Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan. Sebagai suatu
industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi bisnis
dalam manajerialnya, salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk jasa
yang bermutu atau berkualitas (Chandra Yoga, 2007 dalam Khairani, 2011).
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk
dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas
erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya (PGRS, 2013).
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, melipui asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi
rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan (PGRS, 2013).
Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan menu atau
bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui pembelian atau
menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan demikian, agar
makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun hasil
pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik. Dengan penyelenggaraan makanan
yang baik diharapkan akan menghasilkan makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya,
penghidangan yang produksi yang murah. Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan
makanan, selain memperhatikan aspek kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya
pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Setiap
sistem HACCP mampu mengakomodasi perubahan sepeeti kemajuan dalam rancangan
peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi (SNI HACCP).
Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional merupakan salah satu
unit penunjang operasional melalui penyelenggaraan makanan bagi rumah sakit.
Berdasarkan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan beberapa pemasak di
Unit Pelayanan Gizi, diperoleh informasi bahwa perlu adanya penerapan HACCP pada
hidangan Loaf Tahu untuk mengetahui batas kritis pada setiap tahap pengolahan mulai dari
penerimaan bahan makanan sampai dengan pendistribusian kepada pasien.
Proses pengolahan Loaf Tahu di Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pasien rawat inap dengan jenis
biasa kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites, pada menu lauk nabati untuk makan
siang. Pada penelitian ini dilakukan penerapan HACCP untuk mengetahui batas kritis pada
setiap tahap pengolahan mulai dari diterima oleh konsumen sampai hidangan diterima oleh
pasien.
B. Rumusan Masalah
Penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu untuk pasien diet dan non diet
kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menilai penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu pada
menu makan siang lauk nabati untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP
dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sehingga aman
untuk dikonsumsi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menentukan titik kritis yang mungkin terdapat pada proses
pengolahan makanan.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahaya yang mungkin terdapat pada
makanan.
c. Mahasiswa mampu menentukan batas kritis pada proses pengolahan makanan.
d. Mahasiswa mampu menentukan nilai target pada proses pengolahan makanan.
e. Mahasiswa mampu menentukan tindakan pemantauan pada proses pengolahan
makanan.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tahapan-tahapan pada pengolahan menu
makanan.
g. Mahasiswa mengetahui suhu hidangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan, menerapkan dan melatih ilmu yang
telah didapat di perkuliahan khususnya mengenai pengawasan mutu makanan dengan
metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di bagian gizi Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional serta sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahaya pada setiap
tahapan proses pengolahan makanan.
2. Bagi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Sebagai bahan masakan dan evaluasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kepada pasien khususnya mengenai keamanan pangan pada hidangan
makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gizi
pasien
penyakit,
sangat
berpengaruh
sebaliknya
proses
pada
proses
perjalanan
penyembuhan
penyakit
dapat
makanan
berdasarkan
pedoman
menu
dan
rata-rata
jumlah
Tahap 2
: Mendeskripsikan produk
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
tindakan pengendalian
Tahap 7
: Menentukan CCP
Tahap 8
Tahap 9
Penting diketahui apakah produk akan lanngsung dikonsumsi (ready to eat) atau akan
dimasak terlebih dahulu oleh konsumen. Harus diingat terdapat kelompok konsumen
berisiko tinggi yang meliputi bayi, lansia, kelompok immunocompromised (ibu hamil,
orang sakit, orang yang menjalani kimoterapi, pasien AIDS).
Tahap 4. Diagram Alir Produk
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan
proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu Tim
HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi proses dan verifikasinya.
Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses secara jelas
mengenai :
1. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi, penyimpanan
dan penundaan dalam proses,
2. Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam proses seperti bahan baku, bahan
pengemas, air, udara dan bahan kimia,
3. Keluaran dari proses seperti limbah : pengemasan, bahan baku, product-in
progress, produk reproses (rework), dan produk yang dibuang (ditolak)
Tahap 5. Verifikasi Diagram Alir di Tempat
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan
dilapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan
membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata
diagram alir proses ttersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan
modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus
didokumentasikan. Verifikasi diagram alir di tempat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
1.
2.
3.
Wawancara,
4.
dan
mengidentifikasi
bahaya
beserta
cara-cara
pencegahan
untuk
hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adaalah untuk
mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses
pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen.
Analisis bahaya meliputi :
1.
1.
Mengidentifikasi bahaya,
2.
3.
2.
Apakah kondis penyimpanan yang akan datang akan memberi peluang untuk
pertumbuhan pathogen atau kontaminasi lebih lanjut?
10
mengapa dijawab denga alasan bahwa apabila tidak dimonitor dan melampaui batas
kritis akan menyebabkan tidak terkendalinya bahaya tertentu dan memungkinkan
menyebabkan tidak amannya produk. Pertanyaan dimana seharusnya dijawab pada
titik mana atau pada lokasi mana monitoring harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana
menanyakan metode monitoring, apakah secara sensori, kimia, atau pengukuran
tertentu. Berikutnya adalah pertanyaan kapan dilakukan monitoring, idealnya minimal
dimana terjadi interupsi dalaam aliran produksi, atau lot, atau data lain yang
menetapkan periode suatu monitoring. Terakhir adalah pertanyaan siapa yang
melakukan monitoring, idealnya adalah orang yang mempunyai akses yang sangat
mudah pada CCP, mempunyai keterampilan dan pengetahuan akan CCP dan cara
monitoring, sangat terlatih, dan berpengalaman.
Tahap 10. Menetapkan Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil
pemantauan pada CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan kendali)
karena jika kendali hilang, maka produk menjadi tidak memenuhi syarat. Dalam
pelaksanaannya terdapat 2 level tindakan koreksi, yaitu :
a.Tindakan Segera (Immediete Action), yaitu penyesuaian proses agar menjadi
terkontrol kembali dan menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak
penyimpangan.
b. Tindakan Pencegahan (Preventive Action), yaitu pertanggung jawaban untuk
tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi.
Tahap 11. Menetapkan Prosedur Verifikasi
Tim HACCP menyusun suatu prosedur untuk meyakinkan bahwa rencana
HACCP
sudah
valid
dan
bahwa
rencana
HACCP
yang
disusun
sudah
11
tata
letak
pabrik,
penggantian
peralatan,
perubahan
program
BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Waktu dan Tempat
Pengamatan HACCP pada menu makan siang loaf tahu untuk pasien diet dan non
diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni
2016 di bagian pelayanan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
12
B. Lokasi
Lokasi pengamatan adalah dapur gizi di bagian penerimaan, persiapan, pengolahan
dan distribusi kelas I, II, III, VIP dan VVIP Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
a. Baskom alumunium
b. Talenan
c. Pisau
d. Blender
e. Kukusan
f. Wajan/penggorengan
g. Sodet
h. Saringan
i. Stock Pot
j. Sauce Pot
k. Sendok Sayur
2. Alat saji yang digunakan :
a. Plato
b. Mangkok
c. Tray
d. Sendok
e. Garpu
f. Piring lauk makan
g. Alas makan
3. Alat yang diamati
a. Baskom stainless
b. Talenan
c. Pisau
d. Plato
e. Piring lauk
f. Mangkok
g. Sendok
h. Garpu
i. Alas makan
j. Wajan/penggorengan
k. Blender
l. Sodet
m. Saringan
n. tray stainless
4. Bahan yang diamati
a. Tahu putih
b. Bumbu untuk menu loaf tahu yang dihaluskan
13
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Telur
Ikan tuna
Bumbu untuk ikan tuna pesmol yang dihaluskan
Daun salam
Daun jeruk
Batang sereh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
15
A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan yang digunakan
Loaf Tahu
Tahu putih, bawang putih, bawang
merah, paprika, garam
Karakteristik produk akhir yang 1. Tekstur lembut
penting
2. Kosistensi basah
3. Rasa gurih
Metode
pengolahan
(urutan 1. Pendistribusian tahu putih dari
pengolahan yang dilakukan)
tempat penyimpanan ke ruang
pengolahan.
2. Pencucian
dan
pemotongan
bawang merah, bawang putih,
paprika.
3. Penghalusan bumbu
4. Pencampuran tahu putih, bumbu,
telur dan garam
5. Pengukusan
Kondisi penyimpanan yang sudah Tahu putih yang sudah diolah
diolah
disimpan di wadah baskom stainless
Metode distribusi
Menggunakan trolley makanan dari
dapur gizi ke ruang rawat inap.
Metode penyajian
1. Makanan diporsikan sesuai dengan
jenis diet pasien
2. Makanan
diporsikan
dalam
keadaan suhu ruang dan di
16
22 Juni 2016
Bahan
Tahu putih
Bawang merah
Bawang putih
Paprika
Telur
Tahu putih
Bawang merah
Bawang putih
Paprika
Telur
Garam
Waktu
10.00 WIB
Kegiatan
Penerimaan dan
penyimpanan
bahan-bahan
10. 15 WIB
Persiapan
tahu
putih yang sudah
dicuci,
bawang
merah,
bawang
putih, paprika
Penghalusan
bumbu
Pencampuran
tahu putih dengan
bumbu halus
10.20 WIB
10.25 WIB
10.30 WIB
17
10.35 WIB
10.40-11.40 WIB
16.45 WIB
17.00 WIB
bumbu dihaluskan
Masukkan telur
pada adonan tahu
dan penambahan
garam
Pengukusan
Pemorsian
loaf
tahu dan platting
Distribusi
ke
pasien kelas I, II,
III, VIP dan VVIP
18
Petugas yang melaksanakan kegiatan ini, yaitu petugas dan ahli gizi di bagian
penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan,
yaitu timbangan injak, pisau, baskom besar, keranjang besar, trolley dan tempat
sampah. Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu penerimaan
1)
2)
a.
b.
c.
d.
3)
19
4)
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
Waktu
21
Suhu
Penghalusan bumbu
Pencampuran tahu putih,
bumbu halus, telur dan
garam
Pengukusam
Total Waktu Pengolahan
5 menit
10 menit
60 menit
75 menit
Pisau
Pada proses pengolahan, pisau digunakan dalam keadaan bersih dari
sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena
petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Penggunaan pisau juga
dibedakan berdasarkan golongan bahan makanan. Alat yang digunakan sudah
memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).
b)
Talenan
Pada proses pengolahan, talenan yang digunakan dalam keadaan bersih
dari sisa makanan, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah
memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).
c)
Baskom alumunium
Pada proses pengolahan, baskom stainless yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak
diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat
yang digunakan memenuhi standar operasional prosedur (SOP).
d)
Kukusan
Pada proses pengolahan, kukusan yng digunakan dalam keadan bersih
dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena
petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan
memenuhi standar operasional prosedur (SOP).
