Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas kondisi yang
dipersyaratkan untuk melaksanakan PTK dan karakteristik masalah yang dapat
dikaji melalui PTK. Anda juga telah menyelesaikan beberapa latihan dan
mengerjakan tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat
penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini,
yakni berkenaan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana
Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan
agar Anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke
dalam beberapa subunit yang saling terkait, yaitu cara melakukan identifikasi
masalah, menganalisis masalah, cara menentukan kelayakan hipotesis tindakan,
menyiapkan pelaksanaan PTK dan melaksanakan PTK.
Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta
menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci tentang:
1. Cara melakukan identifikasi masalah
2. Cara merumuskan masalah
3. Cara menganalisis masalah
4. Cara menilai kelayakan hipotesis
5. Mempersiapkan pelaksanaan PTK.
Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda
diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan
ajar dan diskusi dengan teman-teman anda. Pada bagian akhir tiap-tiap unit
disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana
kedalaman pemahaman Anda.
Selamat belajar, semoga sukses!
6. 1
SUBUNIT 1
Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah
A. Mengidentifikasi Masalah
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari, tentu Anda
seringkali dihadapkan pada berbagai masalah pembelajaran bukan? Coba Anda
ingat kembali masalah-masalah apa saja yang sering Anda hadapi di kelas yang
berpotensi menghambat pencapaian hasil belajar yang Anda harapkan.
Sebagaimana telah Anda pahami melalui pembahasan dan latihan-latihan unit-unit
sebelumnya, suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan
atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada
sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak
buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang
mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada
6. 2
siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun
secara drastis. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda
sendiri dalam mengelola proses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru
mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi
agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa
pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena
itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu
gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan
tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bilamana Anda mengawalinya
dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu
akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Jika uraian di atas Anda cermati dengan baik maka hal penting yang dapat
kita pahamai adalah bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh
guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Walaupun guru belum merasa jelas
dengan masalah tersebut, namun guru yakin bahwa memang ada sesuatu yang
kurang beres dalam proses pembelajaran yang ia lakukan dan perlu diperbaiki.
Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil
semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran
yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya,
meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang
memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan
yang tepat dan sistematis akan berdampak menurunnya kualitas pembelajaran.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru
dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha tidak menutup-nutupi masalah yang
dihadapinya. Bilamana diperlukan akan lebih baik jika dapat diungkapkan kepada
rekan-rekan guru untuk memperoleh tanggapan dan saran mereka. Berbekal
kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah
pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono
(1996/1997:5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan
panduan untuk mengidentifikasi masalah.
1. Apa yang menjadi keprihatinan Anda (guru, kepala sekolah)
6. 3
2. Mengapa Anda memprihatinkannya?
3. Menurut Anda, apa yang dapat Anda lakukan untuk itu?
4. Bukti-bukti apa yang dapat Anda kumpulkan agar dapat membantu
membuat penilaian tentang apa yang terjadi?
5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan
keakuratan tentang apa yang telah terjadi?
Meskipun pertanyaan-pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi
membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin
diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang
sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan
keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur
dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan
tidak dapat mencapai sasaran tepat sehingga tidak mampu mencapai perubahan
kearah perbaikan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu sekali lagi mari kita
bersikap jujur pada diri kita sendiri. Ungkapan kejujuran itu tidak harus kita
kemukakan kepada orang lain, kecuali kita bermaksud melakukan penelitian
secara kolaboratif dengan rekan-rekan guru atau dengan dosen LPTK. Selebihnya
cukup kita menjawab untuk diri kita sendiri dan dibantu melalui catatan sendiri.
Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi
akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai
pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu,
berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5)
memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di
dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri.
1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ?
6. 4
4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya
biarkan ?
5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?
Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di
kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur
sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru
yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya.
Jika hal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalah.
Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru
yang belum dapat menemukan masalah di kelasnya yang dilaksanakan dalam
suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.
Dosen : Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu
lakukan?
Guru : Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran
yang saya lakukan.
Dosen : Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam
pembelajaran?
Guru : Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan
lancar saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya
mendengarkan. Jika saya berikan PR, pada umumnya mereka kerjakan.
Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan.
Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada
masalah dengan pembelajaran saya.
Dosen : Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah
dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan?
Guru : Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hampir separoh dari
siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.
Dosen : Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif
mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum
mengerti?
