Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB III

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Penyelenggaraan pemerintahan di daerah pada hakekatnya merupakan bagian dari


penyelenggaraan pemerintahan negara. Demikian pula halnya dengan pengelolaan keuangan
di daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara karena pada dasarnya
pengelolaan keuangan daerah adalah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan
negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk
mendukung tercapainya pengelolaan keuangan yang sinergis dan terintegrasi antara pusat dan
daerah telah diterbitkan paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan yaitu:
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
Sejalan dengan pelaksanaan reformasi di bidang keuangan telah disusun beberapa
peraturan pemerintah dan peraturan menteri sebagai pedoman pelaksanaan yang terkait
dengan pengelolaan keuangan di daerah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti PP 105 tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, telah
ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 08 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 05 Tahun 2007
tentang Penatausahaan Keuangan Daerah. Dengan adanya perubahan dalam pengelolaan
keuangan daerah yang dilaksanakan mulai tahun anggaran 2007, maka struktur APBD yang
semula dikelompokan dalam Belanja Aparatur dan Belanja Pelayanan Publik diubah menjadi
Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 58


Dengan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja terkandung maksud bahwa setiap
penyelengara negara/pemerintahan berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses
dan penggunaan sumber daya. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan atau input yang digunakan
tidak secara langsung dapat diukur dengan outputnya sedangkan belanja langsung adalah
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
yaitu input yang digunakan berkaitan dengan output yang dihasilkan. APBD merupakan
instrumen yang mengatur mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan didaerah.

Secara umum kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara tertib, taat
pada peraturan perundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, bertanggungjawab,
dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Secara tertib adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tepat waktu
dan tepat guna yang didukung dengan bukti administrasi yang dapat
dipertangungjawabkan.

2. Taat pada peraturan perundangan adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus
berpedoman pada peraturan perundangan.

3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan
dengan membandingkan keluaran dan hasil.

4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu


atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

5. Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas tertentu pada tingkat harga
yang terendah.

6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat


untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.

7. Bertanggungjawab adalah merupakan perwujudan kewajiban untuk


mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan.

8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaan dan/atau


keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasrkan pertimbangan obyektif.

9. Kepatutan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan secara wajar dan proporsional.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 59


10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat sejalan dengan adanya kebijakan desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, penyusunan kebijakan umum pengelolaan keuangan
daerah diarahkan untuk dapat mendukung program-program yang berkaitan dengan upaya
pencapaian visi dan misi penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana telah ditetapkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2005-2010.
Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sebagai penjabaran dari
pelaksanan RPJMD setiap tahun sebagaimana ketentuan dalam pasal 81 dan 82 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan
APBD terlebih dahulu disusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah. Berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun,
Kepala Daerah menyusun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Rancangan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk dibahas bersama DPRD menjadi
Kesepakatan KUA dan PPAS yang menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APBD.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sesuai dengan tema Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2008 adalah “Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran
Melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar Serta Penguatan Ekonomi Masyarakat”. Tema tersebut
kemudian dijabarkan kedalam 7 prioritas pembangunan daerah, yaitu : (1) pengurangan angka
kemiskinan; (2) peningkatan kesempatan kerja dan investasi; (3) penguatan pembangunan
perdesaan dan ekonomi masyarakat; (4) peningkatan akses serta kualitas pelayanan
pendidikan dan kesehatan; (5) pemantapan reformasi birokrasi; (6) pemanfaatan dan
peningkatan pengelolaan sumber daya alam (SDA) serta pembangunan infrastruktur; (7)
peningkatan pembangunan wilayah tertinggal.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran
2008 disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2008 sesuai dengan
Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 903/2041 dan Nomor 23/KPTS/2007 serta
Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Nomor 903/1352 dan Nomor
10/KPTS/2008. Kebijakan Umum APBD memuat kebijakan pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian
yang diharapkan pada setiap bidang kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 60


dalam satu tahun anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran
2008 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 dengan Pendapatan Daerah
sebesar Rp. 650.655.344.555,00 Belanja Daerah Rp. 688.458.132.979,08 dan Pembiayaan
Daerah sebesar Rp. 37.802.788.424,08 dan telah diadakan perubahan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 15 Tahun 2008 tentang Perubahan APBD
Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2008, dengan rencana Pendapatan Daerah menjadi
Rp. 680.113.125.788,00 atau bertambah Rp. 29.457.781.233,00 dan Belanja Daerah
menjadi Rp. 749.140.542.279,58 atau bertambah Rp. 60.682.409.300,50 serta Pembiayaan
Daerah menjadi Rp. 69.027.416.491,58 atau bertambah sebesar Rp. 33.224.628.067,50.

