Вы находитесь на странице: 1из 10

MAHABBAH

MAKALAH

Tugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Tafsir Sufi
Dosen Pengampu : Hasyim Muhammad, M. Ag.

Disusun oleh:
Ahmad Safi’I
Aryo Permadi

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
~ 1 ~
2010

MAHABBAH

I. Pendahuluan
‫المحبوب هواالمقصود والمعبود‬
“Yang di cinta adalah yang dimaksud (menjadi tujuan) dan yang di ‘abdi”.
Ungkapan diatas, merupakan unagkapan yang tidak tabu lagi ditelinga kita,
terutama bagi orang-orang yang menggeluti bidang sufi/tarekat.
Dalam al-qu’an menyebutkan istilalah mahabbah sebanyak 81 kali. Dalam
bidang kesufian mahabbah merupakan salah satu pokok sentral atau objek utama para
sufi.1 Hal itu terlihat dari bagaimana para ulama sufi, seperti al-Ghazali, menempatkan
mahabbah sebagai salah satu tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi.

II. Pokok Permasalahan


1. Pemaknaan Mahabbah;
2. Doktrin Mahabbah dan pengaruhnya;

III. Pembahasan
1. Pemaknaan Mahabbah
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äš ÏšGtš `ÏB Èbrߚ «!$# #Yš#yš Rr&
öNåktXqš
6Ïtäš Éb=ßsx. «!$# ( tûïɚ©9$#ur (#þqãZtB#uä
ššx©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur štštš tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øš Î)
tb÷rtštš z>#xšyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $Yèš ÏJy_ ¨br&ur
©!$# ߚšÏšx© É>#xšyèø9$# ÇÊÏÎÈ
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allahh; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allahh. adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allahh. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allahh semuanya, dan bahwa
Allahh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (al-
baqoroh:165)2

1 Muhammad Sholikhin, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi: Syaikh Abdul Qadir al-Jailani,
Yogyakarta: Mutiara Media, 2009, hlm. 375
2 Al-qur’anul karim (al-baqoroh: 165)
~ 2 ~
[106] yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang
yang menyembah selain Allahh.

Pada ayat diatas, Allahh memulai uraiannya dengan berfirman: “diantara


manusia ada orang-orang yang menyembah apa yang dianggap tandingan selain
Allahh, baik itu berupa berhala, bintang, manusia biasa yang telah tiada maupun
pemimpin-pemimpin mereka. Padahal tandingan-tandingan tersebut adalah
ciptaan-Nya. Maksud menyembah disini lebih khusus sebagai menyintainya, yakni
taat kepadanya serta bersedia berkorban untuknya, layaknya ia mencintai Allahh.3
Keadaan mereka berbeda dengan orang-orang yang beriman, adapun orang-
orang yang beriman cinta mereka kepada Allahh sangat kuat, yakni lebih mantab
dari pada kaum musyrikin terhadap tuhan-tuhan dan sembahan mereka. Ini
