Вы находитесь на странице: 1из 26

laporan genetika: siklus hidup Drosophila melanogaster

Lompat ke Komentar

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan

1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.


2. Mengetahui lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
3. Mengetahui cara menangani dan memelihara Drosophila melanogaster.

I.2 Teori Dasar

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di


buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian
genetika dan perilaku hewan.

Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):

Kingdom Animalia
Phyllum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Drosophilidae
Genus Drosophila
Spesies Drosophila melanogaster

Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha


(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan
termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian
anterior pupa (Wheeler, 1981).

Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri
segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala,
thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini
mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral
(punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam
telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum
fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur
yang khas dari setiap segmen.

Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:


1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.

1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.

1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.


2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris
hitam
6. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain;

Jantan Betina Metamorfosis pada Drosophila


1. Ukuran tubuh 1. Ukuran tubuh termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari
lebih kecil dari lebih besar dari telur – larva instar I – larva instar II – larva
betina jantan instar III – pupa – imago. Fase perkembangan
2. Sayap lebih 2. Sayap lebih dari telur Drosophila melanogaster dapat
pendek dari panjang dari dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.
sayap betina sayap jantan
3. Terdapat sisir 3. Tidak terdapat Perkembangan dimulai segera setelah
kelamin (sex sisir kelamin (sex terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
comb) comb) periode. Pertama, periode embrionik di
4. Ujung abdomen 4. Ujung abdomen
dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
tumpul dan runcing
saat larva muda menetas dari telur dan ini
lebih hitam
terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)

Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual
dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara
seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).

Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi
sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur
tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan
menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea,
terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior
(Silvia, 2003).

Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan
makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar
adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit
yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap
terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat
yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi
sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali
dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III,
dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).

Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva
yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam
botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti
lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.

Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula


menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi
pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk
terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva
dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa
(Ashburner, 1985)

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman
yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa)
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen
ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).

Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari.
Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum
terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan
menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.
Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat
berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam
perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila


melanogaster diantaranya sebagai berikut:

• Suhu Lingkungan

Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal.
Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan
mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau
sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif
lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang
tumbuh akan steril.

• Ketersediaan Media Makanan

Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila


kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran
kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat
menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-
telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina (Shorrocks, 1972).

• Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan

Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat)
individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi
botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.

• Intensitas Cahaya

Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan


mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
BAB II

METODE KERJA

II.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
• Botol berisi medium dengan • Drosophila melanogaster
sumbat busa
• Buah-buahan yang membusuk
• Kantong plastik

II.2 Metode Kerja

1. Menangkap Lalat Buah

Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buah-buahan lain
yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik kosong. Setelah beberapa
pasang lalat buah masuk ke dalam plastik, lalat buah dipindahkan ke botol media.
Makin banyak lalat yang tertangkap makin baik, karena meningkatkan
kemungkinan terdapatnya lalat betina dan memperkecil kemungkinan adanya
kontaminasi oleh jamur. Kemudian botol disimpan di tempat teduh.

2. Memelihara Lalat Buah

Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media. Media yang digunakan dibuat dari
pisang yang sudah dihancurkan dan ragi. Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya
disimpan ditempat yang teduh.

Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan membuang bagian
yang terkontaminasi dan sedikit daerah disekitarnya menggunakan sendok. Kultur
dapat juga dipindahkan ke media baru, dengan mensterilkan botol dan sumbat
busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat basah,masukkan kertas saring
kedalam botol media tersebut.

3. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah

Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap dicatat
dalam lembar pengamatan. Botol media berisi lalat buah kemudian diamati paling
sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama muncul tahapan pertumbuhan tertentu,
tanggal dan jam pengamatan dicatat. Bila pupa pertama telah muncul, lalat buah
parental harus dikeluarkan dari botol media. Pengamatan dilanjutkan sampai lalat
buah dewasa pertama muncul.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

Siklus Hidup Lalat Buah

Tanggal lalat buah parental dimasukkan ke dalam botol : 9 September 2008

Tanggal lalat buah parental dikeluarkan dari botol : 19 September 2008

Temperatur rata-rata : ± 25°C

TabelPengamatan

Ukuran (mm) dan Umur


Pertama
hasil pengamatan Foto
muncul
lainnya (hari/jam)
berwarna putih dengan
ukuran kurang lebih 0.5
Telur ± 19 jam
mm, terlihat seperti
titik
berwarna putih,
Larva
bersegmen, berbentuk 2 hari
Instar I
seperti cacing, motil
ukuran lebih besar
dibanding larva instar I,
terlihat adanya warna
Larva
kehitaman pada bagian 3 hari
Instar II
anterior larva (mulut
larva) ,menggali
dengan mulut tersebut
Mulut hitam terlihat
jelas berbentuk sungut,
Larva
bergerak lebih aktif, 4 hari
Instar III
ukuran menjadi lebih
besar
Prepupa Tidak ada pergerakan, 6 hari
muncul selaput yang
mengelilingi larva,
tubuhnya memendek
Kutikula menjadi keras
Pupa dan berpigmen, tidak 7 hari
bergerak (diam)
Ukuran relatif kecil dan
kurus, berwarna pucat,
Imago 10 hari
dan sayap belum
terbentang