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah


Sumber pemasukan APBD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2008 sebagian besar
diperoleh dari bagian dana perimbangan dari keseluruhan pendapatan daerah, sedangkan
pendapatan daerah yang berasal dari PAD yaitu pajak daerah, retribusi, bagian laba
BUMD serta pendapatan lainnya hanya mampu memberikan kontribusi yang kecil. Salah
satu kebijakan pemerintah pusat yang akan berpengaruh pada besaran dana perimbangan
yang diperoleh Kabupaten Gunungkidul adalah metode perhitungan Dana Alokasi Umum
(DAU) secara murni yang akan diterapkan untuk penghitungan penetapan alokasi DAU
Tahun Anggaran 2008 dengan menghilangkan alokasi untuk dana kontingensi, hilangnya
komponen lumpsum dan mekanisme hold harmless dengan harapan alokasi DAU tersebut
nantinya dapat mengatasi ketimpangan kemampuan fiskal antar daerah dan supaya terjadi
transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyaluran dan penggunaan DAU.
Dalam rangka pengelolaan pendapatan daerah diperlukan kebijakan untuk
mengoptimalkan semua sumber penerimaan pendapatan dalam Tahun Anggaran 2008
yang terdiri atas penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), penerimaan Dana
Perimbangan dan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan asli
daerah berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
1. Kebijakan Pendapatan Daerah
Dengan adanya ketergantungan terhadap dana perimbangan dan mengurangi
kesenjangan fiskal, maka kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah adalah
dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah,
menggali potensi bantuan keuangan dari pemerintah provinsi maupun sumber-sumber
lain dari pemerintah pusat selain yang bersumber dari DAU dan DAK.

Dalam rangka peningkatan pendapatan daerah Tahun Anggaran 2008,


Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menempuh beberapa upaya :

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 61


a. Ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan asli daerah;
b. Pengkajian dan penyesuaian regulasi (regulation impact assesment) yang terkait
dengan bidang-bidang investasi yang potensial dan mampu meningkatkan
pendapatan daerah. Beberapa regulasi yang akan dilakukan penyesuaian antara
lain raperda pajak reklame, raperda perijinan reklame, raperda ijin gangguan, serta
peraturan daerah lainnya yang sudah tidak sesuai dengan kondisi pada saat ini;

c. Penyederhanaan dan modernisasi sistem dan prosedur administrasi pemungutan


pajak dan retribusi daerah;

d. Kemudahan pelayanan perizinan di seluruh tingkatan dan semua bidang perizinan,


selain prosedur juga dilakukan dengan percepatan proses pelayanan serta
dilakukan jemput bola untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat;
e. Mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset daerah yang menganggur ( idlle assets )
atau aset yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah antara lain melalui penyusunan raperda pengelolaan aset
daerah;
f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi sumber-sumber dana pembangunan
yang berasal dari pemerintah pusat melalui departemen teknis yang akan diberikan
kepada daerah baik melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan karena terkait
dengan sharing pembiayaan, serta;
g. Peningkatan kualitas aparat yang mengelola pendapatan asli daerah dan
peningkatan sarana dan prasarana pemungutan pajak dan retribusi daerah.
Peningkatan kualitas dilaksanakan dengan pembinaan serta pelatihan terhadap
peraturan perundangan;
h. Peningkatan pengawasan dan pengendalian pemungutan pajak dan retribusi daerah
agar tepat waktu dan tepat jumlah. Hal ini dilaksanakan melalui pengawasan
melekat, rotasi petugas pemungut, serta penertiban administrasi.
2. Target dan Realisasi Pendapatan
Berdasarkan hasil perhitungan sebelum dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), target dan realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pendapatan Daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2008 setelah perubahan APBD
sebesar Rp. 680.113.125.788,00 dengan realisasi sebesar Rp. 688.258.856.594,74
atau 101,20 %, terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah
Target Pendapatan Asli Daerah Rp. 28.235.053.200,00 realisasinya mencapai

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 62


Rp. 33.052.652.583,72 atau 117,06%.
Adapun rincian Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :
1) Pajak Daerah.
Target Rp. 4.915.950.000,00 realisasi Rp. 5.489.806.439,00 atau 111,67 %.
Rincian target dan realisasi pendapatan dari pajak daerah tahun 2008 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1.
Rincian Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Tahun 2008