22
d. Pemorsian Makanan
e. Distribusi Makanan
Makanan yang telah diolah di dapur, kemudian didistribusikan oleh
pramusaji, sebelum didistribusikan makanan disusun di dalam trolley dengan etiket
yang sudah tercantum dan dibagikan ke setiap ruangan. Saat pendistribusian
berlangsung ke pasien suhu makanan sudah dalam keadaan yang tidak hangat. Saat
pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat, selain itu pengaruh
dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan
bahaya lain. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai dengan standar
23
oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih ada yang
belum lengkap dan masih perlu diingatkan kembali.
f. Tenaga Pemasak dan Pramusaji
Tenaga pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat
pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan proses pemasakan atau pendisribusian. Namun, APD yang digunakan
pada pemasak dan pramusaji belum lengkap, seperti penggunaan alas kaki yang
tidak sesuai dengan prosedur, penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak
sempurna menutupi rambut dan prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan
dengan baik sehingga, tenaga penjamah pada proses pengolahan dan distribusi masih
belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Nama
: Fikriyah Haikal
Menu
24
A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan baku yang digunakan
yang dilakukan)
tempat
penyimpanaan
ke
ruang
pengolahan
Pencucian bawang merah, bawang putih,
bawang bombay
Pencincangan / chop bumbu
Penghalusan bumbu
Penggorengan tempe
Penumisan bumbu
Pencampuran tempe, saus tomat, garam,
merica, dan gula
Tempe yang sudah matang disimpan dalam
wadah baskom stainless
Menggubakab trolley makanan dari dapur
keruang rawat inap
Di dapur makanan diporsikan sesuai
dengan jenis diet pasien
Makanan diporsikan dalam suhu ruang
dan dibungkus menggunakan Wrapping
plastic untuk mencegah terjadinya
kontaminasi pada makanan
Setelah makanan didistribusikan kepada
pasien, makanan langsung dikonusmsi
oleh pasien dengan holding time 1-2 jam
Penggunaan Produk
22 juni 2016
Bahan
Waktu
Tempe, bawang 10.00
merah, bawang
putih, bawang
bombay
04.30-06.30
Tempe,
saus
tomat, bawang
merah, bawnag
putih, bawnag
bombay, garam,
merica bubuk,
gula,
minyak 10.00
goreng
11.00
Kegiatan
Penerimaan bahan makanan
Tempe
Penerimaan tempe diamati secara langsung, penerimaan tempe
pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi dan tekstur yang sesuai.
Yaitu berat tempe 450 470 gr per 1 buah tempe, tempe dalam keadaan
tidak berbau langu.
Bawang Merah
Penerimaan bawang merah diamati secara langsun, penerimaan
bawnag merah pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi tidak ada
bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.
Bawang Putih
Penerimaan bawang putih diamati secara langsung, penerimaan
bawang putih pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifkasi tidak ada
bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.
Bawang Bombay
Penerimaan
bawang
bombay
diamati
secara
langsung,
Saus tomat
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Garam
28
Merica Halus
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Minyak Goreng
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Tempe
Penyimpanan tempe disimpan dalam chiller dengan suhu 50C
dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan
kemasannya
Bawang Merah
Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan
suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal
penerimaan kemasannya
Bawang Putih
Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan
suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal
penerimaan kemasannya
Bawang Bombay
29
Saus Tomat
Penyimpanan saus tomat di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan
sistem FEFO
Merica Halus
Penyimpanan merica halus di simpan dalam suhu ruang di
dalam
gudang
makanan
kering
dengan
suhu
25,90C
dan
Garam
Penyimpanan garam di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan
sistem FEFO
Minyak Goreng
Penyimpanan minyak goreng di simpan dalam suhu ruang di
dalam
gudang
makanan
kering
dengan
suhu
25,90C
dan
2) Bawang Merah
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang merah di cuci dengan
alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang merah di cincang
halus di atas talenan
30
3) Bawang Putih
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang putih di cuci dengan
alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang putih di cincang
halus di atas talenan
4) Bawang Bombay
Sebelum dilakukan pengolahan, bawang bombay di cuci
dengan alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang bombay di
cincang halus di atas talenan
5) Alat Yang Digunakan
Talenan
Dalam proses persiapan talenan sudah dalam keadaan
bersih, bebas dari kotoran, digunakan dalam keadaan kering dan
setiap habais pakai selalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan kembali. Dalam hal ini untuk memotong bumbu dan
tempe digunakan pada 1 talenan saja.
Pisau
Pisau dalam persiapan digunakan untuk memotong
tempe dan mencincang bumbu. Pisau bebas dari sisa kotoran
bahan makanan dan digunakan saat pisau telah dicuci bersih
dan dalam keadaan kering. Dalam hal ini, pisau yang
digunakan untuk mencincang bumbu sama dengan pisau yang
digunakan untuk memotong tempe.
Baskom Stainless
Baskom dalam persiapan terbuat dari stainless steel,
dicuci terlebh dahulu menggunakan sabun dan air mengalir,
bebas dari sisa kotoran bahan makanan dan digunakan saat
baskom telah kering, namun proses pencucian tidak diamati
secara langsung karena telah dicuci oleh petugas yang dinas
sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam
keadaan bersih.
tempe) pada suhu. Kemudian panaskan 3 sdt minyak untuk menumis, masukan bumbu
yang sudah di cincang, tunggu hingga harum masukan saus tomat, dan sedikit air
tunggu mendidih. Masukkan tempe serta garam, dan merica halus. Aduk rata sampai
saus tomat meresap kedalam tempe.
Jenis Pengolahan
Penggorengan tempe
Penumisan
bawang
bumbu
Pemasukan tomat, dan
air
Pencampuran
tempe,
dan bumbu lainnya
hingga meresap
Total Waktu Pengolahan
Waktu
15 menit
10 menit
Suhu
3 menit
1000C
20 menit
1000C
900C
48 Menit
Suhu yang dipakai saat pengolahn sudah tepat sesuai dengan jenis
pengolahnnya.
1) Alat Yang Digunakan
Baskom Stainlees
Baskom dalam pengolahan terbuat dari stainless steel, dicuci terlebih
dahulu menggunakan sabun dan air mengalir, bebas dari sisa kotoran
bahan makanan dan digunakan saat baskom telah kering, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung karena telah dicuci oleh petugas
yang dinas sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam
keadaan bersih.
Sodet
Sodet yang digunakan dalam proses pengolahan makanan sudah
bersih dari sisa makanan, tidak ada kotoran, tidak berkarat. Namun, pada
32
saat proses pencucian tidak diamati secara langsung karena sudah dicuci
bersih oleh petugas dinas sebelumnya. Alat sudah sesuai dengan prosedur.
2) Tenaga Penjaman dama proses Pengolahan
Tenaga penjamah/pemasak dalam proses pengolahan sudah
menggunakan APD yang lenngkap, karena memang sudah diwajibkan
sebelumnya bahwa ketika memasuki ruangan dapur gizi harus memakai APD
yang lengkap dan sebelum melakukan pengolahan harus mencuci tangan
terleih dahulu dengan 6 langkah cuci tangan, meskipun tenaga penjamah
tidak kontak langsung dengan makanan dengan kata lain tenaga penjamah
menggunakan alat yaitu sodet dan spatula dalam pengolahan makanan.
Dalam hal ini tenaga pemasak sudah sesuai dengan prosedur.
e. Distribusi Makanan
Distribusi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
menggunakan sistem sentralisasi. Makanan yang telah diolah kemudian
disajikan oleh pramusaji. Sebelum didistribusikan kesetiap runagan
makanan ini di platting terlebih dahulu, dan di tutupi menggunakan plastic
wrapping, setelah itu disusun kedalam tray sesuai dengan kamar, ruangan,
dan lantai pasien. Setelah itu, dimasukan kedalam trolly berbenrtuk rak
kemudian setelah penyusunan langsung dibagikan keruangan pasien yang
mendapatkannya.
Pada saat pendistribusian ke pasien suhu sudah tidak dalam keadaan
hangat, sehingga dapat mempengaruhi daya terima pasien terhadap
makanan.
Alat yang digunakan sebagai berikut ;
Piring Lauk
33
Sendok
Semua sendok yang digunakan dalam proses pendistribusian ini
bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah
dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat
tersedia dalam keadaan bersih dan kering.
Garpu
Semua garpu yang digunakan dalam proses pendistribusian ini
bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses
pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah
dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat
tersedia dalam keadaan bersih dan kering.
Trolley
Trolley yang digunakan untuk mendistribusikan makanan terbuat
dari stainless steel, bersih dari kotoran, dan tidak terdapat sisa
bahan makanan yang tercecer, trolley rutin dibersihkan oleh
petugas pramusaji yang sedang shift, keadaan trolley masih baik
namun proses pembersihan trolley tidak diamati secara
langsung.
Tenaga Penjamah
Tenaga penjamah saat kegiatan pendistribusian ada dua bagian
yaitu penjamah di dapur dan penjamah pembawa makanan.
Pendistribusian
didapur
tenaga
penjamahnya
sudah
Nama
: Inna Maydina
Menu
35
A. Deskripsi Produk
Nama Produk
minyak goreng.
- Suhu: 27C
- Tekstur: lembut
- Warna: kuning
- Konsistensi: basah
- Rasa: gurih
Metode pengolahan (urutan pengolahan - Pendistribusian
yang dilakukan)
ikan
tuna
dari
tempat
serai
Ikan tuna yang sudah diolah disimpan di
Metode transportasi/distribusi
Metode penyajian
makanan
didistribusikan
kepada
2. Masukkan ikan tuna, aduk rata hingga tercampur dengan semua bumbu,
tambahkan 1,5liter air.
3. Masak ikan tuna hingga bumbu, air meresap dan ikan tuna menjadi empuk.
4. Hidangkan
C. Identifikasi Penggunaan Produk
Nama Produk
Deskripsi Cara Konsumsi
Penggunaan Produk
Bahan
Ikan tuna
Waktu
08.00
Kegiatan
- Penerimaan dan penyimpanan ikan
Bawang merah
10.00
Bawah putih
Kunyit
Jahe
Lengkuas
Daun salam
Daun jeruk
Batang serai
Minyak goreng
Garam
Gula pasir
10.55
16.00
17.00
Lampiran III
F. Pelaksanaan HACCP
Kegiatan HACCP pada ikan tuna bumbu kuning (pesmol) dilaksanakan pada
tanggal 23 Juni 2016 di dapur gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari
pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu
serta proses pengolahan ikan tuna bumbu kuning (pesmol) sehingga aman untuk
dikonsumsi oleh pasien.
Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu
dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan
bahan makanan basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian dan
tahap pendistribusian ke pasien dari ruang pengolahan (dapur).
1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP
Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 23 Juni
2016, pengamatan yang dilakukan antara lain:
a. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2016,
kegiatan penerimaan bahan makanan yaitu menimbang, menyortir, dan
membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim
oleh supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh bagian gizi,
jika bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
maka bahan makana akan dikembalikan lagi kepada supplier dari pihak
supplier akan mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi
yang diminta. Penerimaan bahan makanan dilakukan diruang penerimaan
instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu tim penerimaan bahan
makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan yaitu
timbangan injak (besar), keranjang besar, baskom besar, trolley.
Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua macam yaitu penerimaan
bahan makanan basah dan penerimaan bahan kering.
1) Penerimaan Bahan Makanan Basah
a) Ikan Tuna
Penerimaan ikan tuna diamati secara tidak langsung, penerimaan
ikan tuna pada tanggal 23 Juni 2016 dengan spesifikasi bersih,
tanpa sisik, segar, tidak frozen. Ikan dipotong untuk 40 porsi
selanjutnya ikan dicuci dengan air bersih dan mengalir.
b) Bawang Merah
39
b) Bawang Merah
Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller
dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang merah telah
terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan
keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah
menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan.