disebabkan cinta mereka kepada Allahh didasari tanpa rasa pamrih. Cinta mereka
lahir dari bukti-bukti yang mereka yakini serta pengetahuan tentang sifat-sifat-Nya
yang maha Indah.
Ataupun juga dapat pahami, kekuatan cinta orang beriman dibandingkan
dengan cinta orang musyrik, karena orang yang beriman dalam cinta (ingat)
kepada Allahh tidak terbatas waktu, namun cinta orang musyrik (cinta selain
Allahh) hanya ketika ia mengalami kesulitan dan ketika kesulitan itu teratasi maka
ia kembali lupa, seakan-akan mereka tak pernah lagi memohon kepada-Nya.4
Mahabbah merupakan kondisi yang mulia yang telah disaksian oleh Allahh,
melalui cinta itu bagi hamba, Dia telah mempermaklumkan cinta-Nya kepada si
hamba pula. Dan kerena-Nya Allahh di sifati sebagai yang mencintai hamba dan
hamba disifati sebagai yang mencintai Allahh.
Dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasul menjelaskan:
.‫ب ال تعالى لقاءه‬
ّ ‫ لم يح‬,‫ ومن لم يحب لقاء ال‬,‫ب ال لقاءه‬
ّ ‫ أح‬,‫ب لقاء ال‬
ّ ‫من اح‬
Artinya: barang siapa mencintai pertemuan dengan Allahh, maka Allahh pun
mencintai pertemuan dengan-Nya. Dan barang siapa tidak mencintai
pertemuan dengan Allahh, maka Allahh pun tidak mencintai pertemuan
dengannya” (HR. Bukhori).5
Sangat banyak ungkapan mengenai cinta (hub), diantara mereka ada yang
mengatakan dari segi bahasa, “cinta (hub) adalah nama baik bagi kemurnian cinta
3M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 1, Jakarta:
Lentera Hati, 2009, hlm. 449
4 Ibid. hlm., 449
5 Imam al-Qusyairy an-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah: induk ilmu tawasuf, Surabaya: Risalah
Gusti, 2000
~ 3 ~
kasih, sebab orang arab mengatakan tentang gigi yang paling putih dengan habab
al-asnaan.
Sebagian lagi mengatakan, al-hub merupakan gelembung-gelembung yang
terbentuk diatas permukaan air ketika hujan lebat. Jadi hub adalah
menggelembungkan hati ketika ia haus dan berputus asa untuk segera bertemu
dengan sang kekasih.
Dikatakan, “cinta bersumber dari kata yang mempunyai arti keteguhan dan
kemantapan”, ahabbal ba’iir untuk menggambarkan seekor unta yang berlutut dan
menolak untuk bangkit lagi. Seakan-akan sang pencinta (mihib) tidak akan
menggerakkan hatinya, jauh dari mengingat sang kekasih (mahbub).
Menurut abu yazid al-busthamy, cinta adalah membebaskan hal-hal sebesar
apapun yang dating dari dirimu, dan membesar-besarkan hal-hal kecil yang dating
dari kekasihmu.
Menurut al-Harits al-Muhasiby, cinta adalah kecenderunganmu terhadap
sesuatu dengan sepenuhnya, kemudian engkau mengutamakan padanya disbanding
dirimu, jiwamu dan harta bedamu, kemudian berada dalam keserasian dengannya,
baik secara lahir maupun batin, kemudian menginformasikan atas kekurangannmu
dalam mencintai-nya.