BAB IV

PEMBAHASAN

Orang pertama yang menggunakan Lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai


objek penelitian genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan
“pautan seks” dan “gen rekombinan”. Ada beberapa keuntungan sehingga lalat buah
banyak dijadikan objek untuk kajian-kajian genetik, di antaranya :

1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam laboratorium karena makanannya
sangat sederhana, hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menyelesaikan
siklus hidupnya kurang lebih dalam 12 hari.
3. Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar.
5. Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki “Giant Chromosme”. kromosom ini
terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.
6. Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam perbedaan sifat keturunan yang dapat
dikenali dengan pembesaran lemah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) ini memiliki beberapa jenis
mutan (individu yang dihasilkan karena adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran yang
lemah pula.
7. Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di luar tubuhnya mulai dari telur,
larva, pupa hingga menjadi dewasa (imago).

Pada pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol media. Lalat
yang telah dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya dalam waktu beberapa jam
saja. Hal ini dapat disebabkan karena ketidaklayakan media yang pertama kali diberikan.
Karena telah dicampur beberapa bahan untuk mencegah kontaminasi mutan lain seperti
bakteri, tungau, atau jamur. Alkohol yang berasal dari bahan anti jamur menyebabkan
lalat tidak dapat bertahan lama.

Media dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk yang
dilumatkan. Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada pukul 09.00. Jumlah
lalat yang dimasukkan ke dalam botol media sekitar 13 ekor. Pada tanggal 10 september
2008 pukul 04.00 mulai ditemukan beberapa bercak-bercak putih. Menurut literatur,
bercak-bercak putih berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak lain adalah telur dari
Drosophila melanogaster. Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva
instar 1 setelah 2 hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm, berwarna putih,
dan terlihat adanya pergerakan (motil). Perubahan berikutnya terlihat saat larva instar 1
mulai membesar ukurannya pada hari ke 3, inilah yang disebut larva instar 2. Selain
itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding larva instar 1. Saat mengamati
munculnya larva instar 2, terlihat adanya kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran
larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini
aktif di atas media maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3, media di
dalam botol mengalami kenaikan permukaan akibat gas yang menekan di bagian dasar.
Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil fermentasi oleh jamur yang tumbuh di
sekitar permukaan media. Namun setelah larva berubah menjadi larva instar 3, jamur
yang ada di permukaan media menghilang. Larva-larva tersebut yang memakan jamur
yang tumbuh di atas permukaan media. Namun, setelah hilangnya jamur bagian dasar
media mulai berair. Selanjutnya, larva instar 3 mulai melakukan pergerakan ke bagian
atas botol, mengurangi pergerakannya dan diam menempel pada bagian dinding atas
botol. Larva instar 3 ini mulai akan berubah menjadi prepupa yang berwarna putih.
Prepupa kemudian berubah menjadi fase pupa. Dan imago pun akhirnya muncul
setelah 10 hari lamanya.

Waktu yang diperlukan Drosophila melanogaster untuk pergiliran yang dilakukan


praktikan 2 adalah 8 hari. Lamanya perubahan telur menjadi imago dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti suhu lingkungan (rendah, ideal atau tinggi) dan perlakuan
yang diberikan masing-masing praktikan seperti pemberian intensitas cahaya (botol
diletakkan di tempat gelap atau terang).

Dalam mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dalam botol medium


teramati adanya kontaminasi dengan tumbuhnya jamur diatas medium buah pisang
ambon bulu busuk yang dilumatkan. Hal ini disebabkan karena media semakin
membusuk. Selain itu, beberapa saat botol sempat ditaruh di tempat yang cukup lembab
(di dalam lemari). Namun, setelah beberapa waktu dilakukan pengamatan kembali,
jamur yang tumbuh di atas medium buah tersebut menghilang karena Drosophila
memakan jamur yang tumbuh dalam medium buah dalam botol. Hal ini memperlihatkan
bahwa Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya
yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.

Pada pengamatan, praktikan perlu mengetahui dan mempelajari siklus hidup


Drosophila melanogaster sebelumnya. Dengan mempelajari siklus hidupnya, akan lebih
mudah untuk diamati fase-fase pergiliran keturunannya dan mudah diamati proses
penurunan sifatnya. Genom Drosophila memiliki kemiripan 77% dengan genom pada
manusia, hal ini yang menyebabkan Drosophila melanogaster sebagai model yang ideal
untuk dipelajari. Selain itu, juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan jangka hidup
manusia dan mempelajari mortalitas manusia.

