Вы находитесь на странице: 1из 4

Blog Resmi drs. D. Suyanta, M.Si.

, Bagian Kimia
FMIPA UGM
Go

HOME

ABOUT
POSTS COMMENTS

KIMIA KOORDINASI
BAB V: REAKSI SENYAWA KOMPLEKS
BAB III: STEREOKOIMIA SENYAWA KOMPLEKS

BAB IV: KESTABILAN SENYAWA KOMPLEKS


MAY 16, 2010 LEAVE A COMMENT

Dikenal 2 macam kestabilan senyawa kompleks, yaitu kestabilan termodinamika dan kestabilan kinetika.
Kestabilan termodinamika menunjuk pada perubahan energi bebas Gibs (G) yang terjadi dalam perubahan dari
reaktan menjadi produk, sedang kestabilan kinetika menunjuk pada enetgi aktivasi (G#) pada substitusi reaksi
pertukaran ligan.
IV.1 Kestabilan Termodinamika
Kestabilan termodinamika senyawa kompleks lebih sering dinyatakan dengan konstanta kesetimbangan (ingat
G = -RT ln K) dalam reaksi ion logam terhidrasi dengan ligan yang sesuai selain air. Harga K memberikan
gambaran tentang konsentrasi relatif masing-masing spesies dalam kesetimbangan. Jika harga K besar berarti
konsentrasi kompleks jauh lebih besar dibanding konsentrasi komponen-komponen pembentuknya. Suatu
kompleks stabil bilamana harga K dalam reaksi pembentukan kompleks tersebut besar.
Kompleks logam terbentuk dalam larutan melalui tahap-tahap reaksi, dan konstanta kesetimbangan dapat ditulis
untuk masing-masing tahap. Misalnya untuk reaksi pembentukan Cu(NH3)42+ :
[Cu(H2O)4]2+ + NH3 [Cu(H2O)3(NH3)]2+ K1 = ([Cu(H2O)3(NH3)]2+)/([Cu(H2O)4]2+)( NH3)
[Cu(H2O)3(NH3)]2+ + NH3 [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ K2 = ([Cu(H2O)2(NH3)2]2+)/[Cu(H2O)3(NH3)]2+( NH3)
[Cu(H2O)2(NH3)2]2+ + NH3 [Cu(H2O)(NH3)3]2+ K3 = ([Cu(H2O)(NH3)3]2+)/[Cu(H2O)2(NH3)2]2+( NH3)
[Cu(H2O)(NH3)3]2+ + NH3 [Cu(NH3)4]2+ K4 = ([Cu(NH3)4]2+)/[Cu(H2O)(NH3)3]2+( NH3)
Konstanta kesetimbangan juga dapat ditulis secara keseluruhan (over-all stability consant) denga notasi . Untuk
reaksi tersebut di atas :
[Cu(H2O)4]2+ + NH3 [Cu(H2O)3(NH3)]2+ 1 = ([Cu(H2O)3(NH3)]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)
[Cu(H2O)4]2+ + 2NH3 [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ 2 = ([Cu(H2O)2(NH3)2]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)2
[Cu(H2O)4]2+ + 3NH3 [Cu(H2O)(NH3)3]2+ 3 = ([Cu(H2O)(NH3)3]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)3
[Cu(H2O)4]2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+ 4 = ([Cu(NH3)4]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)4
Dengan sedikit penjabaran matematis akan diperoleh hubungan :
1 = K1
2 = K 1. K 2
3 = K1. K2.K3
4 = K1. K2.K3.K4

Dalam reaksi pembentukan kompleks tersebut seringkali ligan H2O tidak ditulis karena jumlah molekul H2O yang
menghidrasi masing-masing ion pada umumnya belum diketahui secara pasti, molekul-molekul air tidak
mempengaruhi konstanta kesetimbangan (walaupun terlibat dalam reaksi), dan dalam larutan encer aktivitas air
dapat dianggap 1.
IV.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Ion Kompleks
1. Aspek ion pusat
a. Rapat muatan (perbandingan muatan dengan jari-jari atom)
Stabilitas ion kompleks bertambah jika rapat muatan ion pusat bertambah
b. CFSE (energi psntabilan medan ligan)
Stabilitas ion kompleks bertambah dengan adanya CFSE, karena CFSE pada dasarnya merupakan energi
penstabilan tambahan yang diakibatkan oleh terjadinya splitting orbital d. Pengaruh CFSE terhadap K dapat
dilihat pada diagram berikut.
Bulatan-bulatan pada gambar tersebut adalah harga log K relatif masing-masing logam bedasarkan eksperimen,
sedang garis putus-putus merupakan kecenderungan harga log K secara teoritis dengan tanpa
memperhitungkan CFSE.
c. Polarisabilitas
Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks
ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil
2. Aspek ligan
a. Efek khelat
Kompleks khelat lebih stabil dibanding kompleks nonkhelat analog (yang atom donornya sama).
[Ni(en)3]3+dengan 3 sebesar 4.1018 adalah lebih stabil dibanding [Ni(NH3)6]3+ 6 sebesar 108
a. Ukuran cincin
Jika ligan tidak memiliki ikatan angkap, ikatan cincin 5 adalah yang paling stabil, tetapi jka

ligan memiliki ikatan

rangkap, maka yang paling stabil adalah ikatan cincin 6.