6. 5
Guru : Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak
mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan
bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan
seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya
merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal
kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak
bisa mengerjakan dengan baik.
Dosen : Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah
siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau
pertanyaan.
Guru : Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja,
sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran
mereka.
Dosen : Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran?
Guru : Ya ada, bahkan banyak masalah.
Apa kesimpulan Anda dari dialog di atas? Adakalanya kita menjumpai
hal-hal seperti ini. Dan kejadian seperti ini merupakan hal yang wajar, sebab
untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya
pikir kritis dalam menilai situasi. Apa yang dapat Anda lakukan jika menghadapi
guru yang belum dapat menemukan masalah pembelajarannya? Tentu Anda bisa
membantu menemukan masalah dengan berbagai cara yang Anda yakini lebih
tepat. Bisa dengan berdiskusi, mungkin dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sederhana seperti dialog di atas. Mungkin Anda ajak guru tersebut
melihat dokumen kelas, misalnya daftar hadir, daftar nilai, catatan-catatan khusus
tentang siswa dan sebagainya.
Apa yang kita lakukan untuk membuat pertanyaan bagi diri kita sendiri
dan melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah di atas kembali
mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah harus berasal
dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal
dari orang luar. Namun ada kalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi
6. 6
masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain,
kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun,
sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan
mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi
adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan dan bawahan.
Untuk membantu pemahaman Anda tentang identifikasi masalah, berikut
ini diketengahkan beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru
ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan
pertama tentang apa yang terjadi di kelas.
Ilustrasi 1:
Bu Isma adalah salah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah
satu sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifkasi
yang ia lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran
matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali
kegiatan mengajar, biasaya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR)
siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya
menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas
juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan
teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas
(menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan
kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut
hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.
Ilustrasi 2:
Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia
merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil
identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi.
1. Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
2. Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktik
IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan.
6. 7
3. Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman
sekelas sehingga suasana belajar menjadi terganggu.
4. Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru
menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman
lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar,
padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA.
Anda juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi
masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi pada salah satu SMP
seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001), seperti berikut:
a. Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung
menghindar untuk menjawab.
b. Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c. Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-
ganti.
d. Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol
dengan pasangan duduknya.
e. Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas
menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman-
temannya.
f. Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan
soal-soal geografi.
g. Siswa tidak dapat menstransfer keterampilan mengemukakan hipotesis
untuk mata pelajaran lain.
h. Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu
dengan mata pelajaran yang lain.
i. Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan
alam di sekitarnya.
j. Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan
kehidupan masyarakatnya.
6. 8
Contoh di atas merupakan bagian kecil dari banyaknya masalah yang
sering dihadapi guru. Coba Anda pikirkan masalah-masalah apa saja yang Anda
jumpai dalam praktik pembelajaran.
6. 9
Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan
kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor
penyebab, c) menentukan kadar permasalahan. Untuk lebih jelasnya masing-
masing tujuan diuraikan berikut.
a. Memperjelas masalah
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi
masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Akan
tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar.
Masalah yang masih bersifat umum dan samar-samar akan sulit dikaji melalui
PTK. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar
menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi
kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa
siswa-siswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari
pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam
belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan
hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Memperhatikan keadaan tersebut,
mungkin benar apa yang diungkapkan guru bahwa siswa kurang tertarik dengan
pelajaran matematika. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap
pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah
tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri
kembali. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan
siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi
tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian
guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin menjenuhkan.
Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada
pokok bahasan tertentu, karena ada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya
nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam
matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika
6. 10
kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi
setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti
penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.
6. 11
Beberapa contoh pertanyaan di atas dapat dijawab langsung oleh guru
sendiri dengan melakukan refleksi atau instrospeksi secara jujur dan terbuka
tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya.
Cara kedua untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah,
Anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan menggunakan wawancara
maupun dengan memberikan kuesioner. Akan tetapi perlu Anda ingat, di samping
kuesioner memerlukan beberapa langkah persiapan dalam pembuatannya, Anda
juga harus yakin bahwa siswa-siswa Anda di sekolah dasar memahami substansi
pertanyaan dan cara-cara menjawabnya. Oleh sebab itu mungkin wawancara
lebih tepat dilakukan dibandingkan kuesioner dengan mempertimbangkan
berbagai hal, terutama dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan mereka
sebagai siswa sekolah dasar. Wawancara yang Anda lakukan juga tidak perlu
dalam situasi yang terlalu formal. Anda dapat melakukannya di selang kegiatan
pembelajaran, waktu istirahat, pada saat diperpustakaan dan sebagainya sehingga
siswa tidak merasa takut atau segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
Anda. Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat Anda ajukan kepada siswa,
misalnya:
6. 12
penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu
masalah yang Anda hadapi.
Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada dirinya sendiri, ia akan
mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya
mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang
bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan
secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan
materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang
seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang
mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi
jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak
langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat
di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan
langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.
6. 13
1. Menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan
guru mengetahui seberapa besar keaktifan siswa masuk sekolah dengan
melakukan perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap
bulan. Perlu dicermati pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa
tertentu atau menyangkut sebagian besar siswa.
2. Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar
yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai yang mereka capai pada
seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaian
hasil belajarnya rendah, dan bidang studi mana yang mampu mencapai hasil
rerata yang lebih baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat
memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil
belajarnya.
3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan
pelajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup
menantang atau membosankan.
4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan
siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa
untuk memperbaiki pekerjaannya.
Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah
yang akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Langkah berikut yang
Anda lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan
masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan
operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif pemecahan atau
perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahan memiliki makna
konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu
permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan
pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan
penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris,
yakni pengumpulan data dan analisis.
Cobalah Anda lakukan latihan merumuskan beberapa masalah
berdasarkan analisis masalah yang telah Anda lakukan. Sebagai contoh, setelah
6. 14
pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan
bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi
adalah kurangnya pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh dan
merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut
membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut:
Contoh 1:
Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang
dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran.
Contoh 2
Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagian-
bagian materi pelajaran yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.
6. 15
Abimayu (dalam Wardani, 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan masalah.
1. Jangan memilih masalah yang Anda tidak kuasai.
2. Ambillah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas.
3. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan murid Anda.
4. Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah.
Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, perlu Anda ingat kembali
bahwa tidak mungkin dengan satu tindakan, semua masalah terpecahkan. Juga
tidak semua masalah memerlukan pemecahan melalui PTK. Untuk menentukan
masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK
berikut ini ada beberapa hal yang dapat menjadi acuan:
1. Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang bersangkutan
serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam
melaksanakan tindakan di kelas. Anda perlu menyadari jangan mengangkat
suatu masalah yang Anda tidak mampu melaksanakan tindakan perbaikannya.
Oleh karena itu pilihlah masalah yang benar-benar Anda mampu
memperbaikinya melalui suatu tindakan.
3. Masalah yang telah Anda pilih untuk dipecahkan melalui penelitian
tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai
faktor penyebab utamanya sehingga memungkinkan dicari alternatif
pemecahannya. Jika Anda tidak mampu merumuskan secara spesifik masalah,
maka pemecahan yang akan dilakukan akan sangat sulit mencapai sasarannya
secara mendalam.
Latihan:
Setelah mencermati materi tentang identifikasi dan merumuskan masalah di atas,
coba Anda kerjakan latihan berikut:
6. 16
1. Lakukan langkah-langkah identifikasi masalah-masalah pembelajaran di
kelas Anda.
2. Dari hasil identifikasi, coba Anda rumuskan beberapa masalah mendasar
dalam pembelajaran yang akan Anda kaji melalui PTK.
3. Susunlah beberapa kemungkinan tindakan sebagai solusi pemecahan
masalah, kemudian pilih salah satu tindakan yang menurut Anda paling
menjanjikan perubahan yang Anda harapkan!
RANGKUMAN
Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
masalah nyata yang terjadi. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan guru akan
menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Masalah yang ditemukan dari
proses identifikasi seringkali masih bersifat samar-samar atau kabur. Masalah
yang masih kabur perlu diperjelas agar dapat dikaji faktor penyebabnya dan
dimungkinkan untuk menemukan cara mengatasinya. Kegiatan tersebut
dinamakan analisis masalah, untuk selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
6. 17
yang jelas dan singkat agar mudah dipahami. Analisis masalah mempunyai
beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b)
menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan.
Untuk membantu guru memahami masalah dengan jelas dalam kegiatan
analisis masalah, guru dapat menganalisis daftar nilai siswa, menganalisis tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai,
menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa.
Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang
akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Setelah dilakukan langkah
analisis, guru perlu merumuskan masalah, yaitu menyatakan suatu masalah secara
kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif
pemecahan atau perbaikannya. Agar masalah dapat dikaji dengan baik melalui
PTK, maka upayakan untuk memilih masalah yang benar-benar dikuasai,
skalanya kecil dan relatif terbatas, masalah yang dirasakan paling penting bagi
Anda dan murid Anda.
TES FORMATIF 1
Berikut ini disediakan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
kegiatan belajar sebelumnya.
Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda anggap paling benar.
6. 18
C. daftar masalah
D. rumusan masalah
3. Manfaat identifikasi masalah berikut ini adalah:
A. menemukan masalah
B. mempertajam masalah
C. menemukan faktor penyebab suatu masalah
D. menentukan kedudukan/kadar permasalahan
4. Identifikasi masalah pembelajaran di kelas dapat dilakukan guru diantaranya
dengan cara…
A. melakukan wawancara kepada orang tua siswa
B. melakukan eksperimen terhadap guru-guru
C. melakukan refleksi mengajar sendiri
D. melakukan kajian literatur.
5. Tujuan utama melakukan analisis masalah adalah;
A. menemukan masalah
B. mempertajam masalah
C. menentukan solusi penyelesaian masalah
D. menentukan keterkaitan antara masalah
6. Untuk mendukung analisis masalah, guru dapat menganalisis dokumen kelas,
misalnya...
daftar hadir siswa mingguan maupun bulanan
B. daftar hadir guru yang mengajar di kelas tersebut
C. daftar petugas piket kelas dan kebersihan kelas
D. daftar kegiatan ekstra kurikuler siswa
7. Perumusan masalah dapat diartikan sebagai…
A. pernyataan tentang daftar masalah yang saling terkait
B. pernyataan masalah secara jelas
C. pernyataan secara rinci faktor penyebab masalah
D. pernyataan saling keterkaitan antara masalah
8. Berikut ini adalah contoh masalah strategis yang layak dikaji melalui PTK,
kecuali...
6. 19
A. rendahnya motivasi belajar siswa
B. minimnya ketersediaan alat-alat pelajaran
C. rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan
D. kurangnya keberanian siswa di dalam mengajukan pertanyaan.
9. Cara yang paling utama untuk menentukan seberapa mendesaknya suatu
masalah untuk dipecahkan, dapat dilakukan guru dengan cara...
A. mengkaji hasil-hasil belajar siswa
B. mewawancarai siswa
C. menganalisis daftar hadir siswa
D. melakukan refleksi.
10. Masalah yang menjadi prioritas untuk dipecahkan melalui PTK adalah di
mana masalah tersebut …
A. sangat penting dan bermakna bagi pembelajaran
B. terjadi setiap hari dalam proses pembelajaran
C. terkait dengan berbagai unsur di sekolah
D. mencakup aspek-aspek yang luas
Rumus Perhitungan:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan Anda = X 100
10
Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:
Skor 90 – 100, berarti sangat baik
Skor 80 – 89, berarti baik
Skor 70 – 79, berarti cukup baik
Skor 0 – 69, berarti kurang
6. 20
Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang
bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda
dapat melanjutkan ke subunit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan
Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk
mempelajari kembali sub unit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih
keliru menjawabnya.
6. 21
SUBUNIT 2
Menilai Kelayakan Hipotesis Tindakan
6. 22
Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan
dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Hipotesis selalu
mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun
khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Di dalam penelitian ilmiah,
hipotesis merupakan alat yang penting. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini.
Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat
dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi
(hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan
alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Pada intinya yang kita
susun untuk menguji relasi antara A dan B adalah prediksi-prediksi yang
berbentuk “Jika A maka B”. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya
untuk memajukan pengetahuan. Ia demikian pentingnya, sehingga kita berani
mengatakan bahwa jika tidak ada hipotesis tidak akan pernah ada ilmu
pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993). Hipotesis
mengarahkan telaah, karena di dalam hipotesis kita merangkai-rangkaikan segi-
segi teori yang kita uji, menyusunnya menjadi wujud tertentu yang
memungkinkan pengujian atau mendekati kemungkinan pengujian.
