)


36

Bahan baku yang digunakan

Ikan tuna, bawang merah, bawang putih,


kunyit, jahe, gula pasir, garam, lengkuas,

Karakteristik produk akhir yang penting

minyak goreng.
- Suhu: 27C
- Tekstur: lembut
- Warna: kuning
- Konsistensi: basah

- Rasa: gurih
Metode pengolahan (urutan pengolahan - Pendistribusian
yang dilakukan)

ikan

tuna

dari

tempat

penyimpanan ke ruang pengolahan


- Pencucian dan pemotongan ikan tuna
- Pencucian dan pengirisan bawang merah, jahe,
kunyit, lengkuas
- Penghalusan bumbu
- Penumisan bumbu
- Pemasakan bumbu dan ikan
- Pencampuran daun salam, daun jeruk, batang

Kondisi penyimpanan yang sudah diolah

serai
Ikan tuna yang sudah diolah disimpan di

Metode transportasi/distribusi

wadah baskom stainless


Menggunakan trolley makanan dari dapur ke
ruang rawat inap/ sentralisasi.
- Di dapur makan diporsikan sesuai dengan

Metode penyajian

jenis diet pasien.


- Makanan diporsikan dalam suhu ruang dan di
tutup menggunakan plastic wrap untuk
mencegah kontaminasi pada makanan.
- Setelah

makanan

didistribusikan

kepada

pasien, makanan dikonsumsi oleh pasien


dengan holding time 1-2 jam.

B. Cara Pembuatan Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)


1. Panaskan 200ml minyak goreng di wajan. Masukkan bawang merah yang telah di
iris, goreng hingga berubah warna kecoklatan, masukkan semua bumbu yang telah
dihaluskan, daun salam, daun jeruk, batang serai kemudian tumis hingga harum.
37

2. Masukkan ikan tuna, aduk rata hingga tercampur dengan semua bumbu,
tambahkan 1,5liter air.
3. Masak ikan tuna hingga bumbu, air meresap dan ikan tuna menjadi empuk.
4. Hidangkan
C. Identifikasi Penggunaan Produk
Nama Produk
Deskripsi Cara Konsumsi
Penggunaan Produk

Ikan Tuna Bumbu Kuning (pesmol)


Dikonsumsi langsung
Pasien diet dan non diet

D. Waktu dan Kegiatan


Tanggal
22 Juni 2016

Bahan
Ikan tuna

Waktu
08.00

Kegiatan
- Penerimaan dan penyimpanan ikan

Bawang merah

10.00

- Persiapan/ pencucian ikan

Bawah putih

Kunyit

Jahe

Lengkuas

Daun salam

Daun jeruk

Batang serai

Minyak goreng

Garam

Gula pasir

- Persiapan bawang merah, bawang


putih, kunyit, jahe, lengkuas
- Penggorengan bawah merah yang
telah di iris
- Penumisan bumbu
10.20

- Pencampuran ikan tuna dengan


bumbu dan air
- Penambahan daun jeruk, daun
salam, batang serai, gula pasir dan
garam

10.55

- Ikan tuna empuk, matang dan


diangkat

16.00

- Pemorsian ikan tuna pesmol ke alat


saji

17.00

- Distribusi ke pasien kelas I, II, III,


VIP

E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


1. Diagram Alir
Lampiran III
2. Verifikasi Diagram Alir di tempat
Lampiran III
3. Analisis Bahaya
38

Lampiran III
F. Pelaksanaan HACCP
Kegiatan HACCP pada ikan tuna bumbu kuning (pesmol) dilaksanakan pada
tanggal 23 Juni 2016 di dapur gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari
pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu
serta proses pengolahan ikan tuna bumbu kuning (pesmol) sehingga aman untuk
dikonsumsi oleh pasien.
Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu
dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan
bahan makanan basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian dan
tahap pendistribusian ke pasien dari ruang pengolahan (dapur).
1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP
Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 23 Juni
2016, pengamatan yang dilakukan antara lain:
a. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2016,
kegiatan penerimaan bahan makanan yaitu menimbang, menyortir, dan
membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim
oleh supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh bagian gizi,
jika bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
maka bahan makana akan dikembalikan lagi kepada supplier dari pihak
supplier akan mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi
yang diminta. Penerimaan bahan makanan dilakukan diruang penerimaan
instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu tim penerimaan bahan
makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan yaitu
timbangan injak (besar), keranjang besar, baskom besar, trolley.
Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua macam yaitu penerimaan
bahan makanan basah dan penerimaan bahan kering.
1) Penerimaan Bahan Makanan Basah
a) Ikan Tuna
Penerimaan ikan tuna diamati secara tidak langsung, penerimaan
ikan tuna pada tanggal 23 Juni 2016 dengan spesifikasi bersih,
tanpa sisik, segar, tidak frozen. Ikan dipotong untuk 40 porsi
selanjutnya ikan dicuci dengan air bersih dan mengalir.
b) Bawang Merah

39

Penerimaan bawang merah diamati secara langsung, penerimaan


bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak
ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang.
c) Bawang Putih
Penerimaan bawang putih diamati secara langsung, penerimaan
bawang putih pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak
ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang.
2) Penerimaan Bahan Makanan Kering
a) Garam
Penerimaan garam tidak diamati secara langsung
b) Gula Pasir
Penerimaan gula pasir tidak diamati secara langsung
c) Minyak Goreng
Penerimaan minyak goreng tidak diamati langsung
3) Alat Yang Digunakan Saat Penerimaan
Alat yang digunakan pada saat penerimaan secara keseluruhan
sudah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing. Alat
yang digunakan saat penerimaan adalah timbangan yang digunakan
untuk menimbang bahan makanan kering dan bahan makanan basah,
seperti bawang merah, bawang putih, ikan.
a. Penyimpanan Bahan Makanan
1) Penyimpanan Bahan Makanan Kering
a) Gula pasir
Penyimpanan gula pasir disimpan digudang kering dengan
28C-30C, disimpan di atas rak bahan makanan kering
yang tempat penyimpanan tidak kotor, kemasan tidak bocor,
tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang penyimpanan bahan
makanan kering menerapkan sistem FEFO.
b) Garam
Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering
dengan suhu 28C-30C, disimpan di atas rak bahan
makanan kering yang tempat penyimpanan tidak kotor,
kemasan tidak bocor, tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem
FEFO.
c) Minyak goreng
Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering
dengan suhu 28C-30C, disimpan di atas rak bahan
makanan kering yang tempat penyimpanan tidak kotor,
kemasan tidak bocor, tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang
40

penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem


FEFO.
2) Penyimpanan Bahan Makanan Basah
a) Ikan tuna
Penyimpanan ayam disimpan didalam freezer dengan suhu
-1,7oC, disimpan dengan keadaan bersih, dingin beku, dan
tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat
penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem
FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan ikan
telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

b) Bawang Merah
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller
dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang merah telah
terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan
keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah
menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan.
Penyimpanan bawang merah telah sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP).
c) Bawang Putih
Penyimpanan bawang putih disimpan didalam chiller
dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang putih telah
terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan
keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah
menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan.
Penyimpanan bawang putih telah sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP).
d) Serai
Penyimpanan serai disimpan didalam chiller dengan suhu
11oC, sebelum disimpan serai dimasukkan ke dalam wadah
plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan
41

bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan


makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal
penerimaan kemasan. Penyimpanan serai telah sesuai
dengan standar operasional prosedur (SOP).
e) Lengkuas
Penyimpanan lengkuas disimpan didalam chiller dengan
suhu 11oC, sebelum disimpan lengkuas dimasukkan ke
dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat
penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan
bahan

makanan

basah

menerapkan

sistem

FIFO.

Penyimpanan lengkuas telah sesuai dengan standar


operasional prosedur (SOP).
f) Jahe
Penyimpanan jahe disimpan didalam chiller dengan suhu
11oC, sebelum disimpan jahe telah terkupas dimasukkan ke
dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat
penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan
bahan

makanan

basah

menerapkan

sistem

FIFO.

Penyimpanan jahe telah sesuai dengan standar operasional


prosedur (SOP).
g) Daun Salam
Penyimpanan daun salam disimpan didalam chiller dengan
suhu 11oC, sebelum disimpan daun salam dimasukkan ke
dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat
penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan
bahan

makanan

basah

menerapkan

sistem

FIFO.

Penyimpanan daun salam telah sesuai dengan standar


operasional prosedur (SOP).
h) Daun Jeruk
Penyimpanan daun jeruk disimpan didalam chiller dengan
suhu 11oC, sebelum disimpan daun jeruk dimasukkan ke
dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat
penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan
bahan

makanan
42

basah

menerapkan

sistem

FIFO.

Penyimpanan daun jeruk telah sesuai dengan standar


operasional prosedur (SOP).
b. Persiapan Bahan Makanan
Sebelum pengolahan, ikan dihitung terlebih dahulu dan
disesuaikan dengan jumlah pasien. Selanjutnya ikan dicuci dengan
air bersih dan mengalir. Sebelum pengolahan, bawang merah,
bawang putih, kunyit dan jahe dicuci dengan air yang mengalir
dan bersih, lalu di masukan kedalam blender untuk dihaluskan.
Alat yang digunakan pada persiapan yaitu baskom stainless
untuk menaruh potongan ikan, blender untuk menghaluskan
bumbu, pisau untuk memotong bumbu.

c. Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan wajan
berisi minyak, setelah panas semua bumbu di tumis, lalu masukkan
ikan dan air, kemudian diamkan hingga ikan empuk.
Jenis Pengolahan

Waktu

Suhu

Penumisan bumbu
halus

7 menit (13.00-13.07)

90oC

Pemasakan (ayam,
bumbu dan santan)

60 menit (13.10-14.10)

100oC

total waktu pengolahan

67 menit

Pemakaian suhu pada saat pengolahan sudah tepat dan sesuai dengan jenis
pengolahannya.
1) Alat yang digunakan
a) Pisau
Pada proses pengolahan, pisau yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses
pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
43

mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang


digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur
(SOP).
b) Talenan
Pada proses pengolahan, talenan yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, proses pencucian alat
tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi
sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi
standar operasional prosedur (SOP).
c) Sodet
Pada proses pengolahan, sodet yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses
pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang
digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur
(SOP).
d) Baskom alumunium
Pada proses pengolahan, baskom stainless yang digunakan
dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat,
proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang
digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur
(SOP).
e) Wajan
Pada proses pengolahan, wajan yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses
pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang
digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur
(SOP).
2) Tenaga penjamah dalam proses pengolahan
Tenaga

penjamah/pemasak

sebelum

memasuki

tempat

pengolahan sudah menggunakan APD yang lengkap dan mencuci


tangan ketika memasuki dapur karena sudah dalam peraturan yang
44

sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Akan tetapi


pada proses pengolahan ayam tenaga penjamah/pemasak saat
memakai penutup kepala tidak sempurna karena rambut masih
keluar, hal tersebut akan menimbulkan bahaya (hazard). Maka,
tenaga penjamah pada saat proses pengolahan belum sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
d. Distribusi Makanan
Makanan yang telah diolah di dapur, kemudian didistribusikan
oleh pramusaji, sebelum didistribusikan makanan disusun di dalam
trolley dengan etiket yang sudah tercantum dan dibagikan ke setiap
ruangan.
Saat pendistribusian berlangsung, ke pasien suhu makanan
sudah dalam keadaan yang tidak hangat. Selain itu hygiene
pramusaji saat memasuki ruangan per sayap tidak mencuci tangan
baik sebelum maupun sesudah. Hal tersebut akan berpengaruh juga
pada makanan yang diberikan dan makanan yang diambil di dalam
ruangan. Alat saji yang digunakan terdiri dari piring, sendok,
garpu, dan trolley. Alat saji tersebut bersih, tidak berkarat, maka
alat saji sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Pada saat memasuki ruangan pasien, suhu di masing-masing
ruangan berbeda, dalam hal tersebut terdapat bahaya (hazard) yaitu
westafel yang tidak bersih yang dapat mempengaruhi makanan
yang akan dikonsumsi pasien.

45

Nama

: Nindy Apriliani Putri

Menu

: Nugget Ikan Tuna

46

A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan Baku dan Bumbu

Nugget Ikan Tuna


Ikan tuna, telur, tepung roti,
tepung sagu, bawang bombay,
bawang putih, bawang merah,
paprika, daun jeruk, lada, gula
putih, garam
Karakteristik produk akhir Tekstur agak lembut
Warna coklat keemasan
Kosistensi kering
Rasa gurih
Metode Pengolahan (urutan
Pendistribusian bahan baku dan
pengolahan)
bumbu
dari
tempat
penyimpanan
ke
ruang
persiapan
Pencucian bahan baku dan
bumbu
Penggilingan ikan tuna dan
chopping bumbu
Pencampuran bahan baku,
bumbu, tepung roti, sagu, dan
telur
Pembentukan
dan
Penggorengan
Platting dan distribusi
Kondisi penyimpanan yang Nugget ikan tuna yang sudah
sudah diolah
diolah disimpan di nampan
47

stainless di atas oben marry


dengan suhu 60 C
Menggunkan trolley makanan
dari dapur ke ruang rawat
inap/sentralisasi
Di meja distribusi di porsikan
sesuai dengan jenis diet pasien
Makanan di porsikan dalam
suhu 25.9 C lalu di bungkus
dengan wrapiing plastic
Makanan dimasukan ke trolley
makanan lalu didistribusikan ke
pasien dengan holding time 1-2
jam

Metode transportasi/distribusi
Metode penyajian

B. Cara Pembuatan Nugget Ikan una


1. Ikan tuna di giling hingga cukup halus, kemudia chop bumbu-bumbu yang digunakan
2. Campurkan ikan tuna yang sudah digiling bersama bumbu-bumbu, tepung roti, tepung sagu,
dan telur. Bentuk menjadi bulat kelonjongan.
3. Panaskan minyak di wajan, kemudian goreng dengan api sedang hingga matang
4. Porsikan kemudian hidangkan.
C. Identifikasi Penggunaan Produk
Nama Produk

: Nugget Ikan Tuna

Deskripsi Cara Konsumsi

: Konsumsi langsung

Penggunaan Produk

: Pasien diet dan non diet kecuali tidak ikan dan tidak telur

D. Waktu dan Kegiatan


Tanggal
20
Juni

2016

22
Juni

2016

Bahan
ikan tuna
telur
bawang bombay
paprika
daun bawang
ikan tuna
telur
bawang putih

Waktu
09.00

05.00
10.00

48

Kegiatan
Penerimaan
dan
penyimpanan bahanbahan

persiapan thawing
ikan
tuna
dari
freezer
kemudian
penggilingan

bawang merah
bawang bombay
paprika
daun jeruk
daun bawang
gula
putih,
garam, dan lada
tepung sagu
tepung roti

persiapan
bumbubumbu
kemudian
chopping
pencampuran semua
bahan
dibentuk
menjadi
nugget
kemudian
digoreng
pemorsian
dan
platting
distribusi ke kelas I,
VIP, VVIP, PS