BAB V

SIMPULAN

1. Tahapan-tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah; telur – larva instar I


– larva instar II – larva instar III – prepupa – pupa – imago

2. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari,
larva instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari. Lama siklus hidup lalat
Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago adalah selama 10 hari. Lama
perubahan dari telur menjadi imago bervariasi tergantung kondisi lingkungan termasuk
suhu lingkungan, pencahayaan, kepadatan dan ketersediaan makanan.

3. Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botoL media diusahakan berada pada


kondisi lingkungan yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu diperhatikan
ketersediaan media makanannya. Jumlah Drosophila melanogaster yang dimasukkan ke
dalam botol cukup beberapa pasang saja sehingga memberikan ruang pada Drosophila
melanogaster untuk hidup. Botol media juga sebaiknya diletakkan di tempat dengan
cahaya remang-remang yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

• Shorrocks, B. 1972. Drosophila. London: Ginn & Company Limited.

• Lindsley, Dan. 1992. The Genome of Drosophila melanogaster. California:


Academic Press Inc,.

• Hartwell,L.H, Hood, L.,Goldberg,.,Reynolds, Silver, Veres. 2004. Genetics From


Genes To Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company
LTD.

• Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga.


Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
• Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA :
Coldspring Harbor Laboratory Press.

• Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi


Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung :
Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran.

• Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with


Drosophila. London: John Wiley and Sons, inc..

• Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The


genetics and biology of Drosophila (Ashburner M, Carson HL and
Thompson JN Jr, eds). New York: Academic Press.

• Dirk rieger et al. 2007. The Fruit Fly Drosophila melanogaster Favors
Dim Light and Times its Activity Peaks to Early Dawn and Late Dusk,
http://intl jbr.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/5/387, diakses
pada 12 September 2008

• Ashburner, Michael. 2002. Drosophila Genomics and Speciation.


http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner. diakses tanggal 12 September
2008

• Whitington, Prof. Paul. 2005. Our Model: The Fruitfly Drosophila


melanogaster. http://www.anatomy.unimelb.edu.au/researchlabs/whitington. diakses
tanggal 13 September 2008

Laporan Genetika SIKLUS HIDUP Dhrosophila melanogaster


Laporan praktikum genetika
SIKLUS HIDUP LALAT BUAH
tanggal percobaan : 10 - 17 september 2009

disusun oleh dwiyantari widyaningrum 10608012


asisten kak Fx. Reymond
dedicated to kelompok dua kelas genap
untuk membuat slide presentasi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genos yang berarti
suku-bangsa atau asal-usul. Genetika merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana suatu sifat diturunkan pada suatu organisme, serta variasi yang
mungkin timbul didalamnya.
Prinsip-prinsip genetika dapat dikatakan sama saja bagi seluruh organism
baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Manusia sampai saat ini masih
sangat sulit digunakan sebagai permodelan dari genetika. Oleh karena itu, kita
dapat menggunakan tumbuhan dan hewan sebagai obyek atau bahan percobaan
dalam mempelajari hukum-hukum dari penurunan sifat.
Model genetika yang biasanya digunakan adalah tumbuhan. Alasannya,
karena tumbuhan mudah ditanam, mudah dikontrol suasana lingkungannya, dan
mudah dibiakkan serta memiliki jumlah anakan yang banyak. Pada tahun 1905,
hewan mulai dipakai sebagai hewan percobaan genetika setelah W.E Castle
memperkenalkan Dhrosophila. Sebenarnya, Dhrosophila melanogaster sudah
mulai digunakan sebagai model percobaan genetika sejak 1901 namun baru
popular pada tahun 1910. Hal ini disebabkan karena T.H Morgan berhasil
memperoleh lalat buah yang memiliki mata putih, padahal biasanya berwarna
merah. Setelah itu, didapatkan beragam mutasi lainnya pada Dhrosophila
melanogaster.
Dalam melakukan praktikum genetika yang berikutnya, kita akan semakin
banyak menggunakan Dhrosophila sebagai bahan permodelan genetika. Siklus
hidupnya penting untuk diketahui karena dengan mengetahuinya kita dapat
memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya. Selain itu, dengan
mempelajari siklus hidup kita dapat mengetahui fase-fase dari telur hingga
menjadi imago dan menhetahui kondisi yang tepat bagi masing-masing fase-
fase.

Tujuan

Dapat memperkirakan lama waktu hidup lalat buah yang ditangkap.

Dapat menyebutkan tahapan-tahapan siklus hidup lalat buah serta


memperkirakan waktu yang diperlukan dari satu tahap ke tahap yang
lain.