Bilamana peneliti telah mengkaji secara mendalam masalah penelitiannya,
maka ia mencoba merumuskan teori sementara yang kebenarannya masih perlu
diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Untuk selanjutnya
peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang telah ia rumuskan. Peneliti
mengumpulkan data yang ia perlukan untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan
data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskannya
dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis,
bilamana ternyata tidak terbukti. Hal penting yang perlu diperhatikan peneliti
adalah bahwa dirinya tidak boleh mempunyai keinginan atau ambisi agar
hipotesisnya terbukti sehingga ia melakukan pengumpulan data yang hanya
membantu mencapai keinginannya tersebut, atau memanipulasi data sedemikian
6. 23
rupa sehingga mengarah pada keterbuktian hipotesis. Sebagai peneliti ia harus
memegang teguh sikap obyektif di dalam pengumpulan data dan melaksanakan
langkah-langkah lainnya di dalam penelitian.
Di atas telah dijelaskan bahwa hipotesis mempunyai kedudukan yang
penting didalam penelitian. Oleh sebab itu perumusan hipotesis harus dirumuskan
dengan jelas. Borg & Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk
merumuskan hipotesis:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya
hubungan antara dua atau
lebih variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Dari pembahasan di atas, Anda telah memperoleh gambaran umum
tentang hipotesis. Meskipun tidak seluruhnya sama, akan tetapi pengertian dan
prinsip-prinsip dasar hipotesis secara umum di atas dapat dijadikan kerangka
dasar untuk memahami hipotesis tindakan dalam PTK. Pengertian hipotesis
tindakan sedikit berbeda dengan hipotesis konvensional seperti diuraikan di atas.
Jika hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variabel
atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, Hipotesis tindakan hendaknya
dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan
(Sudarsono, 1997:9). Sebagai contoh: “jika intensitas latihan membuat kalimat
ditingkatkan, maka siswa akan lebih mudah menyusun suatu karangan”. Contoh
lain, “bilamana pada setiap akhir pelajaran IPS guru melibatkan siswa dalam
menyimpulkan pelajaran, maka kemampuan siswa mengingat materi yang telah
dibahas akan lebih bertahan lama”. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan
tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Dari contoh
pertama tindakan yang dilakukan melalui PTK dapat mengatasi rendahnya
kemampuan siswa dalam mengarang. Sedangkan melalui tindakan yang
6. 24
dirumuskan dalam bentuk hipotesis kedua diduga dapat mengatasi masalah
rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan.
Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian
terhadap teori, atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran
yang telah dilakukan. Beberapa pakar menyarankan agar dalam merumuskan
hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan.
1. Kajian literatur khususnya teori pendidikan atau pembelajaran.
2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
3. Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dll.
4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan
Melakukan kajian literatur merupakan suatu kegiatan dimana guru sebagai
peneliti berupaya menghimpun, memilah dan menganalisis berbagai sumber
tulisan. McMillan dan Schumecher (20001), melihat pentingnya peran kajian
literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat
signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu
membimbing pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya,
mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat
serta mengembangkan hipotesis. Telaahan literatur secara keseluruhan juga akan
memberikan bekal bagi peneliti dalam rangka melihat secara kritis masalah yang
akan ia kaji, sehingga guru dan peneliti tidak berada dalam kekosongan karena
telaahannya akan memberikan arah agar dirinya selalu mampu bersikap kritis,
menjauhi sikap dogmatis dan emosional serta kepentingan dirinya sendiri.
Telaahan literatur juga memberikan isyarat agar tidak terjadi reflikasi atau
pengulangan yang tidak perlu. Bilamana kajian literatur dilakukan secara cermat,
maka guru akan mendapatkan informasi yang kaya, dan begitu banyak hal-hal
yang baru. Cobalah Anda diskusikan lebih dalam dengan rekan-rekan Anda
manfaat lain dari kajian literatur atau kajian teori sehingga akan semakin
memperkokoh hipotesis tindakan Anda. Di samping itu Anda akan lebih percaya
diri untuk melakukan tindakan perbaikan yang akan Anda kembangkan melalui
PTK.