2. Doktrin Mahabbah dan pengaruhnya


a. Dasar Mahabbah
Menurut al-Ghazali, ada tiga hal yang mendasari tumbuhnya cinta:6
1) Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan
(ma’rifat) dan pengetahuan (idrak)
Manusia hanya akan mencintai sesuatu atau seseorang yang telah ia kenal.
Jika sesuatu atau seseorang telah dikenal dan diketahui dengan jelas, lantas
sesuatu itu menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan bagi dirinya, maka
akhirnya akan timbul rasa cinta. Jika sebaliknya, sesuatu atau seseorang itu
menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, maka tentu ia akan dibenci
oleh manusia.
2) Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan
pengetahuan
6http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/, rabu 8:27
~ 4 ~
Semakin intens pengenalan dan semakin dalam pengetahuan seseorang
terhadap suatu obyek, maka semakin besar peluang obyek itu untuk
dicintai. Selanjutnya, jika semakin besar kenikmatan dan kebahagiaan yang
diperoleh dari obyek yang dicintai, maka semakin besar pula cinta terhadap
obyek yang dicintai tersebut.
Kenikmatan dan kebahagiaan itu bisa dirasakan manusia melalui
pancaindranya. Kenikmatan dan kebahagiaan seperti ini juga dirasakan
oleh binatang. Namun ada lagi kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan
bukan melalui pancaindra, namun melalui mata hati. Kenikmatan rohaniah
seperti inilah yang jauh lebih kuat daripada kenikmatan lahiriah yang
dirasakan oleh pancaindra. Dalam konteks inilah, cinta terhadap Tuhan
terwujud.
3) Manusia tentu mencintai dirinya
Hal pertama yang dicintai oleh makhluk hidup adalah dirinya sendiri dan
eksistensi dirinya. Cinta kepada diri sendiri berarti kecenderungan jiwa
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menghindari hal-hal
yang bisa menghancurkan dan membinasakan kelangsungan hidupnya.
Selanjutnya al-Ghazali juga menguraikan lebih jauh tentang hal-hal yang
menyebabkan tumbuhnya cinta. Pada gilirannya, sebab-sebab tersebut akan
mengantarkan seseorang kepada cinta sejati, yaitu cinta kepada Tuhan
Yang Maha Mencintai. Sebab-sebab itu adalah sebagai berikut:
a) Cinta kepada diri sendiri, kekekalan, kesempurnaan,
dan keberlangsungan hidup.
Orang yang mengenal diri dan Tuhannya tentu ia pun mengenal bahwa
sesungguhnya ia tidak memiliki diri pribadinya. Eksistensi dan
kesempurnaan dirinya adalah tergantung kepada Tuhan yang
menciptakannya. Jika seseorang mencintai dirinya dan kelangsungan
hidupnya, kemudian menyadari bahwa diri dan hidupnya dihasilkan
oleh pihak lain, maka tak pelak ia pun akan mencintai pihak lain
tersebut. Saat ia mengenal bahwa pihak lain itu adalah Tuhan Yang
Maha Pencipta, maka cinta kepada Tuhan pun akan tumbuh. Semakin
dalam ia mengenal Tuhannya, maka semakin dalam pula cintanya
kepada Tuhan.
~ 5 ~
b) Cinta kepada orang yang berbuat baik
Hal ini merupakan watak alamiah manusia untuk menyukai kebaikan
dan membenci kejahatan. Namun pada dataran manusia, pada
hakikatnya kebaikan adalah sesuatu yang nisbi. Karena sesungguhnya,
setiap kebaikan yang dilaksanakan oleh seseorang hanyalah sekedar
menggerakkan motif tertentu, baik motif duniawi maupun motif
ukhrawi.
c) Mencintai diri orang yang berbuat baik meskipun
kebaikannya tidak dirasakan
Mencintai kebaikan juga merupakan watak dasar manusia. Seorang
penguasa yang baik dan adil, tentu akan disukai rakyatnya, meskipun si
rakyat jelata tidak pernah menerima langsung kebaikan sang penguasa.
Sebaiknya, seorang pejabat yang lalim dan korup, tentu akan dibenci
oleh rakyat, meski sang rakyat tidak mengalami langsung kelaliman dan
korupsi sang pejabat.
Hal ini pun pada gilirannya akan mengantar kepada cinta terhadap
Allahh. Karena bagaimanapun, hanya karena kebaikan Allahh tercipta
alam semesta ini. Meski seseorang mungkin tidak langsung