Penyimpanan bawang merah telah sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP).
c) Bawang Putih
Penyimpanan bawang putih disimpan didalam chiller
dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang putih telah
terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan
keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah
menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan.
Penyimpanan bawang putih telah sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP).
d) Serai
Penyimpanan serai disimpan didalam chiller dengan suhu
11oC, sebelum disimpan serai dimasukkan ke dalam wadah
plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan
41
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
makanan
42
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
Waktu
Suhu
Penumisan bumbu
halus
7 menit (13.00-13.07)
90oC
Pemasakan (ayam,
bumbu dan santan)
60 menit (13.10-14.10)
100oC
67 menit
Pemakaian suhu pada saat pengolahan sudah tepat dan sesuai dengan jenis
pengolahannya.
1) Alat yang digunakan
a) Pisau
Pada proses pengolahan, pisau yang digunakan dalam
keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses
pencucian alat tidak diamati karena petugas yang
43
penjamah/pemasak
sebelum
memasuki
tempat
45
Nama
Menu
46
A. Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan Baku dan Bumbu
Metode transportasi/distribusi
Metode penyajian
: Konsumsi langsung
Penggunaan Produk
: Pasien diet dan non diet kecuali tidak ikan dan tidak telur
2016
22
Juni
2016
Bahan
ikan tuna
telur
bawang bombay
paprika
daun bawang
ikan tuna
telur
bawang putih
Waktu
09.00
05.00
10.00
48
Kegiatan
Penerimaan
dan
penyimpanan bahanbahan
persiapan thawing
ikan
tuna
dari
freezer
kemudian
penggilingan
bawang merah
bawang bombay
paprika
daun jeruk
daun bawang
gula
putih,
garam, dan lada
tepung sagu
tepung roti
persiapan
bumbubumbu
kemudian
chopping
pencampuran semua
bahan
dibentuk
menjadi
nugget
kemudian
digoreng
pemorsian
dan
platting
distribusi ke kelas I,
VIP, VVIP, PS
49
Ikan tuna
Penerimaan ikan tuna tidak diamati secara langsung, namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tanpa sisik, tanpa duri, segar, dan tidak beku. Ukuran
potongan ikan 50 gram selanjutnya ikan tuna dicuci dengan air bersih dan mengalir
kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik.
Bawang putih
Penerimaan bawang putih diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak ada
tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.
Bawang merah
Penerimaan bawang merah diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak
ada tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.
Bawang bombay
Penerimaan bawang bombay tidak diamati secara langsung namun spesifikasi
bahan makanan adalah tidak ada tunas/bonggol.
Paprika
Penerimaan paprika tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tidak memar/busuk.
Daun jeruk
50
Penerimaan daun jeruk tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan
makanan adalah bersih, tidak ada ranting/batang.
Daun bawang
Penerimaan daun bawang tidak diamati secara langsung namun spesifikasi
bahan makanan adalah bersih, tidak ada akar.
Telur
Penerimaan telur diamati secara langsung dengan spesifikasi bersih. Selanjutnya
telur dicuci dengan air bersih dan mengalir kemudian disusun kedalam rak telur.
Tepung roti
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Tepung sagu
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Lada bubuk
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Gula putih
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Garam
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Minyak goreng
Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Ikan tuna
Penyimpanan ikan tuna disimpan dalam freezer dengan suhu (-18 C), disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, sudah dicuci, dingin beku, dan tempat penyimpanan
51
bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem
First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan
plastik. Penyimpanan ikan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang putih
Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang putih sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang merah
Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang merah sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang bombay
Penyimpanan bawang bombay disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C,
disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari
kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First
Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan bawang bombay sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Paprika
Penyimpanan paprika disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan dengan
keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat
penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan
melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan paprika sudah
sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Daun jeruk
Penyimpanan daun jeruk disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran.
Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out
(FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan daun jeruk sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
52
Daun bawang
Penyimpanan daun bawang disimpan dalam chiller dengan suhu 10 C, disimpan
dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran.
Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out
(FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik.
Penyimpanan daun bawang sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Telur
Penyimpanan telur disimpan dalam suhu ruang dengan suhu dapur 25.9 C 26.9
C, disimpan bertumpuk di rak telur di meja persiapan. Penyimpanan telur menerapkan
sistem First In First Out (FIFO). Penyimpanan telur masih belum sesuai dengan standar
oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang
penyimpanan telur.
Tepung roti
Penyimpanan tepung roti disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung
yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor,
belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan
tepung roti masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan
suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Tepung sagu
Penyimpanan tepung sagu disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung
yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor,
belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan
tepung sagu masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan
suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Lada bubuk
Penyimpanan lada bubuk disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C, botol
lada bubuk ditata dalam rak tengah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum
53
kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan
makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan lada
bubuk masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu
ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Gula putih
Penyimpanan gula putih disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C,
kemasan gula putih ditata dalam rak paling bawah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak
bocor, belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO).
Penyimpanan gula putih masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP)
dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Garam
Penyimpanan garam disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28 C, kemasan
garam ditata dalam rak paling bawah, dan terdapat kartu stock opname. Keadaan kemasan
masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, dan tidak rusak. Gudang penyimpanan bahan
makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan garam
masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang
yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
10 menit sampai matang merata dengan suhu 200 C. Total waktu pemasakan yang
dibutuhkan untuk 20 porsi adalah 30 menit. Setelah nugget matang, kemudian di masukkan
ke dalam nampan stainless lalu di wrapping dan di letakkan di Oben Marry dengan suhu 60
C. Alat yang digunakan pada proses persiapan hingga pengolahan adalah:
a) Wajan/penggorengan
Wajan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
b) Blender
Blender yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
c) Sodet
Sodet yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
d) Saringan
Saringan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas
yang dinas siang.
e) Pisau
Pisau
yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan serta penggunaan pisau yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah
dibersihkan oleh petugas yang dinas siang.
f) Talenan
Talenan yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan, serta penggunaan talenan yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah
dibersihkan oleh petugas yang dinas siang.
g) Nampan stainless
Nampan stainless yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih
dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh
petugas yang dinas siang.
55
Proses pengolahan makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP),
namun yang menjadi catatan adalah penggunaan APD penjamah makanan yang belum
sempurna.
5. Pemorsian dan Platting Makanan
Pemorsian sudah dilakukan pada saat persiapan bahan makanan dibentuk menjadi
nugget, dengan membentuk adonan menjadi bulat-bulat lonjong 5 cm, dibuat sebanyak
porsi yang diorder dengan cadangan 3 porsi. Kemudian masing-masing porsi di letakkan
di piring lauk hewani tambahan untuk kelas I, VIP,VVIP, dan President Suites. Setelah itu
dilakukan wrapping agar makanan tetap dalam keadaan bersih. Persiapan peletakkan
piring lauk pasien sudah dilakukan sejak pukul 08.00 pagi, sedangkan proses pemorsian
dilakukan pukul 09.45, jadi kemungkinan adanya terjadi kontaminasi debu pada piring
makan pasien.
6. Distribusi Makanan
Makanan yang sudah di wrapping kemudian akan di tata di tray sesuai dengan
keterangan di etiket makan pasien yaitu ruangan dan kelas pasien untuk mempermudah
distribusi makanan. Kemudian tray tersebut di masukkan kedalam trolley makanan. Saat
pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat lagi, selain itu pengaruh
dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan bahaya
lainnya. Alat makan yang digunakan juga tidak dikemas dalam tissue walaupun alat makan
dalam keadaan bersih dan tidak berkarat. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai
dengan standar oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih
ada yang belum sempurna dan masih perlu diingatkan kembali.
7. Tenaga Penjamah Makanan dan Pramusaji
Tenaga penjamah/pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat
pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
proses pemasakan/pendisribusian. Namun, APD yang digunakan pada penjamah/pemasak
dan pramusaji belum sempurna, seperti penggunaan alas kaki yang tidak sesuai prosedur,
penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak sempurna menutupi rambut kepala, dan
prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan seutuhnya. Maka, tenaga penjamah pada
proses pengolahan dan distribusi masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur
(SOP).
56
Nama
Menu
57
A.
Deskripsi Produk
Nama Produk
Bahan Baku yang Digunakan
bawang
puutih,
ketumbar,
Tekstur : Lembut
Konsistensi : Basah
Metode
pengolahan
(urutan
Rasa : Gurih
Pendistribusian ayam dari tempat
penyimpanan ke ruang pengolahan
Pencucian
dan
pemotongan
bawang
lengkuas
58
Penghalusan bumbu
Penumisan bumbu
putih,
kunyit,
Kondisi
penyimpanan
sebelum
disajikan
Metode transportasi/distribusi
Metode penyajian
diporsikan
dan
menggunakan
di
bungkus
wrapping
plastic
Bahan
Ayam
2016
Cabe
Waktu
-
merah
keriting
Kegiatan
Penerimaan dan penyimpanan Ayam, Cabe merah
Bawang
merah
59
Bawang
putih
Ayam
Cabe merah
keriting
Bawang
12.00
merah
12.00
Bawang
putih
12.30
Penumisan bumbu
12.35
Ketumbar
23 Mei
Jinten
2016
Jahe
Kunyit
Kemiri
Lengkuas
Daun salam
14.00
Daun jeruk
Serai
17.1018.00
Lengkuas
Gula pasir
santan
60
1) Bawang Merah
61
1) Ayam
Penerimaan ayam diamati secara langsung, penerimaan ayam pada tanggal 20
Mei 2016 dengan spesifikasi bersih, tanpa bulu, tanpa lemak, segar, tidak
frozen. Ayam yang diterima 100% sesuai dengan spesifikasi maka ayam
mencapai nilai target.
3. Alat yang Digunakan Saat Penerimaan
Alat yang digunakan pada saat penerimaan secara keseluruhan sudah sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing, diantaranya:
1) Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan makanan kering, bahan
makanan basah, dan bahan makanan segar seperti cabe merah, bawang merah,
bawang putih, ayam. Saat digunakan timbangan posisi angka, diangka nol agar
timbangan berfungsi dengan baik dan hasil timbangannya pun akurat. Dapat
disimpulkan bahwa timbangan yang digunakan dibagian penerimaan sudah
baik.
4.
Santan
62
Penyimpanan santan disimpan di gudang kering dengan suhu 28C30C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
b) Gula
Penyimpanan gula pasir disimpan digudang kering dengan 28C-30C,
disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang penyimpanan
bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
c) Garam
Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering dengan suhu
28C-30C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO.
2)
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerimaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah sudah sesuai dengan
standar oprasional prosedur (SOP).
2. Proses pada penyimpanan bahan makanan kering dan basah sudah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan, hanya saja suhu pada penyimpanan bahan makanan
kering masih tidak sesuai prosedur.
3. Proses persiapan bahan makanan tenaga penjamah perlengkapannya belum sesuai
prosedur.
4. Proses pengolahan dan pendistribusian sudah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
5. Titik kendali kritis pada menu diatas adalah pada proses penerimaan dan pengolahan.
Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses
penerimaan yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan
64
APD pada petugas penjamah makan dan petugas pramusaji pada proses pengolahan
dan distribusi makanan.
