Вы находитесь на странице: 1из 25

III-1

BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1. Kegiatan yang dilakukan
Pada praktik kerja lapangan ini dilakukan perhitungan heat loss dan
pressure drop pada pipa saluran uap boiler dari ruangan B7A sampai ruangan B11
guna mengetahui besar heat loss dan pressure drop yang terjadi pada pipa saluran
uap dan membuat simulasi untuk mempermudah perencanaan pipa uap serta
insulasi-nya.
3.2.

Konsep dasar perpindahan kalor


Untuk mengetahui kerugian panas yang terjadi pada pipa saluran uap, maka

perlu diketahui konsep dasar perpindahan kalor, Pada dasarnya perpindahan kalor
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan (adanya perbedaan temperatur) termal.
mekanisme perpindahan kalor dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a. konduksi
b. konveksi
c. Radiasi
3.2.1.1

Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor


dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung
sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum.

III-2

Tpanas

Tdingin

Gambar 3.1 Perpindahan panas konduksi pada dinding


(J.P. Holman,hal: 33)
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi
adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan
berikut Persamaan Dasar Konduksi:
(1)
Keterangan:
q

= Laju Perpindahan Panas (W)

= Konduktifitas Termal (W/m.C)

= Luas Penampang (m)

dT

= Perbedaan Temperatur (C)

dx

= Perbedaan Jarak (m)

= Perubahan Suhu (C)

III-3

3.2.1.2 Konduktivitas Termal


Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang
disebut konduktivitas termal.

Gambar 3.2 Konduktivitas Termal material

Gambar 3.3 Konduktivitas Termal berbagai gas

III-4

Tabel 3.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC


Konduktivitas termal (k )
Bahan

W/m.C

Btu/h . ft . F

perak ( murni )

410

237

tembaga ( murni )

385

223

aluminium ( murni )

202

117

nikel ( murni )

93

54

besi ( murni )

73

42

Baja karbon, 1% C

43

25

Timbal (murni)

35

20,3

16,3

9,4

kuarsa ( sejajar sumbu )

41,6

24

magnesit marmar

4,15

2,4

batu pasir Kaca,

2,08-2,94

1,2-1,7

jendela

1,83

1,06

Kayu maple atau ek

0,78

0,45

Serbuk gergaji

0,17

0,096

Wol kaca

0,059

0,034

0,038

0,022

Air-raksa

8,21

4,74

Air

0,556

0,327

Amonia

0,540

0,312

Minyak lumas, SAE 50

0,147

0,085

Freon 12, 22FCCI

0,073

0,042

logam

baja karbon-nikel ( 18% cr, 8% ni )

bukan logam

Zat cair

III-5

Gas
Hidrogen

0,175

0,101

Helium

0,141

0,081

Udara

0,024

0,0139

Uap air ( jenuh )

0,0206

0,0119

Karbon dioksida

0,0146

0,00844

(J.P.Holman, hal: 7)
3.2.1.3 Perpindahan Kalor Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/
pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Menurut cara
menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
a. konveksi bebas (free convection)
Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu.
b. konveksi paksa (forced convection)
Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi
dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang menggerakkan
fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan.

q
m,c p
aliran

Tb 1

Tb 2

III-6

Gambar 3.4 Perpindahan panas konveksi


(J.P.Holman, hal: 252)
Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam
saluran tertutup seperti pada gambar 3.4 merupakan contoh proses
perpindahan panas. Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat
dihitung dengan persamaan :

(2)
Keterangan:
q = Laju Perpindahan kalor (W)
h = Koefisien perpindahan Panas Konveksi (W / m2.oC)
A = Luas Bidang Permukaan Perpindahaan Panas (m2)
Tw= Temperature Dinding (oC)
Tf = Temperature Sekeliling (oC)
Tabel 3.2 Koefisien perpindahan panas konveksi
FluidaKondisi

h (W/m2.oC)