6. 25
B. Menilai Kelayakan Hipotesis
Dengan melakukan kajian di atas guru dapat memperoleh landasan atau
kerangka dasar untuk membangun hipotesis tindakan. Sebagai contoh, bilamana
guru pada awalnya memperkirakan bahwa dengan mengembangkan model
cooperative learning kemampuan siswa untuk mendalami materi akan semakin
baik, maka selanjutnya guru dapat mengkaji teori tentang pembelajaran
kooperatif, berdiskusi dengan pakar atau dengan teman sejawat. Jika guru telah
merasa yakin dan telah mengkaji kelayakan model tersebut dilihat dari dimensi
siswa, lingkungan sekolah maupun kemampuan dirinya, maka guru dapat
merumuskannya dalam bentuk hipotesis tindakan. Dengan demikian hipotesis
yang dibangunnya telah didukung oleh suatu kajian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada bagian awal subunit ini telah dijelaskan dan mungkin Anda masih
ingat bahwa menilai kelayakan hipotesis berarti pula menilai kelayakan tindakan
yang dipilih untuk memperbaiki pembelajaran melalui pelaksanaan PTK. Oleh
sebab itu penilaian hipotesis tindakan harus diarahkan pada penilaian kelayakan
tindakan. Penilaian kelayakan tindakan dapat dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti contoh berikut.
1. Apakah saya memiliki pengetahuan berkenaan dengan hal itu?
2. Apakah saya dan siswa saya memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya?
3. Apakah tersedia sarana/fasilitas untuk mendukung kegiatan
tersebut?
4. Apakah tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan rangkaian
kegiatan tersebut?
5. Apakah iklim sekolah dan iklim belajar di kelas cukup mendukung
pelaksanaan tindakan?
6. 26
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengimplikasikan beberapa persyaratan
yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan
dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.
6. 27
pembelajaran dengan melakukan PTK di kelasnya. Tindakan perbaikan yang
dipilihnya adalah mengembangkan metode Role Plying.
Jika dikaitkan dengan aspek yang kita bahas sekarang, menurut Anda apa
yang harus guru pikirkan jika ia telah menentukan tindakan tersebut sebagai
upaya perbaikan pembelajarannya? Anda tentu memahami jika solusi tindakan
yang dipilih tersebut tidak dipahami dengan baik oleh guru tentu akan sulit
diimplementasikan bukan ? Karena itu, pertama yang harus dipikirkan guru
adalah apakah ia memahami tentang tindakan perbaikan tersebut. Pada contoh
kasus pertama tentu guru harus mengetahui bagaimana mekanisme pelibatan
siswa di dalam mengungkapkan contoh. Pada contoh kasus yang kedua, guru
harus memiliki pemahaman tentang metode Role Plying sebagai metode
pembelajaran. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kedua
hal tersebut, guru harus mengkaji teori, hasil-hasil penelitian, tulisan-tulisan orang
lain pada jurnal, buletin, majalah-majalah pendidikan atau berdiskusi teman
sejawat maupun melalui cara-cara lain yang dimungkinkan. Jika di lingkungan
guru tersebut telah tersedia internet, mungkin pencarian sumber-sumber
pendukung untuk mendalam materi ini tidak terlalu sulit.
Selain pentingnya pemahaman terhadap substansi tindakan, juga sangat
penting pemahaman guru tentang prosedur pengembangannya melalui PTK. Guru
harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan,
melaksanakan, pengumpulan dan analisis data dan refleksi serta hal-hal lain yang
terkait dengan pelaksanaan PTK. Dengan demikian berarti secara umum ada dua
hal yang harus dipahami guru, yaitu; Pertama, pemahaman tentang hal yang
berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan
masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri.
Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK.
Anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam beberapa bagian
pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu masalah untuk
dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai
tentang hal itu.
6. 28
2. Kemampuan Siswa
Anda telah diajak untuk mengkaji secara mendalam bagian-bagian awal
unit yang membahas tentang PTK. Salah satu bagian yang sangat penting adalah
tentang tujuan PTK. Tentu Anda tidak akan lupa bahwa muara dari PTK adalah
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Karena itu setiap upaya
perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru harus diukur keberhasilannya
melalui perubahan yang dicapai oleh siswa. Jika guru melihat bahwa metode atau
teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka di
samping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik
tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapat jawaban adalah, apakah
siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya. Ada seorang guru Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada
salah satu pertunjukan olah raga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana
menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya, tentu hal itu merupakan
keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu
bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya.
Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa
yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan
kesanggupan fisik dan seterusnya.
Kita tentu masih ingat juga bahwa dalam paradigma pembelajaran yang
berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran.
Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa
memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. Dalam
merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru
memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang
diajarnya dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswa-
siswa kelas empat Sekolah Dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan
adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan
latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal
yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena
ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak
6. 29
sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan
latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru
agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-
angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak
sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika
Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji
dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.