E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


1. Diagram Alur Proses Produksi
Lampiran 4
2. Analisis Bahaya
Lampiran 4
3. Analisis Penetapan CCP/Titik kritis
Lampiran 4
4. Analisis pengendalian bahaya
Lampiran 4
F. Pelaksanaan HACCP
Pelaksanaan HACCP pada menu makan siang lauk hewani tambahan Nugget Ikan
Tuna dilaksanakan tanggal 22 Juni 2016 di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional. Tujuan dari pengamatan iini yaitu untuk melihat penerapan konsep HACCP
atuau pengendalian mutu pada proses pengolahan menu makan siang lauk hewani
tambahan sehingga aman untuk dikonsumsi oleh pasien.
Tahapan yang dilakukan pada proses HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu
dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan basah dan bahan
makanan kering, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, pemorsian
makanan sampai distribusi hingga sampai ke tangan pasien.
G. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP
1. Penerimaan Bahan Makanan

49

Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan


kegiatan penerimaan bahan makanan meliputi penimbangan, penyortiran, pengecekan
dengan spesifikasi bahan makanan, dan pembersihan bahan makanan yang perlu dicuci
oleh supplier. Bahan makanan yang diterima harus memenuhi standar spesifikasi tiap
bahan makanan, jika ada bahan makanan yang tidak sesuai atau kurang maka bahan
makanan tersebut akan dikembalikan lagi kepada pihak supplier untuk diganti dan
dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya.
Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan instalasi gizi Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan kegiatan penerimaan adalah tim
penerimaan lalu ahli gizi bagian penerimaan akan menerima bahan makanan tersebut
setelah penerimaan selesai. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan berupa
timbangan besar satuan kg dengan dua angka dibelakang koma, baskom stainless besar,
keranjang besar, dan trolley. Penerimaan bahan makanan yang diterima terbagi dalam dua
macam yaitu, penerimaan bahan makanan basah dan penerimaan bahan makanan kering.
a) Penerimaan Bahan Makanan Basah

Ikan tuna
Penerimaan ikan tuna tidak diamati secara langsung, namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tanpa sisik, tanpa duri, segar, dan tidak beku. Ukuran
potongan ikan 50 gram selanjutnya ikan tuna dicuci dengan air bersih dan mengalir
kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik.

Bawang putih
Penerimaan bawang putih diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak ada
tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.

Bawang merah
Penerimaan bawang merah diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak
ada tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.

Bawang bombay
Penerimaan bawang bombay tidak diamati secara langsung namun spesifikasi
bahan makanan adalah tidak ada tunas/bonggol.

Paprika
Penerimaan paprika tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tidak memar/busuk.

Daun jeruk
50

Penerimaan daun jeruk tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tidak ada ranting/batang.

Daun bawang
Penerimaan daun bawang tidak diamati secara langsung namun spesifikasi
bahan makanan adalah bersih, tidak ada akar.

b) Penerimaan Bahan Makanan Kering

Telur
Penerimaan telur diamati secara langsung dengan spesifikasi bersih. Selanjutnya
telur dicuci dengan air bersih dan mengalir kemudian disusun kedalam rak telur.

Tepung roti
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

Tepung sagu
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

Lada bubuk
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

Gula putih
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

Garam
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

Minyak goreng
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung

c) Alat yang digunakan saat penerimaan


Alat yang digunakan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP),
timbangan injak besar selalu dalam angka 0 (nol) sebelum digunakan pada saat
penimbangan. Angka timbangannya pun akurat karena menggunakan dua angka
dibelakang koma dengan satuan kg.
2. Penyimpanan Bahan Makanan
a) Penyimpanan bahan makanan basah

Ikan tuna
Penyimpanan ikan tuna disimpan dalam freezer dengan suhu (-18 C), disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, sudah dicuci, dingin beku, dan tempat penyimpanan
51

bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem
First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan
plastik. Penyimpanan ikan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

Bawang putih
Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang putih sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

Bawang merah
Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang merah sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

Bawang bombay
Penyimpanan bawang bombay disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C,
disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang bombay sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

Paprika
Penyimpanan paprika disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan dengan
keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat
penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan
melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan paprika sudah
sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

Daun jeruk
Penyimpanan daun jeruk disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran.
Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out
(FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan daun jeruk sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
52

Daun bawang
Penyimpanan daun bawang disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran.
Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out
(FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan daun bawang sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).

b) Penyimpanan bahan makanan kering

Telur
Penyimpanan telur disimpan dalam suhu ruang dengan suhu dapur 25.9 C 26.9
C, disimpan bertumpuk di rak telur di meja persiapan. Penyimpanan telur menerapkan
sistem First In First Out (FIFO). Penyimpanan telur masih belum sesuai dengan standar
oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang
penyimpanan telur.

Tepung roti
Penyimpanan tepung roti disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung
yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor,
belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan
tepung roti masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan
suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.

Tepung sagu
Penyimpanan tepung sagu disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung
yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor,
belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan
tepung sagu masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan
suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.

Lada bubuk
Penyimpanan lada bubuk disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C, botol
lada bubuk ditata dalam rak tengah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum
53

kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan
makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan lada
bubuk masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu
ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.

Gula putih
Penyimpanan gula putih disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
kemasan gula putih ditata dalam rak paling bawah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak
bocor, belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO).
Penyimpanan gula putih masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP)
dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.

Garam
Penyimpanan garam disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C, kemasan
garam ditata dalam rak paling bawah, dan terdapat kartu stock opname. Keadaan kemasan
masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, dan tidak rusak. Gudang penyimpanan bahan
makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan garam
masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang
yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.

3. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan dilakukan sebelum pengolahan bahan makanan. Masingmasing bahan makanan dihitung sesuai dengan resep dan dibandingkan dengan standar porsi
pada resep. Bahan baku utama ikan tuna setelah dikeluarkan beberapa saat dari freezer
selanjutnya dicuci dengan air bersih mengalir dan hangat. Bahan lainnya seperti bawang
bombay, bawang putih, bawang merah, daun bawang, daun jeruk, dan paprika juga dicuci
dengan air bersih mengalir dan hangat. Setelah itu ikan tuna di blender untuk mengahulskan
dagingnya, selanjutnya untuk bumbu lainnya di chop hingga cukup halus. Persiapan bahan
makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
4. Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan wajan penggorengan,
setelah panas lalu nugget ikan tuna yang sudah dibentuk di goreng dengan api sedang selama
54

10 menit sampai matang merata dengan suhu 200 C. Total waktu pemasakan yang
dibutuhkan untuk 20 porsi adalah 30 menit. Setelah nugget matang, kemudian di masukkan
ke dalam nampan stainless lalu di wrapping dan di letakkan di Oben Marry dengan suhu 60
C. Alat yang digunakan pada proses persiapan hingga pengolahan adalah:
a) Wajan/penggorengan
Wajan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
b) Blender
Blender yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
c) Sodet
Sodet yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
d) Saringan
Saringan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
e) Pisau
Pisau

yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa

makanan serta penggunaan pisau yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah
dibersihkan oleh petugas yang dinas siang.
f) Talenan
Talenan yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, serta penggunaan talenan yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah
dibersihkan oleh petugas yang dinas siang.
g) Nampan stainless
Nampan stainless yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih
dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh
petugas yang dinas siang.
55

Proses pengolahan makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP),
namun yang menjadi catatan adalah penggunaan APD penjamah makanan yang belum
sempurna.
5. Pemorsian dan Platting Makanan
Pemorsian sudah dilakukan pada saat persiapan bahan makanan dibentuk menjadi
nugget, dengan membentuk adonan menjadi bulat-bulat lonjong 5 cm, dibuat sebanyak
porsi yang diorder dengan cadangan 3 porsi. Kemudian masing-masing porsi di letakkan
di piring lauk hewani tambahan untuk kelas I, VIP,VVIP, dan President Suites. Setelah itu
dilakukan wrapping agar makanan tetap dalam keadaan bersih. Persiapan peletakkan
piring lauk pasien sudah dilakukan sejak pukul 08.00 pagi, sedangkan proses pemorsian
dilakukan pukul 09.45, jadi kemungkinan adanya terjadi kontaminasi debu pada piring
makan pasien.
6. Distribusi Makanan
Makanan yang sudah di wrapping kemudian akan di tata di tray sesuai dengan
keterangan di etiket makan pasien yaitu ruangan dan kelas pasien untuk mempermudah
distribusi makanan. Kemudian tray tersebut di masukkan kedalam trolley makanan. Saat
pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat lagi, selain itu pengaruh
dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan bahaya
lainnya. Alat makan yang digunakan juga tidak dikemas dalam tissue walaupun alat makan
dalam keadaan bersih dan tidak berkarat. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai
dengan standar oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih
ada yang belum sempurna dan masih perlu diingatkan kembali.
7. Tenaga Penjamah Makanan dan Pramusaji
Tenaga penjamah/pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat
pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
proses pemasakan/pendisribusian. Namun, APD yang digunakan pada penjamah/pemasak
dan pramusaji belum sempurna, seperti penggunaan alas kaki yang tidak sesuai prosedur,
penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak sempurna menutupi rambut kepala, dan
prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan seutuhnya. Maka, tenaga penjamah pada
proses pengolahan dan distribusi masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur
(SOP).
56

Nama

: Tegar Swendanur Risha

Menu

: Ayam Bumbu Opor

57

A.

Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan Baku yang Digunakan

Ayam Bumbu Kari


Ayam, santan, jamur kuping, minyak
goreng, cabe merah keriting, bawang
merah,

bawang

puutih,

ketumbar,

jinten, jahe, garam, kunyit, kemiri, daun


salam, daun jeruk, serai, lengkuas, gula
pasir
Karakteristik produk akhir yang - Suhu :
penting

Tekstur : Lembut

Warna : Kuning Keemasan

Konsistensi : Basah

Metode

pengolahan

(urutan

pengolahan yang dilakukan)

Rasa : Gurih
Pendistribusian ayam dari tempat
penyimpanan ke ruang pengolahan

Pencucian

dan

pemotongan

bawang, cabe keriting, bawang


merah,

bawang

lengkuas

58

Penghalusan bumbu

Penumisan bumbu

putih,

kunyit,

Kondisi

penyimpanan

sebelum

Pemasakan bumbu dan ayam

Pencampuran daun salam, daun


jeruk, serai
Ayam disimpan didalam chiller dan

disajikan
Metode transportasi/distribusi

ditempatkan pada wadah dan diolah


Menggunakan troly makanan dari dapur

Metode penyajian

ke ruang rawat inap


- Di dapur makanan

diporsikan

sesuai dengan jenis diit pasien


-

Makanan diporsikan dalam suhu


ruang

dan

menggunakan

di

bungkus

wrapping

plastic

untuk mencegah kontaminasi pada


makanan.
-

Setelah makanan didistribusikan


kepada pasien, makanan langsung
dikonsumsi oleh pasien.

B. Cara Pembuatan Ayam Bumbu Kari


2. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan blender hingga harum,
masukkan potongan ayam, gula pasir, daun salam, daun jeruk, serai, dan
jamur aduk rata, biarkan bumbu meresap. Api dikecilkan.
3. Cicipi rasanya. Angkat, lalu hidangkan.
C. Identifikasi Penggunaan Produk
Nama Produk
Deskripsi Cara Konsumsi
Penggunaan produk

Ayam Bumbu Kari


Dikonsumsi langsung
Pasien dengan diet biasa

D. Waktu dan Kegiatan


Tanggal
20 Mei

Bahan
Ayam

2016

Cabe

Waktu
-

keriting, Bawang merah, Bawang putih

merah
keriting

Kegiatan
Penerimaan dan penyimpanan Ayam, Cabe merah

Bawang
merah
59

Bawang
putih

Ayam

Cabe merah
keriting

Bawang

12.00

merah

12.00

merah, bawang putih, ketumbar, jinten


jahe, kunyit, kemiri

Bawang
putih

Persiapan ayam dikeluarkan dari Chiller

12.30

Penumisan bumbu

12.35

Pencampuran ayam dengan bumbu dan

Ketumbar

23 Mei

Jinten

2016

Jahe

Kunyit

Penambahan garam dan gula

Kemiri

Lengkuas

Daun salam

14.00

Matang dan diangkat,

Daun jeruk

Distribusi ke pasien kelas II dan III

Serai

17.1018.00

Distribusi ke pasien kelas I dan VIP

Lengkuas

Gula pasir

santan

E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


1. Diagram Alir
Lampiran 5
2. Verifikasi Diagram Alir di Tempat
Lampiran 5
4. Analisis Bahaya
Lampiran 5
F. Pelaksanaan HACCP

60

Kegiatan HACCP pada Ayam Bumbu Kari dilaksanakan pada tanggal 23


Mei 2016 di dapur Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari
pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu
serta proses pengolahan Ayam Bumbu Kari sehingga aman untuk dikonsumsi
oleh pasien.
Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu
dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering,
basah dan segar, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian dan
tahap pendistribusi ke pasien dari ruang pengolahan (dapur).

G. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP


Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016
dan tanggal 22 Mei 2016, pengamatan yang dilakukan antara lain :
H. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016
kegiatan penerimaan bahan makanan yaaitu kegiatan menimbang, menyortir, dan
membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim oleh
supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh bagian Gizi, jika bahan
makanan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukkan. Maka, bahan
makanan akan dikembalikan lagi kepada supplier dan pihak supplier akan
mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi, penerimaan bahan
makanann dilakukan di ruang penerimaan bagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional.
Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu petugas pengawasan dibantu
oleh ahli gizi bagian penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan
dalam proses penerimaan yaitu timbangan injak (besar), pisau, baskom besar,
keraanjang besar, trolly, dan tempat sampah. Penerimaan bahan makanan terbagi
menjadi tiga macam yaitu penerimaan bahan makanan kering, penerimaan bahan
makanan basah dan penerimaan bahan makanan segar.
1.

Penerimaan Bahan Makanan Kering

1) Bawang Merah

61

Penerimaan bawang merah diamati secaara langsung, penerimaan


bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada
tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang.
2) Bawang Putih
Penerimaan bawang merah diamati secara langsung, penerimaan
bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada
tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang.
3) Cabe Merah
Penerimaan cabe merah diamati secara langsung, penerimaan cabe
merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi segar, dan tidak busuk.
2. Penerimaan Bahan Makanan Segar

1) Ayam
Penerimaan ayam diamati secara langsung, penerimaan ayam pada tanggal 20
Mei 2016 dengan spesifikasi bersih, tanpa bulu, tanpa lemak, segar, tidak
frozen. Ayam yang diterima 100% sesuai dengan spesifikasi maka ayam
mencapai nilai target.
3. Alat yang Digunakan Saat Penerimaan
Alat yang digunakan pada saat penerimaan secara keseluruhan sudah sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing, diantaranya:
1) Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan makanan kering, bahan
makanan basah, dan bahan makanan segar seperti cabe merah, bawang merah,
bawang putih, ayam. Saat digunakan timbangan posisi angka, diangka nol agar
timbangan berfungsi dengan baik dan hasil timbangannya pun akurat. Dapat
disimpulkan bahwa timbangan yang digunakan dibagian penerimaan sudah
baik.
4.