BAB II
TEORI DASAR
Klasifikasi Dhrosophila melanogaster
Dhrosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering
digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Dhrosophila
melanogaster berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Orde Diptera.
Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat
ditemui di sekitar buah-buahan yang mulai membusuk.
Berikut ini merupakan klasifikasi dari lalat buah :
Klasifikasi
Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insekta
Ordo Diptera
Family Dhrosopilidae
Genus Dhrosophila
Subgenus Sophopora
Spesies Dhrosophila
melanogaster
Selain itu, Dhrosophila melanogaster termasuk dalam sub-ordo
Cyclophorpha, pengelompokkan lalat yang pada pupanya terdapat kulit instar 3),
dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago menetas dan keluar dari bagian
interior pupanya).
Jenis Dhrosophila melanogaster yang terdapat di Indonesia kira-kira ada 600
jenis dan di Pulau Jawa terdapat 120 jenis yang berasal dari class Dhrosopilidae.
Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah
Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta,
dan imigran (Wheeler, 1981).

Ciri-ciri Umum Dhrosophila melanogaster


Lalat buah dan hewan dari class Insekta lainnya pada umumnya memiliki
suatu seri segmen atau pembagian tubuh yang teratur. Segmen ini menyusun
tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.
Ciri umum lainnya dari Dhrosophila melanogaster, antara lain :

memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah

memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di


tubuh bagian belakang
berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran yang
berbeda)

Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus
dekat dengan tubuhnya.

Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.

terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.

Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen


bersegmen lima dan bergaris hitam

Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax

Perbedaan Dhrosophila melanogaster Jantan dan Betina


Lalat buah jantan dan betina dapat dibedakan melalui beberapa ciri-ciri
umum seperti besar ukuran tubuh, warna tubuh, panjang sayap, bentuk ujung
kelamin, dan ada atau tidak adanya sisir kelamin. Cirri yang biasa digunakan
adalah dari ukuran tubuh. Pada lalat buah, ukuran betina lebih besar
dibandingkan pada lalat jantan.
Berikut ini merupakan ciri-ciri yang membedakan lalat buah jantan dan
betina, yaitu :
Ciri-ciri pembeda Jantan Betina
Ukuran tubuh Ukuran tubuh lebih Ukuran tubuh lebih
kecil dibanding betina besar dibanding
jantan
Warna tubuh Bagian belakang Bagian belakang lebih
(ujung abdomen) terang dibanding
lebih gelap dibanding jantan
betina
Panjang sayap Sayapnya lebih Sayapnya lebih
pendek dibandingkan panjang dibandingkan
betina jantan
Sisir kelamin Ada sisir kelamin Tidak ada sisir
kelamin
Bentuk ujung Tumpul lancip
abdomen

Perkawinan dan Perkembangbiakan Dhrosophila melanogaster


Dewasa pada Dhrosophila melanogaster pada siklus hidupnya berusia sekitar
8-9 hari. Setelah keluar dari pupa, warna lalat buah masih pucat dan sayapnya
belum terbentang.
Proses perkawinan diawali oleh “atraksi” lalat buah jantan untuk menarik
lalat buah betina. Lalat buah jantan akan mempertunjukkan 5 bentuk adaptasi
tingkah laku secara berurutan. Pertama, lalat buah jantan memainkan “lagu”
yang bertujuan untuk menarik lalat buah betina untuk kawin dengan cara
memanjangkan dan menggetarkan sayapnya secara horizontal. Setelah itu, lalat
buah jantan akan memposisikan dirinya pada bagian belakang abdomen lalat
buah betina dalam posisi yang lebih rendah untuk mengetuk dan memukul-
mukul (tap dan lick) pada genitalia lalat buah betina. Terakhir, lalat buah jantan
akan menggulungkan abdomennya dan berusaha untuk melakukan kopulasi.
Lama waktu kopulasi sekitar 30 menit.
Lalat buah betina bisa menolak ajakan “perkawinan” dengan cara pergi.
Perkawinan pertama lalat betina setelah 8-12 jam lalat buah betina muncul
(emerge) atau keluar dari pupa. Drosophila melanogaster betina sanggup
menghasilkan 50-75 butir telur per hari atau dapat menghasilkan 400-500 butir
telur. Telur Drosophila melanogaster berwarna putih susu berbentuk bulat
panjang dengan ukuran 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat lubang yang
disebut mikropil dan terdapat tonjolan memanjang seperti sendok. Pada ujung
anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.
Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu
yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera
berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)