B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan pramusaji
tentang penggunaan APD dan standar oprasional prosedur di instalasi gizi serta
memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar oprasional
prosedur.
2. Untuk suhu penyimpanan bahan makanan sebaiknya tidak melebihi dari suhu yang
telah ditetapkan.
3. Perlu adanya pengecekan dalam penyimpanan bahan makanan basah pada suhu dan
cara penataan bahan makanannya.
4. Lakukan monitoring kepada petugas didapur maupun di pantry agar lebih
memperhatikan atau menjalakan sesuai SOP yang telah ditetapkan, baik saat
melakukan persiapan maupun pendistribusian.
DAFTAR PUSTAKA
Antara. Semadi Nyoman. Modul Pelatihan Sistem Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan. Manado: Pusat Studi Ketahanan Pangan, LPPM, Unud
Butarbutar, A. F. (2012). Sistem Penyelenggaraan Makanan di PT Inalum Kuala Tanjung
Tahun 2011.
Departemen Kesehatan, R. I. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Khairani, L., Manjas, M., & Fendy, R. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Pasien Rawat Jalan RSUD Pasaman Barat (Doctoral dissertation, Tesis]. Universitas
Andalas, Padang).
Nasional-BSN, B. S. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta
pedoman penerapannya.
65
66
LAMPIRAN
DESKRIPSI PRODUK
1
Nama Produk
: Loaf Tahu
Komposisi
DESKRIPSI
PRODUK YANG DITANGANI
6 Daya Simpan
: 3-4 jam pada suhu ruang
7
Jumlah Porsi
III
IV
Penerimaan bahan
baku dan bumbu
Pencucian,
pemotongan dan
penimbangan tahu
Pencampuran
68 dan Penghalusan
(tahu putih, bumbu halus, telurPenghalusan
Pencucian bumbu
dan
Pengukusan
Distribusi
Platting
pemotongan bumbu
dan garam)
VI
: Instalasi Gizi
Nama Produk
: Loaf Tahu
Metode Penyajian
: Tray Service/Sentralisasi
Ssasaran pengguna
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III,
69
70
Tahapan Proses
K : Formalin
Tahu putih
B : E.
Salmonella
Koliform
Analisis
Tindakan Pencegahan
Severit
Resiko
Signifikan
y
Penerimaan Bahan, bumbu dan persiapan
Jaminan dari supplier bahwa
bahan makanan bebas formalin
Penggunaan bahan kimia
Supplier
memiliki
sertifikat
T
T
S
oleh supplier
keamanan pangan
Pencucian
Penanganan
bahan
makanan yang kurang
T
T
S
Pemeriksaan dan pencucian bahan
tepat
makanan oleh supplier
Penanganan
bahan
Pemeriksaan dan pencucian bahan
makanan yang kurang
R
R
TS
makanan oleh supplier
tepat
Sumber
Coli,
sp,
F : Kulit telur
retak,
kotoran
unggas
Telur
B : Salmonella sp.
Penanganan
makanan yang
tepat
bahan
kurang
TS
Bawang putih
K : Pestisida
Pembasmi hama
: Penanganan
bahan
T
71
Tahapan Proses
Bawang merah
Identifikasi
Bahaya
Sumber
yang
Resiko
Analisis
Severit
Signifikan
y
Mikroorganisme
makanan
tepat
kurang
K : Pestisida
B : Salmonella sp.
F : Busuk, memar
Penanganan
makanan yang
tepat
TS
K : Pestisida
Pembasmi hama
TS
TS
bahan
kurang
Paprika
Garam
Tahu putih
F : Kemasan rusak
dan sudah
kadaluarsa
B : E.
Salmonella,
Penanganan bahan
makanan yang kurang
tepat
Proses pencucian
terkandung
R
Zat yang
dalam air
Coli, Tempat pencucian yang
tidak bersih
K : kaporit/klorin
Tindakan Pencegahan
72
Tahapan Proses
Identifikasi
Bahaya
koliform
Telur
F : kotoran
B : E.
Salmonella
koliform
Bawang putih
Bawang merah
Paprika
Coli,
K : kaporit/klorin
B : E.
koliform
Coli,
K : kaporit/klorin
B : E.
koliform
Resiko
Kandungan air
Pencucian yang kurang
bersih
Coli,
sp, Kandungan air
K : kaporit/klorin
B : E.
koliform
Sumber
Coli,
Bawang putih
F : Kotoran dari
alat pengolahan,
rambut, kuku
Bawang merah
B : E. Coli,
koliform
F : kotoran dari
Zat yang
dalam air
Analisis
Severit
Signifikan
y
Tindakan Pencegahan
dalam air
terkandung
TS
TS
TS
TS
TS
TS
T
Tempat pencucian kurang
bersih
Zat yang terkandung
R
dalam air
Tempat pencucian kurang
T
bersih
Zat yang terkandung
R
dalam air
Tempat pencucian kurang
T
bersih
Penghalusan bumbu
Pencucian alat pengolahan
yang tidak bersih dan
R
tenaga penjamah yang
tidak higienis
Kurang
bersihnya
T
pencucian alat
Pencucian alat pengolahan
R
73
Tahapan Proses
Paprika
Identifikasi
Bahaya
alat pengolahan,
debu,
rambut,
kuku
B : E. Coli,
koliform
F : kotoran dari
alat pengolahan,
debu,
rambut,
kuku
B : E. Coli,
koliform
Sumber
Resiko
Analisis
Severit
Signifikan
y
Tindakan Pencegahan
Tenaga penjamah
menggunakan APD lengkap
Pencucian alat yang bersih
Tahu putih
Telur
F : debu, kotoran
Bawang putih
Pencucian
alat
yang
kurang bersih dan tenaga
penjamah yang tidak
hygiene
TS
Bawang merah
Paprika
Garam
Tahu putih
Telur
B : Salmonella sp
F : debu, kotoran
Penanganan
makanan yang
tepat
bahan
kurang
Pengukusan
Pencucian
alat
yang
R
kurang bersih dan tenaga
penjamah yang tidak
74
TS
Tahapan Proses
Identifikasi
Bahaya
Sumber
Analisis
Severit
Signifikan
y
Resiko
Tindakan Pencegahan
Bawang putih
hygiene
Bawang merah
Paprika
B : Salmonella sp
T
Penanganan
makanan yang
tepat
bahan
kurang
Distribusi
Loaf Tahu
VII
F : Debu
TS
TS
Telur
Bahaya Potensial
Q1*
Q2**
Penerimaan bahan, bumbu dan persiapan
K : Formalin
Y
T
B : E. Coli, Salmonella sp,
koliform
Y
Y
B : Salmonella sp, E. Coli,
koliform
K:B : Mikroorganisme
75
Y
Y
Y
T
Q3***
Q4****
CCP/not CCP
Not CCP
CCP
CCP
Not CCP
Tahap Proses
Bawang merah
Paprika
Garam
Bahaya Potensial
K:-
Q1*
-
Q2**
-
Q3***
-
K:-
Q4****
-
CCP/not CCP
-
Proses pencucian
Tahu putih
B : E. Coli, koliform
Not CCP
Bawang putih
B : E. Coli, koliform
Not CCP
Bawang merah
B : E. Coli., koliform
Not CCP
Paprika
Y
B : E. Coli, koliform
Penghalusan Bumbu
Bawang putih
Bawang merah
Paprika
B : E. Coli
Not CCP
Not CCP
F : debu, kotoran
B : Salmonella sp
Not CCP
Not CCP
Pengukusan
Tahu putih
F : debu, kotoran
76
Not CCP
Tahap Proses
Telur
Bawang putih
Bawang merah
Paprika
Bahaya Potensial
Q1*
Q2**
Q3***
Q4****
CCP/not CCP
CCP
B : Salmonella sp
Distribusi
Loaf Tahu
F : Debu
VIII
IX
Not CCP
Penerimaan
tahu putih
Biologi
Penerimaan
telur
Biologi
Salmonella sp,
Salmonella
Setiap
pengolaha
n
Ruang
pengolahan
Pengawas
pengolahan
Pengukusan
Biologi
Salmonella
Salmonella
Setiap
pengolaha
n
Ruang
pengolahan
Pengawas
pengolahan
Titik Kritis
Bahaya
Signifikan
Apa
Kapan
Salmonella
Setiap
pengolaha
n
Ruang
pengolahan
Pengawas
pengolahan
77
Dimana
Siapa
Tindakan
Koreksi
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
sanitasi
lingkungan
tenaga
Bagaimana
dan
tenaga penjamah
penjamah
yang baik
78
XI
VERIFIKASI
XII
No
1
Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
20
Juni 27,7 C dan 10.00 Ditimbang dan dilihat Annisa
2016
WIB
sesuai spesifikasinya
Putri
Larasati
No
1
Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
22
Juni 80C dan 10.15-11.40 1 Mengecek
dan Annisa
2016
WIB
mengingatkan
Putri
karyawan
yang Larasati
tidak menggunakan
APD dengan benar
2 Mengingatkan
menegur
dan
untuk
penjamah makanan
agar
mencuci
mengolah
makanan
3 Memantau
penggunaan
alat
secara benar
3 Rekam Pemorsian Loaf Tahu
No
1
Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action
PJ
22
Juni 25,9 C dan 16.00- 1 Mengecek
dan Annisa
2016
16.15 WIB
mengingatkan
karyawan
tidak
79
Putri
yang Larasati
No
Tanggal
Corrective Action
menggunakan
PJ
Mengingatkan dan
menegur
untuk
penjamah
makanan
agar
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah mengolah
makanan
3
Memantau
penggunaan
alat
secara benar
4 Rekam Distribusi Loaf Tahu
No
1
Tanggal
Suhu dan Waktu
22
Juni 25.9 C dan 17.00 1
Corrective Action
mengingatkan
2016
petugas
18.00
wadah
tidak
bila Putri
makanan Larasati
tertutup
dengan benar
2
Menggunakan alat
trolley
dengan
benar
3
Mengingatkan
petugas
apabila
ada
makan
alat
dalam
keadaan
tidak bersih
4
Mengingatkan
petugas
distribusi
80
PJ
Annisa
apabila
tidak
tepat waktu
A ANALISIS
Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari
penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang ada,
dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan
memperhatikan bagian-bagian yang rusak, sedangkan bahaya kimia perlu diadakan uji
laboratorium.
Pada proses persiapan sudah memenuhi prosedur karena melewati tahapan
proses yang baik dan pada proses pengolahan makanan terjadi kegosongan karena
tenaga pengolah meninggalkan
perlu
jugadiberikan catatan mengenai penggunaan APD pada penjamah makanan yang belum
mengenakan APD dengan lengkap. Pada proses pemorsian, platting dan distribusi sudah
memenuhi prosedur yang ditetapkan.
Tindakan koreksi yang dilakukan oleh petugas penerima bahan makanan adalah
mensortir bahan makanan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan disepakati
anatara pihak supplier dan bagian instalasi gizi. Tindakan koreksi untuk proses
pemorsian dan pengolahan adalah dengan cara mengingatkan mengenai kebersihan alat
dan petugas penjamah makanan. Tindakan koreksi yang dilakukan pada kegiatan
pengolahan dan distribusi adalah memberikan teguran dan peringatan jika perlakuan
tenaga penjamah makanan dapat mencemari makanan, serta selalu mengawasi mengenai
penggunaan APD yang benar.