No Jenis Pajak Daerah Target Realisasi Prosentase


1 Pajak Hotel 8.750.000 11.190.000 127,89 %
2 Pajak Restoran dan 38.700.000 46.608.650 120,44 %
Warung Makan
3 Pajak Hiburan 8.500.000 13.863.000 163,09 %
4 Pajak Reklame 230.000.000 293.534.650 127,62 %
5 Pajak Penerangan jalan 4.300.000.000 4.650.749.120 108,16 %
6 Pajak Pengambilan dan 330.000.000 473.861.019 143,59 %
Pengolahan Bahan Galian
Gol. C
JUMLAH 4.915.950.000 5.489.806.439 111.67 %

2) Retribusi Daerah
Target Rp. 15.852.010.200,00 realisasi Rp. 17.270.848.448,00 atau 108,95 %.
Rincian target dan realisasi pendapatan dari retribusi daerah tahun 2008 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2.
Rincian Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2008
Prosentase
No Jenis Retribusi Daerah Target Realisasi
(%)
1 Retribusi Pelayanan 10.388.400.000 11.247.102.814 108,27
Kesehatan
2 Retribusi Pelayanan 121.180.000 132.763.400 109,56
Persampahan/ Kebersihan
3 Retribusi Penggantian 399.760.000 595.761.000 149,03
Biaya Cetak KTP, KK
dan Akta Catatan Sipil
4 Retribusi Parkir di Tepi 86.110.000 90.519.000 105,12
Jalan Umum
5 Retribusi Pelayanan Pasar 1.411.333.200 1.421.081.850 100,69

6 Retribusi Pengujian 122.344.000 134.999.500 110,34


Kendaraan Bermotor
7 Retribusi Pemeriksaan 24.409.000 33.097.200 135,59
Kesehatan Ternak di
Pasar Hewan
8 Retribusi Pemakaian 181.992.500 195.735.150 107,55
Kekayaan Daerah

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 63


Prosentase
No Jenis Retribusi Daerah Target Realisasi
(%)
9 Retribusi Jasa Usaha 500.000.000 392.858.990 78,57
Tempat Pelelangan Ikan
10 Retribusi Jasa Usaha 85.000.000 88.573.000 104,20
Terminal
11 Retribusi Jasa Usaha 278.536.000 289.971.000 104,11
Tempat Khusus Parkir
12 Retribusi Jasa Usaha 34.002.000 34.950.000 102,79
Tempat Penginapan/
Pesanggrahan, Villa
13 Retribusi Jasa Usaha 7.935.000 9.663.000 121,78
Rumah Potong Hewan
14 Retribusi Jasa Usaha 988.448.000 1.288.346.110 130,34
Tempat Rekreasi dan
Olah Raga
15 Retribusi Jasa Usaha 421.750.000 396.915.000 94,11
Penjualan Produksi Usaha
Daerah
16 Retribusi IMB 105.000.000 143.861.950 137,01

17 Retribusi Ijin HO 100.000.000 153.957.000 153,96

18 Retribusi Ijin Trayek 63.410.500 81.958.500 129,25

19 Retribusi Ijin Usaha Jasa 6.000.000 11.275.000 187,92


Konstruksi
20 Retribusi Ijin Usaha 2.550.000 2.225.000 87,25
Pariwisata
21 Retribusi Pengukuran dan 500.000.000 494.808.984 98 ,96
Pengujian Hasil Hutan
22 Retribusi Wajib Daftar 10.000.000 15.840.000 158,40
Perusahaan
23 Retribusi Surat Ijin Usaha 10.000.000 10.545.000 105,45
Perdagangan
24 Retribusi Ijin Usaha 3.000.000 3.200.000 106,67
Industri
25 Retribusi Ijin Usaha 850.000 840.000 98,82
Pertambangan dan Bahan
Galian

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.


Target Rp. 2.680.000.000,00 realisasi Rp. 2.709.220.759,13 atau 101,09 %
yang terdiri dari :
Bagian Laba atas penyertaan modal pada Lembaga Keuangan Bank:
a. Bank BPD DIY target Rp.
2.400.000.000,00 realisasi
Rp. 2.397.642.976,04 atau 99,90 %. Hal
ini disebabkan meningkatnya prosentase
share saham Pemerintah Kabupaten

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 64


Gunungkidul di Bank BPD dibanding
daerah lain / kabupaten dan kota.
b. PD. Bank Pasar Wonosari target Rp.
280.000.000,00 realisasi
Rp. 311.577.783,09 atau 111,28 %.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.


