Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Lompat ke Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Kingdom Animalia
Phyllum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Drosophilidae
Genus Drosophila
Spesies Drosophila melanogaster
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri
segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala,
thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini
mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral
(punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam
telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum
fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur
yang khas dari setiap segmen.
1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain;
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual
dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara
seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi
sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur
tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan
menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea,
terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior
(Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan
makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar
adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit
yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap
terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat
yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi
sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali
dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III,
dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva
yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam
botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti
lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman
yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa)
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen
ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari.
Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum
terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan
menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.
Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat
berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam
perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
• Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal.
Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan
mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau
sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif
lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang
tumbuh akan steril.
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat)
individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi
botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
• Intensitas Cahaya
METODE KERJA
ALAT BAHAN
• Botol berisi medium dengan • Drosophila melanogaster
sumbat busa
• Buah-buahan yang membusuk
• Kantong plastik
Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buah-buahan lain
yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik kosong. Setelah beberapa
pasang lalat buah masuk ke dalam plastik, lalat buah dipindahkan ke botol media.
Makin banyak lalat yang tertangkap makin baik, karena meningkatkan
kemungkinan terdapatnya lalat betina dan memperkecil kemungkinan adanya
kontaminasi oleh jamur. Kemudian botol disimpan di tempat teduh.
Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media. Media yang digunakan dibuat dari
pisang yang sudah dihancurkan dan ragi. Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya
disimpan ditempat yang teduh.
Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan membuang bagian
yang terkontaminasi dan sedikit daerah disekitarnya menggunakan sendok. Kultur
dapat juga dipindahkan ke media baru, dengan mensterilkan botol dan sumbat
busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat basah,masukkan kertas saring
kedalam botol media tersebut.
Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap dicatat
dalam lembar pengamatan. Botol media berisi lalat buah kemudian diamati paling
sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama muncul tahapan pertumbuhan tertentu,
tanggal dan jam pengamatan dicatat. Bila pupa pertama telah muncul, lalat buah
parental harus dikeluarkan dari botol media. Pengamatan dilanjutkan sampai lalat
buah dewasa pertama muncul.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
TabelPengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam laboratorium karena makanannya
sangat sederhana, hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menyelesaikan
siklus hidupnya kurang lebih dalam 12 hari.
3. Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar.
5. Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki “Giant Chromosme”. kromosom ini
terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.
6. Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam perbedaan sifat keturunan yang dapat
dikenali dengan pembesaran lemah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) ini memiliki beberapa jenis
mutan (individu yang dihasilkan karena adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran yang
lemah pula.
7. Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di luar tubuhnya mulai dari telur,
larva, pupa hingga menjadi dewasa (imago).
Pada pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol media. Lalat
yang telah dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya dalam waktu beberapa jam
saja. Hal ini dapat disebabkan karena ketidaklayakan media yang pertama kali diberikan.
Karena telah dicampur beberapa bahan untuk mencegah kontaminasi mutan lain seperti
bakteri, tungau, atau jamur. Alkohol yang berasal dari bahan anti jamur menyebabkan
lalat tidak dapat bertahan lama.
Media dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk yang
dilumatkan. Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada pukul 09.00. Jumlah
lalat yang dimasukkan ke dalam botol media sekitar 13 ekor. Pada tanggal 10 september
2008 pukul 04.00 mulai ditemukan beberapa bercak-bercak putih. Menurut literatur,
bercak-bercak putih berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak lain adalah telur dari
Drosophila melanogaster. Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva
instar 1 setelah 2 hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm, berwarna putih,
dan terlihat adanya pergerakan (motil). Perubahan berikutnya terlihat saat larva instar 1
mulai membesar ukurannya pada hari ke 3, inilah yang disebut larva instar 2. Selain
itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding larva instar 1. Saat mengamati
munculnya larva instar 2, terlihat adanya kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran
larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini
aktif di atas media maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3, media di
dalam botol mengalami kenaikan permukaan akibat gas yang menekan di bagian dasar.
Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil fermentasi oleh jamur yang tumbuh di
sekitar permukaan media. Namun setelah larva berubah menjadi larva instar 3, jamur
yang ada di permukaan media menghilang. Larva-larva tersebut yang memakan jamur
yang tumbuh di atas permukaan media. Namun, setelah hilangnya jamur bagian dasar
media mulai berair. Selanjutnya, larva instar 3 mulai melakukan pergerakan ke bagian
atas botol, mengurangi pergerakannya dan diam menempel pada bagian dinding atas
botol. Larva instar 3 ini mulai akan berubah menjadi prepupa yang berwarna putih.
Prepupa kemudian berubah menjadi fase pupa. Dan imago pun akhirnya muncul
setelah 10 hari lamanya.