Siklus Hidup dan Ciri-ciri pada Tahapan-tahapannya


Perkembangan dimulai segera setelah fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Periode pertama adalah periode embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi hingga penetasan telur menjadi larva muda (proses ini berlangsung
sekitar 24 jam). Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur atau
periode postembrionik. Periode ini dibagi dalam tiga tahap yaitu larva, pupa, dan
imago.
Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut ciri-cirinya,
antara lain :
Tahapa Ciri-ciri Umur
n
Telur Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 ± 24 jam
mm, berwarna putih susu, pada ujung
anteriornya terdapat dua tangkai kecil
menyerupai sendok yang berfungsi agar telur
tidak tenggelam, biasanya terdapat pada
permukaan media.
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih
instar bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen,
1 berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum
memiliki spirakel anterior.
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, ± 2 hari
instar berukuran ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan
2 bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan
gigi berwarna hitam untuk makan, memiliki
spirakel anterior.
Tahapa Ciri-ciri Umur
n
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, ± 3 hari
instar berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk
3 dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut
dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas
terlihat dibanding larva instar 2, memiliki
spirakel anterior dan terdapat beberapa
tonjolan pada spirakel anteriornya.
Prepu Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada ± 4 hari
pa dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri;
berwarna putih; kutikula keras dan memendek;
tanpa kepala dan sayap
Pupa Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding ± 5 hari
botol, berwarna coklat, kutikula keras,
memendek, dan besegmen.
Imago Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan ± 9 hari
abdomen; bersayap transparan; memiliki mata
majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-
ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah dewasa
Faktor dan dampak yang Mempengaruhi Siklus Hidup Dhrosophila
melanogaster
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup
Dhrosophila melanogaster antara lain:

Suhu lingkungan
Lalat buah mengalami kondisi siklus hidup dan pertumbuhan yang optimal
sekitar 8-11 hari apabila berada pada suhu 25o-28oC. Waktu perkembangan yang
paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28° C.
Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C,
selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu
25° C tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada
suhu 18° C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari
perkembangannya adalah 50 hari. Pada suhu 30o ,lalat buah dewasa yang
dihasilkan akan steril.

Nutrisi makanan
Kekurangan nutrisi atau makanan akan menyebabkan jumlah telur yang
dihasilkan menurun dan pertumbuhannya menjadi lambat. Lalat buah yang
kekurangan nutrisi juga akan menghasilkan larva-larva yang kecil, pupa yang
kecil dan seringkali gagal tumbuh menjadi lalat dewasa atau menghasilkan
individu dewasa yang akan menghasilkan sedikit telur. Viabilitas telur-telur ini
juga dipengaruhi juga oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina.

Tingkat Kepadatan
Pengisian botol medium sebaiknya dengan menggunakan medium buah
yang cukup dan tidak terlalu banyak. Jumlah lalat buah dalam botol medium juga
mempengaruhi kualitas pertumbuhan lalat buah, yang dikembangkan dalam
botol media cukup hanya beberapa pasang saja. Dengan kondisi yang ideal, lalat
buah dapat hidup hingga 40 hari. Kondisi botol yang terlalu padat akan
menurunkan jumlah telur yang dihasilkan dan menurunkan lama hidup suatu
individu (tingkat kematian meningkat).

Intensitas cahaya
Dhrosophila melanogaster menyukai daerah yang remang-remang. Intensitas
cahaya yang tinggi akan menyebabkan fase bertelur yang terlambat. Intensitas
cahaya yang gelap (rendah) akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi
lambat.

Medium
Kekentalan dan keenceran dari suatu medium akan mempengaruhi
pertumbuhan dari Dhrosophila melanogaster. Pengenceran medium akan
mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan namun tidak berpengaruh pada
siklus hidupnya. Tingkat survival dan lamanya waktu hidup akan berkurang
apabila lalat dewasa berada pada medium yang sangat encer.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain :
Bahan Alat
Pisang yang mulai membusuk Lalat buah