Penyimpanan Bahan Makanan

1) Penyimpanan Bahan Makanan Kering


a)

Santan

62

Penyimpanan santan disimpan di gudang kering dengan suhu 28C30C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
b) Gula
Penyimpanan gula pasir disimpan digudang kering dengan 28C-30C,
disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
c) Garam
Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering dengan suhu
28C-30C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
2)

Penyimpanan Bahan Makanan Segar


5. Persiapan Bahan Makanan
a) Ayam
Penyimpanan ayam disimpan didalam chiller dengann suhu -1.7oC
b) Bawang Putih
Penyimpanan bawang putih disimpan didalam chiller dengan suhu
c) Bawang Merah
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu
1.2oC
d) Serai
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu
26oC
e) Lengkuas
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu
26oC
f) Jahe
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu
26oC
g) Daun Salam
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu
26oC

63

Sebelum pengolahan, ayam dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan dengan


jumlah pasien. Selanjutnya ayam dicuci dengan air bersih dan mengalir.
Ayam tidak dipotong-potong lagi karena pada saat penerimaan bahan
makanan, ayam sudah dipotong-potong.
1) Cabe Merah, Bawang Merah, Bawang Putih, Kunyit, Jahe
Sebelum pengolahan, cabe merah, bawang merah, bawang putih, kunyit dan
jahe dicuci dengan air yang mengalir dan bersih, lalu di masukan kedalam
blender untuk dihaluskan.
2) Alat Yang Digunakan Dalam Persiapan
Alat yang digunakan pada persiapan yaitu baskom stanless untuk menaruh
potongan ayam, blender untuk menghaluskan bumbu yang akan dicampurkan
dengan ayam, pisau untuk memotong bumbu seperti bawang merah,, bawang
putih dan cabe merah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerimaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah sudah sesuai dengan
standar oprasional prosedur (SOP).
2. Proses pada penyimpanan bahan makanan kering dan basah sudah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan, hanya saja suhu pada penyimpanan bahan makanan
kering masih tidak sesuai prosedur.
3. Proses persiapan bahan makanan tenaga penjamah perlengkapannya belum sesuai
prosedur.
4. Proses pengolahan dan pendistribusian sudah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
5. Titik kendali kritis pada menu diatas adalah pada proses penerimaan dan pengolahan.
Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses
penerimaan yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan

64

APD pada petugas penjamah makan dan petugas pramusaji pada proses pengolahan
dan distribusi makanan.
B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan pramusaji
tentang penggunaan APD dan standar oprasional prosedur di instalasi gizi serta
memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar oprasional
prosedur.
2. Untuk suhu penyimpanan bahan makanan sebaiknya tidak melebihi dari suhu yang
telah ditetapkan.
3. Perlu adanya pengecekan dalam penyimpanan bahan makanan basah pada suhu dan
cara penataan bahan makanannya.
4. Lakukan monitoring kepada petugas didapur maupun di pantry agar lebih
memperhatikan atau menjalakan sesuai SOP yang telah ditetapkan, baik saat
melakukan persiapan maupun pendistribusian.

DAFTAR PUSTAKA
Antara. Semadi Nyoman. Modul Pelatihan Sistem Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan. Manado: Pusat Studi Ketahanan Pangan, LPPM, Unud
Butarbutar, A. F. (2012). Sistem Penyelenggaraan Makanan di PT Inalum Kuala Tanjung
Tahun 2011.
Departemen Kesehatan, R. I. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Khairani, L., Manjas, M., & Fendy, R. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Pasien Rawat Jalan RSUD Pasaman Barat (Doctoral dissertation, Tesis]. Universitas
Andalas, Padang).
Nasional-BSN, B. S. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta
pedoman penerapannya.

65

66

LAMPIRAN

DESKRIPSI PRODUK
1

Nama Produk

: Loaf Tahu

Komposisi

Bahan Utama (tahu putih 1,5 kg, telur 7 butir)


Lampiran 1.
Bumbu (bawang merah 10 siung, bawang putih 10 siung, garam 2 sdt, 1 bh,)
I PERANCANGAN HACCP
3 Pengolahan Utama
: Dikukus
Menu
: Loaf Tahu
4 Cara Penyajian
:
Jenis Makanan : Lauk Hewani Tambahan
Produk disajikan dalam piring lauk untuk kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
No
Latar
President
Suites dengan wrapping
Nama
Unit plastic.
Kedudukan
KT
.
Belakang
SasaranPutri
Konsumen
1. 5 Annisa
Larasati
Gizi :
Ketua
tim S1 Gizi
Konsumen yang dilayani adalah pasienpengawas
rawat inap di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional
II

DESKRIPSI
PRODUK YANG DITANGANI
6 Daya Simpan
: 3-4 jam pada suhu ruang
7

Jumlah Porsi

Dalam sekali pengolahan menghasilkan 40 porsi


8

Sistem Distribusi & Penyajian:


Distribusi secara sentralisasi/tray67
service

III

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PRODUK


Loaf Tahu digunakan sebagai lauk nabati pada menu ke makan malam untuk
pasien non diet dan diet. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan
standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan menggunakan
piring lauk makan untuk kelas I, II, III, VIP dan VVIP ditutupi dengan wrapping
plastic. Penyajian langsung kepada sasaran, dengan maksimal holding time selama 12 jam pada suhu ruangan.

IV

DIAGRAM ALIR PROSES PRODUKSI

Penerimaan bahan
baku dan bumbu
Pencucian,
pemotongan dan
penimbangan tahu

Pencampuran
68 dan Penghalusan
(tahu putih, bumbu halus, telurPenghalusan
Pencucian bumbu
dan
Pengukusan
Distribusi
Platting
pemotongan bumbu
dan garam)

MENGURUTKAN SESUAI DENGAN PROSES YANG ADA DI LAPANGAN

VI

MENDATA POTENSI BAHAYA


Nama Institusi

: Instalasi Gizi

Nama Produk

: Loaf Tahu

Metode Penyajian

: Tray Service/Sentralisasi

Ssasaran pengguna

: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III,

VIP, VVIP dan President Suites.

69

70

Tabel 1. Data Potensial Bahaya


Identifikasi
Bahaya

Tahapan Proses

K : Formalin
Tahu putih
B : E.
Salmonella
Koliform

Analisis
Tindakan Pencegahan
Severit
Resiko
Signifikan
y
Penerimaan Bahan, bumbu dan persiapan
Jaminan dari supplier bahwa
bahan makanan bebas formalin
Penggunaan bahan kimia
Supplier
memiliki
sertifikat
T
T
S
oleh supplier
keamanan pangan
Pencucian
Penanganan
bahan
makanan yang kurang
T
T
S
Pemeriksaan dan pencucian bahan
tepat
makanan oleh supplier
Penanganan
bahan
Pemeriksaan dan pencucian bahan
makanan yang kurang
R
R
TS
makanan oleh supplier
tepat
Sumber

Coli,
sp,

F : Kulit telur
retak,
kotoran
unggas
Telur
B : Salmonella sp.

Penanganan
makanan yang
tepat

bahan
kurang

TS

Bawang putih

K : Pestisida

Pembasmi hama

: Penanganan

bahan

T
71

Pencucian bahan makanan dan


suhu pemanasan yang sesuai pada
saat pemasakan
Jaminan dari supplier bahwa
bahan makanan bebas pestisida
Supplier
memiliki
sertifikat
keamanan pangan
Spesifikasi bahan makanan ;
bawang sudah dikupas
Pencucian sebelum pengolahan
makanan
Jaminan mutu supplier

Tahapan Proses

Bawang merah

Identifikasi
Bahaya

Sumber
yang

Resiko

Analisis
Severit
Signifikan
y

Mikroorganisme

makanan
tepat

kurang

K : Pestisida

Pupuk pada tanaman

B : Salmonella sp.

Penangan bahan makanan


yang kurang tepat

F : Busuk, memar

Penanganan
makanan yang
tepat

TS

K : Pestisida

Pembasmi hama

TS

TS

Penerapan sistem FIFO

bahan
kurang

Paprika

Garam

Tahu putih

F : Kemasan rusak
dan sudah
kadaluarsa

B : E.
Salmonella,

Penanganan bahan
makanan yang kurang
tepat

Proses pencucian
terkandung
R

Zat yang
dalam air
Coli, Tempat pencucian yang
tidak bersih

K : kaporit/klorin

Tindakan Pencegahan

72

Jaminan mutu supplier


Spesifikasi bahan makanan yang
tepat
Jaminan mutu pemasok
Penerapan sistem FIFO
Spesifikasi bahan makanan
Pemeriksaan oleh tim penerimaan
bahan makanan
Jaminan dari supplier bahwa
bahan makanan bebas pestisida
Supplier
memiliki
sertifikat
keamanan pangan
Pencucian sebelum pengolahan
makanan
Jaminan mutu supplier
Pemeriksaan bahan makanan yang
datang
Penerapan sistem FEFO
Memeriksa kadar kaporit dalam
air
Prosedur pencucian yang tepat
Melakukan cek kadar E. Coli

Tahapan Proses

Identifikasi
Bahaya
koliform

Telur

F : kotoran
B : E.
Salmonella
koliform

Bawang putih

Bawang merah

Paprika

Coli,

K : kaporit/klorin
B : E.
koliform

Coli,

K : kaporit/klorin
B : E.
koliform

Resiko

Kandungan air
Pencucian yang kurang
bersih
Coli,
sp, Kandungan air

K : kaporit/klorin
B : E.
koliform

Sumber

Coli,

Bawang putih

F : Kotoran dari
alat pengolahan,
rambut, kuku

Bawang merah

B : E. Coli,
koliform
F : kotoran dari

Zat yang
dalam air

Analisis
Severit
Signifikan
y

Tindakan Pencegahan
dalam air

terkandung

TS

TS

TS

TS

TS

TS

T
Tempat pencucian kurang
bersih
Zat yang terkandung
R
dalam air
Tempat pencucian kurang
T
bersih
Zat yang terkandung
R
dalam air
Tempat pencucian kurang
T
bersih
Penghalusan bumbu
Pencucian alat pengolahan
yang tidak bersih dan
R
tenaga penjamah yang
tidak higienis
Kurang
bersihnya
T
pencucian alat
Pencucian alat pengolahan
R
73

Prosedur pencucian yang tepat


Prosedur pencucian yang tepat
Melakukan cek kadar E. Coli
dalam air
Memeriksa kadar kaporit dalam
air
Prosedur pencucian yang tepa
Melakukan cek kadar E. Coli
dalam air
Mengecek kadar kaporit dalam air
Melakukan metode pencucian
yang tepat
Mengecek kadar kaporit dalam air
Melakukan metode pencucian
yang tepat

Pencucian alat yang bersih


Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap

Pencucian alat yang bersih


Pencucian alat yang bersih

Tahapan Proses

Paprika

Identifikasi
Bahaya
alat pengolahan,
debu,
rambut,
kuku
B : E. Coli,
koliform
F : kotoran dari
alat pengolahan,
debu,
rambut,
kuku
B : E. Coli,
koliform

Sumber

Resiko

Analisis
Severit
Signifikan
y

yang tidak bersih dan


tenaga penjamah yang
tidak higienis
Kurang
bersihnya
T
S
S
pencucian alat
Pencucian alat pengolahan
yang tidak bersih dan
R
R
TS
tenaga penjamah yang
tidak hygiene
Kurang
bersihnya
T
S
S
pencucian alat
Pencampuran tahu putih, bumbu halus, telur dan garam

Tindakan Pencegahan

Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap
Pencucian alat yang bersih

Pencucian alat yang bersih


Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap

Pencucian alat yang bersih

Tahu putih
Telur

F : debu, kotoran

Bawang putih

Pencucian
alat
yang
kurang bersih dan tenaga
penjamah yang tidak
hygiene

TS

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap

Spesifikasi bahan makanan


yang tepat
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan
makanan

Bawang merah
Paprika
Garam

Tahu putih
Telur

B : Salmonella sp

F : debu, kotoran

Penanganan
makanan yang
tepat

bahan
kurang

Pengukusan
Pencucian
alat
yang
R
kurang bersih dan tenaga
penjamah yang tidak
74

TS

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap

Tahapan Proses

Identifikasi
Bahaya

Sumber

Analisis
Severit
Signifikan
y

Resiko

Tindakan Pencegahan

Bawang putih
hygiene

Bawang merah

Paprika

B : Salmonella sp

T
Penanganan
makanan yang
tepat

bahan
kurang

Spesifikasi bahan makanan


yang tepat
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan
makanan

Distribusi
Loaf Tahu
VII

F : Debu

Lingkungan yang kurang


bersih
MENENTUKKAN
TITIK
KRITIS
B : Serangga

TS

TS

Memantau kebersihan troli


Menggunakan wrapping plastic
untuk menutup makanan
penerapan
hygine
sanitasi
lingkungan instalasi gizi

Tabel 2. Penetapan Titik Kritis (CCP)


Tahap Proses
Tahu putih

Telur

Bahaya Potensial
Q1*
Q2**
Penerimaan bahan, bumbu dan persiapan
K : Formalin
Y
T
B : E. Coli, Salmonella sp,
koliform
Y
Y
B : Salmonella sp, E. Coli,
koliform
K:B : Mikroorganisme
75

Y
Y

Y
T

Q3***

Q4****

CCP/not CCP
Not CCP
CCP

CCP
Not CCP

Tahap Proses
Bawang merah
Paprika
Garam

Bahaya Potensial
K:-

Q1*
-

Q2**
-

Q3***
-

K:-

Q4****
-

CCP/not CCP
-

Proses pencucian
Tahu putih

B : E. Coli, koliform

Not CCP

Bawang putih

B : E. Coli, koliform

Not CCP

Bawang merah

B : E. Coli., koliform

Not CCP

Paprika

Y
B : E. Coli, koliform
Penghalusan Bumbu

Bawang putih
Bawang merah
Paprika

B : E. Coli

Not CCP

Not CCP

Pencampuran tahu putih, bumbu halus, telur dan garam


Tahu putih
Telur
Bawang putih
Bawang merah
Paprika
Garam

F : debu, kotoran

B : Salmonella sp

Not CCP

Not CCP

Pengukusan
Tahu putih

F : debu, kotoran
76

Not CCP

Tahap Proses
Telur
Bawang putih
Bawang merah
Paprika

Bahaya Potensial

Q1*

Q2**

Q3***

Q4****

CCP/not CCP

CCP

B : Salmonella sp
Distribusi

Loaf Tahu

F : Debu

VIII

MENETAPKAN BATAS KRITIS

IX

MENETAPKAN SISTEM MONITOR

MENETAPKAN TINDAKAN KOREKSI

Not CCP

Tabel 3. Pengendalian Bahaya


Monitoring

Penerimaan
tahu putih

Biologi

Batas Kritis Tiap


Tindakan
Pencegahan
Salmonella sp,

Penerimaan
telur

Biologi

Salmonella sp,

Salmonella

Setiap
pengolaha
n

Ruang
pengolahan

Pengawas
pengolahan

Pengukusan

Biologi

Salmonella

Salmonella

Setiap
pengolaha
n

Ruang
pengolahan

Pengawas
pengolahan

Titik Kritis

Bahaya
Signifikan

Apa

Kapan

Salmonella

Setiap
pengolaha
n

Ruang
pengolahan

Pengawas
pengolahan

77

Dimana

Siapa

Tindakan
Koreksi
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
Bagaimana

dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik

78

XI

VERIFIKASI

XII

DOKUMENTASI DAN RECORD KEEPING FOR


1

Rekam Penerimaan Tahu

No
1

Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
20
Juni 27,7 C dan 10.00 Ditimbang dan dilihat Annisa
2016

