Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bid’ah adalah suatu ibadah atau amalan yang tidak pernah dicontohkan atau
diperintahkan maupun disetujui oleh Rasul, dan para Kulafaur Rosyidin.
Maraknya Bid’ah di Indonesia atau didunia Islam pada umumnya tidak terlepas daripada
peranan para ulama dan ustadz yang tidak berusaha mempelajari lebih jauh secara
bersungguh-sungguh terhadap Sunnah Rasulullah, SAW dan para sahabat, sehingga
tampaklah ditengah Ummat Islam bahwa Bid’ah dijadikan Sunnah, sedangkan Sunnah
dikatakan Bid’ah. Sebuah buku yang berjudul RISALAH BID’AH karangan Abdul Hakim
bin Amir Abdat telah memuat secara luas definisi Bid’ah, kesesatan Bid’ah serta 500
macam Bid’ah yang diamalkan kaum muslimin di Indonesia.
Dengan membaca buku tersebut, kita akan sadar bahwa betapa kesesatan yang telah
dilakukan oleh kebanyakan ummat Islam baik yang sudah paham maupun mereka yang
masih awam. Yang paling ironis adalah dari sekian banyak ustadz dan penceramah
agama yang seyogyanya diharapkan memberikan dakwah dan keteladanan bahwa betapa
berbahayanya Bid’ah dan menjauhinya adalah suatu kewajiban. Rupanya tokoh – tokoh
agama Islam dan para ulama sekarang ini belum banyak yang mendapatkan hidayah dari
ALLAH, SWT, sehingga mereka belum memahami bahwa kesempurnaan Islam itu
meliputi :
- Bahwa Islam tidak memerlukan segala bentuk penambahan dan pengurangan
sedikitpun juga.
- Bahwa Islam telah sempurna didalam kemuliaan dan kebenarannya secara
mutlak, bahwa Islamlah agama yang haq, agamanya para Nabi dan Rasul dari
Nabi Adam, AS sampai Nabi Muhammad, SAW, dan agama telah diridhoi oleh
ALLAH Rabbil Alamin.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa ulama – ulama yang hidupnya ratusan tahun
setelah Nabi Muhammad, SAW, begitu berani membuat tambahan – tambahan dalam
agama ini, yang diyakini adalah baik untuk menambah pahala, padahal itu hanya
menambah kesesatan kita terhadap agama yang mulia ini. Memang banyak yang akan
mengatakan bahwa apabila perbuatan tersebut dilarang, maka apa dalil yang
melarangnya ? semestinya merekalah yang harus mencari dalil atau syariat untuk
mengerjakan sesuatu, bukan dalil larangannya yang harus dicari !
Adapun Bid’ah yang lazim diamalkan oleh kabanyakan ummat Muslim di Indonesia,
yaitu :
Memperingati Maulid Nabi dan Isra Mi’raj, tahlilan, memperingati hari kematian
(haulan), membaca barzanji, membaca ayat Alquran pada orang mati, Yasinan pada
malam Jumat, Nuzulul Qur’an, MTQ, Adzan dikuburan, shalat hajat, Nisfu Sya’ban,
Qunut Shubuh terus menerus, berkumpul untuk membaca doa selamat termasuk doa
bersama, berdzikir bersama (majelis dzikir), membaca Shalawat Badar, Nariyah (Shalawat
ini adalah Shalawat yang menjurus ke syirik), dan masih banyak lagi yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Untuk Bid’ah memperingati Maulid Nabi tiada lain adalah orang – orang yang biasaanya
tidak luput dari berbagai kemungkaran, dan pelanggaran terhadap Syariat Islam.
Peringatan Maulid Nabi tidak pernah diadakan oleh Rasulullah sendiri, para sahabat,
para tabi’in, imam-imam mazhab, dan orang-orang yang hidup sesudah mereka yang
masih teguh memegang Islam. Lebih dari itu, tidak ada dalil syar’I yang mendasari
perbuatan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diketahui berkenaan dengan peringatan
mauled Nabi, yaitu kebanyakan orang-orang yang mengadakan peringatan tersebut
terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan syirik. Yang pertama kali mengadakan
peringatan mauled adalah Raja Al-Muzhaffar di Syam pada awal abad ketujuh hijriyah,
sedangkan yang pertama kali mengadakan mauled di Mesir adalah Bani Fathimah.
Mereka itu, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir, adalah orang-orang kafir, fasik, dan
suka berbuat dosa.
Perlu diketahui juga adalah apabila kita melakukan satu perbuatan bid’ah maka satu
sunnah dari kita hilang, sepuluh bid’ah maka hilang pula sepuluh sunnah dari kita. Para
pelaku Ahlul Bid’ah bagaikan seperti penyakit Rabies (anjing gila) yang menggrogoti
seluruh bagian tubuhnya sampai tidak ada satupun darah didalam tubuhnya yang tidak
bisa hilang dari perbuatan bid’ah. Maksiat itu belum tentu bid’ah, tetapi bid’ah itu sudah
tentu maksiat. Seseorang berbuat maksiat, kemungkinan suatu saat nanti bisa bertobat,
tetapi orang yang melakukan bid’ah sampai mati akan dibawa bid’ah itu bahkan sampai
ke liang lahatpun dilakukan secara bid’ah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasul.
Naudzubillah min zdalik.
Oleh karena itu, marilah kita sebagai ummat Muslim, jauhkanlah diri kita dari perbuatan
– perbuatan yang tidak pernah di syariatkan oleh agama Islam, karena Islam sudah
sempurna, tidak memerlukan tambahan – tambahan atau pengurangan – pengurangan
sedikitpun !! dengan atau alasan apapun.
Firman ALLAH dalam Alquran :
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu “ (Al-Maidah : 3)
Ingatlah perkataan Imam Malik bin Anas didalam salah satu perkataannya yang sangat
terkenal :
“ Barangsiapa yang membuat bid’ah di dalam Islam yang ia menganggap sebagai bid’ah
hasanah, maka sesungguhnya ia telah menuduh bahwa Muhammad, SAW, telah
berkhianat di dalam (meyampaikan) RIsalah. Karena, sesungguhnya ALLAH telah
berfirman : Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kamu Agama kamu “. Maka, apa-
apa yang tidak menjadi Agama pada hari itu, niscaya tidak akan menjadi Agama pada
hari itu “. (Al-I’tisham oleh Imam Asy-Syatibi juz. 1 hal 49)