merasakannya, kebaikan Allahh yang menciptakan seluruh alam
semesta ini menunjukkan bahwa Allahh memang pantas untuk dicintai.
d) Cinta kepada setiap keindahan
Segala yang indah tentu disukai, baik yang bersifat lahiriah maupun
batiniah. Pada gilirannya, segala keindahan itu pun akan berujung pada
keindahan Tuhan yang sempurna. Namun keindahan Tuhan adalah
keindahan rohaniah yang hanya dapat dirasakan oleh mata hati dan
cahaya batin. Orang yang betul-betul menyadari betapa Tuhan Maha
Mengetahui, Maha Kuasa, dan segala sifat kesempurnaan melekat
dalam Zat-Nya, maka tak ayal ia pun akan menyadari betapa indahnya
Tuhan, sehingga sangat pantas Tuhan untuk dicintai.
e) Kesesuaian dan keserasian
Jika sesuatu menyerupai sesuatu yang lain, maka akan timbul
ketertarikan antara keduanya. Ketika dua orang sudah saling mengenal
dengan baik, maka tentu terdapat kesesuaian antara keduanya.
~ 6 ~
Berangkat dari kesesuaian dan keserasian inilah akhirnya muncul cinta.
Dalam konteks kesesuaian dan keserasian inilah, cinta kepada Tuhan
akan muncul. Meski demikian, kesesuaian yang dimaksud ini bukanlah
bersifat lahiriah seperti yang diuraikan di atas, namun kesesuaian
batiniah. Sebagian hal tentang kesesuaian batiniah ini merupakan
misteri dalam dunia tasawuf yang menurut al-Ghazali tidak boleh
diungkapkan secara terbuka. Sedangkan sebagian lagi boleh
diungkapkan, seperti bahwa seorang hamba boleh mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan meniru sifat-sifat Tuhan yang mulia, misalnya
ilmu, kebenaran, kebaikan, dan lain-lain.
b. Doktrin Mahabbah
dan Pengaruhnya
1. Makna Cinta di Kalangan Sufi.
Dalam tasawuf, konsep cinta (mahabbah) lebih dimaksudkan sebagai
bentuk cinta kepada Tuhan. Meski demikian, cinta kepada Tuhan juga
akan melahirkan bentuk kasih sayang kepada sesama, bahkan kepada
seluruh alam semesta.
Secara terminologis, sebagaimana dikatakan al-Ghazali, cinta adalah suatu
kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat. Apabila
kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan rindu.
Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk menghindari
sesuatu yang menyakiti. Apabila kecenderungan untuk menghindari itu
mendalam dan menguat, maka ia dinamakan dendam
2. Cinta Sejati adalah Cinta kepada Allahh.
Bagi al-Ghazali, orang yang mencintai selain Allahh, tapi cintanya tidak
disandarkan kepada Allahh, maka hal itu karena kebodohan dan kepicikan
orang tersebut dalam mengenal Allahh. Cinta kepada Rasulullah SAW,
misalnya, adalah sesuatu yang terpuji karena cinta tersebut merupakan
manifestasi cinta kepada Allahh. Hal itu karena Rasulullah adalah orang
yang dicintai Allahh. Dengan demikian, mencintai orang yang dicintai
oleh Allahh, berarti juga mencintai Allahh itu sendiri. Begitu pula semua
bentuk cinta yang ada. Semuanya berpulang kepada cinta terhadap Allahh.
Jika sudah dipahami dan disadari dengan baik lima sebab timbulnya cinta
~ 7 ~
yang telah diuraikan al-Ghazali sebelumnya, maka juga bisa disadari
bahwa hanya Allahh yang mampu mengumpulkan sekaligus kelima faktor
penyebab cinta tersebut. Kelima faktor penyebab tersebut terjadi pada diri
manusia hanyalah bersifat metaforis (majazi), dan bukanlah hakiki. Hanya
Allahh Yang Maha Sempurna. Ia tidak bergantung kepada apapun dan
siapa pun. Kesempurnaan itulah yang akan mengantarkan seseorang
kepada cinta sejati, yaitu cinta terhadap Allahh.
3. Mahabbah: antara Maqam dan Hal
Sebagaimana diketahui, dalam terminologi tasawuf ada istilah maqam
(tingkatan) dan hal (keadaan, kondisi kejiwaan). Menurut as-Sarraj ath-
Thusi dalam kitabnya al-Luma’, maqam merujuk kepada tingkatan
seorang hamba di depan Tuhan pada suatu tingkat yang ia ditempatkan di
dalamnya, berupa ibadah, mujahadah, riyadhah, dan keterputusan
(inqitha’) kepada Allahh. Sedangkan hal adalah apa yang terdapat di