WIB

sesuai spesifikasinya

Putri
Larasati

Rekam Pengolahan Loaf Tahu

No
1

Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
22
Juni 80C dan 10.15-11.40 1 Mengecek
dan Annisa
2016

WIB

mengingatkan

Putri

karyawan

yang Larasati

tidak menggunakan
APD dengan benar
2 Mengingatkan
menegur

dan
untuk

penjamah makanan
agar

mencuci

tangan sebelum dan


sesudah

mengolah

makanan
3 Memantau
penggunaan

alat

secara benar
3 Rekam Pemorsian Loaf Tahu
No
1

Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
22
Juni 25,9 C dan 16.00- 1 Mengecek
dan Annisa
2016

16.15 WIB

mengingatkan
karyawan
tidak
79

Putri
yang Larasati

No

Tanggal

Suhu dan Waktu

Corrective Action
menggunakan

PJ

APD dengan benar


2

Mengingatkan dan
menegur

untuk

penjamah
makanan

agar

mencuci

tangan

sebelum

dan

sesudah mengolah
makanan
3

Memantau
penggunaan

alat

secara benar
4 Rekam Distribusi Loaf Tahu
No
1

Tanggal
Suhu dan Waktu
22
Juni 25.9 C dan 17.00 1

Corrective Action
mengingatkan

2016

petugas

18.00

wadah
tidak

bila Putri
makanan Larasati
tertutup

dengan benar
2

Menggunakan alat
trolley

dengan

benar
3

Mengingatkan
petugas

apabila

ada

makan

alat

dalam

keadaan

tidak bersih
4

Mengingatkan
petugas
distribusi

80

PJ
Annisa

apabila
tidak

tepat waktu
A ANALISIS
Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari
penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang ada,
dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan
memperhatikan bagian-bagian yang rusak, sedangkan bahaya kimia perlu diadakan uji
laboratorium.
Pada proses persiapan sudah memenuhi prosedur karena melewati tahapan
proses yang baik dan pada proses pengolahan makanan terjadi kegosongan karena
tenaga pengolah meninggalkan

makanan yang sedang dikukus, serta

perlu

jugadiberikan catatan mengenai penggunaan APD pada penjamah makanan yang belum
mengenakan APD dengan lengkap. Pada proses pemorsian, platting dan distribusi sudah
memenuhi prosedur yang ditetapkan.
Tindakan koreksi yang dilakukan oleh petugas penerima bahan makanan adalah
mensortir bahan makanan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan disepakati
anatara pihak supplier dan bagian instalasi gizi. Tindakan koreksi untuk proses
pemorsian dan pengolahan adalah dengan cara mengingatkan mengenai kebersihan alat
dan petugas penjamah makanan. Tindakan koreksi yang dilakukan pada kegiatan
pengolahan dan distribusi adalah memberikan teguran dan peringatan jika perlakuan
tenaga penjamah makanan dapat mencemari makanan, serta selalu mengawasi mengenai
penggunaan APD yang benar.
B PROSES PENETAPAN CCP
Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan pada bahaya fisik, kimia, dan
biologi, bahaya dapat diminimalisir dengan cara penetapan spesifikasi bahan makanan
yang tepat sehingga mengurangi bahaya pada bahan makanan. Penetapan CCP pada
proses

pengolahan

didasarkan

karena

tahapan

ini

dirancang

khusus

untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya yang terjadi dengan tindakan pencagahan


berupa kontrol suhu pada waktu pengolahan.
C KESIMPULAN

81

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa titik kendali kritis dari
loaf tahu adalah pada proses penerimaan dan pengukusan. Rencana tindak lanjut yang
dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses penerimaan yang sesuai dengan SOP
dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan APD pada petugas penjamah makan
dan petugas pramusaji pada proses pengolahan dan distribusi makanan.
D SARAN
Perlu diadakan sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan
pramusaji tentang penggunaan APD lengkap dan standar oprasional prosedur di instalasi
gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang tidak mematuhi dari
standar oprasional prosedur.

82

Lampiran 2.
5. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan
6. Mendata potensi bahaya
TABEL 1. DATA POTENSIAL BAHAYA
Nama Institusi

: Instalasi gizi

Nama Produk

: Tempe Saus Tomat

Metode Penyajian

: Tray Service / Sentralisasi

Sasaran Penggunaan
: Pasien non diet dan diet kecuali pasien dengan diet rendah purin dan tidak nabati di ruang kelas
I,II,III,VIP,VVIP, dan President Suite (PS)

83

Diagram Alir Proses Produksi


Penerimaan Bahan Baku dan Bumbu

Pengupasan, pencucian, dan pemotongan


bumbu

Pencuncian, penimbangan, pemotongan


tempe

Penumisan bumbu

Penggorengan tempe

Pencampuran tempe,saus tomat, dan bumbu


tambahan
Pemasakan tempe
Pemorsian tempe
Penyajian kepasien

84

Tahapan
Proses

Identifikasi Bahaya

F : Terdapat Batu

Analisis
Resiko
Severity
Penerimaan Bahan Bumbu dan Persiapan
Sumber

Penanganan BM yang
kurang tepat

Signifikan

TS

Tindakan Pencegahan
Penetapan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Teliti dalam menerima bahan
makanan

K:
Tempe
B : Spora

Penanganan BM yang
kurang tepat

TS

F : Kemasan rusak,
kadularsa

Penanganan BM yang
kurang tepat

TS

K : Penambahan

Pabrik produksi saus

TS

Saus Tomat

85

Pemeriksaan BM setiap
datang
Jaminan dari suplier BM
tidak dapat spora
Suplier memiliki sertifikat
kemanan pangan
Teliti dalam menerima bahan
makanan
Perhatikan sistem
pengeluaran bahan makan
FIFO/FEFO
Adanya keamanan pangan

makanan pengawet
natrium, benzoat,
metabisulfit
B:
F: Debu/kotor
Garam

Minyak Goreng

dari pabrik pembuatan saus


tomat

tomat

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

K:
B:
F:
K:
B:

F: Busuk, memar

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

K: Pestisida

Pupuk

B: Salmonela

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

Bawang Merah

Bawang Putih

Penetapan spesifikasi BM
yang baik
Penerimaan BM yang sesuai

F: Busuk, berlubang

Penangan BM yang
kurang tepat

86

Penatapan spesifkasi bahan


makanan
Hilangkan bagiaan yang
busuk
Cuci bersih
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan
makanan
Penetapan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Menghilangkan bahan
makanan yang busuk
Mencuci menggunakan air
mengalir bersih dan
bertekanan

Bawang
Bombay

K: Pestisida

Pupuk tanaman

B: Kapang

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

F : Busuk, memar

Penanganan BM yang
kurang tepat

TS

K : Pestisida

Pupuk Tanaman

B : Khapang, Khamir

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

F : Debu

Udara

TS

TS

Gula

SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Hilangkan bagian yang
busuk
Cuci bersih air dan mengalir
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Jaminan mutu pemasokR
Spesifikasi bahan makanan
Penyimpanan BM harus
tertutup
Pemantauan sistem
FIFO/FEFO

K:
B:
Pencucian
Bawang Merah

F:
K: Kaporit/Klorin
B: Ecoli, coliform

Zat yang terkandung


dalam air
Kurang bersih
tempat cucian

87

Pengecekan kaporit dalam


air
Cek berkala kadar koliform
air

Kandungan dalam
air

Cek berkala ecoli air

F:
K: Kaporit/Klorin
Bawang Putih
B: Ecoli, coliform
Bawang
Bombay

Zat yang terkandung


dalam air
Kurang bersih
tempat cucian
Kandungan dalam
air

TS

Pengecekan kaporit dalam


air

Cek berkala kadar koliform


air
Cek berkala ecoli air

TS

Pengecekan kaporit dalam


air

Cek berkala kadar koliform


air
Cek berkala ecoli air
Alat yang digunakan
berkualitas baik
Tenaga penjamah makanan
mengerjakan sesuai SOP

F:
K: Kaporit/Klorin

B: Ecoli, coliform

F: Kotoran dari debu,


talenan, pisau, rambut
Bawang Merah

Zat yang terkandung


R
R
dalam air
Kurang bersih
tempat cucian
T
T
Kandungan dalam
air
Penghalusan Bumbu
Pencucian alat kurang
bersih, sanitasi Hygine
penjamah makanan

TS

TS

K:
B: Bakteri
Bawang
Bombay

F: Kotoran dari debu,


talenan, pisau, rambut

Kurang bersih alat


pencucian
Pencucian alat kurang
bersih, sanitasi Hygine
penjamah makanan

88

Pencucian alat yang


digunakan
Alat yang digunakan
berkualitas baik
Tenaga penjamah makanan
mengerjakan sesuai SOP

K:
B: Bakteri
F: Kotoran dari debu,
talenan, pisau, rambut
Bawang Putih

Kurang bersih alat


pencucian
Pencucian alat kurang
bersih, sanitasi
Hygine penjamah
makanan

Pencucian alat yang


digunakan
Alat yang digunakan
berkualitas baik
Tenaga penjamah makanan
mengerjakan sesuai SOP

TS

Pencucian alat yang


digunakan
Control waktu suhu
pemanasan
SOP pengolahan yang sesuai

K:
B: Bakteri

Kurang bersih alat


yang digunakan

PENGGORENGAN
F : Gosong / terlalu
kering
Tempe

TS

TS

TS

TS

TS

K:
B: Bakteri

Minyak Goreng

Pengolahan terlalu
lama

F:Bau tengik,
kaduluarsa
K:
B:

Kurang bersih alat


yang digunakan
Ketelitian petugas
penerimaan BM

SOP pengolahan yang sesuai


Sanitasi Hygine Pemasak
Penetepan spesifikasi BM
yang baik dan benar

PENUMISAN
Minyak Goreng
Bawang Merah

F:Bau tengik,
kaduluarsa
K:
B:
F: Debu

Ketelitian petugas
penerimaan BM

Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih

89

Penetepan spesifikasi BM
yang baik dan benar
Alat yang digunakan baik
Sesuai SOP

K:
B: Ecoli, Coliform

F: Debu
Bawang Putih

F: Debu

F: Debu, keringat,
rambut

TS

TS

Alat yang digunakan baik


Sesuai SOP

Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih

TS

Air yang digunakan bersih


Sesuai SOP
Cek berkala kadar coliform

TS

Alat yang digunakan baik


Sesuai SOP

Pencucian bahan
makanan dan alat
R
R
TS
kurang bersih
Pencampuran Bahan Makanan / Pemasakan
Hygine penjamah
makanan yang kurang

TS

Suhu yang diporses


makanan tidak sesuai

Platting
R

TS

K:
B: Ecoli, Coliform

Tempe Saus
Tomat

K:
B: Ecoli, Coliform

Tempe, saus
tomat, bumbu
tambahan

K:
B: Ecoli, Coliform

Bawang
Bombay

Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih

Air yang digunakan bersih


Sesuai SOP
Cek berkala kadar coliform

F : Debu, rambut,
kuku panjang

Penggunaan APD
tidak sesuai

90

Alat yang digunakan baik


Sesuai SOP
Mengolah makanan sesuai
SOP
Pemasak, menggunakan
APD yang sesuai

Proses pemasakan sesuai


SOP
Menggunakan APD sesuai
Platting makanan sesuai

Alat makan yang


digunakan sudah
ditaruh 2 jam
sebelum platting
Udara ruang
distribusi

SOP
Petugas penjamah makanan
cuci tangan bersih

K:

Lingkungaan yang
tidak bersih
T
S
S
Alat yang
digunakan tidak
bersih
DISTRIBUSI KE RUANG RAWAT INAP

Penerapan sanitasi hygine


makanan dan lingkungan
rumah sakit

B: Lalat

F : Debu

Udara dalam ruang


distribusi

TS

Menjaga kebersihan ruang


distribusi dan penutupan
makanan yang sudah matang

Lingkungan yang
tidak bersih
Alat saji yang
kurang bersih

Penerapan Hygine Sanitasi


lingkungan rumah sakit

Tempe Saus
Tomat
B:Lalat, bakteri

7. Menentukan titik kritis

TABEL 2. PENETEAPAN TITIK KRITIS (CCP)


Tahap Proses

Bahaya Potensial

QI*

Q2**
91

Q3***

Q4****

CCP/NOT CCP

Penerimaan Bahan Makanan


Tempe
Bawang Merah
Bawang Putih
Bawang Bombay

Pencucian
Penghalusan/pencincangan
bumbu
Penggorengan
Pemasakan Tempe
Platting

F:
K:
B:spora
F:
K: Pestisida
B: Salmonela
F:
B:
K:Pestisida
F:
B:
K: Pestisida
F:
K:
B: Ecolli
F:
K:
B:Bakteri
F:
K:
B: Salmonela
F:
K:
B:Ecolli
F:
K:
B: Lalat

Non CCP

Non CCP

Non CCP

CCP

Non CCP

CCP

Non CCP
Non CCP

Non CCP

92

Distribusi

F:
K:
B: Lalat

Non CCP

* : Apakah ada bahaya pada bahan makanan tersebut?