B PROSES PENETAPAN CCP
Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan pada bahaya fisik, kimia, dan
biologi, bahaya dapat diminimalisir dengan cara penetapan spesifikasi bahan makanan
yang tepat sehingga mengurangi bahaya pada bahan makanan. Penetapan CCP pada
proses
pengolahan
didasarkan
karena
tahapan
ini
dirancang
khusus
untuk
81
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa titik kendali kritis dari
loaf tahu adalah pada proses penerimaan dan pengukusan. Rencana tindak lanjut yang
dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses penerimaan yang sesuai dengan SOP
dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan APD pada petugas penjamah makan
dan petugas pramusaji pada proses pengolahan dan distribusi makanan.
D SARAN
Perlu diadakan sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan
pramusaji tentang penggunaan APD lengkap dan standar oprasional prosedur di instalasi
gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang tidak mematuhi dari
standar oprasional prosedur.
82
Lampiran 2.
5. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan
6. Mendata potensi bahaya
TABEL 1. DATA POTENSIAL BAHAYA
Nama Institusi
: Instalasi gizi
Nama Produk
Metode Penyajian
Sasaran Penggunaan
: Pasien non diet dan diet kecuali pasien dengan diet rendah purin dan tidak nabati di ruang kelas
I,II,III,VIP,VVIP, dan President Suite (PS)
83
Penumisan bumbu
Penggorengan tempe
84
Tahapan
Proses
Identifikasi Bahaya
F : Terdapat Batu
Analisis
Resiko
Severity
Penerimaan Bahan Bumbu dan Persiapan
Sumber
Penanganan BM yang
kurang tepat
Signifikan
TS
Tindakan Pencegahan
Penetapan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Teliti dalam menerima bahan
makanan
K:
Tempe
B : Spora
Penanganan BM yang
kurang tepat
TS
F : Kemasan rusak,
kadularsa
Penanganan BM yang
kurang tepat
TS
K : Penambahan
TS
Saus Tomat
85
Pemeriksaan BM setiap
datang
Jaminan dari suplier BM
tidak dapat spora
Suplier memiliki sertifikat
kemanan pangan
Teliti dalam menerima bahan
makanan
Perhatikan sistem
pengeluaran bahan makan
FIFO/FEFO
Adanya keamanan pangan
makanan pengawet
natrium, benzoat,
metabisulfit
B:
F: Debu/kotor
Garam
Minyak Goreng
tomat
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
K:
B:
F:
K:
B:
F: Busuk, memar
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
K: Pestisida
Pupuk
B: Salmonela
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
Bawang Merah
Bawang Putih
Penetapan spesifikasi BM
yang baik
Penerimaan BM yang sesuai
F: Busuk, berlubang
Penangan BM yang
kurang tepat
86
Bawang
Bombay
K: Pestisida
Pupuk tanaman
B: Kapang
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
F : Busuk, memar
Penanganan BM yang
kurang tepat
TS
K : Pestisida
Pupuk Tanaman
B : Khapang, Khamir
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
F : Debu
Udara
TS
TS
Gula
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Hilangkan bagian yang
busuk
Cuci bersih air dan mengalir
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Penetepan spesifikasi bahan
makanan yang baik
Jaminan mutu pemasokR
Spesifikasi bahan makanan
Penyimpanan BM harus
tertutup
Pemantauan sistem
FIFO/FEFO
K:
B:
Pencucian
Bawang Merah
F:
K: Kaporit/Klorin
B: Ecoli, coliform
87
Kandungan dalam
air
F:
K: Kaporit/Klorin
Bawang Putih
B: Ecoli, coliform
Bawang
Bombay
TS
TS
F:
K: Kaporit/Klorin
B: Ecoli, coliform
TS
TS
K:
B: Bakteri
Bawang
Bombay
88
K:
B: Bakteri
F: Kotoran dari debu,
talenan, pisau, rambut
Bawang Putih
TS
K:
B: Bakteri
PENGGORENGAN
F : Gosong / terlalu
kering
Tempe
TS
TS
TS
TS
TS
K:
B: Bakteri
Minyak Goreng
Pengolahan terlalu
lama
F:Bau tengik,
kaduluarsa
K:
B:
PENUMISAN
Minyak Goreng
Bawang Merah
F:Bau tengik,
kaduluarsa
K:
B:
F: Debu
Ketelitian petugas
penerimaan BM
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
89
Penetepan spesifikasi BM
yang baik dan benar
Alat yang digunakan baik
Sesuai SOP
K:
B: Ecoli, Coliform
F: Debu
Bawang Putih
F: Debu
F: Debu, keringat,
rambut
TS
TS
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
TS
TS
Pencucian bahan
makanan dan alat
R
R
TS
kurang bersih
Pencampuran Bahan Makanan / Pemasakan
Hygine penjamah
makanan yang kurang
TS
Platting
R
TS
K:
B: Ecoli, Coliform
Tempe Saus
Tomat
K:
B: Ecoli, Coliform
Tempe, saus
tomat, bumbu
tambahan
K:
B: Ecoli, Coliform
Bawang
Bombay
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
Pencucian bahan
makanan dan alat
kurang bersih
F : Debu, rambut,
kuku panjang
Penggunaan APD
tidak sesuai
90
SOP
Petugas penjamah makanan
cuci tangan bersih
K:
Lingkungaan yang
tidak bersih
T
S
S
Alat yang
digunakan tidak
bersih
DISTRIBUSI KE RUANG RAWAT INAP
B: Lalat
F : Debu
TS
Lingkungan yang
tidak bersih
Alat saji yang
kurang bersih
Tempe Saus
Tomat
B:Lalat, bakteri
Bahaya Potensial
QI*
Q2**
91
Q3***
Q4****
CCP/NOT CCP
Pencucian
Penghalusan/pencincangan
bumbu
Penggorengan
Pemasakan Tempe
Platting
F:
K:
B:spora
F:
K: Pestisida
B: Salmonela
F:
B:
K:Pestisida
F:
B:
K: Pestisida
F:
K:
B: Ecolli
F:
K:
B:Bakteri
F:
K:
B: Salmonela
F:
K:
B:Ecolli
F:
K:
B: Lalat
Non CCP
Non CCP
Non CCP
CCP
Non CCP
CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
92
Distribusi
F:
K:
B: Lalat
Non CCP
93
Titik Kritis
Bahaya
Signifikan
Penerimaan
Tempe
Biologi
Penerimaan
Bawang
Merah
Kimia
Penerimaan
Bawang Putih
Kimia
Penerimaan
Bawang
Bombay
Kimia
Penerimaan
saus tomat
Kimia
Pencucian
Biologi
Batas Kritis
Tiap
Tindakan
Pencegahan
Spora
Monitoring
Apa
Tempe
Kapan
Dimana
Pada
saat
penerimaan
Laboratorium
bahan makanan
Siapa
Petugas lab
Pestisida
Pestisida
Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali
Petugas lab
Pestisida
Pestisida
Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali
Petugas lab
Pestisida
Pestisida
Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali
Petugas lab
Pengawet
Ecoli
Koliform
Pengawet
Setiap 1 bulan
Laboratorium
sekali
Ecoli
Koliform
94
Petugas lab
Petugas lab
Bagaimana
Tindakan
Koreksi
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Tolak jika
Melihat hasil sesuai
lab
melampaui
kritis
Melihat hasil Tolak jika
lab
sesuai
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
batas
tidak
atau
Penghalusan
Bumbu
Penggorengan
Biologi
Fisik
Pencampuran
Bahan
Makanan
Fisik
Plating
Fisik
Distribusi
Fisik
Ecoli
Ecoli
Setiap
pengolahan
Ruang
pengolahan
dan alat
Pengawas
dan
pengolah
Gosong
Setiap
penggorengan
Ruang
pengolahan
Pengawas
dan
pengolah
Benda
asing
Setiap
pengolahan
Ruang
pengolahan
Pengawas
dan
pengolah
Benda
asing
Setiap platting
Ruang
distribusi
Pengawas
dan
pramusaji
Benda
asing
Setiap
pendistribusian
Ruang
distribusi
Gosong
Rambut,
debu,
dan
kotoran
Debu
Debu
95
Pengawas
dan
pramusaji
melampaui batas
kritis
Memeriksa
Hygine
sanitasi
kebersihan
tenaga penjamah
lingkungan
yang baik
dan tenaga Cek bakteri alat
penjamah
setiap bulan
Mengontrol
Jangan
suhu
meniinggalkan
mengolah
pada saat sedang
dan
waktu menggoreng
mengolah
Memeriksa
Hygine
sanitasi
hygine
yang baik
sanitasi
tenaga
pemasak
serta
lingkungan
Memeriksa
Hygine
sanitasi
sanitasi
yang baik
hygine
pramusaji
serta
lingkungan
Memeriksa
Hygine
sanitasi
sanitasi
yang baik
hygine
pramusaji
serta
lingkungan
11. Verifikasi
12. Dokumentasi dan Record Keeping Form
1. Rekaman Penerimaan Tempe
No
Tanggal Produksi
20 juni 2016
Corektiv Action
Ditimbang dan dilihat
sesuai spesifikasinya
Penanggung Jawab
Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengecek proses
pengolahan dan
mengingatkan
mengenai hygine
sanitasi kepada semua
tenaga kerja pada
proses pengolahan
Mengingatkan
Tanggal Produksi
23 juni 2016
96
Tanggal Produksi
23 juni 2016
Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengingatkan kepada
petugas mengenai
hygine sanitasi
Mengecek dan
mengingatkan
pegawai distribusi
agar platting
maakanan dengan
baik
Memantau
penggunaan alat
secara benar
Corektiv Action
Penanggung Jawab
Mengingatkan kepada
petugas mengenai
Tanggal Produksi
23 juni 2016
97
hygine sanitasi
Mengecek dan
mengingatkan
pegawai distribusi
agar platting
maakanan dengan
baik
Memantau
penggunaan alat
secara benar
98
Lampiran 3.
1. Rancangan HACCP
Menu
: Ikan tuna bumbu kuning (pesmol)
Jenis Menu : Lauk Hewani (pada pasien kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
President Suite)
1. Tabel 1. Pembentukan Team HACCP
No
1
Nama
Inna Maydina
Unit
Kedudukan
Gizi
Ketua tim
pengawas dan
pengawas
distribusi.
Pengawas
penerimaan,
penyimpanan
BM dan
pengawas
pengolahan
BM.
99
Latar
belakang
S1 Gizi
KT
Deskripsi Produk
1. Nama Produk: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)
2. Komposisi:
100
President Suite disajikan dalam piring lauk yang ditutupi dengan plastik wrap.
Penyajian langsung kepada pasien, dengan maksimal holding time selama 1 2 jam
pada suhu ruang.
