Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Disusun oleh:
Ahmad Safi’I
Aryo Permadi
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
~ 1 ~
2010
MAHABBAH
I. Pendahuluan
المحبوب هواالمقصود والمعبود
“Yang di cinta adalah yang dimaksud (menjadi tujuan) dan yang di ‘abdi”.
Ungkapan diatas, merupakan unagkapan yang tidak tabu lagi ditelinga kita,
terutama bagi orang-orang yang menggeluti bidang sufi/tarekat.
Dalam al-qu’an menyebutkan istilalah mahabbah sebanyak 81 kali. Dalam
bidang kesufian mahabbah merupakan salah satu pokok sentral atau objek utama para
sufi.1 Hal itu terlihat dari bagaimana para ulama sufi, seperti al-Ghazali, menempatkan
mahabbah sebagai salah satu tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi.
III. Pembahasan
1. Pemaknaan Mahabbah
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ä ÏGt `ÏB Èbrß «!$# #Y#y Rr&
öNåktXq
6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä
x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur tt tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß ø Î)
tb÷rtt z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $Yè ÏJy_ ¨br&ur
©!$# ßÏx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allahh; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allahh. adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allahh. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allahh semuanya, dan bahwa
Allahh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (al-
baqoroh:165)2
1 Muhammad Sholikhin, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi: Syaikh Abdul Qadir al-Jailani,
Yogyakarta: Mutiara Media, 2009, hlm. 375
2 Al-qur’anul karim (al-baqoroh: 165)
~ 2 ~
[106] yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang
yang menyembah selain Allahh.
IV. Kesimpulan
Mahabbah merupakan suatu rasa yang menjadi tujuan dan mejadi ‘abdi.
Mahabbah dimulai dari proses pengenalan (ma’rifat) dan terwujud dari pemupukan
dari saling mengetahui. Dari proses itulah terjadi keselarasan yang kemudian menjadi
cinta.
Sedangkan cinta menurut para ahli, terdapat banyak pengertian. Karena kita
tahu, cinta bukanlah bentuk objektif, akan tetapi bentuk subjektif dari pelaku. an cinta
sejati adalah cinta kepada Allahh, yang didasari atas ketiadaan pamrih.
V. Penutup
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya, baik dari segi
susunan maupun isinya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari anda
sekalian sebagai bahan pertimbangan kami dalam menyusun makalah kami di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/,
rabu 8:27
Imam al-Qusyairy an-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah: induk ilmu tawasuf, Surabaya:
Risalah Gusti, 2000
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 1, Jakarta: Lentera Hati, 2009
Muhammad Sholikhin, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi: Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani, Yogyakarta: Mutiara Media, 2009
~ 10 ~