Y: lanjut pertanyaan
T: Non CCP
** : Apakah proses pada tahap ini dirancang spesifik untuk menghilangkan bahaya?
Y: CCP
T: Non CCP
*** : Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjaid melebihi batas yang tidak dapat diterima?
Y: Dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya
T: Non CCP
**** : Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan / mengurangi bahaya yang timbul?
Y: Non CCP
T: CCP
8. Menetapkan Batas Kritis
9. Menetapkan sistem monitor

93

10. Mentepkan tindakan koreksi


TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA

Titik Kritis

Bahaya
Signifikan

Penerimaan
Tempe

Biologi

Penerimaan
Bawang
Merah

Kimia

Penerimaan
Bawang Putih

Kimia

Penerimaan
Bawang
Bombay

Kimia

Penerimaan
saus tomat

Kimia

Pencucian

Biologi

Batas Kritis
Tiap
Tindakan
Pencegahan
Spora

Monitoring
Apa

Tempe

Kapan

Dimana

Pada
saat
penerimaan
Laboratorium
bahan makanan

Siapa

Petugas lab

Pestisida
Pestisida

Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali

Petugas lab

Pestisida
Pestisida

Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali

Petugas lab

Pestisida
Pestisida

Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali

Petugas lab

Pengawet

Ecoli
Koliform

Pengawet

Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali

Ecoli
Koliform

Setiap 1 bulan Laboratorium


sekali

94

Petugas lab
Petugas lab

Bagaimana

Tindakan
Koreksi

Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Melihat hasil Tolak jika
lab
sesuai

tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau

Penghalusan
Bumbu

Penggorengan

Biologi

Fisik

Pencampuran
Bahan
Makanan

Fisik

Plating

Fisik

Distribusi

Fisik

Ecoli
Ecoli

Setiap
pengolahan

Ruang
pengolahan
dan alat

Pengawas
dan
pengolah

Gosong

Setiap
penggorengan

Ruang
pengolahan

Pengawas
dan
pengolah

Benda
asing

Setiap
pengolahan

Ruang
pengolahan

Pengawas
dan
pengolah

Benda
asing

Setiap platting

Ruang
distribusi

Pengawas
dan
pramusaji

Benda
asing

Setiap
pendistribusian

Ruang
distribusi

Gosong

Rambut,
debu,
dan
kotoran

Debu

Debu

95

Pengawas
dan
pramusaji

melampaui batas
kritis
Memeriksa
Hygine
sanitasi
kebersihan
tenaga penjamah
lingkungan
yang baik
dan tenaga Cek bakteri alat
penjamah
setiap bulan
Mengontrol
Jangan
suhu
meniinggalkan
mengolah
pada saat sedang
dan
waktu menggoreng
mengolah
Memeriksa
Hygine
sanitasi
hygine
yang baik
sanitasi
tenaga
pemasak
serta
lingkungan
Memeriksa
Hygine
sanitasi
sanitasi
yang baik
hygine
pramusaji
serta
lingkungan
Memeriksa
Hygine
sanitasi
sanitasi
yang baik
hygine
pramusaji
serta

lingkungan
11. Verifikasi
12. Dokumentasi dan Record Keeping Form
1. Rekaman Penerimaan Tempe
No

Tanggal Produksi
20 juni 2016

Suhu & Waktu


280C & 09.30

Corektiv Action
Ditimbang dan dilihat
sesuai spesifikasinya

Penanggung Jawab

Suhu & Waktu


900C & 06.00 07/00

Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengecek proses
pengolahan dan
mengingatkan
mengenai hygine
sanitasi kepada semua
tenaga kerja pada
proses pengolahan
Mengingatkan

2. Rekam pengolahan Tempe


No

Tanggal Produksi
23 juni 2016

96

kepada tenaga pekerja


jika tidak ada yang
menggunakan APD
Memantau
penggunaan alat
secara benar
3. Rekam pemorsian Tempe
No

Tanggal Produksi
23 juni 2016

Suhu & Waktu


500C & 10.00

Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengingatkan kepada
petugas mengenai
hygine sanitasi
Mengecek dan
mengingatkan
pegawai distribusi
agar platting
maakanan dengan
baik
Memantau
penggunaan alat
secara benar

Suhu & Waktu


500C & 11.00

Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengingatkan kepada
petugas mengenai

4. Rekam Pendistribusian Tempe


No

Tanggal Produksi
23 juni 2016

97

hygine sanitasi
Mengecek dan
mengingatkan
pegawai distribusi
agar platting
maakanan dengan
baik
Memantau
penggunaan alat
secara benar

98

Lampiran 3.
1. Rancangan HACCP
Menu
: Ikan tuna bumbu kuning (pesmol)
Jenis Menu : Lauk Hewani (pada pasien kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
President Suite)
1. Tabel 1. Pembentukan Team HACCP
No
1

Nama
Inna Maydina

Unit

Kedudukan

Gizi

Ketua tim
pengawas dan
pengawas
distribusi.
Pengawas
penerimaan,
penyimpanan
BM dan
pengawas
pengolahan
BM.

2. Deskripsi Produk Yang Ditangani

99

Latar
belakang
S1 Gizi

KT

Deskripsi Produk
1. Nama Produk: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)
2. Komposisi:

Bahan: 40 ptg ikan tuna


10 butir bawang merah
2 lt air
250 ml minyak goreng
2 lbr daun salam
2 lbr daun jeruk
1 btg serai

Bumbu: 10 butir bawang merah


10 butir bawang putih
1 ruas kunyit
1 ruas jahe
1 ruas lengkuas
2 sdm gula pasir
2 sdm garam

3. Pengolahan Utama: Ditumis


4. Cara Penyajian:
Produk disajikan dalam piring lauk hewani, lalu ditutupi dengan plastic wrap.
5. Sasaran Konsumen:
Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President
Suite di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan pasien diet dan non diet
6. Daya Simpan: 3 4 jam dalam suhu ruang
7. Jumlah Porsi: Dalam sekali pengolahan untuk 40 porsi
8. Sistem distribusi & penyajian: Distribusi dilakukan secara sentralisasi / tray service

3. Identifikasi Penggunaan Produk


Ikan tuna bumbu kuning (pesmol) digunakan sebagai lauk hewani pada menu
ke-2 malam untuk pasien non diet dan diet. Komposisi bahan yang digunakan
disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian
dilakukan menggunakan plato untuk kelas II dan III, untuk kelas I, VIP, VVIP,

100

President Suite disajikan dalam piring lauk yang ditutupi dengan plastik wrap.
Penyajian langsung kepada pasien, dengan maksimal holding time selama 1 2 jam
pada suhu ruang.
4. Diagram Alir Proses Produksi

Penerimaan bahan baku dan bumbu

Pencucian dan pemotongan ikan

Pengupasan, pencucian dan


pemotongan bumbu

Penghalusan bumbu

Penumisan bumbu

Pencampuran Ikan, Bumbu

Penambahan bumbu tambahan

Penyajian Kepada Pasien

101

5. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan


6. Mendata potensial bahaya
TABEL 1. Data Potensial Bahaya
Nama Institusi

: Instalasi Gizi

Nama Produk

: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)

Metode Penyajian/distribusi dan Penyimpanan

: Tray Service / Sentralisasi

Sasaran Penggunaan

: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP, President
Suite

Tahapan
proses
Ikan Tuna

Identifikasi
bahaya

Sumber

F: Kotoran

Analisis
Tindakan Pencegahan
Resiko
Severity
Signifikan
Penerimaan bahan baku, bumbu dan persiapan
Penanganan R
R
TS
Penetapan spesifikasi bahan makanan
BM yang
yang baik
kurang tepat
Ketelitian tenaga penerimaan

K:
Formalin,
timbale

Penggunaan
bahan kimia
oleh suplier

B:
Morganella
morgana,
Klebsiella
pneumonia

Penanganan
BM yang
kurang tepat

TS

102

Jaminan dari supplier bahwa bahan


makanan bebas formalin
Supplier memiliki sertifikat keamanan
pangan
Pencucian
Penetapan spesifikasi bahan makanan
yang baik

Bawang
merah

Bawang
putih

Jahe

Kunyit

Lengkuas

Garam

Penerimaan BM sesuai spesifikasi


Jaminan mutu supplier
Spesifikasi BM yang tepat
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan makanan
Penerimaan BM sesuai spesifikasi
Jaminan mutu supplier
Spesifikasi BM yang tepat
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan makanan
Penerimaan BM sesuai spesifikasi

K:
pestisida
B:
salmonella

Pupuk pada T
tanaman
Penanganan T
BM yang
kurang tepat

K:
pestisida
B:
salmonella

Pupuk pada
tanaman
Penanganan
BM yang
kurang tepat

F: tanah, Udara dan


debu
penerimaan
BM
yang
tidak sesuai
spesifikasi
F: tanah
Penerimaan
BM
yang
tidak sesuai
spesifikasi
F: tanah
Penerimaan
BM
yang
tidak sesuai
spesifikasi
K:
Pupuk pada
pestisida
tanaman
F: debu
Udara

TS

TS

Penerimaan BM sesuai spesifikasi


Pencucian

TS

Penerimaan BM sesuai spesifikasi

Pencucian dengan air mengalir

TS

Jaminan mutu pemasok


Penerimaan BM sesuai spesifikasi
Penyimpanan tidak terlalu lama & tempat
yang kering
Pengamatan secara visual

103

Gula

F: debu,
kemasan
rusak

Udara

TS

Spesifikasi bahan makanan yang tepat

Daun Salam

F:
berlubang,
debu
B: ulat

Penanganan
BM yang
kurang tepat
Penanganan
BM
yang
kurang tepat
Pupuk pada
tanaman
Penanganan
BM
yang
kurang tepat
Penerimaan

TS

Spesifikasi bahan makanan yang tepat


Mencuci dengan air yang mengalir

TS

Spesifikasi bahan makanan yang tepat


Mencuci dengan air yang mengalir

Mencuci dengan air yang mengalir

TS

Spesifikasi bahan makanan yang tepat


Mencuci dengan air yang mengalir

TS

TS

Daun Jeruk

Batang serai

K:
peptisida
B: ulat

F : tanah

Penerimaan BM yang sesuai spesifikasi

BM yang
tidak sesuai
Minyak
Goreng

Ikan Tuna

spesifikasi
F: kemasan Penanganan R
rusak, bau BM
yang
tengik,
kurang tepat
kadaluarsa
K:

Zat yang

kaporit/klo

terkandung

rin

dalam air

Proses Pencucian
R
TS

104

Spesifikasi bahan makanan yang kurang


baik dan benar

Mengecek kadar kaporit dalam air

B : E-coli,
Koliform

Bawang
merah

Bawang
putih

Jahe

Kunyit

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform

K:
kaporit/klo
rin

Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih

Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air

TS

Melakukan cek kadar E.coli dalam air


Melakukan cek kadar koliform dalam air

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

TS

105

Mengecek kadar kaporit dalam air

B: e-coli,
Koliform

Lengkuas

Daun salam

Daun jeruk

Batang serai

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform

K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,

Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat

Melakukan cek kadar E.coli dalam air


Melakukan cek kadar koliform dalam air

TS

TS

TS

TS

S
106

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air
Melakukan cek kadar koliform dalam air

Mengecek kadar kaporit dalam air


Melakukan cek kadar E.coli dalam air

koliform

Bawang
merah

Bawang
putih

Jahe

F: kotoran
dari
blender,
debu,ramb
ut

Melakukan cek kadar koliform dalam air

pencucian
yang
kurang
bersih

Pencucian
alat yang
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan

Penghalusan Bumbu
R
TS

TS

TS

107

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Pencucian alat harus bersih

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Pencucian alat harus bersih

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

ut

Kunyit

Lengkuas

tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih

TS

TS

108

Pencucian alat harus bersih

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Pencucian alat harus bersih

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Pencucian alat harus bersih

Ikan tuna

F : debu,
kotoran

F : debu,

Pencucian
alat yang
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
Suhu dan
proses
pemasakan
yang
kurang
tepat
Pencucian

kotoran

alat yang

B:
Salmonella

Bawang
merah

Penumisan
TS

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Hygiene dan sanitasi yang baik


Proses pemasakan yang sesuai SOP

TS

Alat yang berkualitas baik


Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Proses pemasakan yang sesuai SOP

kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
B : E.coli,

hygiene
Air dan

koliform

pencucian
BM yang

109

kurang
Bawang
putih

F : debu,

bersih
Pencucian

kotoran

alat yang

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai SOP

kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Kunyit

F : debu,

hygiene
Pencucian

kotoran

alat yang

TS

kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Jahe

F : debu,

hygiene
Pencucian

kotoran

alat yang

TS

kurang
bersih dan
tenaga
110

penjamah
yang tidak
Lengkuas

F : debu,

hygiene
Pencucian

kotoran

alat yang

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai SOP

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai SOP

kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Batang serai

F : debu,

hygiene
Pencucian

kotoran

alat yang

TS

kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene

Ikan
tuna, F : debu,
bumbu halus,
rambut,

Pencampuran Bahan Dengan Bumbu Halus, Bumbu Tambahan


Hygiene
R
R
TS
Penanganan bahan makanan yang
dan sanitasi

sesuai dengan SOP


111

bumbu
tambahan

keringat.

yang
kurang

B:

baik
Suhu dan

salmonella

proses

sp, e.coli,

pemasakan

koliform

yang tidak

Tenaga penjamah harus menggunakan


APD dan perilaku sesuai SOP

Melakukan proses yang sesuai dengan


SOP

sesuai
Ikan
bumbu
kuning

tuna F : rambut,

Pem

Pemorsian
TS

debu

Memantau kebersihan ruang pemorsian

Tenaga penjamah harus menggunakan


APD dan perilaku sesuai SOP

Menutup segera makanan dengan


plastik wrapping

Ikan
bumbu
kuning

tuna F : Debu,
rambut

Kebersihan

Distribusi di Ruang Rawat Inap


R
TS

troli

Memantau kebersihan troli


Menjaga makanan dengan penutupan
menggunakan wrapping

7. Menentukan Titik Kritis


TABEL 2. PENETAPAN TITIK KRITIS (CCP)
112

Tahap Proses

Bahaya

Q1

Q2

Q3

Q4

CCP/Non CCP

CCP

Potensial
Ikan tuna
Bawang merah
Bawang putih
Lengkuas
Daun jeruk
Pencucian
Penghalusan
Penumisan
Pencampuran

K: Formalin,
timbale
K: pestisida
B: salmonella
K: pestisida
B: salmonella
K: pestisida
K: pestisida
B: e-coli,
koliform
B: bakteri
B: e-coli,
koliform
B: salmonella
sp, e-coli,
koliform

Penerimaan Bahan
Y
Y

Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y

T
T
T
T
Y
Y
T

T
T
T
T
Y

NON CCP
NON CCP
NON CCP
NON CCP
NON CCP
CCP
NON CCP

Y
Y

T
Y

T
Y

NONCPP
CCP

CCP

Keterangan:
Q1: Apakah ada tindakan pencegahan?
Y: dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya
T: non CCP

113

Q2: Apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan
yang tidak dapat diterima?
Y: CCP
T: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
Q3: Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima?
Y: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
T: non CCP
Q4: Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul?
Y: non CCP
T: CCP
8. Menetapkan Batas Kritis
9. Menetapkan Sistem Monitoring
10. Menetapkan Tindakan Koreksi

TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA


Nama Institusi

: Instalasi Gizi
114

Deskripsi Produk

: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)

