Вы находитесь на странице: 1из 4

SMA NEGERI 2 TABANAN,

Kembali Mengukir Prestasi Nasional dalam OIS’2009

Prestasi yang sangat membanggakan kembali diukir oleh Tim KIR Bisma dianjang
Olimpiade Ilmu-ilmu Sosial tingkat nasional (OIS’2009) yang diselenggarakan oleh Fisip-UI
Jakarta. Prestasi tersebut adalah untuk yang kedua kalinya dari dua kali keikutsertaannya dalam
lomba yang sama. Pada tahun 2007 Tim KIR Bisma di bawah asuhan Drs. I Wayan Sumertha,
M.Pd., berhasil mengantarkan Subagiarta dkk. (saat ini tercatat sebagai mahasiswa smt. III FK-
Unud Denpasar) meraih medali perak dalam mata lomba “Presentasi Analisis Masalah”
menyisihkan 29 duta dari provinsi lain di Indonesia. Di tahun 2009, Sukma Prativa, Ucha
Oktavia Sugiarti, dan Wida Septiyanti menjadi the best first winner of cultural perfoment.

“Prestasi tingkat nasional ini tidak dengan mudah diraih. Perlu kerja keras dan
pengorbanan serta dukungan dari semua pihak, baik sekolah, guru pembina, teman sejawat,
maupun keluarga,” demikian Sukma Prativa sebagai koordinator tim mengawali kesannya ketika
redaksi GM menemuinya di SMAN 2 Tabanan. Lomba ini diawali dengan mengirim hasil
penelitian yang berjudul “Persepsi Sekaa Teruna Cantika Dharma Desa Sudimara Kaja tentang
Upaya Mengantisipasi Ancaman Nilai Global terhadap Jati Diri Bangsa di Kalangan Generasi
Muda” ke Panitia OIS’2009. Berdasarkan hasil seleksi, karya tulis tersebut berhasil masuk 30
besar sebagai Finalis OIS’2009 dengan menyisihkan 537 peserta lainnya. Di dalam karya tulis
Tim KIR Bisma melakukan eksplorasi dan elaborasi tentang berbagai pandangan anggota Sekaa
Teruna prihal upaya-upaya yang dilakukan di kalangan generasi muda terkait usaha
mengantisipasi ancaman nilai global yang tidak dapat dihindari di era sekarang ini. Kesimpulan
yang berhasil dirumuskan dari kegiatan penelitian antara lain : 1) Sekaa Teruna sangat
menyadari bahwa mereka sebagai bagian generasi muda memiliki tanggung jawab yang sangat
besar dalam pembangunan bangsa terutama dalam melestarikan nilai-nilai budaya adi luhung
yang telah berurat berakar dalam kehidupan bangsa dan masyarakat. 2) untuk mempertahankan
jati diri bangsa berbagai kegiatan positif yang dilakukan oleh Sekaa Teruna, seperti ;
mengadakan bazaar, membentuk sanggar kesenian, mengikuti lomba-lomba, kegiatan spiritual
dalam wujud tirta yatra, gotong royong, dan aktivitas lainnya.

Berbagai kendala yang dihadapi oleh Tim KIR Bisma selama melaksanakan penelitian.
Mulai dari penetapan anggota tim definitif sampai dengan penyusunan laporan. Hal itu terjadi
karena peserta seleksi cukup banyak dan hampir seluruhnya memiliki kompetensi yang setara.
Sehingga, dalam kegiatan seleksi tersebut kepala sekolah menunjuk beberapa guru agar hasil
seleksi lebih transparan dan objektif. Dalam hal pelaksanaan penelitian terkendala dengan
pemahaman siswa tentang penelitian sosial masih sangat “gamang”, sehingga memerlukan kerja
keras dari tim pembina untuk mengarahkannya. “Memutar arah pola berfikir dari eksata menjadi
pola berfikir dimensi ilmu sosial memerlukan pendekatan dan strategi tertentu dengan alokasi
waktu yang relative singkat,” demikian dijelaskan oleh Drs. I Wayan Sumertha, M.Pd. selaku
koordinator Tim Pembina KIR. Penjelasan tersebut dibenarkan oleh Ucha dkk., “bahwa selama
ini kita yang jurusan IPA menganggap Ilmu Sosial itu sangat mudah, lebih banyak bersifat
hafalan, dan kurang menarik. Namun, setelah kita masuk dalam ruang implementasi ilmu sosial
ternyata ilmu pengetahuan sosial sangat menarik dan mengasyikan. Diperlukan beberapa
keterampilan praktis untuk memahaminya, seperti ; penguasaan konsep, analisa multidimensi,
dan menggugurkan pandangan bahwa IPS adalah ilmu menghafal.”