BAB V
SIMPULAN
2. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari,
larva instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari. Lama siklus hidup lalat
Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago adalah selama 10 hari. Lama
perubahan dari telur menjadi imago bervariasi tergantung kondisi lingkungan termasuk
suhu lingkungan, pencahayaan, kepadatan dan ketersediaan makanan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
• Dirk rieger et al. 2007. The Fruit Fly Drosophila melanogaster Favors
Dim Light and Times its Activity Peaks to Early Dawn and Late Dusk,
http://intl jbr.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/5/387, diakses
pada 12 September 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genos yang berarti
suku-bangsa atau asal-usul. Genetika merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana suatu sifat diturunkan pada suatu organisme, serta variasi yang
mungkin timbul didalamnya.
Prinsip-prinsip genetika dapat dikatakan sama saja bagi seluruh organism
baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Manusia sampai saat ini masih
sangat sulit digunakan sebagai permodelan dari genetika. Oleh karena itu, kita
dapat menggunakan tumbuhan dan hewan sebagai obyek atau bahan percobaan
dalam mempelajari hukum-hukum dari penurunan sifat.
Model genetika yang biasanya digunakan adalah tumbuhan. Alasannya,
karena tumbuhan mudah ditanam, mudah dikontrol suasana lingkungannya, dan
mudah dibiakkan serta memiliki jumlah anakan yang banyak. Pada tahun 1905,
hewan mulai dipakai sebagai hewan percobaan genetika setelah W.E Castle
memperkenalkan Dhrosophila. Sebenarnya, Dhrosophila melanogaster sudah
mulai digunakan sebagai model percobaan genetika sejak 1901 namun baru
popular pada tahun 1910. Hal ini disebabkan karena T.H Morgan berhasil
memperoleh lalat buah yang memiliki mata putih, padahal biasanya berwarna
merah. Setelah itu, didapatkan beragam mutasi lainnya pada Dhrosophila
melanogaster.
Dalam melakukan praktikum genetika yang berikutnya, kita akan semakin
banyak menggunakan Dhrosophila sebagai bahan permodelan genetika. Siklus
hidupnya penting untuk diketahui karena dengan mengetahuinya kita dapat
memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya. Selain itu, dengan
mempelajari siklus hidup kita dapat mengetahui fase-fase dari telur hingga
menjadi imago dan menhetahui kondisi yang tepat bagi masing-masing fase-
fase.
Tujuan
BAB II
TEORI DASAR
Klasifikasi Dhrosophila melanogaster
Dhrosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering
digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Dhrosophila
melanogaster berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Orde Diptera.
Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat
ditemui di sekitar buah-buahan yang mulai membusuk.
Berikut ini merupakan klasifikasi dari lalat buah :
Klasifikasi
Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insekta
Ordo Diptera
Family Dhrosopilidae
Genus Dhrosophila
Subgenus Sophopora
Spesies Dhrosophila
melanogaster
Selain itu, Dhrosophila melanogaster termasuk dalam sub-ordo
Cyclophorpha, pengelompokkan lalat yang pada pupanya terdapat kulit instar 3),
dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago menetas dan keluar dari bagian
interior pupanya).
Jenis Dhrosophila melanogaster yang terdapat di Indonesia kira-kira ada 600
jenis dan di Pulau Jawa terdapat 120 jenis yang berasal dari class Dhrosopilidae.
Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah
Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta,
dan imigran (Wheeler, 1981).
memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah
Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus
dekat dengan tubuhnya.
terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
Suhu lingkungan
Lalat buah mengalami kondisi siklus hidup dan pertumbuhan yang optimal
sekitar 8-11 hari apabila berada pada suhu 25o-28oC. Waktu perkembangan yang
paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28° C.
Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C,
selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu
25° C tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada
suhu 18° C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari
perkembangannya adalah 50 hari. Pada suhu 30o ,lalat buah dewasa yang
dihasilkan akan steril.
Nutrisi makanan
Kekurangan nutrisi atau makanan akan menyebabkan jumlah telur yang
dihasilkan menurun dan pertumbuhannya menjadi lambat. Lalat buah yang
kekurangan nutrisi juga akan menghasilkan larva-larva yang kecil, pupa yang
kecil dan seringkali gagal tumbuh menjadi lalat dewasa atau menghasilkan
individu dewasa yang akan menghasilkan sedikit telur. Viabilitas telur-telur ini
juga dipengaruhi juga oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina.
Tingkat Kepadatan
Pengisian botol medium sebaiknya dengan menggunakan medium buah
yang cukup dan tidak terlalu banyak. Jumlah lalat buah dalam botol medium juga
mempengaruhi kualitas pertumbuhan lalat buah, yang dikembangkan dalam
botol media cukup hanya beberapa pasang saja. Dengan kondisi yang ideal, lalat
buah dapat hidup hingga 40 hari. Kondisi botol yang terlalu padat akan
menurunkan jumlah telur yang dihasilkan dan menurunkan lama hidup suatu
individu (tingkat kematian meningkat).