Metode Penyajian/ Distribusi dan Penyimpanan

: Tray Service/ Sentralisasi

Sasaran Penggunaan

: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
President Suite

Titik Kritis

Bahaya

Batas Kritis

Signifikan

Tiap
Tindakan

Penerimaan

Kimia

Pencegahan
Formalin

Monitoring

Koreksi
Apa

Kapan

Dimana

Siapa

Bagaimana

Formalin

Setiap

laboratoriun

Petugas lab

Melihat

Tolak jika

hasil lab

tidak sesuai

ikan tuna

Penerimaan

Tindakan

penerimaan

Kimia

Pestisida

Pestisida

daun jeruk

bahan

dan

makanan

melampaui

Setiap

Ruang

penerimaan

penerimaan

Pengawas

bahan

Melihat

batas kritis
Tolak jika

secara

tidak sesuai

visual

dan

makanan
Penumisan

B: e-coli,
koliform

e-coli,

e-coli,

Setiap 1
115

melampaui
Laboratoriu

Petugas

Melihat

batas kritis
Tolak jika

koliform

Pencampura

Biologis

koliform

bulan sekali

labolatoriu

hasil

tidak sesuai

labolatoriu

atau

melampaui

Salmonella

Salmonella

Setiap 1

Laboratoriu

Petugas

Melihat

batas kritis
Tolak jika

sp

sp

bulan sekali

labolatoriu

hasil

tidak sesuai

labolatoriu

atau

melampaui
batas kritis

11. Verifikasi
12. Dokumentasi dan Record Keeping Form

a. Rekam Penerimaan Ikan


No

Tanggal Produksi
22 Juni 2016

Suhu & Waktu


33c & 08.00

Corektiv Action
Tidak melihat langsung

Penanggung Jawab
Inna Maydina

proses penermaan barang

b. Rekam Pengolahan Ikan Tuna Bumbu Kuning


No

Tanggal Produksi

Suhu & Waktu

Corektiv Action
116

Penanggung Jawab

22 Juni 2016

Mengecek proses

80C & 10.00

Inna Maydina

pengolahan, mengamati
tenaga penjamah
mengenai hygiene
sanitasi dan penggunaan
APD pada proses
pengolahan
Memantau penggunaan alat
dengan benar

c. Rekam Pemorsian Ikan Tuna Bumbu Kuning


No

Tanggal Produksi
22 Juni 2016

Suhu & Waktu


60C - 100C &

Corektiv Action
Mengecek proses
pengolahan, mengingatkan
kepada tenaga penjamah
mengenai hygiene sanitasi
dan penggunaan APD pada
proses pemorsian

117

Penanggung Jawab
Inna Maydina

d. Rekam Distribusi Ikan Tuna Bumbu Kuning


No

Tanggal Produksi
22 Mei 2016

Suhu & Waktu


50 C & 17.00-18.00

Corektiv Action
Mengingatkan penjamah
makanan mengenai
hygiene sanitasinya
Mengecek penjamah
makanan agar membawa
makanan dengan benar

118

Penanggung Jawab
Inna Maydina

A. Analisis
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam rangka praktik belajar lapangan
rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan bahan
makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ikan tuna bumbu
kuning yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di
ruang penerimaan bahan makanan tim penerima memperhatikan bahaya fisik,
kimia, biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi
di tangani oleh supplier dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya
kimia yaitu pestisida tidak di tangani langsung karena berkaitan dengan uji
laboraturium yang menyebabkan adanya pengeluaran finansial. Tim penerimaan
melakukan pengkorekasian bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan oleh supplier bahan makanan. Dari pihak supplier bahan
makanan sering mengirim bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
pemesanan antara lain kurangnya bahan makanan yang diterima, tanggal
kadaluarsa pada bahan makanan kering, kerusahan fisik pada sayuran. Bahan
makan makanan yang tidak sesuai akan mengirimkan kembali bahan makanan
maksimal keesokan harinya ke ruang penerimaan bahan makanan.
Pengamatan proses pengolahan makanan yang diamati langsung oelh
mahasisawa ada pemasak (tenaga penjamah makanan). Pemasak selalu
memeriksa makanan yang sedang proses pengolahan agar menghindari dari
kegosongan. Pemasak menggunakan jam tangan proses penyelenggaraan
makanan yang beresiko terjadi kontaminasi pada makanan.
B. Proses Penetapan CCP
1. Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa
pestisida yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pencucian sehingga
perlu melakukan penanganan yang kritis.
2. Penetapan CCP pada pengolahan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa
bakteri yang mungkin disebabkan oleh penggunaan jam tangan dan
penggunaan APD yang tidak lengkap pada pemasak, untuk menghindari
terjadinya bahaya kontaminasi pada makanan.

C. Kesimpulan
Berdasarkan proses yang di amati, dapat disimpulkan bahwa:

119

1. Titik kendali kritis dari ikan tuna bumbu kuning yaitu pada proses penerimaan
bahan makanan dan pada pengolahan bahan makanan.
2. Penggunaan APD yang kurang yang sesuai dengan SOP di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional, dan penggunaan jam tangan oleh penjamah makanan.
D. Saran
Perlu adanya pelatihan atau evaluasi yang rutin kepada tenaga pemasak dan
tenaga penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di
Instalasi Gizi.

Lampiran 4.

120

I.

PERANCANGAN HAACP
Menu

: Nugget ikan tuna

Jenis Makanan

: Lauk Hewani Tambahan

N
o
1

Nama

Unit

Nindy

Apriliani Gizi

Kedudukan
Ketua

Putri
II.

Latar
Belakang
team S1 Gizi

K
T

pengawas

DESKRIPSI PRODUK YANG DITANGANI


DESKRIPSI PRODUK
1. Nama Produk

: Nugget Ikan Tuna

2. Komposisi

Bahan Utama (fillet tuna 1 kg, daun jeruk 3 lbr, 4 butir telur, tepung roti 5 sdm,
tepung sagu 3 sdm)

Bumbu (Gula putih 5 sdm, garam 2 sdt , lada, bawang putih 5 siung, bawang
merah 8 siung, bawang bombay 1 bh, paprika 1/2 bh,)

3. Pengolahan Utama

: Digoreng

4. Cara Penyajian

Produk disajikan dalam piring lauk untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President
Suites dengan plastic wrap.
5. Sasaran Konsumen

Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional
6. Daya Simpan

: 3-4 jam pada suhu ruang

7. Jumlah Porsi

Dalam sekali pengolahan menghasilkan 20 porsi


8. Sistem Distribusi & Penyajian:
Distribusi secara sentralisasi/tray service

III.

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PRODUK


Nugget ikan tuna digunakan sebagai lauk hewani tambahan pada menu
ke II Siang untuk pasien non diet dan diet kecuali pasien dengan diet tidak

121

ikan dan tidak telur. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan
standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan
menggunakan piring lauk makan untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President
Suites ditutupi dengan plastic wrap. Penyajian langsung kepada sasaran ,
dengan maksimal holding time selama 1-2 jam pada suhu ruangan.
IV.

DIAGRAM ALUR PROSES PRODUKSI


Penerimaan bahan
baku dan bumbu

Pencucian dan fillet


ikan tuna

Pencucian bumbu

Penggilingan

Chopper bumbu

Mixing
(ikan tuna giling, bumbu, tepung
roti, tepung sagu, dan telur)

Penggorengan

Platting

V.

MENGURUTKAN SESUAI DENGAN PROSES YANG ADA DI


Distribusi
LAPANGAN

VI.

MENDATA POTENSI BAHAYA

122

Nama Institusi

: Instalasi Gizi

Nama Produk

: Nugget Ikan Tuna

Metode Penyajian

: Tray Service/Sentralisasi

Ssasaran pengguna

: Pasien dengan non diet dan diet kecuali tidak

ikan tidak telur di ruang kelas I, VIP,VVIP, President Suites.

123

Tabel 1. Data Potensial Bahaya


Tahapan

Identifikasi

Sumber

Risiko
Proses
Bahaya
Penerimaan Bahan Baku dan Bumbu serta Pengupasan
Ikan tuna
F: duri
Alamiah dari BM
R
K: fomalin

supplier
B:

Penanganan BM

mikroorganisme

yang kurang tepat

TS

B:

yang kurang tepat

baik
Melakukan

pemeriksaan

bahan

baik

TS

baik
Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang

(salmonella)
F:
busuk, Penanganan BM R
memar,

baik
Penetapan spesifikasi BM yang

Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang

Alamiah dari BM

mikroorganisme

Penetapan spesifikasi BM yang

makanan berkala
Penetapan spesifikasi BM yang

F: kotoran ayam Penanganan BM


dan retakan telur

Paprika

Tindakan Pencagahan

Signifikansi

Penambahan
bahan kimia oleh

Telur

Analisis
Severity

dan yang kurang tepat

S
TS

baik
Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang
baik

berlubang

124

Tahapan
Proses

Identifikasi
K:

Sumber

Bahaya
residu Pembasmi hama

pestisida
Tepung Roti

F:

Risiko

Analisis
Severity

Signifikansi

TS

TS

kemasan Penanganan BM

rusak

dan yang kurang tepat

kadaluarsa
Tepung

F:

Sagu

rusak

TS

kadaluarsa
Bawang

B: kapang

Penanganan BM

Bombay

yang kurang tepat

Daun

K:

Bawang

pestisida
B:

Penanganan BM

mikroorganisme

yang kurang tepat

Bawang

K:

Putih

pestisida

Bawang

residu Pembasmi hama

residu Pembasmi hama

B:

Penanganan BM

mikroorganisme

yang kurang tepat

K:

residu Pembasmi hama

Jaminan mutu supplier


Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FEFO
Jaminan mutu supplier

kemasan Penanganan BM
dan yang kurang tepat

Tindakan Pencagahan

TS

TS

TS

125

Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FEFO
Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier

Tahapan
Proses
Merah

Daun Jeruk

Identifikasi

Sumber

Bahaya
pestisida
B:

Penanganan BM

mikroorganisme

yang kurang tepat

K:

residu Pembasmi hama

pestisida
B: ulat

Penanganan BM
yang kurang tepat

Gula Putih

F:

Risiko

Analisis
Severity

Signifikansi

TS

TS

kemasan Penanganan BM

rusak

dan yang kurang tepat

kadaluarsa
Garam

F:

dan yang kurang tepat

TS

kadaluarsa
Lada

F:

dan yang kurang tepat

Penerapan sistem FIFO


Jaminan mutu supplier
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Pemeriksaan BM datang

Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FEFO
Jaminan mutu supplier

kemasan Penanganan BM

rusak

Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier

Penerapan sistem FEFO


Jaminan mutu supplier

kemasan Penanganan BM

rusak

Tindakan Pencagahan

TS

Pemeriksaan BM datang

TS

Penerapan sistem FEFO


Jaminan mutu supplier

kadaluarsa
Minyak

F:

kemasan Penanganan BM R

Goreng

rusak,

bau yang kurang tepat

Pemeriksaan BM datang

tengik,

dan

Penerapan sistem FEFO

126

Tahapan
Proses
Ikan tuna

Identifikasi

Sumber

Risiko

Bahaya
kadaluarsa
K: kaporit/klorin

Zat

Analisis
Severity

Signifikansi

Pencucian Bahan Baku dan Bumbu


yang

terkandung dalam R

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air
Telur

K: kaporit/klorin

pencucian
Zat

untuk
yang

Pengecekan kadar kaporit dalam air


R

TS

air
B: E. Coli dan Tempat

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air
Paprika

K: kaporit/klorin

pencucian
Zat

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

terkandung dalam R

coliform

Pengecekan kadar kaporit dalam air

TS

air
B: E. Coli dan Tempat
coliform

Tindakan Pencagahan

untuk

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

yang R

terkandung dalam

127

TS

Pengecekan kadar kaporit dalam air

Tahapan
Proses

Identifikasi

Sumber

Risiko

Bahaya

Signifikansi

air
B: E. Coli dan Tempat
coliform

pencucuian yang
air

K: kaporit/klorin

Bombay

pencucian
Zat

pembersihan berkala
S

untuk
yang

Pengecekan kadar kaporit dalam air


R

TS

air
B: E. Coli dan Tempat

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air
Daun

K: kaporit/klorin

Bawang

pencucian
Zat

untuk
yang

air
B: E. Coli dan Tempat

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air
Pengecekan kadar kaporit dalam air

terkandung dalam R

coliform

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

terkandung dalam R

coliform

Tindakan Pencagahan
Mengganti tempat mencuci dan

kurang bersih dan T

Bawang

Analisis
Severity

pencucuian yang

TS

Mengganti tempat mencuci dan


pembersihan berkala

kurang bersih dan

Cek berkala kadar E.coli dan

128

Tahapan
Proses
Bawang

Identifikasi
Bahaya
K: kaporit/klorin

Putih

Sumber
air
pencucian
Zat

Risiko

Analisis
Severity

Signifikansi

untuk

coliform pada air

yang

Pengecekan kadar kaporit dalam air

terkandung dalam R

TS

air
B: E. Coli dan Tempat
coliform

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air
Bawang

K: kaporit/klorin

Merah

pencucian
Zat

untuk
yang

Pengecekan kadar kaporit dalam air


R

TS

air
B: E. Coli dan Tempat

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air
Daun Jeruk

K: kaporit/klorin

pencucian
Zat

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

terkandung dalam R

coliform

Tindakan Pencagahan

untuk

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

yang R

terkandung dalam

129

TS

Pengecekan kadar kaporit dalam air

Tahapan
Proses

Identifikasi

Sumber

Risiko

Bahaya

Analisis
Severity

Signifikansi

air
B: E. Coli dan Tempat
coliform

Mengganti tempat mencuci dan

pencucuian yang

pembersihan berkala

kurang bersih dan T


air

Tindakan Pencagahan

untuk

Cek berkala kadar E.coli dan


coliform pada air

pencucian
Fillet dan Penggilingan
Ikan tuna

B:

Kontaminasi

Mencuci alat dengan bersih serta

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

yang digunakan

membedakan pisau serta talenan


yang dipisah sesuai jenis BM.