Udarakonveksi bebas

630

Udarakonveksi paksa

30300

Minyakkonveksi paksa

601800

Airkonveksi bebas

1701500

Airkonveksi paksa

3006000

Didihan air

300060.000

Kondensasi uap

6000120.000

III-7

3.2.1.4 Perpindahan Kalor Radiasi


Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda
itu terpisah di dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara
benda - benda tersebut.
Radiasi datang
Refleksi

absorpsi

Transmisi
Gambar 3.5 Perpindahan panas radiasi
(J.P.Holman, hal: 343)
Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang
dipindahkan

melalui

ruang

antara,

dalam

bentuk

gelombang

elektromagnetik Bila energi radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian


radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan sebagian diteruskan seperti
gambar 3.5 Sedangkan besarnya energy:
Qpancaran =AT4

(3)

dimana:
Qpancaran

= laju perpindahan panas (W)

= konstanta boltzman (5,669.10-8 W/m2.K4)

= luas permukaan benda (m2)

= suhu absolut benda (oC)

III-8

Emisivitas benda adalah besaran yang bergantung pada sifat


permukaan benda. Benda hitam sempurna (black body) memiliki harga
emisivitas (e = 1). Benda ini merupakan pemancar dan penyerap yang
paling baik. Permukaan pemantul sempurna memilki nilai e = 0.
3.2.1.5 Perpindahan kalor pada pipa
Perpindahan panas pada pipa terjadi secara radial dan simultan yaitu
berlangsung-nya perpindahan panas konduksi dan konveksi serta radiasi,
Konduksi terjadi dari permukaan dalam pipa ke permukaan luar pipa.
Sedangkan secara konveksi, dari permukaan luar pipa ke lingkungan.
Dengan demikian tahanan thermal yang dilalui panas adalah Rkonduksi dan
Rkonveksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6 dibawah ini.
q
q

h T,
Ti

ri
ro

Ti

R kond

r0
r
ln 2o1
ln
ri
2

2 kL

T
R konv

11
22
rLh
o

Gambar 3.6 Pipa tanpa insulasi

Perpindahan kalor secara radiasi diabaikan karena temperature


dipermukaan pipa masih relative kecil sehingga tidak memenuhi konstanta
Stefan-boltzman, berikut persamaan perpindahan panas yang terjadi pada
pipa.
;

(4)
:

Dimana:
Q

= Laju aliran panas (W)

Ti

= temperature didalam pipa (oC)

III-9

= temperature lingkungan (oC)

= Konduktivitas termal bahan pipa (W/m oC)

= Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 oC)

Untuk pipa yang terisolasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7,
maka perpindahan kalor yang terjadi adalah:
2

r3 T 3

(5)

hT

r2
T2
RA

T1

T2

RB

T3

r1
T1

r
ln 22
r11

r
ln 3
r22

1
20

Gambar 3.7 Pipa yang terisolasi

3.2.1.6 Bilangan Reynold


Bilangan Reynold

adalah bilangan tidak berdimensi

untuk

menentukan aliran fluida apakah aliran itu laminar, transisi atau turbulen
(6)
Atau
(7)

III-10

Dimana:

= kerapatan fluida (kg/m3)

= kecepatan fluida (m/s)

= diameter dalam pipa (m)

= viskositas dinamik fluida (kg/ms)

= viskositas kinematic fluida (m2/s)

3.2.1.7 Aliran Fluida


Aliran laminar

Re<2300

Aliran Turbulen

Re>2300
(Incropera & David P Dewitt, hal: 434)

3.2.1.8 Faktor Gesekan


f= 0.316Re-1/4

Re 2 x 104

f= 0.184Re-1/5

Re 2 x 104
(Incropera & David P Dewitt, hal: 434)

3.2.1.9 Kecepatan Rata-Rata

(8)

Dimana,
v

= kecepatan rata-rata (m/s)

= laju aliran uap (kg/s)

Vg

= volume specific gas (m3/kg)

= luas penampang (m2)


(Spirax sarco)

A adalah luas penampang diameter dalam pipa, A=(D2)/4 dan


harga volume spesifik gas dapat ditemukan pada tabel 4.6

III-11

3.2.1.10 Pressure drop


Penurunan tekanan didalam pipa memenuhi persamaan sebagai
berikut:

(9)

Dimana:
f

= factor gesekan

= kecepatan rata-rata (m/s)

= kerapatan fluida (kg/m3)

= diameter dalam pipa (m)

= panjang pipa (m)

III-12

3.3 Pembuatan simulasi


3.3.1.1 Data Awal
No

Jenis

Satuan

Konduktivitas
W/m.K

Material pipa:
Stainles steel AISI 304

14,9

Diameter luar pipa

0.0603 m

Diameter dalam pipa

0.0525 m

Panjang pipa

150 m

Temperatur kerja

443 K

Temperature lingkungan

300 K

Tekanan kerja

Laju aliran steam

Material insulasi:

8 Bar
287 kg/h

Rockwool
10

Tebal insulasi

11

Material penutup insulasi:

0,046
25 mm

Aluminium
12

Tebal penutup insulasi

237
0,5 mm

3.3.1.2 Asumsi yang digunakan


a. Perhitungan dalam kondisi tetap (steady-state)
b. Perpindahan panas didalam pipa diabaikan karena dT relative kecil
c. Temperature ambien tetap (27C)
d. Laju aliran steam diasumsikan berdasarkan kapasitas boiler = 287
kg/h

III-13

3.3.1.3 Perhitungan Heat Loss tanpa menggunakan insulasi


Perhitungan heat loss tanpa insulasi merupakan suatu proses untuk
mengetahui perpindahan panas dari suatu media ke udara luar.
Data yang digunakan adalah pipa saluran uap dari ruangan B7A
sampai B11 PT.Medion Farma Jaya.
No

Deskripsi

Diameter luar pipa

0.0603 m

Panjang pipa

150 m

Temperature permukaan pipa

443K

Temperature lingkungan

300K

Table 4.3 Thermophysical properties of gases at atmospheric pressure


.107

10-6

k.10-3

106

(N.s/m2)

(m2/s)

(W/m.K)

(m2/s)

2,00

9,34

2,54

0,786

103,4

4,426

13,8

5,84

0,758

1,007

132,5

7,590

18,1

10,3

0,737

1,3947

1,006

159,6

11,44

22,3

15,9

0,720

300

1,1614

1,007

184,6

15,89

26,3

22,5

0,707

350

0,9950

1,009

208,2

20,92

30,0

29,9

0,700

400

0,8711

1,014

230,1

26,41

33,8

38,3

0,690

450

0,7740

1,021

250,7

32,39

37,3

47,2

0,686

500

0,6964

1,030

270,1

38,79

40,7

56,7

0,684

550

0,6329

1,040

288,4

45,57

43,9

66,7

0,683

600

0,5804

1,051

305,8

52,69

46,9

76,9

0,685

650

0,5356

1,063

322,5

60,21

49,7

87,3

0,690

700

0,4975

1,075

338,8

68,10

52,4

98,0

0,695

750

0,4643

1,087

354,6

76,37

54,9

109

0,702

800

0,4354

1,099

369,8

84,93

57,3

120

0,709

(kg/m3)

Cp (kJ/kg.K)

100

3,5562

1,032

71,1

150

2,3364

1,012

200

1,7458

250

T(K)

Pr

Udara

(Frank P. Incropera & David P. De Witt, Appendix 15)


Nilai nilai properti gas pada tekanan atmosfer (tabel 4.2)
digunakan untuk menentukan bilangan Nusselt, Grashof, Reyleigh dan

III-14

Prandtl, untuk mendapatkan nilai konduktivitas termal konveksi rata-rata


dari permukaan ke udara lingkungan (h).
a. Tentukan temperature rata-rata (Tf)
:

(9)

443

372

b. Berdasarkan nilai Tf diatas maka didapatkan nilai s (koefisien


jumlah ekspansi)
1

(10)

2688

372

c. Berdasarkan nilai Tf diatas maka didapatkan nilai v, k dan Pr


dari tabel 4.1
v = 0.00002333
k = 0.0316
Pr = 0.6944
= 0.00003359
d. Setelah didapat v, k, Pr, dan selanjutnya subtitusikan kedalam
rumus Rayleight
;

(11)

9 81

2688 443
2333

6 33

3
3359

1 5499 83

e. Setelah mendapatkan nilai bilangan rayleight, selanjutnya


tentukan bilangan Nusselt
[ 6

0 387
[1:

