Вы находитесь на странице: 1из 6

KEARIFAN LOKAL

Ini adalah sebuah tulisan yang mungkin bernilai mungkin tidak, atau bisa dikatakan
relatif. Tergantung bagaimana pembaca memandang apa yang sedang dibaca. Penulis
mengajak pembaca semua untuk mengambil apa yang mungkin bisa dipelajari dari
sebuah tembang lawas alias syair lama. Syair sederhana namun memiliki makna yang
begitu mendalam. Itu bisa kita pahami jika kita benar-benar menyesuaikan dengan yang
Allah SWT perintahkan yaitu menjadi ulil albaab(orang-orang yang berpikir).Berikut ini
adalah uraian Emha Ainun Najib mengenai syair Ilir ilir :

Lir ilir lir ilir

Tandure wis sumilir

Tak ijo royo-royo

Tak sengguh temanten anyar

Kanjeng Sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita tentang kita ,
tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri,namun tidak kunjung sanggup
kita mengerti.Sejak lima abad silam syair itu telah ia lantunkan dan tidak ada jaminan
bahwa sekarang kita sudah paham.Padahal kata-kata beliau itu mengeja kehidupan kita
ini sendiri .Alphabeta alif ba ta, kebingungan sejarah kita dari hari ke hari.Sejarah tentang
sebuah negeri yang puncak kerusakannya terletak pada ketidaksanggupan para
penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sudah sedemikian tidak terperi.
“Menggeliatlah dari matimu” tutur Sang Sunan.”Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh
tahun, bangkitlah dari tidur panjangmu, sungguh negeri ini adalah penggalan surga”.
Surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan
cipratan keindahannya itu bernama Indonesia Raya.Kau bisa tanam benih kesejahteraan
apa saja di atas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan. Tidak mungkin kau temukan
makhluk kelaparan di tengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini.
Bahkan bisa engkau selenggarakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang
bisa dicapai oleh negeri lain yang manapun. Tapi kita memang telah tidak mensyukuri
nikmat sepenggal surga ini. Kita telah memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok
tanam ketidakadilan dan panen-panen kerakusan.

Cah angon cah angon


Penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekno

Kanggo mbasuh dodot iro

Kanjeng Sunan tidak memilih figur misalnya Pak Jendral. Juga bukan intelektual-
intelektual,ulama-ulama, seniman-seniman, tetapi bocah angon. Beliau juga menuturkan
penekno blimbing kuwi, bukan penekno pelem kuwi, bukan penekno sawo kuwi,bukan
penekno buah yang lain,tapi blimbing,bergigir lima.Terserah apa tafsirmu mengenai
lima.Yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin itu, lunyu-lunyu penekno agar
blimbing bisa kita capai bersama. Dan yang harus memanjat adalah bocah angon, anak
gembala . Tentu saja ia boleh seorang dokter,boleh seorang seniman, boleh seorang
kiai,boleh seorang jenderal,atau siapapun. Namun ia harus mempunyai daya angon, daya
menggembalakan , kesanggupan untuk ngemong semua pihak, karakter untuk merangkul
dan memesrai siapa saja sesama saudara sebangsa. Determinasi yang menciptakan garis
sultan kedamaian bersama, memancar kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima oleh
semua warna, semua golongan, semua kecenderungan. Bocah angon adalah seorang
pemimpin nasional, bukan tokoh golongan atau pemuka suatu gerombolan. Selicin
apapun pohon-pohon tinggi reformasi ini sang bocah angon harus memanjat. Harus
dipanjat sampai selamat memperoleh buahnya. Bukan ditebang, dirobohkan atau
diperebutkan. Air saripati belimbing lima gigir itu diperlukan oleh bangsa ini untuk
mencuci pakaian nasional. Pakaian adalah akhlak. Pakaian adalah sesuatu yang
menjadikan manusia bukan binatang. Kalau engkau tidak percaya berdirilah engkau di
depan pasar, copotlah pakaian. Maka engkau kehilangan segala macam harkatmu sebagai
manusia. Pakaianlah yang membuat manusia bernama manusia. Pakaian adalah pegangan
nilai, landasan moral, dan sistem nilai. Sistem nilai itulah yang harus kita cuci dengan
pedoman lima.

Dodot iro dodot iro

Kumitir bedhah ing pinggir

Dondomono jlumatono

Kanggo sebo mengko sore

Mumpung padang rembulane

Mumpung jembar kalangane

Yo surako surak iyo


Satu tembang tidak selesai ditafsirkan dengan seribu jilid buku. Satu lantunan syair tidak
selesai ditafsirkan dengan waktu seribu bulan dan seribu orang melakukannya. Aku ingin
mengajakmu untuk berkeliling, untuk memandang warna-warni yang bermacam-macam
dengan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing. Agar kita mengerti
dengan hati dan ketulusan kita apa muatan kalbu mereka mengenai ilir ilir, mengenai ijo
royo-royo, mengenai temanten anyar, mengenai bocah angon dan belimbing, mengenai
mbasuh dodot iro, mengenai gumitir bedahing pinggir, yang kita bicarakan tentu saja
kapan saja bersama-sama.Tapi aku ingin mengajakmu untuk mendengarkan siapa saja
diantara saudara-saudara kita tanpa perlu kita larang-larang untuk menjadi ini atau untuk
menjadi itu asalkan kita bersepakat bahwa bersama-sama mereka semua kita akan
menyumbangkan yang terbaik bagi semuanya, bukan hanya bagi ini atau itu, bukan hanya
bagi yang disini atau yang disana.