4. Diagram Alir Proses Produksi
Penghalusan bumbu
Penumisan bumbu
101
: Instalasi Gizi
Nama Produk
Sasaran Penggunaan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP, President
Suite
Tahapan
proses
Ikan Tuna
Identifikasi
bahaya
Sumber
F: Kotoran
Analisis
Tindakan Pencegahan
Resiko
Severity
Signifikan
Penerimaan bahan baku, bumbu dan persiapan
Penanganan R
R
TS
Penetapan spesifikasi bahan makanan
BM yang
yang baik
kurang tepat
Ketelitian tenaga penerimaan
K:
Formalin,
timbale
Penggunaan
bahan kimia
oleh suplier
B:
Morganella
morgana,
Klebsiella
pneumonia
Penanganan
BM yang
kurang tepat
TS
102
Bawang
merah
Bawang
putih
Jahe
Kunyit
Lengkuas
Garam
K:
pestisida
B:
salmonella
Pupuk pada T
tanaman
Penanganan T
BM yang
kurang tepat
K:
pestisida
B:
salmonella
Pupuk pada
tanaman
Penanganan
BM yang
kurang tepat
TS
TS
TS
TS
103
Gula
F: debu,
kemasan
rusak
Udara
TS
Daun Salam
F:
berlubang,
debu
B: ulat
Penanganan
BM yang
kurang tepat
Penanganan
BM
yang
kurang tepat
Pupuk pada
tanaman
Penanganan
BM
yang
kurang tepat
Penerimaan
TS
TS
TS
TS
TS
Daun Jeruk
Batang serai
K:
peptisida
B: ulat
F : tanah
BM yang
tidak sesuai
Minyak
Goreng
Ikan Tuna
spesifikasi
F: kemasan Penanganan R
rusak, bau BM
yang
tengik,
kurang tepat
kadaluarsa
K:
Zat yang
kaporit/klo
terkandung
rin
dalam air
Proses Pencucian
R
TS
104
B : E-coli,
Koliform
Bawang
merah
Bawang
putih
Jahe
Kunyit
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Koliform
K:
kaporit/klo
rin
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
TS
TS
TS
TS
105
B: e-coli,
Koliform
Lengkuas
Daun salam
Daun jeruk
Batang serai
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
koliform
K:
kaporit/klo
rin
B: e-coli,
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
pencucian
yang
kurang
bersih
Zat yang
terkandung
dalam air
Tempat
TS
TS
TS
TS
S
106
koliform
Bawang
merah
Bawang
putih
Jahe
F: kotoran
dari
blender,
debu,ramb
ut
pencucian
yang
kurang
bersih
Pencucian
alat yang
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
Penghalusan Bumbu
R
TS
TS
TS
107
ut
Kunyit
Lengkuas
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
F: kotoran Pencucian
dari
alat yang
blender,
kurang
debu,ramb bersih dan
ut
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
B: bakteri
Pencucian
alat yang
kurang
bersih
TS
TS
108
Ikan tuna
F : debu,
kotoran
F : debu,
Pencucian
alat yang
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
Suhu dan
proses
pemasakan
yang
kurang
tepat
Pencucian
kotoran
alat yang
B:
Salmonella
Bawang
merah
Penumisan
TS
TS
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
B : E.coli,
hygiene
Air dan
koliform
pencucian
BM yang
109
kurang
Bawang
putih
F : debu,
bersih
Pencucian
kotoran
alat yang
TS
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Kunyit
F : debu,
hygiene
Pencucian
kotoran
alat yang
TS
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Jahe
F : debu,
hygiene
Pencucian
kotoran
alat yang
TS
kurang
bersih dan
tenaga
110
penjamah
yang tidak
Lengkuas
F : debu,
hygiene
Pencucian
kotoran
alat yang
TS
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
Batang serai
F : debu,
hygiene
Pencucian
kotoran
alat yang
TS
kurang
bersih dan
tenaga
penjamah
yang tidak
hygiene
Ikan
tuna, F : debu,
bumbu halus,
rambut,
bumbu
tambahan
keringat.
yang
kurang
B:
baik
Suhu dan
salmonella
proses
sp, e.coli,
pemasakan
koliform
yang tidak
sesuai
Ikan
bumbu
kuning
tuna F : rambut,
Pem
Pemorsian
TS
debu
Ikan
bumbu
kuning
tuna F : Debu,
rambut
Kebersihan
troli
Tahap Proses
Bahaya
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/Non CCP
CCP
Potensial
Ikan tuna
Bawang merah
Bawang putih
Lengkuas
Daun jeruk
Pencucian
Penghalusan
Penumisan
Pencampuran
K: Formalin,
timbale
K: pestisida
B: salmonella
K: pestisida
B: salmonella
K: pestisida
K: pestisida
B: e-coli,
koliform
B: bakteri
B: e-coli,
koliform
B: salmonella
sp, e-coli,
koliform
Penerimaan Bahan
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
T
T
T
T
Y
Y
T
T
T
T
T
Y
NON CCP
NON CCP
NON CCP
NON CCP
NON CCP
CCP
NON CCP
Y
Y
T
Y
T
Y
NONCPP
CCP
CCP
Keterangan:
Q1: Apakah ada tindakan pencegahan?
Y: dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya
T: non CCP
113
Q2: Apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan
yang tidak dapat diterima?
Y: CCP
T: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
Q3: Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima?
Y: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
T: non CCP
Q4: Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul?
Y: non CCP
T: CCP
8. Menetapkan Batas Kritis
9. Menetapkan Sistem Monitoring
10. Menetapkan Tindakan Koreksi
: Instalasi Gizi
114
Deskripsi Produk
Sasaran Penggunaan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
President Suite
Titik Kritis
Bahaya
Batas Kritis
Signifikan
Tiap
Tindakan
Penerimaan
Kimia
Pencegahan
Formalin
Monitoring
Koreksi
Apa
Kapan
Dimana
Siapa
Bagaimana
Formalin
Setiap
laboratoriun
Petugas lab
Melihat
Tolak jika
hasil lab
tidak sesuai
ikan tuna
Penerimaan
Tindakan
penerimaan
Kimia
Pestisida
Pestisida
daun jeruk
bahan
dan
makanan
melampaui
Setiap
Ruang
penerimaan
penerimaan
Pengawas
bahan
Melihat
batas kritis
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
dan
makanan
Penumisan
B: e-coli,
koliform
e-coli,
e-coli,
Setiap 1
115
melampaui
Laboratoriu
Petugas
Melihat
batas kritis
Tolak jika
koliform
Pencampura
Biologis
koliform
bulan sekali
labolatoriu
hasil
tidak sesuai
labolatoriu
atau
melampaui
Salmonella
Salmonella
Setiap 1
Laboratoriu
Petugas
Melihat
batas kritis
Tolak jika
sp
sp
bulan sekali
labolatoriu
hasil
tidak sesuai
labolatoriu
atau
melampaui
batas kritis
11. Verifikasi
12. Dokumentasi dan Record Keeping Form
Tanggal Produksi
22 Juni 2016
Corektiv Action
Tidak melihat langsung
Penanggung Jawab
Inna Maydina
Tanggal Produksi
Corektiv Action
116
Penanggung Jawab
22 Juni 2016
Mengecek proses
Inna Maydina
pengolahan, mengamati
tenaga penjamah
mengenai hygiene
sanitasi dan penggunaan
APD pada proses
pengolahan
Memantau penggunaan alat
dengan benar
Tanggal Produksi
22 Juni 2016
Corektiv Action
Mengecek proses
pengolahan, mengingatkan
kepada tenaga penjamah
mengenai hygiene sanitasi
dan penggunaan APD pada
proses pemorsian
117
Penanggung Jawab
Inna Maydina
Tanggal Produksi
22 Mei 2016
Corektiv Action
Mengingatkan penjamah
makanan mengenai
hygiene sanitasinya
Mengecek penjamah
makanan agar membawa
makanan dengan benar
118
Penanggung Jawab
Inna Maydina
A. Analisis
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam rangka praktik belajar lapangan
rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan bahan
makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ikan tuna bumbu
kuning yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di
ruang penerimaan bahan makanan tim penerima memperhatikan bahaya fisik,
kimia, biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi
di tangani oleh supplier dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya
kimia yaitu pestisida tidak di tangani langsung karena berkaitan dengan uji
laboraturium yang menyebabkan adanya pengeluaran finansial. Tim penerimaan
melakukan pengkorekasian bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan oleh supplier bahan makanan. Dari pihak supplier bahan
makanan sering mengirim bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
pemesanan antara lain kurangnya bahan makanan yang diterima, tanggal
kadaluarsa pada bahan makanan kering, kerusahan fisik pada sayuran. Bahan
makan makanan yang tidak sesuai akan mengirimkan kembali bahan makanan
maksimal keesokan harinya ke ruang penerimaan bahan makanan.
Pengamatan proses pengolahan makanan yang diamati langsung oelh
mahasisawa ada pemasak (tenaga penjamah makanan). Pemasak selalu
memeriksa makanan yang sedang proses pengolahan agar menghindari dari
kegosongan. Pemasak menggunakan jam tangan proses penyelenggaraan
makanan yang beresiko terjadi kontaminasi pada makanan.
B. Proses Penetapan CCP
1. Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa
pestisida yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pencucian sehingga
perlu melakukan penanganan yang kritis.
2. Penetapan CCP pada pengolahan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa
bakteri yang mungkin disebabkan oleh penggunaan jam tangan dan
penggunaan APD yang tidak lengkap pada pemasak, untuk menghindari
terjadinya bahaya kontaminasi pada makanan.
C. Kesimpulan
Berdasarkan proses yang di amati, dapat disimpulkan bahwa:
119
1. Titik kendali kritis dari ikan tuna bumbu kuning yaitu pada proses penerimaan
bahan makanan dan pada pengolahan bahan makanan.
2. Penggunaan APD yang kurang yang sesuai dengan SOP di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional, dan penggunaan jam tangan oleh penjamah makanan.
D. Saran
Perlu adanya pelatihan atau evaluasi yang rutin kepada tenaga pemasak dan
tenaga penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di
Instalasi Gizi.
Lampiran 4.
120
I.
PERANCANGAN HAACP
Menu
Jenis Makanan
N
o
1
Nama
Unit
Nindy
Apriliani Gizi
Kedudukan
Ketua
Putri
II.
Latar
Belakang
team S1 Gizi
K
T
pengawas
2. Komposisi
Bahan Utama (fillet tuna 1 kg, daun jeruk 3 lbr, 4 butir telur, tepung roti 5 sdm,
tepung sagu 3 sdm)
Bumbu (Gula putih 5 sdm, garam 2 sdt , lada, bawang putih 5 siung, bawang
merah 8 siung, bawang bombay 1 bh, paprika 1/2 bh,)
3. Pengolahan Utama
: Digoreng
4. Cara Penyajian
Produk disajikan dalam piring lauk untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President
Suites dengan plastic wrap.
5. Sasaran Konsumen
Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional
6. Daya Simpan
7. Jumlah Porsi
III.
121
ikan dan tidak telur. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan
standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan
menggunakan piring lauk makan untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President
Suites ditutupi dengan plastic wrap. Penyajian langsung kepada sasaran ,
dengan maksimal holding time selama 1-2 jam pada suhu ruangan.
IV.
Pencucian bumbu
Penggilingan
Chopper bumbu
Mixing
(ikan tuna giling, bumbu, tepung
roti, tepung sagu, dan telur)
Penggorengan
Platting
V.
VI.
