Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. LATAR BELAKANG
Flu Burung merupakan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin; N=
neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan dapat menyerang
manusia (penyakit zoonosis) yang sejak akhir tahun 2003 menyerang Asia Timur dan
Selatan.
Sampai dengan tanggal 6 Februari 2004 telah ditemukan sebanyak 20 penderita Avian
Influenza H5N1 (Vietnam 15; Thailand 5) dan menimbulkan kematian pada 16 orang
(Vietnam 11; Thailand 5) (Case Fatality Rate = 80%). Dan ditakutkan penderita kasus Flu
Burung ini akan meningkat menjadi pandemi seperti yang telah terjadi 1 abad yang lalu.
Virus jenis H5N1 ini juga menyerang ternak ayam Indonesia sejak bulan Oktober 2003
sampai Februari 2004, telah dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia
merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang
terkena flu burung pada manusia. Virus flu burung masih bersirkulasi di unggas dan hewan
lain sehingga masih akan ada kemungkinan terjadi penularan kepada manusia.
Penanganan kasus flu burung pada manusia memerlukan upaya khusus yang meliputi deteksi
kasus, penatalaksanaan klinis, pencegahan infeksi nosokomial, dan pelacakan kontak. Salah
satu hal terkait dengan upaya penanggulangan kasus flu burung adalah sistem rujukan pasien
dan pemeriksaan laboratorium diagnostik. Departemen Kesehatan telah menetapkan 44
rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia.
2. TUJUAN
Sebagai pedoman bagi petugas medis, paramedis dan non-medis dalam penanganan dan
deteksi dini kasus flu burung di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
( RSPI-SS ) Jakarta, dimana pada pelaksanaannya dilakukan seminimal mungkin kontak
dengan penderita, baik jumlah tenaga medis maupun lamanya waktu kontak.
• Memberikan petunjuk pemeriksaan penderita flu burung di Instalasi Rawat Darurat (IRD)
maupun Poliklinik,
• Memberikan petunjuk alur penerimaan penderita flu burung di RSPI-SS kepada petugas
kesehatan,
• Memberikan petunjuk pemeriksaan dan pemberian terapi di ruang perawatan isolasi,
• Memberikan petunjuk pemeriksaan radiologi terhadap penderita flu burung,
• Memberikan petunjuk pemeriksaan laboratorium terhadap penderita flu burung,
• Memberikan petunjuk pemulangan penderita flu burung yang dirawat dan tindak lanjutnya,
• Memberikan petunjuk penanganan penderita flu burung yang meninggal dunia.
3. BATASAN
• FLU BURUNG adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1
yang menyerang ungggas/ayam/burung yang dapat menyerang manusia dengan gejala
demam > 38o C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan pernah kontak dengan
unggas tersebut dalam 7 hari terakhir.
• PNEUMONIA adalah infeksi parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
parasit dan tidak termasuk oleh mikobakterium tuberkulosis.
• RESPIRATORY DISTRESS adalah keadaan gagal napas, yang ditunjukkan oleh keadaan
klinis seperti sesak napas, sianosis, kesadaran menurun, syok, dan pada pemeriksaan analisis
gas darah menunjukkan tekanan parsial artei O2 (PaO2) < 50 mmHg dan tekanan parsial
arteri CO2 (PaCO2) > 50 mmHg.
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA adalah pemeriksaan laboratorium
yang meliputi pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit,
trombosit, laju endap darah).
4. ASAL PENDERITA
• Penderita yang dirujuk ke RSPI-SS adalah penderita yang oleh petugas kesehatan dari
rumah sakit yang merujuk sudah dapat diidentifikasi bahwa penderita tersebut adalah kasus
flu burung.
• Rumah Sakit yang melakukan rujukan sebaiknya menghubungi petugas Triage RSPI-SS
untuk mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka penerimaan penderita tersebut
termasuk pengiriman kendaraan ambulans 118 yang akan menjemput kasus yang dirujuk
tersebut ke rumah sakit rujukan ( RSPI-SS ).
• Penderita yang datang sendiri dan diduga menderita gejala-gejala flu burung diarahkan
untuk ke ruang Triage Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSPI-SS.
• Penderita yang datang sendiri ke poliklinik penyakit paru / penyakit dalam / penyakit anak,
setelah dilakukan pemeriksaan dan diduga menderita flu burung dapat dibawa langsung
keruangan Isolasi.