Chopping
Paprika

Bawang
Bombay

Daun

F:rambut

dan Penjamah

kuku
B:

makanan
Kontaminasi

TS

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

yang digunakan
F: rambut dan Penjamah

Penjaman

menggunakan

APD

sesuai dengan SOP


Mencuci alat dengan bersih serta
membedakan pisau serta talenan
yang dipisah sesuai jenis BM
Penjaman menggunakan APD

kuku
B:

makanana
Kontaminasi

TS

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

membedakan pisau serta talenan

TS

yang dipisah sesuai jenis BM


Penjaman menggunakan APD

yang digunakan
F: rambut dan Penjamah

R
130

sesuai dengan SOP


Mencuci alat dengan bersih serta

Tahapan
Proses
Bawang

Bawang
Putih

Bawang
Merah

Daun Jeruk

Ikan

Identifikasi

Sumber

Risiko

Bahaya
kuku
B:

makanana
Kontaminasi

mikroorganisme

silang pada alat T

Analisis
Severity

Signifikansi

Tindakan Pencagahan
sesuai dengan SOP
Mencuci alat dengan bersih serta

yang digunakan
F: rambut dan Penjamah

TS

kuku
B:

makanana
Kontaminasi

TS

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
kuku
B:

makanana
Kontaminasi

TS

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
kuku
B:

makanana
Kontaminasi

TS

mikroorganisme

silang pada alat T

TS

membedakan pisau serta talenan


yang dipisah sesuai jenis BM
Penjaman menggunakan APD
sesuai dengan SOP
Mencuci alat dengan bersih serta
membedakan pisau serta talenan
yang dipisah sesuai jenis BM
Penjaman menggunakan APD
sesuai dengan SOP
Mencuci alat dengan bersih serta
membedakan pisau serta talenan
yang dipisah sesuai jenis BM
Penjaman menggunakan APD
sesuai dengan SOP
Mencuci alat dengan bersih serta
membedakan pisau serta talenan

yang digunakan
yang dipisah sesuai jenis BM
Mixing Bahan Utama, Bumbu, Telur dan Tepung serta Pemorsian
Tuna, F: rambut, kuku, Penjamah
R
R
TS
Penjaman menggunakan APD

telur, tepung dan

keringat makanan

dan

sesuai dengan SOP


131

Tahapan

Identifikasi

Sumber

Proses
Bahaya
roti, tepung serta debu dan hygine
sagu,
paprika,
bawang

Risiko

Analisis
Severity

Signifikansi

Tindakan Pencagahan

sanitasi

kotoran
B:

kurang baik
Kontaminasi

mikroorganisme

silang pada alat

membedakan pisau serta talenan

dan

yang dipisah sesuai jenis BM

bombay,

Mencuci alat dengan bersih serta


pada

penjamah

dan bumbu

makanan

Penjamah makanan mencuci tangan


sebelum

dan

sesudah

proses

pencampuran serta menggunakan


APD yang lengkap
Penggorengan
Nugget ikan

F: gosong

Waktu dan suhu

Melaksanakan SOP waktu dan suhu

pemasakan yang R
B:

kurang tepat
Kontaminasi alat

mikroorganisme

atau

petugas

penjamah

TS

pemasakan yang tepat


Petugas

mencuci

penjamah
tangan

makanan

sebelum

dan

sesudah proses pengolahan serta


menggunakan APD yang lengkap

Nugget ikan

F: debu

Udara

dalam R

Platting
R

ruang paltting

TS

Menjaga

kebersihan

ruang

distribusi dan penutupan makanan


yang sudah jadi
132

Tahapan
Proses

Identifikasi
Bahaya
B: serangga

Sumber

Risiko

Analisis
Severity

Tindakan Pencagahan

Signifikansi

Lingkungan yang
kurang bersih

Adanya
T

alat

penerapan

insect killer
hygine

dan

sanitasi

lingkungan instalasi gizi


Distribusi
Nugget ikan

F: debu

Udara

dalam

ruang distribusi
B: serangga

Menjaga
R

TS

ruang

distribusi dan penutupan makanan


yang sudah jadi
Adanya alat insect killer

Lingkungan yang
kurang bersih

kebersihan

penerapan

hygine

sanitasi

lingkungan rumah sakit

I.

MENENTUKKAN TITIK KRITIS


Tabel 2. Penetapan Titik Kritis (CCP)
Tahap Proses
Penerimaan Bahan
Ikan Tuna
Telur
Paprika

Bahaya Potensial
F: K: fomalin
B: mikroorganisme
F: B: mikroorganisme (salmonella)
F: K: 133

dan

Q1

Q2

Q3

Q4

CCP/N-CCP

Y
Y

T
Y

T
-

Non CCP
CCP

CCP

Tahap Proses
Bawang bombay
Daun bawang
Bawang putih
Bawang merah
Daun jeruk
Tepung roti
Tepung sagu
Gula putih
Garam
Lada
Minyak goreng
Pencucian Bahan

Baku

bumbu
Fillet dan Penggilingan Ikan
Chopping

Bahaya Potensial
B: kapang
K: B: mikroorganisme
K: B: mikroorganisme
K: B: mikroorganisme
K: B: Ulat
F: F: F: F: F: F: dan K: B: E. Coli dan coliform

B: F: B: Mixing bahan utama dan bumbu F: B: mikroorganisme


dan pemorsian
Penggorengan
F: B: mikroorganisme
Platting
F: B: serangga
Distribusi
F: -

134

Q1
Y

Q2
T

Q3
Y

Q4
Y

CCP/N-CCP
Non CCP

Non CCP

Non CCP

Non CCP

Non CCP

Non CCP

Non CCP

CCP

Non CCP

Tahap Proses

Bahaya Potensial
B: serangga

I.

MENETAPKAN BATAS KRITIS

II.

MENETAPKAN SISTEM MONITOR

III.

MENETAPKAN TINDAKAN KOREKSI

Q1
Y

Q2
T

Q3
T

Q4
-

CCP/N-CCP
Non CCP

Tabel 3. Pengendalian Bahaya


Titik Kritis

Bahaya
Signifikan

Batas Kritis

Monitoring

Tiap Tindakan

Apa

Penerimaan ikan Biologi

pencegahan
mikroorganism

Vibrio

tuna

Penerimaan telur

Penggorengan

Biologi

Biologi

mikroorganism
e

mikroorganism
e

Kapan
sp,

Dimana

Siapa

Setiap

Ruang

Pengawas

Clostridiu

penerimaa

penerimaa

dan

m sp

penerimaan

Setiap

Ruang

Pengawas

sp

penerimaa

penerimaa

dan

penerimaan

Setiap

Pengawas

sp

pengolahan pengolahan pengolahan

Tindakan koreksi
Hubungi QC dan
BM

ditolak serta

dan melihat complain

kepada

hasil

supplier

laboratorium
Melakukan

Hubungi QC dan

tim pemeriksaan

Salmonella

135

Melakukan

tim pemeriksaan

Salmonella

Ruang

Bagaimana

BM

ditolak serta

dan melihat complain


hasil

supplier

laboratorium
Memeriksa

Hygiene

kebersihan

tenaga

lingkungan

yang

kepada

sanitasi
penjamah

baik

serta

Titik Kritis

Bahaya
Signifikan

Batas Kritis
Tiap Tindakan

Apa

Kapan

Monitoring
Dimana

Siapa

Bagaimana
pengolahan

Tindakan koreksi
kontrol suhu sesuai

serta tenaga dengan SOP


penjamah
dan

suhu

pemanasan

136

I.

VERIFIKASI

II.

DOKUMENTASI DAN RECORD KEEPING FORM


1. Rekam Penerimaan Ikan Tuna
No
1

Tanggal
20 Juni 2016

Suhu dan
Waktu
34 C dan 09.00

Corektiv Action

PJ

Ditimbang dan dilihat Nindy


sesuai spesifikasinya

Apriliani Putri

2. Rekam Pengolahan Nugget Ikan Tuna


No
1

Tanggal
22 Juni 2016

Suhu dan

Corektiv Action
PJ
Waktu
200 C dan 1.Mengecek
dan Nindy
07.00 07.40

mengingatkan

Apriliani Putri

karyawan yang tidak


menggunakan

APD

dengan benar
2.Mengingatkan

dan

menegur
penjamah

untuk
makanan

agar mencuci tangan


sebelum dan sesudah
mengolah makanan
3.Memantau

penggunaan

alat secara benar


3. Rekam Pemorsian Nugget Ikan Tuna
No

Tanggal

22 uni 2016

Suhu dan

Corektiv Action
PJ
Waktu
25.9 C dan 1. Mengecek
dan Nindy
06.45 07.00

mengingatkan

Apriliani Putri

karyawan yang tidak


menggunakan

APD

dengan benar
2. Mengingatkan
menegur
137

dan
untuk

No

Tanggal

Suhu dan
Waktu

Corektiv Action
penjamah

PJ

makanan

agar mencuci tangan


sebelum dan sesudah
mengolah makanan
3. Memantau
penggunaan

alat

secara benar
4. Rekam Distribusi Nugget Ikan Tuna
No

Tanggal

22 Juni 2016

Suhu

dan

Waktu
25.9 C

dan 1. mengingatkan

10.00 13.00

Corektiv Action

PJ
Nindy

petugas bila wadah Apriliani Putri


makanan

tidak

tertutup dengan benar


2. Menggunakan

alat

trolley dengan benar


3. Mengingatkan
petugas apabila ada
alat

makan

dalam

keadaan tidak bersih


4. Mengingatkan
petugas

apabila

distribusi tidak tepat


waktu

A. ANALISIS
Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari
penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang
ada, dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan
138

memperhatikan bagian-bagian yang rusak, sedangkan bahaya kimia perlu diadakan


uji laboratorium. Pada proses persiapan dan pengolahan juga sudah memenuhi
prosedur karena melewati tahapan proses yang baik, namun perlu diberikan catatan
mengenai penggunaan APD pada penjamah makanan yang belum mengenakan
APD dengan sempurna. Pada proses pemorsian, platting dan distribusi sudah
memenuhi standar oprasional prosedur.
Tindakan koreksi yang dilakukan oleh petugas penerima bahan makanan
adalah mensortir bahan makanan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dan disepakati anatara pihak supplier dan bagian instalasi gizi. Tindakan koreksi
untuk proses pemorsian dan pengolahan adalah dengan cara mengingatkan kembali
mengenai kebersihan alat dan petugas penjamah makanannya. Tindakan koreksi
yang dilakukan pada kegiatan pengolahan dan distribusi adalah memberikan
teguran dan peringatan jika perlakuan tenaga penjamah makanan dapat mencemari
makanan, serta selalu mengawasi mengenai penggunaan APD yang benar.
B. PROSES PENETAPAN CCP
Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan pada bahaya fisik, kimia, dan
biologi, bahaya dapat diminimalisir dengan cara penetapan spesifikasi bahan
makanan yang tepat sehingga mengurangi bahaya pada bahan makanan. Penetapan
CCP pada proses pengolahan didasarkan karena tahapan ini dirancang khusus
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang terjadi dengan tindakan
pencagahan berupa kontrol suhu pada waktu pengolahan.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa titik kendali kritis
dari nugget ikan tuna adalah pada proses penerimaan dan penggorengan. Rencana
tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian yaitu proses penerimaan
yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan APD
pada petugas penjamah makan dan petugas pramusajipada proses pengolahan dan
distribusi makanan.
D. SARAN
Perlu adanya sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan
pramusaji tentang penggunaan APD dan standar oprasional prosedur di instalasi

139

gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar
oprasional prosedur.

Lampiran 5
1. Rancangan HACCP
140

Menu
Jenis Menu

: Ayam Bumbu Opor


: Lauk Hewani (pada pasien kelas I, VIP, VVIP dan President Suite)

Tabel 1. Pembentukan Team HACCP


No
1

Nama
Tegar Swendanur
Risha

Unit

Kedudukan

Gizi

Ketua tim
pengawas dan
pengawas
distribusi dan
Pengawas
penerimaan,
penyimpanan
BM dan
pengawas
pengolahan
BM

Deskripsi Produk Yang Ditangani

1. Nama Produk

Deskripsi Produk
: Ayam Bumbu Opor
141

Latar
belakang
S1 Gizi

KT

2. Komposisi

Bahan Utama :
Daging ayam 30 potong (2100 gram)
Santan air encer 1000 ml
Daun salam 5 lbr
Lengkuas 5 cm, memarkan
Minyak goreng 2 sdm
Gula pasir 2 sdm

Bumbu Halus :
Kemiri 5 btr

Kayu manis 5 cm

Bawang merah 15 btr

Kencur 4 cm

Bawang putih 8 btr


Cengkeh 5 bh
3. Pengolahan Utama : Ditumis
4. Cara penyajian :
produk disajikan dalam bowl stainlis lauk hewani, lalu ditutupi dengan plastic wrap
5. Sasaran konsumen :
Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
President Suite di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan pasien diet dan non diet
6. Daya Simpan : 3-4 jam pada suhu ruang
7. Jumlah Porsi

: dalam sekali pengolahan menghasilkan 40 porsi

8. Sistem Distribusi Dan Penyajian : distribusi secara sentralisasi / tray service


Identifikasi Penggunaan Produk
Ayam bumbu opor digunakan sebagai lauk hewani pada menu ke-9 pagi untuk pasien
diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite. Komposisi bahan yang
digunakan disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian
dilakukan menggunakan produk disajikan dalam plato untuk kelas II, III dan kelas I, VIP,
VVIP, President Suite disajikan dalam piring lauk ditutupi dengan plastic wrap. Penyajian
langsung kepada sasaran , dengan maksimal holding time selama 1-2 jam pada suhu
ruang.
Diagram Alir Proses Produksi

142

143

13. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan


14. Mendata potensi bahaya
TABEL 1. DATA POTENSI BAHAYA
Nama Institusi

: Instalasi Gizi

Nama Produk

: Ayam Bumbu Opor

Metode Penyajian/Distribusi dan Penyimpanan : Tray service/Sentralisasi


Sasaran Penggunaan

Tahapan Proses

: Pasien dengan non diet dan diet di ruang I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite
Identifikasi
Bahaya

Analisis

Sumber
Resiko

Severity

Tindakan Pencegahan
Signifikan

Penerimaan Bahan Baku Bumbu dan Persiapan


Daging ayam

F : darah, bulu

Penanganan BM

TS

yang kurang tepat

K : Formalin

Penggunaan bahan

Penetapan standar dan


spesifikasi bahan makanan

144

Jaminan supplier, pencucian

Pencucian dengan air

mengalir
Pemeriksaan bahan makanan

kimia oleh supplier

oleh Ahli gizi

Supplier memiliki sertifikat


keamanan pangan

B : Sallmonela

Penanganan BM

yang kurang tepat

Santan

F : kemasan

Penanganan BM

rusak,

yang kurang tepat

Spesifikasi bahan makanan


yang tepat

TS

Pencucian bahan makanan

Jaminan mutu pemasok

Pemeriksaan bahan makanan

kadaluarsa

disetiap kedatangan

First In First Out (FIFO)

First Expired First Out

K:-

(FEFO)
-

B:-

Garam
F: Debu/kotor

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

K: B: -

145

Penetapan spesifikasi BM
yang baik
Penerimaan BM yang
sesuai


F : Debu

Udara

TS

Gula
K: -

B: -

Bawang merah
F: Busuk, memar

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

K: Pestisida

Pupuk

B: Salmonela

Penangan BM yang
kurang tepat

Bawang putih
F: Busuk,
berlubang

Penangan BM yang
kurang tepat

K: Pestisida

Pupuk tanaman

TS

146

Spesifikasi bahan
makanan
Penyimpanan BM harus
tertutup
Pemantauan sistem
FIFO/FEFO

Penatapan spesifkasi
bahan makanan
Hilangkan bagiaan yang
busuk
Cuci bersih
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan
makanan
Penetapan spesifikasi
bahan makanan yang baik
Menghilangkan bahan
makanan yang busuk
Mencuci menggunakan air
mengalir bersih dan
bertekanan
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok

Kencur

B: Kapang

Penangan BM yang
kurang tepat

TS

F : Debu, tanah

Udara dan

TS

penerimaan BM

dan bertekanan

yang tidak sesuai

spesifikasi

Jahe

Penerimaan BM yang sesuai


spesifikasi

K:-

B:-

F : Debu, tanah

Udara dan

TS

penerimaan BM

Mencuci dengan air mengalir


dan bertekanan

yang tidak sesuai

spesifikasi

Daun salam

Penetepan spesifikasi
bahan makanan yang baik
Jaminan mutu pemasok
Mencuci dengan air mengalir