(12)

]
1

[ 6

387 1 5499 83 6
9
8 ]
559 16
27
[1
6944 ]

14 7145

III-15

Setelah didapat bilangan nusselt, selanjutnya dapat diketahui


koefisien perpindahan panas konveksi dengan menggunakan
persamaan berikut:

(13)

(14)
14 7145 0 0316
0 0603

77

f. Setelah didapat harga koefisien perpindahan panas konveksi,


selanjutnya tentukan Heat Loss/ Laju aliran panas dengan
mensubtitusikan harga h ke persamaan () sebagai berikut

3 14

6 3

15

7 7 443

31389

3.3.1.4 Perhitungan Heat Loss Setelah Menggunakan Insulasi


Adalah suatu proses untuk mengetahui besar laju aliran panas/ heat
loss yang terjadi setelah pipa dipasang insulasi.
No

Deskripsi

(k)
W/mK

Diameter luar pipa

60.3 mm

Panjang pipa

150 m

Temperature permukaan pipa

443K

Temperature lingkungan

300K

Bahan insulasi pipa

Rockwool

Tebal insulasi pipa

25 mm

Bahan penutup insulasi

Aluminium

Tebal penutup insulasi

0.5 mm

0.046

237

Umum-nya pada pipa yang terisolasi terjadi perpindahan panas secara


konduksi dan konveksi, sehingga memenuhi persamaan sebagai berikut:

III-16

(15)

dimana terjadi perpindahan panas secara konduksi pada insulasi pipa


dan penutup insulasi, serta perpindahan secara konveksi dari penutup
insulasi ke udara sehingga tahanan termal-nya sebagai berikut:
a. Tahanan termal untuk perpindahan panas secara konduksi pada
insulasi pipa

(16)

2
0 05515
0 03015
2 3 14 0 046 150

1393

b. Tahanan termal untuk perpindahan panas secara konduksi pada


penutup insulasi

(17)

2
0 05565
0 05515
2 3 14 237 150

4 4

c. Tahanan termal untuk perpindahan panas secara konveksi pada


penutup insulasi ke udara.
1

(18)

1
2 3 14 0 05565 150 10

19 7

Dimana nilai konduktivitas termal (k) di dapatkan dari tabel 4.4 dan
koefisien perpindahan panas konveksi dari tabel 4.5

III-17

Table 4.5 Thermophysical properties of common materials continued


industrial insulation
Max
service

Composition

Typical Density

temperature

(kg/m )

thermal conductivity,
k (W/m.K) at 450K

(K)
Mineral wool, Rock wool

920

190

0,046

Mineral fiber, Blanket

920

96-192

0,06

Calcium silicate

920

190

0,07

2200

0,45

Teflon

(Frank P Incropera & David P. De Witt, Appendix 12)

Tabel 4.6 Koefisien perpindahan panas konveksi


h (W/m2.oC)

FluidaKondisi
Udarakonveksi bebas

630

Udarakonveksi paksa

30300

Minyakkonveksi paksa

601800

Airkonveksi bebas

1701500

Airkonveksi paksa

3006000

Didihan air

300060.000

Kondensasi uap

6000120.000

Maka Heat Loss-nya adalah


443
1393

3
4 4

19 7

9 29

III-18

3.3.1.5 Perhitungan Pressure drop


Pressure drop adalah penurunan tekanan yang terjadi di dalam pipa
akibat adanya gaya gesek dan pengaruh aliran fluida di dalam pipa.
No

Deskripsi

Diameter dalam pipa

0.0525 m

Panjang pipa

150 m

Temperature permukaan pipa

443K

Tekanan uap masuk/ tekanan

8 Bar

kerja
4

Laju aliran uap

287 kg/h

a. tentukan kecepatan rata-rata


287
3 14

24
525

31 8

b. tentukan harga reynold


31 8 0 0525
0 00002425

68845

Re 2 x 104

c. Tentukan harga factor gesekan pipa


f= 0.184(68845)-1/5 = 0.019
d. Tentukan pressure drop-nya
19

5542
2

31 8
525

15

15211 64

15

III-19

3.4 Tampilan simulasi

Gambar 4.1 Tampilan simulasi perhitungan Heat Loss dan Pressure Drop pada
pipa saluran uap boiler