• Adalah tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
untuk melakukan pendaftaran penderita dalam rangka pemeriksaan kesehatan oleh tim Medis
Rumah Sakit.
• Pada TPP tersebut harus ditempatkan petugas yang telah dilatih untuk melakukan seleksi
terhadap seluruh penderita yang mengalami keluhan/gejala sesuai gejala flu burung.
• Petugas TPP tersebut akan mengarahkan penderita yang telah dicurigai menderita gejala flu
burung tersebut untuk diperiksa di ruang Triage IRD.
6. TRIAGE INSTALASI RAWAT DARURAT :
8. LABORATORIUM
9. RADIOLOGI
a. Kasus Suspek
Panas > 38oC DAN
>1 gejala berikut:
- Batuk
- Radang tenggorokan
- Sesak napas
DAN salah satu di bawah ini:
- hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtypenya
- kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang confirmed
- kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit
- bekerja di laboratorium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses sampel dari orang
atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza
b. Kasus Probable
Kasus suspek DAN
Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi
spesifik pada 1 spesimen serum. (Hasil serologi Positif mengalami empat kali peningkatan
dari nilai normal)
Rawat Inap ( Ruang Isolasi ) adalah pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti Saroso, dimana penderita menginap sedikitnya 1 (satu) hari berdasarkan
rujukan dari Triage Instalasi Rawat Darurat.
Petugas ruang isolasi telah melakukan kewaspadaan standart.
Semua penderita yang telah memenuhi kriteria flu burung dan telah dilakukan seleksi pada
Triage Instalasi Rawat Darurat.
Perawatan dilakukan paling sedikit 1 minggu di ruang perawatan isolasi.
Semua pemeriksaan penunjang dilakukan di ruang isolasi.
12. PENANGANAN
Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya
transmisi melalui udara
Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan cenderung ke arah gagal napas dengan
mempertahankan saturasi O2 > 90 %
Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus), atau minum yang banyak.
Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika/antipiretika, dekongestan, antitusif.
Oseltamivir (obat penghambat neuraminidase) diberikan untuk anak < 15 kg adalah 30 mg
2 kali sehari; berat badan >15--23 kg adalah 45 mg 2 kali sehari; berat badan >23--40 kg
adalah 60 mg 2 kali sehari; dan berat badan >40 kg adalah 75 mg 2 kali sehari. Dosis untuk
penderita berusia > 13 tahun adalah 75 mg 2 kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam
setelah onset influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.
Foto toraks ulang
Laboratorium
Pada kasus dengan respiratory distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS
sebagimana lazimnya, dan penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU).
Selanjutnya dapat dirawat di ruang perawatan isoalsi biasa, jika:
Hasil usap tenggorokan negatif dengan PCR atau biakan
Setelah hari ke 7 demam, KECUALI
Demam berlanjut sampai 7 hari à sesuai pertimbangan dokter yang merawat à penanganan
adalah kasus demi kasus
Secara umum indikasi ventilasi mekanik adalah bilamana terjadi gangguan pada parameter :
o Mekanik
o Ventilasi
o Oksigenasi
Oksigenasi
o PaO2 < 60 mmHg
MEKANIK
o Pernapasan > 35 x/menit
o Volume tidal < 5 ml/kgBB
VENTILASI
o PaCO2 > 55 mmHg (tanpa ada kelainan PPOK atau alkalosis metabolik terkompensasi)
Secara klinis walaupun belum ada hasil laboratorium seperti di atas; ada tanda-tanda :
1. Distress pernapasan; takipneu,berkeringat, napas cuping hidung
2. Tanda sumbatan jalan napas
3. Sianosis
4. Kesadaran menurun atau gelisah
16. PENCEGAHAN
Orang yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan
dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu.
Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan pada orang yang berisiko:
Semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi
dengan avian influenza (H5N1), terutama:
a. orang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat dalam pemusnahan
unggas, dan
b. orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah dilaporkan
terdapat/dugaan H5N1 atau di tempat pemisahan.
Tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia.
Tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya
influenza H5N1 pada burung.
• Cuci tangan.
Cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan sikat selama
kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan telapak tangan maupun
punggung tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
• Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai.
• Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.
• Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
• Menggunakan apron/gaun pelindung
• Menggunakan sarung tangan
• Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)