Target Rp. 4.787.093.000,00 realisasi Rp. 7.582.776.937,59 atau 158,40 %

b. Dana Perimbangan
Target penerimaan Rp. 588.050.700.088,00 realisasi mencapai
Rp. 591.432.826.474,77 atau 100,58 % yang terdiri dari :
1) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak target Rp.
22.422.520.868,00 realisasi Rp. 25.989.138.193,77 atau 115,91 %.
2) Dana Bagi Hasil Pajak Sumber Daya Alam target Rp. 353.429.220,-
realisasi Rp. 168.940.281 atau 47,80% %.
3) Dana Alokasi Umum target Rp. 504.395.750.000,00 realisasi
Rp. 504.395.748.000,00 atau 100,00 % atau 100,00 %
4) Dana Alokasi Khusus target Rp. 60.879.000.000,00 realisasi
Rp. 60.879.000.000,00 atau 100,00 %

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Target Rp. 63.827.372.500,00 realisasi mencapai Rp. 63.773.377.536,25 atau
99,92 % berasal dari :
1) Bagi Hasil Pajak dari Propinsi DIY dari target Rp. 23.103.074.100,00
realisasi Rp. 23.103.074.100,00 atau 100,00 %.
2) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus kenaikan tunjangan
fungsional kependidikan dari target Rp.5.618.517.400,00 realisasi
Rp. 5.618.516.398,00 atau 100,00 %
3) Bantuan Keuangan Dari Propinsi / Pemda lainnya target Rp.
17.081.600.000,00 realisasi Rp. 17.027.600.000,00 atau 99,68 %
4) Pendapatan Hibah target Rp. 18.024.181.000,00 realisasi Rp.
18.024.187.038,25 atau 100,00 %

3. Permasalahan dan Solusi


Secara umum penerimaan daerah pada TA 2008 tidak banyak permasalahan.
Dari sisi PAD, Dana Perimbangan, maupun Lain-lain Pendapatan yang sah

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 65


penerimaannya melebihi target. Untuk Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
penerimaannya cukup besar terutama berasal dari bantuan keuangan dari Pemerintah
Propinsi DIY yang diperuntukan untuk pembangunan terminal angkutan tipe A
dan perbaikan infrastruktur jalan Rp. 5.000.000.000,00 bantuan keuangan untuk
pemberdayaan masyarakat desa sebesar Rp. 7.200.000.000,00 serta bantuan insentif
bagi GTT/PTT/GTY/PTYdan Madrasah sebesar Rp. 4.827.600.000,00.
Walaupun bantuan ini sifatnya tidak terus menerus namun akan diupayakan untuk
masa yang akan datang dapat memperoleh bantuan serupa sejalan dengan kebijakan
keuangan pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari sisi PAD masih terdapat peraturan daerah tentang pajak daerah maupun
retribusi daerah yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini baik dari sisi aturan
maupun tarif yang ditetapkan dan secara bertahap sedang dalam perbaikan dan
penyesuaian. Terhadap isu yang berkembang tentang besarnya kebocoran pemungutan
PAD yang terjadi telah diupayakan melalui peningkatan pengawasan dan
pengendalian, perbaikan sistim serta pembinaan personil.

B. Pengelolaan Belanja Daerah


Belanja daerah harus dikelola secara efisien, efektif, dan ekonomis agar
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan
urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu belanja daerah
yang dilaksanakan dalam bentuk program dan kegiatan di setiap SKPD hendaknya lebih
diarahkan guna peningkatan pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

1. Kebijakan Belanja Daerah


Pada Tahun Anggaran 2008 kebijakan belanja daerah secara umum diarahkan
seoptimal mungkin dapat mendukung tema dan prioritas pembangunan daerah yang
dirinci kedalam sebagai bidang urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib
maupun urusan pilihan sebagai bentuk penyelenggaraan desentralisasi kewenangan
yang digunakan untuk memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, fasilitas umum
yang layak, dan pengembangan sistem jaminan sosial.
Secara umum belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi
kerja/kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan
sesuai dengan tolok ukur kinerja dan terget kinerja yang bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta mengoptimalkan efektivitas