dalam jiwa atau sesuatu keadaan yang ditempati oleh hati. Sementara
menurut al-Junaid, hal adalah suatu “tempat” yang berada di dalam jiwa
dan tidak statis.
Menurut al-Ghazali, cinta kepada Allahh (mahabbah) merupakan
tingkatan (maqam) puncak dari rangkaian tingkatan dalam tasawuf. Tak
ada lagi tingkatan setelah mahabbah selain hanya sekedar efek
sampingnya saja, seperti rindu (syauq), mesra (uns), rela (ridla), dan sifat-
sifat lain yang serupa. Di samping itu, tidak ada satu tingkatan pun
sebelum mahabbah selain hanya sekedar pendahuluan atau pengantar
menuju ke arah mahabbah, seperti taubat, sabar, zuhud, dan lain-lain.
Cinta sebagai maqam ini juga diamini oleh Ibn Arabi. Menurutnya, cinta
merupakan maqam ilahi.
Berbeda dengan al-Ghazali, menurut al-Qusyairi, mahabbah merupakan
termasuk hal. Bagi al-Qusyairi, cinta kepada Tuhan (mahabbah)
merupakan suatu keadaan yang mulia saat Tuhan bersaksi untuk sang
hamba atas keadaannya tersebut. Tuhan memberitahukan tentang cinta-
Nya kepada sang hamba. Dengan demikian, Tuhan disifati sebagai yang
mencintai sang hamba. Selanjutnya, sang hamba pun disifati sebagai yang
mencintai Tuhan.
~ 8 ~
4. Tingkatan Cinta
Dilihat dari segi orangnya, menurut Abu Nashr ath-Thusi, cinta kepada
Tuhan terbagi menjadi tiga macam cinta. Pertama, cinta orang-orang
awam. Cina seperti ini muncul karena kebaikan dan kasih sayang Tuhan
kepada mereka. Ciri-ciri cinta ini adalah ketulusan dan keteringatan (zikir)
yang terus-menerus. Karena jika orang mencintai sesuatu, maka ia pun
akan sering mengingat dan menyebutnya.
Kedua, cinta orang-orang yang shadiq dan mutahaqqiq. Cinta mereka ini
timbul karena penglihatan mata hati mereka terhadap kekayaan,
keagungan, kebesaran, pengetahuan dan kekuasaan Tuhan. Ciri-ciri cinta
ini adalah “terkoyaknya tabir” dan “tersingkapnya rahasia” Tuhan. Selain
itu, ciri lain adalah lenyapnya kehendak serta hilangnya semua sifat
(kemanusiaan dan keinginan duniawi).
Ketiga, cinta orang-orang shiddiq dan arif. Cinta macam ini timbul dari
penglihatan dan pengenalan mereka terhadap ke-qadim-an Cinta Tuhan
tanpa sebab (illat) apapun. Menurut Zunnun al-Mishri, sifat cinta ini
adalah terputusnya cinta dari hati dan tubuh sehingga cinta tidak lagi
bersemayam di dalamnya, namun yang bersemayam hanyalah segala
sesuatu dengan dan untuk Allahh. Sedangkan menurut Abu Ya’qub as-
Susi, cirinya alah berpaling dari cinta menuju kepada Yang Dicintai.
Sementara al-Junaid menambahkan bahwa ciri cinta macam ini adalah
meleburnya sifat-sifat Yang Dicintai kepada yang mencintai sebagai
pengganti sifat-sifatnya.7
Semenjak Rabi’ah al-Adawiyah mengungkapkan corak tasawuf melalui
puisi, prosa, atau dialognya, ajaran cinta ilahi (mahabbah) pun mulai menjadi tema
menarik di kalangan tasawuf. Gambaran tentang Tuhan pun tidak lagi begitu
menakutkan seperti sebelumnya. Tuhan seolah menjadi lebih dekat dan lebih
“manusiawi”.
Pada perkembangan tasawuf selanjutnya, mahabbah selalu menjadi tema
yang mendapat pembahasan secara khusus. Para sufi pun banyak yang membahas
lebih mendalam tentang tema ini dalam karya-karya mereka, seperti al-Hujwairi
dengan Kasyf al-Mahjub, ath-Thusi dengan al-Luma’, al-Qusyairi dengan ar-
7http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/, rabu 8:27
~ 9 ~
Risalah al-Qusyairiyyah, al-Ghazali dengan Ihya Ulumiddin, Ibnu Arabi dalam al-
Futuhat al-Makkiyah, dan lain-lain.
Pada bidang puisi, banyak para sufi yang juga sekaligus penyair yang
kemudian menyenandung cinta ilahi, seperti Abu Sa’id bin Abi al-Khair, al-Jilli,
Ibnu al-Faridh, Jalaluddin Rumi, dan lain-lain. Hingga sekarang, para penyair sufi
kontemporer masih banyak yang menyenandungkan puisi-puisi cinta ilahi, seperti
Syekh Fattah yang membentuk kelompok musik Debu yang kini ada di Indonesia.