122
Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Nama Produk
Metode Penyajian
: Tray Service/Sentralisasi
Ssasaran pengguna
123
Identifikasi
Sumber
Risiko
Proses
Bahaya
Penerimaan Bahan Baku dan Bumbu serta Pengupasan
Ikan tuna
F: duri
Alamiah dari BM
R
K: fomalin
supplier
B:
Penanganan BM
mikroorganisme
TS
B:
baik
Melakukan
pemeriksaan
bahan
baik
TS
baik
Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang
(salmonella)
F:
busuk, Penanganan BM R
memar,
baik
Penetapan spesifikasi BM yang
Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang
Alamiah dari BM
mikroorganisme
makanan berkala
Penetapan spesifikasi BM yang
Paprika
Tindakan Pencagahan
Signifikansi
Penambahan
bahan kimia oleh
Telur
Analisis
Severity
S
TS
baik
Melakukan pencucian BM
Penetapan spesifikasi BM yang
baik
berlubang
124
Tahapan
Proses
Identifikasi
K:
Sumber
Bahaya
residu Pembasmi hama
pestisida
Tepung Roti
F:
Risiko
Analisis
Severity
Signifikansi
TS
TS
kemasan Penanganan BM
rusak
kadaluarsa
Tepung
F:
Sagu
rusak
TS
kadaluarsa
Bawang
B: kapang
Penanganan BM
Bombay
Daun
K:
Bawang
pestisida
B:
Penanganan BM
mikroorganisme
Bawang
K:
Putih
pestisida
Bawang
B:
Penanganan BM
mikroorganisme
K:
kemasan Penanganan BM
dan yang kurang tepat
Tindakan Pencagahan
TS
TS
TS
125
Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FEFO
Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FIFO
Jaminan mutu supplier
Tahapan
Proses
Merah
Daun Jeruk
Identifikasi
Sumber
Bahaya
pestisida
B:
Penanganan BM
mikroorganisme
K:
pestisida
B: ulat
Penanganan BM
yang kurang tepat
Gula Putih
F:
Risiko
Analisis
Severity
Signifikansi
TS
TS
kemasan Penanganan BM
rusak
kadaluarsa
Garam
F:
TS
kadaluarsa
Lada
F:
Pemeriksaan BM datang
Penerapan sistem FEFO
Jaminan mutu supplier
kemasan Penanganan BM
rusak
Melakukan pencucian BM
Jaminan mutu supplier
kemasan Penanganan BM
rusak
Tindakan Pencagahan
TS
Pemeriksaan BM datang
TS
kadaluarsa
Minyak
F:
kemasan Penanganan BM R
Goreng
rusak,
Pemeriksaan BM datang
tengik,
dan
126
Tahapan
Proses
Ikan tuna
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
kadaluarsa
K: kaporit/klorin
Zat
Analisis
Severity
Signifikansi
terkandung dalam R
pencucuian yang
pembersihan berkala
K: kaporit/klorin
pencucian
Zat
untuk
yang
TS
air
B: E. Coli dan Tempat
pencucuian yang
pembersihan berkala
K: kaporit/klorin
pencucian
Zat
terkandung dalam R
coliform
TS
air
B: E. Coli dan Tempat
coliform
Tindakan Pencagahan
untuk
yang R
terkandung dalam
127
TS
Tahapan
Proses
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
Signifikansi
air
B: E. Coli dan Tempat
coliform
pencucuian yang
air
K: kaporit/klorin
Bombay
pencucian
Zat
pembersihan berkala
S
untuk
yang
TS
air
B: E. Coli dan Tempat
pencucuian yang
pembersihan berkala
K: kaporit/klorin
Bawang
pencucian
Zat
untuk
yang
air
B: E. Coli dan Tempat
terkandung dalam R
coliform
terkandung dalam R
coliform
Tindakan Pencagahan
Mengganti tempat mencuci dan
Bawang
Analisis
Severity
pencucuian yang
TS
128
Tahapan
Proses
Bawang
Identifikasi
Bahaya
K: kaporit/klorin
Putih
Sumber
air
pencucian
Zat
Risiko
Analisis
Severity
Signifikansi
untuk
yang
terkandung dalam R
TS
air
B: E. Coli dan Tempat
coliform
pencucuian yang
pembersihan berkala
K: kaporit/klorin
Merah
pencucian
Zat
untuk
yang
TS
air
B: E. Coli dan Tempat
pencucuian yang
pembersihan berkala
K: kaporit/klorin
pencucian
Zat
terkandung dalam R
coliform
Tindakan Pencagahan
untuk
yang R
terkandung dalam
129
TS
Tahapan
Proses
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
Analisis
Severity
Signifikansi
air
B: E. Coli dan Tempat
coliform
pencucuian yang
pembersihan berkala
Tindakan Pencagahan
untuk
pencucian
Fillet dan Penggilingan
Ikan tuna
B:
Kontaminasi
mikroorganisme
TS
yang digunakan
Chopping
Paprika
Bawang
Bombay
Daun
F:rambut
dan Penjamah
kuku
B:
makanan
Kontaminasi
TS
mikroorganisme
TS
yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
Penjaman
menggunakan
APD
kuku
B:
makanana
Kontaminasi
TS
mikroorganisme
TS
TS
yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
R
130
Tahapan
Proses
Bawang
Bawang
Putih
Bawang
Merah
Daun Jeruk
Ikan
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
kuku
B:
makanana
Kontaminasi
mikroorganisme
Analisis
Severity
Signifikansi
Tindakan Pencagahan
sesuai dengan SOP
Mencuci alat dengan bersih serta
yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
TS
kuku
B:
makanana
Kontaminasi
TS
mikroorganisme
TS
yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
kuku
B:
makanana
Kontaminasi
TS
mikroorganisme
TS
yang digunakan
F: rambut dan Penjamah
kuku
B:
makanana
Kontaminasi
TS
mikroorganisme
TS
yang digunakan
yang dipisah sesuai jenis BM
Mixing Bahan Utama, Bumbu, Telur dan Tepung serta Pemorsian
Tuna, F: rambut, kuku, Penjamah
R
R
TS
Penjaman menggunakan APD
keringat makanan
dan
Tahapan
Identifikasi
Sumber
Proses
Bahaya
roti, tepung serta debu dan hygine
sagu,
paprika,
bawang
Risiko
Analisis
Severity
Signifikansi
Tindakan Pencagahan
sanitasi
kotoran
B:
kurang baik
Kontaminasi
mikroorganisme
dan
bombay,
penjamah
dan bumbu
makanan
dan
sesudah
proses
F: gosong
pemasakan yang R
B:
kurang tepat
Kontaminasi alat
mikroorganisme
atau
petugas
penjamah
TS
mencuci
penjamah
tangan
makanan
sebelum
dan
Nugget ikan
F: debu
Udara
dalam R
Platting
R
ruang paltting
TS
Menjaga
kebersihan
ruang
Tahapan
Proses
Identifikasi
Bahaya
B: serangga
Sumber
Risiko
Analisis
Severity
Tindakan Pencagahan
Signifikansi
Lingkungan yang
kurang bersih
Adanya
T
alat
penerapan
insect killer
hygine
dan
sanitasi
F: debu
Udara
dalam
ruang distribusi
B: serangga
Menjaga
R
TS
ruang
Lingkungan yang
kurang bersih
kebersihan
penerapan
hygine
sanitasi
I.
Bahaya Potensial
F: K: fomalin
B: mikroorganisme
F: B: mikroorganisme (salmonella)
F: K: 133
dan
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/N-CCP
Y
Y
T
Y
T
-
Non CCP
CCP
CCP
Tahap Proses
Bawang bombay
Daun bawang
Bawang putih
Bawang merah
Daun jeruk
Tepung roti
Tepung sagu
Gula putih
Garam
Lada
Minyak goreng
Pencucian Bahan
Baku
bumbu
Fillet dan Penggilingan Ikan
Chopping
Bahaya Potensial
B: kapang
K: B: mikroorganisme
K: B: mikroorganisme
K: B: mikroorganisme
K: B: Ulat
F: F: F: F: F: F: dan K: B: E. Coli dan coliform
134
Q1
Y
Q2
T
Q3
Y
Q4
Y
CCP/N-CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
Non CCP
CCP
Non CCP
Tahap Proses
Bahaya Potensial
B: serangga
I.
II.
III.
Q1
Y
Q2
T
Q3
T
Q4
-
CCP/N-CCP
Non CCP
Bahaya
Signifikan
Batas Kritis
Monitoring
Tiap Tindakan
Apa
pencegahan
mikroorganism
Vibrio
tuna
Penerimaan telur
Penggorengan
Biologi
Biologi
mikroorganism
e
mikroorganism
e
Kapan
sp,
Dimana
Siapa
Setiap
Ruang
Pengawas
Clostridiu
penerimaa
penerimaa
dan
m sp
penerimaan
Setiap
Ruang
Pengawas
sp
penerimaa
penerimaa
dan
penerimaan
Setiap
Pengawas
sp
Tindakan koreksi
Hubungi QC dan
BM
ditolak serta
kepada
hasil
supplier
laboratorium
Melakukan
Hubungi QC dan
tim pemeriksaan
Salmonella
135
Melakukan
tim pemeriksaan
Salmonella
Ruang
Bagaimana
BM
ditolak serta
supplier
laboratorium
Memeriksa
Hygiene
kebersihan
tenaga
lingkungan
yang
kepada
sanitasi
penjamah
baik
serta
Titik Kritis
Bahaya
Signifikan
Batas Kritis
Tiap Tindakan
Apa
Kapan
Monitoring
Dimana
Siapa
Bagaimana
pengolahan
Tindakan koreksi
kontrol suhu sesuai
suhu
pemanasan
136
I.
VERIFIKASI
II.
Tanggal
20 Juni 2016
Suhu dan
Waktu
34 C dan 09.00
Corektiv Action
PJ
Apriliani Putri
Tanggal
22 Juni 2016
Suhu dan
Corektiv Action
PJ
Waktu
200 C dan 1.Mengecek
dan Nindy
07.00 07.40
mengingatkan
Apriliani Putri
APD
dengan benar
2.Mengingatkan
dan
menegur
penjamah
untuk
makanan
penggunaan
Tanggal
22 uni 2016
Suhu dan
Corektiv Action
PJ
Waktu
25.9 C dan 1. Mengecek
dan Nindy
06.45 07.00
mengingatkan
Apriliani Putri
APD
dengan benar
2. Mengingatkan
menegur
137
dan
untuk
No
Tanggal
Suhu dan
Waktu
Corektiv Action
penjamah
PJ
makanan
alat
secara benar
4. Rekam Distribusi Nugget Ikan Tuna
No
Tanggal
22 Juni 2016
Suhu
dan
Waktu
25.9 C
dan 1. mengingatkan
10.00 13.00
Corektiv Action
PJ
Nindy
tidak
alat
makan
dalam
apabila
A. ANALISIS
Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari
penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang
ada, dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan
138
139
gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar
oprasional prosedur.