“Sungguh-sungguh pengalaman yang luar biasa dalam hidup kami mengikuti OIS’2009
ini,” demikian terlontar dari bibir manis tiga dara Sukma, Ucha, dan Wida. “Bagaimana tidak,
dalam OIS’2009 ini tidak hanya berkompetisi dalam mengadu kecerdasan (IQ) saja melalui tes-
tes akademik melulu, tetapi ada variasi kegiatan lain yang juga dilombakan. Selama mengikuti
OIS’2009, kami mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang seminar nasional yang
dibawakan oleh para pakar dari ICW, mengikuti konferensi pemuda, pelatihan publick speaking
dari TVONE, dan kontak antarbudaya dengan peserta lain dari seluruh provinsi di Indonesia. Di
samping itu, kunjungan ke lembaga tinggi negara yang selama ini sangat asing bagi kami yaitu
Mahkamah Konstitusi, kunjungan ke Seaworld, dan melihat pelestarian tanaman langka di
Taman Wisata Mekar Sari Bogor. Experience is the best teacher baru sekarang terbukti dan
maknanya dapat dipahami.”

Tema yang icon OIS’2009 adalah “Cerdas, Peduli, dan Kompetitif” merupakan tema
yang sangat tepat karena relevan dengan variasi kegiatan yang dicanangkan oleh Panitia. Dengan
mengikuti kegiatan OIS diharapkan melahirkan manusia-manusia yang cerdas yaitu memiliki
pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan di sekolah, masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Peduli, melalui kegiatan tersebut diharapkan melahirkan manusia-manusia yang
memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial dan lingkungan alamnya. Kompetitif, melalui
kegiatan tersebut diharapkan melahirkan manusia-manusia yang memiliki jiwa bersaing secara
sportif yang dilandasi dengan kejujuran, transparan, demokratis, dan objektivitas. Selanjutnya,
tema tersebut dijabarkan melalui operasional kegiatan yang dilaksanakan secara konsisten,
disiplin, dan sistem pelayanan yang sangat baik. Sejak hari pertama sampai terakhir jadwal acara
diatur dengan sangat padat sejak pukul 05.00-00 WIB. Semua peserta wajib mengikuti seluruh
rangkaian acara. Setiap delegasi didampingi oleh seorang LO yang selalu mengingat peserta
bangun pagi, mandi, makan, istirahat, dan berbagai bentuk layanan lainnya seperti mencarikan
obat, makanan kecil, dan informasi seputar kuliah di Universitas Indonesia. Para LO nampak
sangat profesional dan menjalani tugas dengan penuh dedikasi dan loyalitas tinggi. “Perlakuan
yang kami peroleh sangat istimewa dan ini sebagai pembelajaran bagi kami dalam
memperlakukan orang lain. Perfomen seperti itu sangat diperlukan dalam kehidupan di
masyarakat,” Sukma dkk memaparkan pengalamannya.

Seluruh peserta OIS’2009 mengikuti rangkaian acara yang telah ditetapkan dengan serius
dan gembira bercampur lelah. Sejak hari pertama seluruh delegasi dikarantina di Wisma milik
Denhankam yang berlokasi di daerah Lebak Bulus Jakarta Selatan. Malam harinya peserta
mengikuti technical meeting dan pengarahan dari panitia lomba. Acara berlangsung sampai
pukul 01.00 WIB. Pada hari kedua tanggal 5 Oktober 2009, acara pembukaan, seminar tentang
korupsi yang dibawakan oleh para pakar ICW, dan lomba analisis masalah dilaksanakan di
kampus UI Depok Jakarta Selatan. Malam harinya setelah istirahat makan peserta wajib
mengikuti talkshow film yang diakhiri dengan lomba critical review film.

Setelah berkutat dengan berbagai perlombaan yang menguras banyak tenaga dan fikiran,
di hari ketiga peserta diajak mengunjungi Mahkamah Konstitusi. Dalam kunjungan tersebut
seluruh peserta mendapat informasi tentang keberadaan Mahkamah Konstitusi, berwawancara
dengan hakim MK, dan buah tangan berupa buku-buku. Seaworld Taman Rekreasi Ancol
merupakan tempat kunjungan berikutnya. Berbagai hewan laut dari yang terkecil sampai yang
besar dapat dilihat di sana. Kepenatan selama lomba seakan terlupakan. Seluruh peserta dan
pembina berbaur melebur batas-batas primordialisme, baik ras, suku, agama, maupun daerah.
Potret miniatur integrasi nasional nampak melalui kegiatan tersebut. Pada malam harinya,
peserta diberikan pelatihan publick speaking di Wisma oleh salah seorang penyiar TVONE
sampai pukul 01.00 WIB.