Media : Botol kaca kosong

550 g pisang Kuas

20 g ragi Kantong plastic

150 g gula aren Termometer

7 g agar-agar Busa / kapas untuk penutup botol

5 ml nipagin

5 ml sorbic acid

411 ml aquadest
3.2 Metode Kerja
3.2.1 Penangkapan Lalat Buah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangkap lalat buah.
Salah satu cara yang saya rasa cukup efektif adalah lalat ditangkap dengan
kantong plastic lalu dipindahkan ke dalam botol media. Disiapkan kantong
plastic yang cukup besar dan bening. Dicari tempat yang kira-kira banyak
terdapat lalat buah seperti tempat sampah buah-buahan atau buah yang sudah
mulai membusuk. Ditutup buah-buahan yang mulai membusuk dengan lalat-lalat
buah yang hinggap diatasnya. Ketika lalat mulai berterbangan, tutup bagian
bawah plastic. Diberikan udara bagi lalat yang sudah tertangkap. Diulangi lagi
penangkapan lalat buah hingga mendapatkan lalat buah yang cukup banyak.
Ditutup plastic tersebut ketika dirasa jumlah lalat buah sudah cukup banyak.
Cara penangkapan dengan plastic memungkinkan makin banyak lalat buah yang
tertangkap sehingga mendapatkan hasil yang semakin baik, karena hal ini
meningkatkan kemungkinan adanya lalat betina dan mengecilkan kontaminasi
jamur.
3.2.2 Pemindahan Lalat Buah ke Botol Media
Pemindahan lalat buah ke dalam botol mengutamakan kehati-hatian agar
lalat buah tidak lepas, tidak terjadi kontaminasi, dan agar tidak ada lalat yang
mati. Lalat dipindahkan langsung dari plastic ke botol media. Bagian atas plastic
dibuka dan dimasukkan kedalam botol media. Dipastikan bagian mulut plastic
sesuai atau menutupi mulut botol agar lalat langsung lepas ke media dan tidak
ada yang lepas keluar botol ataupun keluar plastic. Bagian ujung plastic
diguncang-guncangkan agar lalat menuju bawah plastic (ke bagian plastic yang
terbuka) dan pindah ke botol media. Dipastikan semua lalat telah pindah ke
dalam botol media. Ditutup botol media dan diletakkan di tempat yang teduh.
3.2.3 Pemeliharaan Lalat Buah
Lalat buah dipelihara dalam botol media yang berisi pisang. Dipindahkan ke
dalam botol yang berisi media baru setiap 3 minggu sekali. Botol dan lalat buah
tersebut diletakkan di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
Jika terkena kontaminasi segera diatasi dengan cara yang sesuai.
Kontaminasi biasa terjadi oleh mutan lain, bakteri, tunga (acarina) atau jamur.
Jika kultur terkontaminasi mutan lain dapat diatasi dengan memelihara satu
pasang lalat dalam vial. Jika kultur terkontaminasi oleh jamau atau bakteri
diatasi dengan pemberian anti jamur atau anti bakteri. Jika kultur terkena
kontaminasi tungau, dapat dipelihara satu pasang lalat yang bebas dari tungau
di dalam vial.
3.2.4 Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah
Pengamatan diawali dengan pencatatan tempat, tanggal, jam penangkapan,
dan jumlah lalat buah yang telah tertangkap. Lalat buah diamati setiap harinya
dengan interval 2 jam. Dicatat semua perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada lalat buah. Dilepaskan lalat parental ketika pupa pertama dari
anakan keluar. Pengamatan dilanjutkan hingga anakan menjadi lalat dewasa
kembali.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Data
Tanggal parental dimasukkan ke dalam botol : 10 September 2009, pkl. 12.10
Jumlah parental yang dimasukkan ke dalam botol : 16 ekor
Pengamatan
Pertam Ukuran (mm) dan hasil Tanggal Umur
a pengamatan lainnya / jam (hari/jam
muncul )
Telur Bulat agak lonjong, ukuran ± 0,5 10/09/09, ± 10 jam
mm, berwarna putih, ada yang pkl.
menempel pada dinding botol. 22.00

Larva Bentuknya lonjong dengan ukuran 11/ ± 20 jam


instar 1 ± 1 mm, berwarna putih, bergerak 09/09,
seperti cacing namun tidak lincah pkl.
08.00

Larva Bentuknya lonjong dengan ukuran 12/09/09, ± 1 hari


instar 2 ± 2 mm, berwarna putih, bergerak pkl. 16 jam
seperti cacing dan lincah, mulutnya 04.00
mulai berwarna kehitaman.

Larva Bentuknya lonjong dengan ukuran 12/09/09, ± 2 hari 4


instar 3 ± 3 – 5 mm, berwarna putih pkl. jam
kekuningan, bergerak seperti 16.00
cacing dan sangat loncah, warna
hitam pada mulutnya sangat jelas
Pengamatan
Pertam Ukuran (mm) dan hasil Tanggal Umur
a pengamatan lainnya / jam (hari/jam
muncul )
Prepupa Berbentuk lonjong dan terlihat lebih 13/09/09, ± 2 hari
pendek jika dibandingkan dengan pkl. 16 jam
larva instar 3, berwarna putih-putih 04.00
bening, letaknya pada dinding,
terbentuk setelah larva instar 3
bergerak ke atas (dinding botol)
dan ketika larva instar 3 sudah
tidak aktif lagi.
Pupa Bentuknya lonjong, warna coklat, 13/09/09, ± 3 hari 6
tidak aktif bergerak, ukuran kira- pkl. jam
kira sama dengan ukuran prepupa, 18.00
menempel di dinding botol atau
kapas penutup botol.
Imago Memili bentuk seperti lalat parental, 16/09/09, ± 5 hari
perbedaan terlihat pada warnanya pkl. 20 jam
yang keabu-abuan dan ukuran dan 08.00
lebih kecil, dan pergerakkannya
juga belum selincah lalat parental.
Tanggal lalat parental dikeluarkan dari botol : 14 September 2009 pkl. 08.00
4.1.2 Foto-foto Perkembangan Siklus Hidup Dhrosophila melanogaster
Foto Tahapan dan Pengamatan Siklus Keterangan
Hidup
Telur