6. 30
pentingnya. Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap pentingnya fasilitas
dan sarana sebagai dasar menilai kelayakan hipotesis tindakan ini, coba Anda
perkaya dengan contoh-contoh yang dapat disusun sendiri atau berdiskusi dengan
rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa judul PTK di mana tindakan
perbaikannya mempersyaratkan ketersediaan fasilitas dan sarana sebagai
pendukung utama.
6. 31
untuk menjelaskan kegiatan, berapa lama waktu melakukan praktik di
laboratorium, berapa lama waktu merumuskan hasil, dan berapa waktu yang
digunakan untuk mendiskusikannya. Sekali lagi Anda tidak boleh mengabaikan
faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan Anda. Karena kegagalan
suatu tindakan seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya
kemampuan guru, atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena
keterbatasan waktu untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah
dirancang.
6. 32
dan dicermati dengan baik oleh siswa. Hal ini semakin diperlukan bilamana
lingkungan kelas atau sekolah Anda sering terganggu oleh berbagai
kegaduhan dari luar, atau dari kelas-kelas yang lain.
- Yakinkan diri Anda bahwa tindakan perbaikan yang Anda pilih didukung oleh
teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada, bukan sesuatu yang
kontradiktif dengan teori atau hasil penelitian, terlebih lagi yang dapat
meresahkan pihak-pihak yang lain.
Jika Anda telah memutuskan untuk memilih suatu tindakan perbaikan
tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah yang Anda hadapi, maka ada
baiknya sekali lagi Anda memikirkan kelayakannya dilihat dari beberapa dimensi,
baik guru, siswa, sarana, waktu dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu mungkin
ada baiknya Anda membuat pertanyaan dan menjawabnya secara terbuka untuk
membuktikan pemahaman Anda tentang alternatif tindakan tersebut dan
kelayakan pelaksanaannya.
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan
siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu
melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan
menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin
6. 33
memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
6. 34
Selain itu tentu saja memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan
sebelumnya, seperti kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, iklim kelas dan
dukungan sekolah.
Dari uraian dan contoh-contoh di atas, Anda telah memahami manfaat dan
cara merumuskan hipotesis tindakan. Cobalah melakukan latihan sendiri atau
berdiskusi dengan rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa hipotesis
tindakan serta menilai kelayakannya.
Latihan
4. Coba Anda temukan perbedaan mendasar antara hipotesis yang
umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian formal dengan hipotesis
tindakan dalam PTK.
5. Rumuskan beberapa contoh hipotesis tindakan sesuai dengan
masalah pembelajaran yang Anda alami.
RANGKUMAN
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua
variabel atau lebih atau sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Di
dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Pertama,
hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Kedua, hipotesis
digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan. Dalam kajian PTK hipotesis
tindakan dapat dipahami sebagai suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu
6. 35
tindakan dilakukan, atau sebagai suatu tindakan yang diduga akan dapat
memecahkan masalah yang diteliti.
Menilai kelayakan hipotesis tindakan sama artinya mengkaji secara
cermat kelayakan tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dijadikan dasar untuk
mempertimbangkan kelayakan hipotesis tindakan adalah; (1) kemampuan untuk
melaksanakan tindakan, (2) ketersediaan sarana/fasilitas, (3) kecukupan waktu,
(4) iklim sekolah dan iklim belajar di kelas. Agar hipotesis tindakan dapat
dilaksanakan dan terbukti mampu membawa perubahan yang diharapkan, maka
sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji
kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya.