Tak terasa kami di Jakarta sudah empat hari. Karena padatnya acara, hari demi hari lewat
begitu saja. Pukul 05.00 wib seluruh peserta harus mengikuti lomba Circle of Beat di lapangan
Wisma Dephankam. Lomba ini melatih kecerdasan, kecepatan, ketepatan, kreativitas, dan
kinestika. Hampir seluruh peserta kaget dengan mata lomba ini karena hanya beberapa peserta
saja yang telah pengalaman. Untung saja Tim KIR Bisma mendapat undian keempat sehingga
bisa belajar dari pengalaman peserta lain. “Jika saja undian pertama, apa yang kita dapat
perbuat? Pasti bingung,” begitu Wida sambil tertawa lebar menyela wawancara GM. Dalam
keadaan bersimbah peluh dan nampak wajah-wajah keletihan, seluruh peserta buru-buru mandi
karena ada acara selanjutnya berkunjung ke Taman Wisata Mekar Sari Bogor dan Outbond.
Untung saja hujan lebat turun sehingga outbond dibatalkan oleh panitia. Kesempatan itu
dipergunakan untuk belanja berbagai macam buah. Ada belimbing besar-besar, melon berbentuk
jantung dan kotak, berbagai minuman yang dibuat dari sari buah asli. Memang, Taman Wisata
Mekar Sari dikelola untuk melestarikan dan mengembangkan berbagai tanaman buah-buahan.

Hari kelima tanggal 8 Oktober 2009, seluruh peserta manampakan wajah-wajah serius.
Setelah acara Open House UI akan dilaksanakan lomba presentasi analisis masalah. Perfomen
tersebut tidak begitu nampak pada Tim KIR Bisma. Ketiga dara manis sangat menikmati
keindahan Kampus terbesar dan terlengkap di Indonesia. Dari fisik bangunan kampus,
perpustakaan, sampai dengan MCK-nya dengan fasilitas serba waah dan canggih. Para
mahasiswa di setiap tempat bisa akses internet gratis. Buku-buku di perpustakaan tertata rapi
dengan layanan ICT. Kantinnya bersih dan hubungan mahasiswa dengan dosen sangat akrab.
Sehabis santap siang, seluruh peserta mengikuti lomba presentasi analisis masalah. Tim Bisma
mendapat giliran tampil kedua di kelompok I. Presentasi berjalan lancar sesuai dengan persiapan.
Semua anggota tim optimis akan masuk grand final 5 peserta terbaik dari 30 delegasi. Namun,
harapan tersebut tidak tercapai karena nilai yang dikumpulkan hanya 41 poin. Sedangkan, tim
yang lolos masuk final nilainya berturut-turut 46, 45, 44, 43, 42, yaitu delegasi dari Samarinda,
Palembang, Bogor, Jogyakarta, Jawa Timur. Ada sedikit rasa kecewa terhadap penilaian dewan
juri. Di antara 5 besar yang masuk grand final, ada satu tim yang ketika presentasi mengalami
blank dalam penyampaian. Komputernya macet, penyampaian tersendat-sendat, dan melebihi
waktu yang ditetapkan. Ada dugaan dari seluruh peserta unsur subjektivitas bermain di
dalamnya. Mestinya, hal tersebut tidak perlu ada di anjang tingkat nasional. “Unsur sportivitas
dan objektivitas harus menjadi parameter dalam penilaian dalam perlombaan,” demikian
penegasan yang disampaikan oleh pembina dari Yogjakarta dan Denpasar.

Hari terakhir diisi dengan lomba grand final presentasi analisis masalah dan keluar
sebagai juara umum delegasi dari Samarinda. Malam harinya dilaksanakan lomba unjuk budaya
dari masing-masing provinsi. Tim KIR Bisma mendapat giliran paling buncit. Walaupun malam
telah larut, anggota tim masih tetap semangat. Tari pendet yang diawali dengan prolog oleh
pembina, mendapat perhatian dan sambutan yang luar biasa oleh seluruh peserta dan panitia.
Melalui perjuangan yang melelahkan dengan segala pengorbanan, akhirnya TIM KIR Bisma
hanya meraih satu gelar dari lima mata lomba yang diperlombakan, yaitu sebagai the first
winner of cultural performance. Suatu prestasi yang perlu dibanggakan oleh lembaga, jajaran
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tabanan, dan seluruh masyarakat
Tabanan. Prestasi yang dicapai oleh para siswa dan pembinanya sangat wajar diberikan reward
dan diapresiasi. Sudahkah …..??? @Blius. Redaksi GP.

Вам также может понравиться