Lampiran 5
1. Rancangan HACCP
140
Menu
Jenis Menu
Nama
Tegar Swendanur
Risha
Unit
Kedudukan
Gizi
Ketua tim
pengawas dan
pengawas
distribusi dan
Pengawas
penerimaan,
penyimpanan
BM dan
pengawas
pengolahan
BM
1. Nama Produk
Deskripsi Produk
: Ayam Bumbu Opor
141
Latar
belakang
S1 Gizi
KT
2. Komposisi
Bahan Utama :
Daging ayam 30 potong (2100 gram)
Santan air encer 1000 ml
Daun salam 5 lbr
Lengkuas 5 cm, memarkan
Minyak goreng 2 sdm
Gula pasir 2 sdm
Bumbu Halus :
Kemiri 5 btr
Kayu manis 5 cm
Kencur 4 cm
142
143
: Instalasi Gizi
Nama Produk
Tahapan Proses
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite
Identifikasi
Bahaya
Analisis
Sumber
Resiko
Severity
Tindakan Pencegahan
Signifikan
F : darah, bulu
Penanganan BM
TS
K : Formalin
Penggunaan bahan
144
mengalir
Pemeriksaan bahan makanan
B : Sallmonela
Penanganan BM
Santan
F : kemasan
Penanganan BM
rusak,
TS
kadaluarsa
disetiap kedatangan
K:-
(FEFO)
-
B:-
Garam
F: Debu/kotor
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
K: B: -
145
Penetapan spesifikasi BM
yang baik
Penerimaan BM yang
sesuai
F : Debu
Udara
TS
Gula
K: -
B: -
Bawang merah
F: Busuk, memar
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
K: Pestisida
Pupuk
B: Salmonela
Penangan BM yang
kurang tepat
Bawang putih
F: Busuk,
berlubang
Penangan BM yang
kurang tepat
K: Pestisida
Pupuk tanaman
TS
146
Spesifikasi bahan
makanan
Penyimpanan BM harus
tertutup
Pemantauan sistem
FIFO/FEFO
Penatapan spesifkasi
bahan makanan
Hilangkan bagiaan yang
busuk
Cuci bersih
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Jaminan mutu pemasok
Kontaminasi pada bahan
makanan
Penetapan spesifikasi
bahan makanan yang baik
Menghilangkan bahan
makanan yang busuk
Mencuci menggunakan air
mengalir bersih dan
bertekanan
SOP penyimpanan
Jaminan mutu pemasok
Kencur
B: Kapang
Penangan BM yang
kurang tepat
TS
F : Debu, tanah
Udara dan
TS
penerimaan BM
dan bertekanan
spesifikasi
Jahe
K:-
B:-
F : Debu, tanah
Udara dan
TS
penerimaan BM
spesifikasi
Daun salam
Penetepan spesifikasi
bahan makanan yang baik
Jaminan mutu pemasok
Mencuci dengan air mengalir
K:-
B:-
F : berlubang,
Penanganan BM
TS
debu
147
K:-
B : ulat
Penanganan BM
TS
Lengkuas
F : tanah
Penerimaan BM
TS
spesifikasi
spesifikasi
K : pestisida
B:-
Pencucian
Ayam
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Kurang
Koliform,
bersihnya tempat
Salmonella
pencucian
Kandungan air
148
Bawang merah
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
bersihnya tempat
Bawang putih
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang
bersihnya tempat
Jahe
Kurang
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
149
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
Koliform
dalam air
Melakukan cek kadar
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang
bersihnya tempat
Daun salam
bersihnya tempat
Kencur
Kurang
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang
bersihnya tempat
pencucian
Kandungan air
150
Daun jeruk
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
bersihnya tempat
Serai
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
dalam air
Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang
bersihnya tempat
Lengkuas
Kurang
pencucian
Kandungan air
F:-
K:
TS
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
Koliform
Kurang
bersihnya tempat
151
pencucian
Kandungan air
Thawing
Ayam
F : darah
Penanganan BM
TS
K : Formalin
Penggunaan bahan
mengalir
Pemeriksaan bahan makanan
B : Salmonella
Penanganan BM
SOP
Penghalusan Bumbu
Bawang merah
F : kotoran dari
blender, debu,
rambut, keringat
tenaga penjamah
TS
152
B : bakteri
Kurang bersihnya
TS
pencucian alat
Bawang putih
F : kotoran dari
blender, debu,
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
B : bakteri
Kurang bersihnya
TS
pencucian alat
Jahe
F : kotoran dari
blender, debu,
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
B : bakteri
Kurang bersihnya
TS
pencucian alat
Garam
F : kotoran dari
153
blender, debu,
rambut, keringat
tenaga penjamah
B : bakteri
Kurang bersihnya
TS
pencucian alat
Kencur
F : kotoran dari
blender, debu,
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
B : bakteri
Kurang bersihnya
TS
pencucian alat
Penumisan
Ayam
F : debu, kotoran
SOP
154
B : Salmonella
pemasakan yang
baik
kurang tepat
Bawang merah
F : debu, kotoran
TS
sesuai SOP
Alat yang berkualitas baik
B : E.coli,
koliform
BM yang kurang
bersih
Bawang putih
F : debu, kotoran
TS
B:-
155
Jahe
F : debu, kotoran
TS
Kencur
K:-
B:-
F : debu, kotoran
TS
Serai
K:-
B:-
F : debu, kotoran
TS
Lengkuas
K:-
B:-
F : debu, kotoran
TS
156
K:-
B:-
halus, bumbu
keringat.
TS
tambahan, dan
santan
K:-
B : salmonella
sp, e.coli
pemasakan yang
tidak sesuai
Ayam Bumbu
Opor
F : rambut, debu
Pemorsian
R
Penggunaan APD R
tidak sesuai
Alat makan yang
digunakan sudah
157
TS
K:-
ditaruh 2 jam
sebelum platting
Udara ruang
distribusi
B: Lalat
Ayam Bumbu
F : Debu, rambut
Lingkungaan
yang tidak bersih
T
S
S
Alat yang
digunakan tidak
bersih
Distribusi di Ruang Rawat Inap
Kebersihan troli
R
R
TS
Opor
K :-
B : E.coli
158
Tahap Proses
Bahaya Potensial
Q1
Q2
159
Q3
Q4
CCP/Non CCP
Penerimaan Bahan
Ayam
Santan
F:K : formalin
Non CCP
B : salmonella
K : pestisida
Non CCP
B : Salmonella
Non CCP
K : pestisida
Non CCP
B : Salmonella
Non CCP
Non CCP
F:K:B:-
Bawang merah
Bawang putih
Pencucian
F:-
F:-
F:K:B : e-coli,
160
Non CCP
Thawing
Penghalusan
koliform,
Non CCP
salmonella
Non CCP
K : Formalin
CCP
B : Salmonella
CCP
Non CCP
CCP
F:-
F:K:B : Bakteri
Penumisan
Non CCP
F:K:B : salmonella
Pencampuran
F:K:B : E.coli,
koliform,
salmonella sp
Pemorsian
F:-
161
K:B : E.coli
CCP
Keterangan :
Q1 : apakah ada tindakann pencegahan?
Y : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya
T : Non CCP
Q2 : apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan
yang tidak dapat diterima?
Y : CCP
T : di lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
Q3 : dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima?
Y : dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
T : Non CCP
Q4 : akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul?
162
Y : Non CCP
T : CCP
16. Menetapkan Batas Kritis
17. Menetapkan Sistem Monitoring
18. Menetapkan Tindakan Koreksi
: Instalasi Gizi
Deskripsi Produk
Bahaya Signifikan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite
Batas Kritis
Monitoring
163
Tindakan
Tiap Tindakan
Pencegahan
Penerimaan
Kimia
Formalin
Koreksi
Apa
Kapan
Dimana
Formalin
Setiap
Laboraturiu Petugas
Melihat
Tolak jika
penerima
hasil Lab
tidak sesuai
Ayam
Siapa
Lab
Bagaimana
an bahan
dan
makanan
melampaui
batas kritis
Biologis
Salmonella sp
Salmonella
Setiap
Ruang
sp
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau
melampaui
batas kritis
Penerimaan
Fisik
Tanah, busuk,
Tanah,
Setiap
Ruang
Bawang
berwarna
busuk,
penerima
penerimaan
Merah
hitam, kering,
berwarna
an bahan
berlubang,
hitam,
melampaui
bertunas
kering,
batas kritis
berlubang,
bertunas
164
Pengawas
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau
Kimia
Pestisida
Pestisida
Setiap
Ruang
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau
melampaui
batas kritis
Penerimaan
Fisik
Bawang Putih
Tanah, busuk,
Tanah,
Setiap
Ruang
Pengawas
Melihat
Tolak jika
berwarna
busuk,
penerima
penerimaan
secara
tidak sesuai
hitam,
berwarna
an bahan
visual
atau
berlubang,
hitam,
melampaui
bertunas
berlubang,
batas kritis
bertunas
Kimia
Pestisida
Pestisida
Setiap
Ruang
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau
melampaui
batas kritis
Penumisan
Fisik
Gosong
Gosong
Setiap
Ruang
Pengawas
Mengontro
Menghilan
penumisa
pengolahan
Pengolaha
l suhu
gkan
pengolahan
bagian
makanan
yang
165
dan waktu
gosong
pengolaha
m
Pencampuran
Fisik
Debu, darah,
Debu,
Setiap
Ruang
Pengawas
Memeriksa
Hygiene
rambut,
darah,
pengolah
pengolahan
an
kebersihan
sanitasi
keringat
rambut,
an bahan
pengolaha
dan tenaga
yang baik
penjamah
keringat
Biologis
Salmonella sp
Salmonella
Setiap 1
Labolatoriu Petugas
sp
bulan
sekali
Melihat
Tolak jika
labolatoriu hasil
tidak sesuai
labolatoriu
atau
melampaui
batas kritis
19. Verifikasi
20. Dokumentasi dan Record Keeping Form
a. Rekam Penerimaan Ayam
166
No
Tanggal
Suhu &
Produksi
Waktu
23 Juni 2016
Corektiv Action
Penanggung
Jawab
Tegar
spesifikasinya
Tanggal
Produksi
23 Juni 2016
Corektiv Action
Penanggung
Jawab
167
Tegar
Tanggal
Produksi
23 Juni 2016
Corektiv Action
Penanggung
Jawab
60 C 80 C &
14.30-16.00
Tegar
mengingatkan kepada
tenaga penjamah mengenai
hygiene sanitasi dan
penggunaan APD pada
proses pemorsian
Tanggal
Produksi
23 Juni 2016
Corektiv Action
Penanggung
Jawab
50 C &
Mengingatkan
penjamah makanan
mengenai hygiene
sanitasinya
Mengecek penjamah
makanan agar
168
Tegar
membawa makanan
dengan benar
169
A. Analisis
B.
lapangan rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan
bahan makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ayam bumbu
opor yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di
ruang penerimaan bahan makanan petugas memperhatikan bahaya fisik, kimia,
biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi di
tangani oleh petugas dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya kimia
yaitu pestisida tidak di tangani karena berkaitan dengan uji laboraturium yang
menyebabkan banyak pengeluaran finansial. Pengkoreksian yang dilakukan
petugas penerima bahan makanan melakukan pengkoreksian terhadap bahan
makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati oleh pihak
pengirim bahan makanan. Pada pihak pengirim bahan makanan sering mengirim
bahan yang tidak sesuai dengan pesanan petugas penerima bahan makanan,
sehingga bahan makanan tersebut tidak bisa diterima dan perjanjian yang
dilakukan pihak pengirim akan mengganti bahan makanan dan segera di kirim
maksimal di kirim keesokan pagi ke ruang penerimaan bahan makanan.
C.
170
Perlu adanya pelatihan yang rutin kepada tenaga pemasak dan tenaga
penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di Instalasi
Gizi.
I.
171