IV. Kesimpulan
Mahabbah merupakan suatu rasa yang menjadi tujuan dan mejadi ‘abdi.
Mahabbah dimulai dari proses pengenalan (ma’rifat) dan terwujud dari pemupukan
dari saling mengetahui. Dari proses itulah terjadi keselarasan yang kemudian menjadi
cinta.
Sedangkan cinta menurut para ahli, terdapat banyak pengertian. Karena kita
tahu, cinta bukanlah bentuk objektif, akan tetapi bentuk subjektif dari pelaku. an cinta
sejati adalah cinta kepada Allahh, yang didasari atas ketiadaan pamrih.

V. Penutup
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya, baik dari segi
susunan maupun isinya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari anda
sekalian sebagai bahan pertimbangan kami dalam menyusun makalah kami di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/,
rabu 8:27
Imam al-Qusyairy an-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah: induk ilmu tawasuf, Surabaya:
Risalah Gusti, 2000
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 1, Jakarta: Lentera Hati, 2009
Muhammad Sholikhin, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi: Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani, Yogyakarta: Mutiara Media, 2009

~ 10 ~

Вам также может понравиться

  • Tasawuf
    Tasawuf
    Документ8 страниц
    Tasawuf
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Tasawuf Blog
    Tasawuf Blog
    Документ2 страницы
    Tasawuf Blog
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Umum Kesehatan Mental
    Tinjauan Umum Kesehatan Mental
    Документ19 страниц
    Tinjauan Umum Kesehatan Mental
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Reproduksi
    Reproduksi
    Документ12 страниц
    Reproduksi
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • P Keluaraga
    P Keluaraga
    Документ22 страницы
    P Keluaraga
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • BIMKONSELING
    BIMKONSELING
    Документ21 страница
    BIMKONSELING
    Fajar Hilmi
    Оценок пока нет
  • Pendidikan Seks Bagi Remaja
    Pendidikan Seks Bagi Remaja
    Документ20 страниц
    Pendidikan Seks Bagi Remaja
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Uu MakanN Dan Obat
    Uu MakanN Dan Obat
    Документ6 страниц
    Uu MakanN Dan Obat
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Retardasi Mental
    Retardasi Mental
    Документ14 страниц
    Retardasi Mental
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Peran Kelg DLM Kesh Mental
    Peran Kelg DLM Kesh Mental
    Документ25 страниц
    Peran Kelg DLM Kesh Mental
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Pembentukan Akrilamida
    Pembentukan Akrilamida
    Документ10 страниц
    Pembentukan Akrilamida
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Lingk &amp Kesh. Mental
    Lingk &amp Kesh. Mental
    Документ8 страниц
    Lingk &amp Kesh. Mental
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Penyakit Organisasi
    Penyakit Organisasi
    Документ8 страниц
    Penyakit Organisasi
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Pen Kespro..
    Pen Kespro..
    Документ5 страниц
    Pen Kespro..
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Peng Antr01 Korelasi Antropologi Dan Ilmu Lain
    Peng Antr01 Korelasi Antropologi Dan Ilmu Lain
    Документ17 страниц
    Peng Antr01 Korelasi Antropologi Dan Ilmu Lain
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Kul 19082009102150
    Kul 19082009102150
    Документ8 страниц
    Kul 19082009102150
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Kul 19082009094624
    Kul 19082009094624
    Документ12 страниц
    Kul 19082009094624
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Kul 19082009103329
    Kul 19082009103329
    Документ20 страниц
    Kul 19082009103329
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Kul 19082009101228
    Kul 19082009101228
    Документ12 страниц
    Kul 19082009101228
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Health Belief Model Dalam Kesehatan Mental
    Health Belief Model Dalam Kesehatan Mental
    Документ14 страниц
    Health Belief Model Dalam Kesehatan Mental
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Holistik Manusia 2
    Holistik Manusia 2
    Документ7 страниц
    Holistik Manusia 2
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Karen Horney
    Karen Horney
    Документ15 страниц
    Karen Horney
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • GENDERDANKESEHATANMENTAL
    GENDERDANKESEHATANMENTAL
    Документ29 страниц
    GENDERDANKESEHATANMENTAL
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • K11 Psikopatologi
    K11 Psikopatologi
    Документ17 страниц
    K11 Psikopatologi
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Penyakit Menular
    Penyakit Menular
    Документ12 страниц
    Penyakit Menular
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Penyakit Tidak Menular
    Penyakit Tidak Menular
    Документ17 страниц
    Penyakit Tidak Menular
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • Gangguan Metabolisme
    Gangguan Metabolisme
    Документ25 страниц
    Gangguan Metabolisme
    s4f11sn
    100% (3)
  • Filosofi Kep. Anak 1
    Filosofi Kep. Anak 1
    Документ10 страниц
    Filosofi Kep. Anak 1
    s4f11sn
    Оценок пока нет
  • AKUPUNTUR PENYEMBUHAN
    AKUPUNTUR PENYEMBUHAN
    Документ59 страниц
    AKUPUNTUR PENYEMBUHAN
    Ria Anggani
    Оценок пока нет
  • Anatomi Manusia
    Anatomi Manusia
    Документ27 страниц
    Anatomi Manusia
    s4f11sn
    Оценок пока нет