Foto Tahapan dan Pengamatan Siklus Keterangan


Hidup
Larva instar 1
Larva instar 2

Larva instar 3

Prepupa

Foto Tahapan dan Pengamatan Siklus Keterangan


Hidup
Pupa

Imago

4.2 Pembahasan
Menurut sejarah, Dhrosophila melanogaster sudah mulai digunakan sebagi
hewan model genetika sejak tahun 1901 namun mulai dikenal dan marak
digunakan pada tahun 1910. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
Dhrosophila melanogaster atau yang lebih dikenal sebagai lalat buah digunakan
sebagai bahan model genetika, antara lain :

Pemeliharaan yang tidak membutuhkan kondisi steril

Mudah membiak di laboratorium, hanya dengan menggunakan bahan


makanan sederhana seperti pisang.

Proses pemeliharaan yang mudah dan tidak memakan tempat.

Tidak berbahaya

Seekor induk dapat bertelur ribuan butir selama masa hidupnya.

Ukuran yang cukup besar untuk diamati dengan mata telanjang.

Siklus hidupnya pendek yaitu hanya sekitar 8 – 15 hari.

Jumlah kromosomnya hanya 4 pasang

Kromosom yang terdapat pada kelenjar ludah Dhrosophila melanogaster


mempunyai sifat kromosom raksasa sehingga mudah diamati dengan
mikrosop cahaya.

Memiliki banyak mutan.