TES FORMATIF 2
6. 36
3. Dalam perkembangan awalnya pengetahuan berbentuk hipotesis-hipotesis
yang selanjutnya menjadi dasar untuk berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal
ini mengandung arti bahwa hipotesis…
A. merupakan pedoman bagi pengembangan ilmu pengetahuan
B. memiliki daya yang besar untuk memajukan pengetahuan
C. memiliki kemampuan mengontrol kemajuan ilmu pengetahuan
D. memiliki kekuatan menilai perkembangan ilmu pengetahuan
4. Hipotesis tindakan dalam PTK dapat dipahami sebagai…
A. tindakan yang perlu diuji kebenaran dan ketidakbenarannya
B. tindakan yang diduga dapat memecahkan masalah yang diteliti
C. tindakan yang memerlukan perbaikan melalui proses pembelajaran
D. tindakan yang diduga dapat memecahkan berbagai persoalan di kelas
5. Dilihat dari urutan langkah kegiatan dalam perencanaan PTK, perumusan
hipotesis dilakukan…
A. setelah melakukan identifikasi masalah
B. setelah melakukan analisis masalah
C. setelah melakukan pengumpulan data awal
D. setelah melakukan perumusan masalah
6. Kegiatan yang lebih penting dilakukan guru sebelum merumuskan
hipotesis tindakan adalah…
A. melakukan kajian teori
B. mengurus izin penelitian
C. mempersiapkan skenario pembelajaran
D. menata ruangaan kelas agar lebih kondusif
7. Mengkaji kelayakan hipotesis tindakan pada hakikatnya adalah…
A. mengkaji kelayakan sekolah dalam mendukung PTK
B. mengkaji kelayakan bahan belajar yang akan digunakan guru
C. mengkaji kelayakan tindakan sebagai cara pemecahan masalah
D. mengkaji kelayakan teori yang mendukung tindakan
8. Bu Arni merumuskan hipotesis tindakan yang berbunyi; “Bilamana
pembahasan materi pelajaran Biologi dilakukan dengan metode Role Playing
6. 37
maka pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan lebih baik”. Penilaian
kelayakan hipotesis tindakan harus dikaji dari beberapa aspek berikut,
kecuali…
A. pemahaman guru tentang metode Role Playing
B. pemahaman siswa tentang metode Role Playing
C. ketersediaan waktu untuk mengembangkan metode Role Playing
D. iklim kelas yang mendukung implementasi metode Role Playing
9. Penilaian terhadap kemampuan guru di dalam melaksanakan tindakan dalam
PTK dapat dilihat dari...
A. keterampilan melaksanakan tindakan yang akan dilakukan
B. kesesuaian latar pendidikan dengan bentuk tindakan yang akan dilakukan
C. pengalaman dalam melaksanakan PTK sebelumnya
D. Kemampuannya menjelaskan substansi tindakan kepada guru
10. Kemampuan siswa merupakan komponen sangat penting untuk
dipertimbangkan di dalam merencanakan tindakan PTK, karena…
A. data dalam PTK akan dianalis bersama sejumlah siswa
B. perencana dan pelaku utama dalam PTK adalah siswa
C. perbaikan pembelajaran bermuara pada kepentingan siswa
D. keberhasilan PTK sangat ditentukan oleh siswa
Rumus Perhitungan:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan Anda = X 100
10
6. 38
Skor 90 – 100, berarti sangat baik
Skor 80 – 89, berarti baik
Skor 70 – 79, berarti cukup baik
Skor 0 – 69, berarti kurang
Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang
bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda
dapat melanjutkan ke unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda
masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari
kembali sub unit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai
dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru
menjawabnya.
6. 39
DAFTAR PUSTAKA
6. 40
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
Tes Formatif 2
6. 41
2) C Hipotesis harus dapat uji kebenaran dan ketidakbenarannya.
3) B Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, hipotesis memiliki daya
yang besar untuk memajukan pengetahuan.
4) B Dalam PTK hipotesis diartikan sebagai tindakan yang diduga
dapat memecahkan masalah yang diteliti
5) D Hipotesis yang dirumuskan harus beranjak dari perumusan
masalah.
6) A Hasil-hasil kajian teori menjadi landasan di dalam perumusan
hipotesis
7) C Mengkaji kelayakan hipotesis tindakan mempunyai arti yang
sama denagn mengkaji kelayakan tindakan perbaikan.
8) B Yang diharuskan memahami metode pembelajaran adalah guru
9) A Keterampilan melaksanakan tindakan merupakan salah satu
indikator kemampuan guru melaksanakan PTK.
10) C Pelaksanaan PTK hakikatnya adalah untuk kepentingan
pembelajaran siswa.
6. 42
GLOSARIUM
Dokumen kelas adalah segala bentuk data yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas. Sebagian besar dokumen kelas berkaitan dengan data
tentang siswa di kelas tersebut.
Refleksi diri = bercermin diri, introspeksi diri, merenung aktivitas yang sudah
dilakukan diri untuk menemukan keadaan yang sebenarnya, terutama sekali
menemukan kelemahan atau kekurangan dari perilaku atau sesuatu yang
telah dilakukan.
6. 43