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 66


dan efisiensi penggunaan anggaran pemerintah daerah.
Strategi yang dilaksanakan dalam belanja adalah :
a. Belanja disertai tolok ukur dan target kinerja yang jelas untuk setiap indikator
kinerja pada bidang urusan wajib dan pilihan.
b. Belanja dititikberatkan pada upaya-upaya pencapaian tema dan prioritas
pembangunan tahun 2008.
c. Belanja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa
publik dan seoptimal mungkin dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
d. Alokasi belanja diupayakan dapat mendorong dan memberikan stimulasi pada
masyarakat dan swasta untuk berperan serta dalam pembangunan.
Berdasarkan pada SKPD, kebijakan belanja dibedakan antara Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Untuk seluruh SKPD, belanja tidak langsung hanya dipergunakan untuk belanja
pegawai berupa gaji dan tunjangan sedangkan pelaksanaan program dan kegiatan
dianggarkan dari belanja langsung. Selain belanja pegawai (gaji) yang merupakan
belanja tidak langsung, SKPKD juga mengelola belanja bunga, belanja subsidi,
belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
Disamping itu SKPKD juga melaksanakan pembiayaan daerah baik penerimaan
pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan.
Dalam hal belanja langsung di tahun 2008, kebijakan belanja daerah diarahkan
untuk mewujudkan kesinambungan anggaran dengan tetap mempertimbangkan upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro
employment), dan menurunkan kemiskinan (pro poor).

2. Target dan Realisasi Belanja


Berdasarkan hasil perhitungan sebelum dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), target dan realisasi Belanja Daerah Tahun 2008 dapat diuraikan
sebagai berikut :
Target anggaran belanja daerah tahun 2008 sebesar Rp. 749.140.542.279,58
realisasi sebesar Rp. 717.302.227.232,29 atau 95,75 %.
Rincian target dan realisasi belanja dapat kami sampaikan sebagai berikut:
a. Belanja Tidak Langsung anggaran Rp. 452.399.289.773,58 realisasi sebesar
Rp. 449.231.540.715,29 atau 99,30 % yang terdiri dari:
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp 370.908.893.482,58 realisasi
Rp. 373.432.393.453,75 atau 100,68 %.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 67


2) Biaya Bunga dari anggaran Rp. 77.000.000,00 Realisasi Rp. 68.323.836,54
atau 88,73 %.
3) Belanja Hibah dari anggaran Rp. 415.000.000,00 realisasi Rp.
415.000.000,00 atau 100 %
4) Belanja Bantuan Sosial dari anggaran Rp. 29.531.335.000,00 realisasi
Rp. 28.033.971.500,00 atau 94,03 %
5) Belanja Bagi hasil Kepada Pemerintah Desa dari anggaran
Rp. 2.930.785.520,00 realisasi Rp. 2.930.784.000,00. atau 100,00 %.
6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa dari anggaran
Rp. 42.242.850.000,00 realisasi Rp. 40.886.684.300,00. atau 96,79 %.
7) Belanja Tidak Terduga dari anggaran Rp. 6.293.425.771,00 realisasi sebesar
Rp. 3.464.383.625,00 atau 55,05 %.

b. Belanja Langsung dari anggaran Rp. 296.741.252.506,00 realisasinya


Rp. 268.070.686.517,00 atau 90,34 % terdiri dari :
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp 50.041.517.400,00 realisasi
Rp. 43.627.917.395,00 atau 87,18 %
2) Belanja Barang dan Jasa dari anggaran Rp. 102.227.970.530,00 Realisasi
Rp. 86.664.164.344,00 atau 84,78 %
3) Belanja Modal dari anggaran Rp. 144.471.764.576,00 realisasi
Rp. 137.778.604.778,00 atau 95,37 %

3. Permasalahan dan Solusi


Permasalahan utama yang muncul dalam penyusunan anggaran maupun
pelaksanaan belanja daerah adalah terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk
mendanai pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan hasil yang diinginkan dan
atau target yang akan dicapai. Sebagian besar penerimaan daerah berasal dari dana
perimbangan sehingga pendanaan program tergantung pada besarnya dana
perimbangan yang diterima dikurangi dengan belanja pegawai (gaji).
Dengan adanya ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang
Desa dimana 10 % dari DAU yang diterima dikurangi gaji diberikan sebagai bantuan
keuangan dari Pemerintah Kabupaten kepada pemerintah desa maka kemampuan
keuangan untuk mendanai program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam RKPD
menjadi berkurang. Belum efektif dan efisien serta ekonomisnya anggaran yang
digunakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan mengurangi peluang pelaksanaan
kegiatan secara efektif.
Untuk menjawab permasalahan diatas selain dengan peninjauan terhadap perangkaan
harga satuan dalam Standarisasi Harga Barang dan Jasa, Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dalam Tahun Anggaran 2007 dan 2008 menyusun Analisa Standar