Hewan jantan tidak mengalami crossing over pada saat pembentukkan


gamet (meisosis).
Pada percobaan siklus hidup Dhrosophila melanogaster, alasan yang terlihat
dan dirasakan oleh penulis adalah lewat penampakkan fisiknya. Salah satu
keuntungan yang terlihat adalah siklus hidup yang cukup pendek, jumlah anakan
yang cukup banyak (terlihat dari perbandingan jumlah anakan dan parental),
pemberian kondisi tidak perlu steril, dan membutuhkan media yang sederhana
yaitu pisang yang telah dihaluskan.
Pada percobaan ini, penulis melakukan 2 kali percobaan. Percobaan pertama
dimulai pada tanggal 8 September 2009 dengan meletakkan lalat buah parental
sejumlah 12 ekor pada media. Hasil yang didapatkan pada percobaan pertama
adalah gagal karena semua lalat parental dan larva instar 1 yang sudah ada mati
pada hari ketiga. Menurut penulis hal ini dapat disebabkan karena kondisi media
yang tidak cocok dengan lalat buah. Media yang pertama digunakan telah
dicampur oleh beberapa bahan dalam proses pembuatan dan mungkin saja
sudah terjadi kontaminasi sehingga pada media terdapat jamur dan kadar
alcohol yang cukup tinggi karena adanya ragi pada media.
Pada percobaan kedua, penulis mengganti media dengan pisang raja busuk
yang dikerok hingga halus. Percobaan kedua dimulai pada tanggal 10 september
2009 pukul 12.10 dengan meletakkan lalat buah parental sebanyak 16 ekor pada
media baru. Perkembangan pertama yang diamati adalah telur. Menurut
literature, ciri-ciri dari telur adalah berukuran ± 0.5 mm, berwarna putih, pada
ujung anteriornya terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi
agar telur tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media. Penulis
dihari yang sama yaitu tanggal 10 September 2009 pukul 8 malam menemukan
benda-benda putih kecil dengan ukuran sekitar 0.5 mm yang menempel pada
dinding botol dan penulis menyimpulkan sebagai telur. Pengamatan dilanjutkan
lagi hingga mulai muncul larva instar 1 kira-kira 12 jam dari munculnya telur.
Dalam literature, dikatakan bahwa larva instar 1 berbentuk lonjong pipih,
berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak
seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior. Larva instar 1 yang penulis
amati kira-kira memiliki ciri yang hampir sama dengan yang ada pada literature
yaitu bentuknya lonjong dengan ukuran ± 1 mm, berwarna putih, bergerak
seperti cacing namun tidak lincah. Perubahan berikutnya adalah dari larva instar
1 menjadi larva instar 2 terjadi kira-kira 20 jam kemudian. Jika dilihat dari
bentuk, larva instar 2 memiliki bentuk yang hampir sama dengan larva instar 1.
Perbedaan larva instar 1 dan larva instar 2 terletak pada ukurannya yang lebih
besar, adanya tanda kehitaman di mulut, dan pergerakan yang semakin aktif. 12
jam berikutnya, ukuran larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3
mulai muncul. Larva instar 3 memiliki ukuran yang lebih besar, sekitar 3-5 mm,
dibanding larva instar 1 dan 2. Pergerakan larva instar 3 sangatlah aktif baik di
permukaan maupun di dinding botol. Ciri lain yang membedakan adalah tanda
kehitaman pada mulut, menurut literature adalah gigi, semakin jelas terlihat.
Tahap setelah larva instar 3 adalah prepupa. Prepupa berbentuk lonjong dan
terlihat lebih pendek jika dibandingkan dengan larva instar 3, berwarna putih-
putih bening, letaknya pada dinding, dan terbentuk setelah larva instar 3
bergerak ke atas (dinding botol) dan tidak aktif lagi. Fase berikutnya adalah
pupa. Perubahan prepupa menuju pupa sekitar 14 jam. Jika dilihat dari
ukurannya, pupa memiliki ukuran yang sama dengan prepupa. Perbedaan yang
paling terlihat adalah dari warnanya, pupa memiliki warna coklat. Baik fase
prepupa dan pupa merupakan fase tidak aktif. Fase yang paling akhir adalah
imago. Pada percobaan yang praktikan lakukan, fase imago didapatkan
sekitar 3 hari setelah pembentukan pupa yang pertama. Fase imago ini
terjadi kurang lebih pada hari keenam. Ciri dari imago hampir
menyerupai ciri-ciri umum lalat buah dewasa (parental). Perbedaan
yang terdapat antara imago dengan lalat buah dewasa adalah dari
ukurannya yang lebih kecild dan warna imago yang masih keabu-abuan.
Menurut literature, metamorphosis sempurna yang terjadi pada lalat buah
akan memakan waktu antara 8 – 15 hari. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan seperti temperature, pemberian intensitas cahaya, dan
media. Perkembangan lalat buah dari telur hingga imago pada suhu 28oC hanya
akan memakan waktu 7 hari. Selain itu, dalam literature dikatakan bahwa
Dhrosophila melanogaster menyukai tempat yang remang-remang namun pada
fase bertelur membutuhkan kondisi gelap.
Pada percobaan yang kedua, waktu yang diperlukan dari penangkapan lalat
buah dewasa, telur hingga imago memakan waktu 5 hari 20 jam atau kurang
lebih 6 hari. Penulis berpendapat bahwa siklus hidup yang cukup cepat ini
dipengaruhi oleh perlakuan yang penulis berikan kepada lalat buah tersebut.
Kondisi yang diberikan oleh penulis adalah pada suhu kamar di daerah Bandung
yaitu sekitar 23-25oC (lalat buah dewasa – larva instar 1) dan suhu kamar di
Jakarta yaitu sekitar 27-28oC. Selain itu, pada siklus hidupnya, lalat buah baik
dari telur hingga imago selalu ditempatkan penulis pada tempat yang remang-
remang (tidak terlalu gelap). Penyebab lainnya, sangat dimungkinkan bahwa
lalat betina dewasa yang tertangkap sudah memasuki tahap bertelur sehingga
tidak memerlukan “mating” dengan jantan untuk menghasilkan telur.
Praktikum yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari siklus hidup
Drosophila melanogaster sangatlah penting. Dengan mempelajari siklus
hidupnya, akan lebih mudah bagi kita untuk mengamati fase-fase pergiliran
keturunannya dan proses penurunan sifatnya. Menurut literatur, genom
Drosophila memiliki kemiripan 77% dengan genom pada manusia, hal ini yang
menyebabkan Drosophila melanogaster sebagai model yang ideal untuk
dipelajari. Selain itu, juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan jangka hidup
manusia dan mempelajari mortalitas manusia.

BAB V

KESIMPULAN

Dari pengamatan tentang siklus hidup Dhrosophila melanogaster yang telah


dilakukan, didapatkan bahwa :

Lama waktu siklus hidup Dhrosophila melanogaster yang ditangkap dari


dewasa hingga menghasilkan imago memerlukan waktu sekitar 7 hari.

Dhrosophila melanogaster mengalami metamorphosis sempurna dengan


tahapan-tahapannya diawali oleh telur – larva instar 1 – larva instar 2 –
larva instar 3 – prepupa – pupa – imago.

DAFTAR PUSTAKA

Lindsley, Dan. 1992. The Genome of Drosophila melanogaster. California:


Academic Press Inc,.

Hartwell,L.H, Hood, L.,Goldberg,.,Reynolds, Silver, Veres. 2004. Genetics From


Genes To Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing
Company LTD.

Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring


Harbor Laboratory Press.

Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with Drosophila. London:


John Wiley and Sons, inc..

Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung : Penerbit Tarsito.

Anonim. 2009. Dhrosophila melanogaster. http://wikipedia.com/dhrosophila-


melanogaster/. Diakses tanggal 11 September 2009.

Ghostrecon. 2008. Dhrosophila melanogaster. http://one.indoskripsi.com/judul-


skripsi-tugas-makalah/biologi-umum/drosophila-melanogaster/. Diakses
tanggal 11 September 2009.
Diposkan oleh Ini...Blog...Tari di 08:11

Вам также может понравиться