III-20

3.4.1.1 Cara Kerja Simulasi


3.4.1.2 Menghitung Heat Loss Tanpa Menggunakan Insulasi
a. Isi parameter yang dibutuhkan seperti material pipa, diameter
pipa, panjang pipa dsb, pada parameter input

Gambar 4.2 Tampilan parameter Input


b. Setelah semua parameter yang dibutuhkan terisi, selanjutnya
tekan tombol Heat Loss non-insulation

Gambar 4.3 Tampilan tombol-tombol pada simulasi

c.

Baca besar Heat loss-nya pada parameter Output

Gambar 4.4 Tampilan Output Heat Loss tanpa insulasi pada simulasi

III-21

3.4.1.3 Menghitung Heat Loss Setelah Menggunakan Insulasi


a. Isi parameter yang dibutuhkan seperti material pipa, diameter pipa,
panjang pipa dsb, pada parameter input

Gambar 4.5 Tampilan parameter Input

b. Setelah semua parameter yang dibutuhkan terisi, selanjutnya tekan


tombol Heat Loss With insulation

Gambar 4.6 Tampilan tombol-tombol pada simulasi


c. Baca besar Heat loss-nya pada parameter output

Gambar 4.7 Tampilan Output heat loss setelah insulasi pada simulasi

III-22

3.4.1.4 Menghitung Pressure Drop


a. Isi parameter yang dibutuhkan seperti material pipa, diameter
dalam pipa, panjang pipa, tekanan uap masuk, dan pipe fittings
allowance pada parameter input
b. Setelah semua parameter yang dibutuhkan terisi, selanjutnya tekan
tombol pressure drop dan kemudian
c. Baca besar harga pressure drop pada output

Gambar 4.8 Tampilan hasil pressure drop pada simulasi

III-23

3.4.1.5 Hasil Simulasi

ROCKWOOL
FIBER GLASS
CELLULAR GLASS

S
i
m
2 u
l
a
s
i

HEAT LOSS WITH INSULATION

HASIL SIMULASI
3.4.1.6 A
n
TEBAL
BAHAN
HEAT LOSS
a
NO
ISOLATOR
l
ISOLATOR
(W)
(mm)
i
s
10
15506,65
a
15
12280,60
H
25
9025,75
1 a
50
5988,36
s
i
75
4793,27
l
100
4137,29

PERSENTASE
HEAT LOSS
(%)
22
18
13
9
7
6

10

12655,57

18

15

9812,55

14

25

7071,00

10

50

4617,22

75

3676,66

100

3165,73

10

18206,82

26

15

14717,48

21

25

11033,72

16

50

7443,51

11

75

5991,05

100

5184,79

Keterangan:
Hasil perhitungan menggunakan simulasi diatas menggunakan
parameter Pipa berbahan Stainless steel 304 schedule 40 dengan
ukuran nominal 11/4 inch, Do= 60,3 mm Di= 52,2 mm, panjang pipa

III-24

150 m, temperatur kerja/uap = 170C, dan temperatur lingkungan =


27C.

3.4.1.6 Analisa Hasil simulasi

Heat Loss ( Watt)

10000
8000
6000
4000

heat loss

2000
0
0

20

40

60

80

Ketebalan insulasi (mm)

Gambar 4.9 Grafik Heat Loss terhadap ketebalan isolator

Bahan Insulasi Pipa

polystyrene
cellular glass

teflon
calcium cilicat
fiber glass
rockwool
0

10000 20000 30000 40000 50000


Heat Loss (Watt)

Gambar 4.10 Grafik bahan isolator terhadap Heat Loss

III-25

7000

Heat Loss (Watt)

6000
5000
4000
3000

heat loss

2000
1000
0
0

20

40

60

80

100

Diameter pipa (mm)

Gambar 4.11 Grafik Heat Loss terhadap variasi diameter pipa


4,5
4

Pressure Drop (Bar)

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0

50

100

150

200

250

panjang pipa (m)

Gambar 4.12 Grafik Pressure Drop terhadap variasi panjang pipa

Вам также может понравиться