Penerimaan BM yang sesuai


spesifikasi

K:-

B:-

F : berlubang,

Penanganan BM

TS

debu

yang kurang tepat

Spesifikasi bahan makanan


yang tepat

147

Mencuci dengan air yang

K:-

B : ulat

Penanganan BM

TS

mengalir dan bertekanan

yang kurang tepat

Lengkuas

F : tanah

Penerimaan BM

Spesifikasi bahan makanan


yang tepat

TS

Mencuci dengan air yang

mengalir dan bertekanan


Penerimaan BM yang sesuai

yang tidak sesuai

spesifikasi

spesifikasi
K : pestisida
B:-

Pupuk pada tanaman


-

Mencuci dengan air yang


menngalir dan bertekanan
-

Pencucian
Ayam

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Kurang

Koliform,

bersihnya tempat

Salmonella

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

148

Mengecek kadar kaporit


dalam air

Bawang merah

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

bersihnya tempat

Bawang putih

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

Kurang
bersihnya tempat

Jahe

Kurang

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

149

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Koliform

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

Kurang
bersihnya tempat

Daun salam

bersihnya tempat

Kencur

Kurang

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

Kurang
bersihnya tempat

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

150

Daun jeruk

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

bersihnya tempat

Serai

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Melakukan cek kadar E.coli

dalam air
Melakukan cek kadar

Koliform

Kurang
bersihnya tempat

Lengkuas

Kurang

pencucian
Kandungan air

koliform dalam air

F:-

K:

Zat yang terkandung

TS

Mengecek kadar kaporit dalam air

kaporit/klorin

dalam air

B : E-coli,

Koliform

Kurang
bersihnya tempat

Melakukan cek kadar E.coli


dalam air

151

pencucian
Kandungan air

Melakukan cek kadar


koliform dalam air

Thawing
Ayam

F : darah

Penanganan BM

TS

yang kurang tepat

Penetapan standar dan


spesifikasi bahan makanan

Pemeriksaan bahan makanan


oleh Quality Control

K : Formalin

Penggunaan bahan

Pencucian dengan air

mengalir
Pemeriksaan bahan makanan

kimia oleh supplier

oleh Quality Control

Supplier memiliki sertifikat


keamanan pangan

B : Salmonella

Penanganan BM

Tenaga penjamah yang sesuai

yang kurang tepat

SOP

Penghalusan Bumbu
Bawang merah

F : kotoran dari

Pencucian alat yang

blender, debu,

kurang bersih dan

rambut, keringat

tenaga penjamah

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

152

yang tidak hygiene


K:-

B : bakteri

Kurang bersihnya

Pencucian alat yang bersih

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai

pencucian alat
Bawang putih

F : kotoran dari

Pencucian alat yang

blender, debu,

kurang bersih dan

rambut, keringat

tenaga penjamah

SOP

yang tidak hygiene


K:-

B : bakteri

Kurang bersihnya

Pencucian alat yang bersih

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai

pencucian alat
Jahe

F : kotoran dari

Pencucian alat yang

blender, debu,

kurang bersih dan

rambut, keringat

tenaga penjamah

SOP

yang tidak hygiene


K:-

B : bakteri

Kurang bersihnya

Pencucian alat yang bersih

TS

Alat yang berkualitas baik

pencucian alat
Garam

F : kotoran dari

Pencucian alat yang

153

blender, debu,

kurang bersih dan

rambut, keringat

tenaga penjamah

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene


K:-

B : bakteri

Kurang bersihnya

Pencucian alat yang bersih

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai

pencucian alat
Kencur

F : kotoran dari

Pencucian alat yang

blender, debu,

kurang bersih dan

rambut, keringat

tenaga penjamah

SOP

yang tidak hygiene


K:-

B : bakteri

Kurang bersihnya

Pencucian alat yang bersih

TS

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai

pencucian alat
Penumisan
Ayam

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

kurang bersih dan


tenaga penjamah

SOP

yang tidak hygiene


K:-

154

B : Salmonella

Suhu dan proses

pemasakan yang

baik

kurang tepat
Bawang merah

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

Hygiene dan sanitasi yang

TS

kurang bersih dan


tenaga penjamah

Proses pemasakan yang

sesuai SOP
Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene


K:-

B : E.coli,

Air dan pencucian

koliform

BM yang kurang

Proses pemasakan yang


sesuai SOP

bersih
Bawang putih

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

TS

kurang bersih dan


tenaga penjamah

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene


K:-

B:-

155

Jahe

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

TS

kurang bersih dan


tenaga penjamah

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene

Kencur

K:-

B:-

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

TS

kurang bersih dan


tenaga penjamah

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene

Serai

K:-

B:-

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

TS

kurang bersih dan


tenaga penjamah

Alat yang berkualitas baik

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

yang tidak hygiene

Lengkuas

K:-

B:-

F : debu, kotoran

Pencucian alat yang

TS

156

Alat yang berkualitas baik

kurang bersih dan


tenaga penjamah

yang tidak hygiene

Tenaga penjamah yang sesuai


SOP

K:-

B:-

Pencampuran Bahan Dengan Bumbu Halus, Bumbu Tambahan, Ayam, Santan


Ayam, bumbu

F : debu, rambut, Hygiene dan sanitasi

halus, bumbu

keringat.

TS

yang kurang baik

Penanganan bahan makanan


yang sesuai dengan SOP

tambahan, dan

santan

Tenaga penjamah harus


menggunakan APD dan
perilaku sesuai SOP

K:-

B : salmonella

Suhu dan proses

sp, e.coli

pemasakan yang

Melakukan proses yang sesuai


dengan SOP

tidak sesuai
Ayam Bumbu
Opor

F : rambut, debu

Pemorsian
R
Penggunaan APD R
tidak sesuai
Alat makan yang
digunakan sudah

157

TS

Memantau kebersihan ruang


pemorsian

Tenaga penjamah harus

K:-

ditaruh 2 jam
sebelum platting
Udara ruang
distribusi

menggunakan APD dan


perilaku sesuai SOP

dengan plastik wrapping


-

B: Lalat

Ayam Bumbu

F : Debu, rambut

Lingkungaan
yang tidak bersih
T
S
S
Alat yang
digunakan tidak
bersih
Distribusi di Ruang Rawat Inap
Kebersihan troli
R
R
TS

Opor

Menutup segera makanan

Penerapan sanitasi hygine


makanan dan lingkungan
rumah sakit

Memantau kebersihan troli

Menjaga makanan dengan


penutupan menggunakan
wrapping

K :-

B : E.coli

15. Menentukan Titik Kritis


TABEL 2. PENETAPAN TITIK KRITIS (CCP)

158

Tahap Proses

Bahaya Potensial

Q1

Q2

159

Q3

Q4

CCP/Non CCP

Penerimaan Bahan
Ayam

Santan

F:K : formalin

Non CCP

B : salmonella

K : pestisida

Non CCP

B : Salmonella

Non CCP

K : pestisida

Non CCP

B : Salmonella

Non CCP

Non CCP

F:K:B:-

Bawang merah

Bawang putih

Pencucian

F:-

F:-

F:K:B : e-coli,

160

Non CCP

Thawing

Penghalusan

koliform,

Non CCP

salmonella

Non CCP

K : Formalin

CCP

B : Salmonella

CCP

Non CCP

CCP

F:-

F:K:B : Bakteri

Penumisan

Non CCP

F:K:B : salmonella

Pencampuran

F:K:B : E.coli,
koliform,
salmonella sp

Pemorsian

F:-

161

K:B : E.coli

CCP

Keterangan :
Q1 : apakah ada tindakann pencegahan?
Y : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya
T : Non CCP
Q2 : apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan
yang tidak dapat diterima?
Y : CCP
T : di lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
Q3 : dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima?
Y : dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
T : Non CCP
Q4 : akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul?
162

Y : Non CCP
T : CCP
16. Menetapkan Batas Kritis
17. Menetapkan Sistem Monitoring
18. Menetapkan Tindakan Koreksi

TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA


Nama Institusi

: Instalasi Gizi

Deskripsi Produk

: Ayam Bumbu Opor

Metode Penyajian/ Distribusi dan Penyimpanan : Tray Service/ Sentralisasi


Sasaran Penggunaan
Titik Kritis

Bahaya Signifikan

: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite
Batas Kritis

Monitoring

163

Tindakan

Tiap Tindakan
Pencegahan
Penerimaan

Kimia

Formalin

Koreksi
Apa

Kapan

Dimana

Formalin

Setiap

Laboraturiu Petugas

Melihat

Tolak jika

penerima

hasil Lab

tidak sesuai

Ayam

Siapa

Lab

Bagaimana

an bahan

dan

makanan

melampaui
batas kritis

Biologis

Salmonella sp

Salmonella

Setiap

Ruang

sp

penerima

penerimaan

Pengawas

an bahan

Melihat

Tolak jika

secara

tidak sesuai

visual

atau
melampaui
batas kritis

Penerimaan

Fisik

Tanah, busuk,

Tanah,

Setiap

Ruang

Bawang

berwarna

busuk,

penerima

penerimaan

Merah

hitam, kering,

berwarna

an bahan

berlubang,

hitam,

melampaui

bertunas

kering,

batas kritis

berlubang,
bertunas

164

Pengawas

Melihat

Tolak jika

secara

tidak sesuai

visual

atau

Kimia

Pestisida

Pestisida

Setiap

Ruang

penerima

penerimaan

Pengawas

an bahan

Melihat

Tolak jika

secara

tidak sesuai

visual

atau
melampaui
batas kritis

Penerimaan

Fisik

Bawang Putih

Tanah, busuk,

Tanah,

Setiap

Ruang

Pengawas

Melihat

Tolak jika

berwarna

busuk,

penerima

penerimaan

secara

tidak sesuai

hitam,

berwarna

an bahan

visual

atau

berlubang,

hitam,

melampaui

bertunas

berlubang,

batas kritis

bertunas
Kimia

Pestisida

Pestisida

Setiap

Ruang

penerima

penerimaan

Pengawas

an bahan

Melihat

Tolak jika

secara

tidak sesuai

visual

atau
melampaui
batas kritis

Penumisan

Fisik

Gosong

Gosong

Setiap

Ruang

Pengawas

Mengontro

Menghilan

penumisa

pengolahan

Pengolaha

l suhu

gkan

pengolahan

bagian

makanan

yang

165

dan waktu

gosong

pengolaha
m
Pencampuran

Fisik

Debu, darah,

Debu,

Setiap

Ruang

Pengawas

Memeriksa

Hygiene

rambut,

darah,

pengolah

pengolahan

an

kebersihan

sanitasi

keringat

rambut,

an bahan

pengolaha

dan tenaga

yang baik

penjamah

keringat
Biologis

Salmonella sp

Salmonella

Setiap 1

Labolatoriu Petugas

sp

bulan

sekali

Melihat

Tolak jika

labolatoriu hasil

tidak sesuai

labolatoriu

atau

melampaui
batas kritis

19. Verifikasi
20. Dokumentasi dan Record Keeping Form
a. Rekam Penerimaan Ayam

166

No

Tanggal

Suhu &

Produksi

Waktu

23 Juni 2016

-1,7 C & 13.00

Corektiv Action

Penanggung
Jawab

Ditimbang dan dilihat

Tegar

spesifikasinya

b. Rekam Pengolahan Ayam Bumbu Opor


N

Tanggal

Produksi
23 Juni 2016

Suhu & Waktu

Corektiv Action

Penanggung
Jawab

80C & 13.00

Mengecek proses pengolahan,


mengingatkan kepada
tenaga penjamah mengenai
hygiene sanitasi dan
penggunaan APD pada
proses pengolahan
Memantau penggunaan alat
dengan benar

167

Tegar

c. Rekam Pemorsian Ayam Bumbu Opor


N

Tanggal

Produksi
23 Juni 2016

Suhu & Waktu

Corektiv Action

Penanggung
Jawab

60 C 80 C &

Mengecek proses pengolahan,

14.30-16.00

Tegar

mengingatkan kepada
tenaga penjamah mengenai
hygiene sanitasi dan
penggunaan APD pada
proses pemorsian

d. Rekam Distribusi Ayam Bumbu Opor


N

Tanggal

Produksi
23 Juni 2016

Suhu & Waktu

Corektiv Action

Penanggung
Jawab

50 C &

Mengingatkan
penjamah makanan
mengenai hygiene
sanitasinya
Mengecek penjamah
makanan agar

168

Tegar

membawa makanan
dengan benar

169

A. Analisis
B.

Hasil pengamatan yang dilakukan dalam rangka praktik belajar

lapangan rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan
bahan makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ayam bumbu
opor yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di
ruang penerimaan bahan makanan petugas memperhatikan bahaya fisik, kimia,
biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi di
tangani oleh petugas dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya kimia
yaitu pestisida tidak di tangani karena berkaitan dengan uji laboraturium yang
menyebabkan banyak pengeluaran finansial. Pengkoreksian yang dilakukan
petugas penerima bahan makanan melakukan pengkoreksian terhadap bahan
makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati oleh pihak
pengirim bahan makanan. Pada pihak pengirim bahan makanan sering mengirim
bahan yang tidak sesuai dengan pesanan petugas penerima bahan makanan,
sehingga bahan makanan tersebut tidak bisa diterima dan perjanjian yang
dilakukan pihak pengirim akan mengganti bahan makanan dan segera di kirim
maksimal di kirim keesokan pagi ke ruang penerimaan bahan makanan.
C.

Pengamatan proses pengolahan makanan yang mahasiswa amati

adalah pemasak (tenaga pengolahan) tidak jarang meninggalkan makanan yang


sedang di olah yang mengakibatkan kegosongan, hal tersebut juga karena
pemasak hanya seorang diri sehingga makanan pada saat di olah kesulitan untuk
di kontrol. Maka, pengoreksian yang dilakukan terdapat pada buku pedoman
SOP yaitu saat kegiatan pengolahan hingga distribusi adalah memberikan
teguran dan peringatan pada tenaga penjamah makanan yang mencemari
makanan yang diolah, seperti penggunaan APD dengan tidak benar.
D. Proses Penetapan CCP
3. Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa
pestisida, kerusakan fisik (busuk) yang tidak dapat dihilangkan dengan proses
pencucian sehingga perlu melakukan penanganan yang kritis.

170

4. Penetapan CCP pada pengolahan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa


pengontrolan suhu pada waktu pengolahan dan pengontrolan penggunaan APD
pada pemasak, untuk menghindari terjadinya bahaya fisik yaitu gosong dan
jatuhnya rambut serta keringat ke dalam makanan.
E. Kesimpulan
F. Berdasarkan proses yang di amati, dapat disimpulkan bahwa :
1. Titik kendali kritis dari ayam bumbu opor yaitu pada proses penerimaan bahan
makanan dan pada pengolahan bahan makanan.
2. Penggunaan APD yang sesuai dengan SOP di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat
Otak Nasional.
G. Saran
H.

Perlu adanya pelatihan yang rutin kepada tenaga pemasak dan tenaga

penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di Instalasi
Gizi.
I.

171

Вам также может понравиться