Вы находитесь на странице: 1из 2

BERHISAB SEBELUM MEMBUAT PERHITUNGAN

Oleh :H. Mas’oed Abidin

“Dan Kami telah jadikan malam dan siang dua tanda”. Detik
demi detik, berlanjut menjadi hari demi hari, siang dan malam menjadi
bukti kekuasaan Allah, bagi manusia yang senantiasa mau berpikir, bahwa
sejarah selalu berjalan meniti waktu. “Maka Kami hapuskan tanda
malam dan Kami jadikan tanda siang”, sebagai pertanda bahwa
pergantian sesuatu telah menjadi sunnatullah. Di samping itu, ada masa
gelap ada pula masa terang, dan akan datang pula masanya pergantian
waktu itu, hanya “Untuk mencari karunia dari Tuhanmu”. Semua
perderan waktu itu akan menjadi saksi hidup bagi sejarah perjalanan
manusia, “Dan supaya kamu ketahui bilangan tahun dan hisab
(perhitungan)”. Konsekwensinya, manusia wajib menghitung. Membaca
dan menghitung waktu yang telah dilalui dan dimanfaatkan untuk diri,
keluarga, masyarakat, bangsa, untuk kepentingan dunia usaha, keperluan
hidup di dunia, dan terakhir untuk persiapan akhiratnya., “Dan tiap-tiap
sesuatu kami jelaskan sejelas-jelasnya”. (QS.17:12).
Allah mengatur kehidupan tidak semata dalam soal-soal besar,
tetapi sampai kepada persoalan sekecil-kecilnya. Untuk itu, manusia
selalu diperintah untuk melakukan perhitungan, dalam istilah agama,
“Hasibuu anfusakum qabla an tuhasabuu”, artinya berhitunglah sebelum
dihitung. Di dalam Alquran disebutkan, “Dan tiap-tiap manusia kami
gantungkan catatan ‘amalannya dikuduknya”, berarti setiap gerak
gerik manusia, tidaklah terlepas dari tanggung jawab yang senantiasa
menjadi pikulan beban di kuduknya, tidak dapat dilepas dari
pertanggungan jawabnya, sebagai ditegaskan, “Dan Kami keluarkan
baginya di hari kiamat sesuatu kitab catatan yang akan
didapatinya dalam keadaan terbuka” (QS.17:13). Terbuka, boleh
dibaca, tidak ada yang tersembunyi, “Bacalah olehmu, cukuplah
dirimu sendiri pada hari ini menjadi penghitung atas dirimu”
(QS.17:14). Kepada sesama makhluk, mungkin seseorang dapat
menyembunyikan diri, namun kepada kedua malaikat yang mencatat
setiap perbuatan, perkataan, kelakuan, yang selalu berada dikiri kanan
kita, kita tidak bisa berahasia. Ketika semua itu diingat akan berdebar
jantung, berdenyut darah, bahwa “kitab terbuka” di hari kiamat. Masya
Allah.
Jalan menghindar hanya satu. Kerjakan yang baik, jangan dustai diri
dan bangsa. “Barang siapa yang mendapat petunjuk, maka
sesungguhnya itu, lain tidak adalah petunjuk untuk dirinya
1
sendiri”. Mengikut petunjuk Allah berarti membahagiakan diri sendiri.
Menjauhi perintah Allah berakibat menyiksa diri sendiri pula. “Dan
barang siapa yang sesat, sesungguhnya lain tidak adalah sesat
untuk dirinya pula”. Ajaran Agama menunjukkan manusia jalan yang
lurus, dengan selalu dibimbing hidayah petunjuk itu. “Dan tidaklah
menanggung seseorang penanggung atas tanggungan, orang
lain”.
Rasulullah SAW telah mengingatkan Fathimah binti Muhammad,
anak kandung beliau sendiri, agar berusahalah menebus dirinya dari
bahaya api neraka “Dan tidaklah Kami akan mengazab sehingga
Kami utus seorang Rasul”. (QS.17:15). Lantaran itu tidak ada Sunnah
Allah yang berlaku dengan aniaya.
Allah tidak menghukum seorang atau segolongan orang, karena
dendam, namun hanyalah karena manusia telah melampaui batas
perbuatan mereka. “Dan jika Kami hendak membinasakan sebuah
negeri, Kami perintahkan orang-orangnya yang mewah (para
elit), tetapi mereka berbuat fasiq padanya (berbuat kebodohan)”.
Keangkuhan dan kemewahan, dapat m,eruntuh sebuah negeri, ketika
yang kaya dan yang mewah berbuat fasik, bersilantas angan.
Seseorang yang memikul tanggung jawab terhadap orang banyak,
bangsa dan negara, diperintah untuk selalu menjaga amanah itu. Ketika
amanah telah dilalaikan, seketika terjadi perbuatan aniaya yang
membawa rakyat banyak kepada kehancuran, dan sudahlah pasti, hancur
pula negeri itu. Di saat jiwa tidak lagi terkendali oleh Iman, maka
perlakuan makshiyat akan menjadi-jadi, dan membuka lebar pintu
kedurhakaan. Di awali dari perbuatan fasiq, di mana lidah mengakui,
tetapi membantah dalam hati, dan tidak lagi sesuai kata dengan amalan.
Kata lidah berbuat ishlah, tetapi yang lahir dalam tindakan adalah
bencana. “Lantaran itu patutlah diturunkan keatas mereka azab,
maka Kami hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya”
(QS.17:16).
Bila kita mau belajar kepada sejarah, Allah mengingatkan kita
semua “Dan berapa banyak negeri yang telah kami hancurkan dari
sesudah Nuh. Dan cukuplah Tuhanmu terhadap hamba-hambanya,
Mengetahui dan Melihat” (QS.17:17). Marilah berhitung masak-
masak sebelum melakukan tindak perbuatan.

Padang, 25 Januari 2008

Вам также может понравиться