b. Hambatan ruang (steric effect)
Ligan-ligan bercabang pada umumnya kurang stabi dibanding ligan-ligan tak

bercabang yang analog.

c. Polarisabilitas
Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks
ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil
IV.3 Kestabilan Kinetika.
Kestabilan kinetika menunjuk pada enetgi aktivasi (G#) pada substitusi reaksi pertukaran ligan. Kestabilan
kinetika bertambah jika G# semakin besar. Kompleks yang ligannya dapat digantikan oleh ligan lain dengan
cepat (kurang dari 1 menit pada suhu 25 oC dan konsentrasi larutan 0,1 M) disebut kompleks labil, sebaliknya
jika reaksi pertukarannya berlangsung lambat disebut kompleks inert (lembam).
Seringkali kompleks stabil bersifat inert dan kompleks tidak stabil bersifat labil, namun hal itu tidak berhubungan.
Bisa saja suatu kompleks stabil namun labil. Sebagai contoh, CN membentuk kompleks yang sangat stabil
dengan Ni2+, hal ini tercermin dari harga K yang besar untuk reaksi berikut :
[Ni(H2O)6]2+ +

4CN

[Ni(CN)4]2- +

6H2O

Namun jika ke dalam larutan ditambahkan ion berlabel 13CN , ternyata terjadi reaksi pertukaran ligan yang
sangat cepat antara CN dengan 13CN seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut :
[Ni(CN)4]2- +

4 13CN

[Ni(13CN)4]2- +

4CN

3+

Kasus sebaliknya, kompoleks [Co(NH3)6] tidak stabil dalam larutan asam, sehingga reaksi berikut hampir
sempurna berjalan ke kanan.
4[Co(NH3)6]3+ +

20H+ +

26H2O

4[Co(H2O)6]3+ +

24NH4+ + O2

Akan tetapi [Co(NH3)6]3+ dapat tinggal dalam larutan asam pada suhu kamar selama beberapa hari dengan tanpa
terjadi perubahan.
Ini berarti bahwa kestabilan suatu kompleks tidak menjamin keinertannya, sebaliknya kompleks yang tidak stabil
dapat saja inert..
Kestabilan kinetika kompleks oktahedral dapat diprediksi berdasarkan Aturan Taube, yaitu :
Kompleks oktahedral labil bilamana pada atom pusatnya

mengandung elektron pada orbital eg atau

mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3.


Kompleks oktahedral inert bilamana pada atom pusatnya

tidak mengandung elektron pada orbital eg dan

mengandung elektron pada orbital d minimal 3.

Aturan Taube tersebut logis dan dapat dinalar. Kompleks yang mengandung elektron pada orbital eg labil, karena
elektron tersebut posisinya dekat (behadapan langsung) dengan ligan sehingga memberikan tolakan yang
signifikan terhadap ligan dan dengan demikian ligan tersebut relatif mudah lepas dan digantikan oleh ligan lain.
Kompleks yang mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3 labil, karena pada kompleks tersebut masih
terdapat minimal 1 orbital t2g yang kosong dimana ligan pengganti dapat mendekati ion pusat dengan tolakan
yang relatif kecil.
Prediksi kestabilan kinetika berdasarkan Aturan Taube

Sistem
(low spin)

CFSE, o

Prediksi

elektron pada eg

jumlah e pada
orbital d

d0
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10

tak ada
tak ada
tak ada
tak ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada

<3
<3
<3
3
>3
>3
>3
>3
>3
>3
>3

labil
labil
labil
inert
labil
labil
labil
labil
labil
labil
labil

Prediksi kestabilan kinetika berdasarkan Perubahan CFSE


(kompleks inert jika Perubahan CFSE berharga positif)

Sistem
(low spin)

d0
d1
d2
d3
d4
d5

CFSE, o

Perubahan CFSE,
o

Oktahedral

Piramida
bujursangkar

Harga

Kesimp.

0
0,4
0,8
1,2
0,6
0

0
0,45
0,91
1,0
0,91
0

0
-0,05
-0,11
+0,2
-0,31
0

labil
labil
labil
inert
labil
labil

d6
d7
d8
d9
d10

0,4
0,8
1,2
0,6
0

0,45
0,91
1,0
0,91
0

-0,05
-0,11
+0,2
-0,31
0

labil
labil
inert
labil
labil

About these ads

FILED UNDER KIMIA KOORDINASI

Leave a Reply

Categories

Kimia Koordinasi

Archives
Archives

Create a free website or blog at WordPress.com.


The Enterprise Theme.

Follow

Follow Blog Resmi drs. D. Suyanta, M.Si., Bagian Kimia FMIPA


UGM
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up

Build a website with WordPress.com

Вам также может понравиться