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 68


Belanja yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi anggaran.
Selain hal diatas dalam rangka transparansi dan akuntabilitas anggaran program dan
kegiatan yang telah dilaksanakan dilakukan evaluasi tingkat keberhasilan dan manfaat
yang dihasilkan, sehingga pelaksanaan yang akan datang diharapkan lebih baik. Serta
yang tidak kalah pentingnya adalah adanya upaya peningkatan pengetahuan
pengelolaan keuangan daerah melalui pelatihan bagi perangkat desa.

C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah


1. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan yang jumlahnya harus dapat menutup defisit anggaran. Penerimaan
pembiayaan berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumya
(SilPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan
piutang daerah, dan penerimaan kembali penyertaan modal (investasi daerah).
Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, pemberian
pinjaman daerah, dan sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan.

Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran atau


memanfaatkan surplus dalam bentuk penerimaan atau pengeluaran daerah. Pada tahun
2008 terjadi defisit anggaran karena besarnya belanja, sehingga diperlukan
perhitungan yang cermat dan hati-hati (prudential) pada aspek pembiayaan baik yang
menyangkut penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, dan sisa lebih
perhitungan anggaran tahun berjalan (SILPA).

Adanya defisit anggaran tersebut tentunya berimplikasi pada kebutuhan dana


perimbangan dari pemerintah pusat dalam bentuk penyesuaian alokasi DAU agar tidak
menimbulkan permasalahan keuangan di daerah. Disamping itu juga diperlukan
peningkatan kapasitas keuangan dari pemerintah daerah agar tetap mampu menutup
defisit anggaran daerah.
Strategi pembiayaan daerah yang ditempuh sebagai berikut :
a. Diupayakan berasal dari jenis penerimaan yang tidak membebani masyarakat dan
biaya operasional yang lebih murah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 69


b. Memanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemenuhan
kewajiban, dan penguatan kemampuan keuangan daerah.
c. Melaksanakan efisiensi dan penghematan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan dengan menggunakan produk-produk dan jasa berkualitas dengan biaya
yang lebih murah.

2. Target dan Realisasi Pembiayaan


Pembiayaan Daerah dari anggaran Rp. 69.027.416.491,58 realisasi sebesar
Rp. 69.002.664.291,58 atau 99,97 %. Pembiayaan Daerah terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan dari anggaran Rp. 79.896.743.401,58 realisasi
Rp. 79.871.991.201,58 atau 99,97% yang terdiri dari :
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) sebesar
Rp. 76.754.243.401,58
2) Penerimaan kembali pemberian pinjaman dari target Rp. 3.142.500.000,00
realisasi sebesar Rp. 3.117.747.800,00 atau 99,21%

b. Pengeluaran Pembiayaan dari anggaran Rp 10.869.326.910,00 realisasi sebesar


Rp. 10.869.326.910,00 atau 100,00% yang terdiri dari :
1) Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemerintah Daerah dari anggaran
Rp.10.800.000.000,00 realisasi sebesar Rp. 10.800.000.000,00 atau 100,00 %
2) Pembayaran Utang Pokok dari anggaran Rp. 69.326.910,00 realisasi
Rp. 69.326.910,00 atau 100 %

3. Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dalam pembiayaan adalah penerimaan pembiayaan terbesar
bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, yang mana pada waktu RAPBD
disusun Anggaran belum selesai dilaksanakan sehingga besaran SiLPA belum
diketahui dan yang dicantumkan adalah angka estimasi. Apabila SiLPA cukup besar
maka pemanfaatannya harus menunggu perubahan anggaran sehingga waktu yang
digunakan untuk mengaplikasikan sangat pendek. Dalam rangka peningkatan
penerimaan daerah maka diambil kebijakan meningkatkan penyertaan modal pada
BUMD (pada Bank BPD DIY serta PD Bank Pasar) sehingga dapat memberikan
kontribusi peningkatan penerimaan deviden sebagai dana pembangunan serta
tersedianya dana yang dibutuhkan masyarakat melalui penyaluran kredit.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Gunungkidul Tahun 2008 70

Вам также может понравиться