Catatan : Jika ada kesalahan dalam penulisan baik pada tata bahasanya maupun pilihan
katanya atau yang lain maka sebagai manusia penulis memiliki kemampuan yang
terbatas.Yang tak terbatas hanya Allah SWT.oke.jadi tetap berusaha dan berdoa agar ilmu
kita senantiasa bermanfaat walaupun hanya sedikit sekali yang sempat atau disempatkan
kita sampaikan pada orang lain.aamiin.

By An Nuha

Sajak Ujian Sajak

Ketika sebuah tulisan tak bermakna

Apa-apa yang berkaitan tak tertulis

Pena,kertas, pikiran melayangkan

Dimana jawaban?

Kutatap dinding kosong


Terdenganr krak krek krak krek

Banyak di kanan di kiri tembok

Pikiran berjalan tanpa kaki

Konsentrasi penuh atau sebagian

Tak terhitung bayang-bayang

Jawaban tidak di tempat kosong

Itu maya, ini semu

Miliki bahan bukan material

Tak tahu yang kulakukan

Geseran kertas bertebaran

Kecepatan tak terhitung bak soal fisika

Coba kau bayangkan

Sungguh aku heran dengan sadar

Sadarkah kita bahwa

Allah Maha Melihat

Segala macam apapun

Sajak Selesai

Dunia memang pengap

Kuakhiri saja
Inilah bahasa sastra

By An Nuha

MUHASABAH CINTA TERTINGGI

Sebuah layar yang tak terkembang dihadapan seorang pendiam yang sedang diam
berjuta-juta bahasa dari tubuh,sastra,alam,dan bahasa-bahasa lain yang begitu banyaknya
sehingga tidak disempatkan untuk disebut. Layar itupun bagaikan berjuta-juta lembaran
kertas yang tersusun dengan tidak tanpa keteraturan. Lembaran yang kata orang tidaklah
nyata walaupun bisa jadi kenyataan.Lembaran yang oleh penatapnya dituliskan ide
cemerlang secemerlang ciptaan Sang Pencipta menurut Sang Penatap.Namun pada
kenyataannya tidak sebanding.

Di dalam sebuah kegelapan malam yang tidak mencekam, seorang anak manusia
berusaha menepikan hati dan pikiran untuk sejenak dari sebagian besar waktu hidupnya
memenuhi anjuran Ilahi untuk menghadap-Nya.Menghadap dengan sepenuh hati tanpa
campur tangan alam semesta sepertinya karena begitu khusuknya.Berharap bahwa Tuhan
Yang Maha Pengampun memberikan ampunan.Berharap Yang Maha Memutuskan
memberi petunjuk pada sebuah pilihan hidup yang tak terkirakan hambatannya hingga
tetesan air mata kejernihan hati seorang hamba begitu deras bak sumur artesis yang
memancar. Berharap Dia akan senantiasa melindunginya dari segala godaan yang begitu
menggoda yaitu apa yang disebut dengan nafsu untuk menentang-Nya dan melanggar
ketentuan-Nya dari saat dia mulai barmunajat hingga akhir hayatnya.Berharap dengan
penuh kerinduan untuk berjumpa dengan Yang Maha Pengasih.Berharap dengan segala
harapan yang memberikan kebaikan di dunia dan akhirat dan dengan berdoa dengan doa
sapu jagat.aamiin.

Saat sebagian besar umat manusia di sekeliling seorang yang sedang bersujud tertidur
lelap, ia terus merenung dan merenung. Menghayati apa itu hidup.Memejamkan mata
dengan penuh kesadaran bahwa ia perlu bantuan dan pertolongan dari Yang Maha
Menolong.Merasakan dinginnya temperatur yang sebenarnya tidak cukup dingin jika
dibandingkan dengan kutub bersalju.Mencoba merasakan betapa dekatnya Yang Maha
Dekat kepadanya. Mencoba mendapatkan jaminan surga dengan bersujud begitu lama
hingga kulit dahi menghitam sebagian entah luas entah sempit,walaupun tidak tahu
apakah yang dahinya menghitam itu mendapat jaminan surga,hanya Allah SWT yang
tahu.Atau dikecualikan dengan adanya pemberitahuan oleh Yang Maha Tahu.

Usaha seorang manusia tidak sampai kecuali dengan izin-Nya.Keinginan tidak akan
terwujud tanpa izin-Nya. Sebuah perjumpaan tidak akan terjadi jika Dia tidak
mengijinkan.Segala sesuatu tidak akan pernah ada jika Allah SWT tidak mengadakan.
Aku tidak akan hidup jika tidak ada Yang Maha Hidup.aku benar-benar kurang
bersyukur.Namun aku harus mendapatkan cinta-Nya hingga ketetapan umurku berakhir
suatu saat walaupun mungkin beberapa detik lagi.

By An Nuha

Вам также может понравиться