Intensitas cahaya
Dhrosophila melanogaster menyukai daerah yang remang-remang. Intensitas
cahaya yang tinggi akan menyebabkan fase bertelur yang terlambat. Intensitas
cahaya yang gelap (rendah) akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi
lambat.
Medium
Kekentalan dan keenceran dari suatu medium akan mempengaruhi
pertumbuhan dari Dhrosophila melanogaster. Pengenceran medium akan
mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan namun tidak berpengaruh pada
siklus hidupnya. Tingkat survival dan lamanya waktu hidup akan berkurang
apabila lalat dewasa berada pada medium yang sangat encer.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain :
Bahan Alat
Pisang yang mulai membusuk Lalat buah
5 ml nipagin
5 ml sorbic acid
411 ml aquadest
3.2 Metode Kerja
3.2.1 Penangkapan Lalat Buah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangkap lalat buah.
Salah satu cara yang saya rasa cukup efektif adalah lalat ditangkap dengan
kantong plastic lalu dipindahkan ke dalam botol media. Disiapkan kantong
plastic yang cukup besar dan bening. Dicari tempat yang kira-kira banyak
terdapat lalat buah seperti tempat sampah buah-buahan atau buah yang sudah
mulai membusuk. Ditutup buah-buahan yang mulai membusuk dengan lalat-lalat
buah yang hinggap diatasnya. Ketika lalat mulai berterbangan, tutup bagian
bawah plastic. Diberikan udara bagi lalat yang sudah tertangkap. Diulangi lagi
penangkapan lalat buah hingga mendapatkan lalat buah yang cukup banyak.
Ditutup plastic tersebut ketika dirasa jumlah lalat buah sudah cukup banyak.
Cara penangkapan dengan plastic memungkinkan makin banyak lalat buah yang
tertangkap sehingga mendapatkan hasil yang semakin baik, karena hal ini
meningkatkan kemungkinan adanya lalat betina dan mengecilkan kontaminasi
jamur.
3.2.2 Pemindahan Lalat Buah ke Botol Media
Pemindahan lalat buah ke dalam botol mengutamakan kehati-hatian agar
lalat buah tidak lepas, tidak terjadi kontaminasi, dan agar tidak ada lalat yang
mati. Lalat dipindahkan langsung dari plastic ke botol media. Bagian atas plastic
dibuka dan dimasukkan kedalam botol media. Dipastikan bagian mulut plastic
sesuai atau menutupi mulut botol agar lalat langsung lepas ke media dan tidak
ada yang lepas keluar botol ataupun keluar plastic. Bagian ujung plastic
diguncang-guncangkan agar lalat menuju bawah plastic (ke bagian plastic yang
terbuka) dan pindah ke botol media. Dipastikan semua lalat telah pindah ke
dalam botol media. Ditutup botol media dan diletakkan di tempat yang teduh.
3.2.3 Pemeliharaan Lalat Buah
Lalat buah dipelihara dalam botol media yang berisi pisang. Dipindahkan ke
dalam botol yang berisi media baru setiap 3 minggu sekali. Botol dan lalat buah
tersebut diletakkan di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
Jika terkena kontaminasi segera diatasi dengan cara yang sesuai.
Kontaminasi biasa terjadi oleh mutan lain, bakteri, tunga (acarina) atau jamur.
Jika kultur terkontaminasi mutan lain dapat diatasi dengan memelihara satu
pasang lalat dalam vial. Jika kultur terkontaminasi oleh jamau atau bakteri
diatasi dengan pemberian anti jamur atau anti bakteri. Jika kultur terkena
kontaminasi tungau, dapat dipelihara satu pasang lalat yang bebas dari tungau
di dalam vial.
3.2.4 Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah
Pengamatan diawali dengan pencatatan tempat, tanggal, jam penangkapan,
dan jumlah lalat buah yang telah tertangkap. Lalat buah diamati setiap harinya
dengan interval 2 jam. Dicatat semua perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada lalat buah. Dilepaskan lalat parental ketika pupa pertama dari
anakan keluar. Pengamatan dilanjutkan hingga anakan menjadi lalat dewasa
kembali.
BAB IV
Larva instar 3
Prepupa
Imago
4.2 Pembahasan
Menurut sejarah, Dhrosophila melanogaster sudah mulai digunakan sebagi
hewan model genetika sejak tahun 1901 namun mulai dikenal dan marak
digunakan pada tahun 1910. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
Dhrosophila melanogaster atau yang lebih dikenal sebagai lalat buah digunakan
sebagai bahan model genetika, antara lain :
Tidak berbahaya
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA