Вы находитесь на странице: 1из 100

107

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KPRI BINA


KARYA KUDUS TAHUN 2000 – 2004

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Manajemen Keuangan S1


pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Lisa Oktavianingtyas
3352401125

FAKULTAS ILMU SOSIAL


JURUSAN EKONOMI
2006
108

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Syamsu Hadi, M. Si. Dra. Suhermini, M. Si.


NIP. 130686734 NIP. 130529512

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi

Drs. Kusmuriyanto, M. Si
NIP. 131404309
109
110

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Lisa Oktavianingtyas
NIM. 3352401125
111

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“ Banyak orang Pintar tetapi sedikit orang Jujur ”.

Persembahan :

1. Bapak dan Ibu yang selalu mendo’akan

2. Adikku tercinta

3. Almamaterku

4. Teman-temanku Manajemen’02

5. Teman-temanku “Villana cost”

6. Mas Susilo yang tercinta


112

PRAKATA

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “ ANALISIS


KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK
INDONESIA BINA KARYA KUDUS TAHUN 2000-2004 “, puji syukur penulis
panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis bisa memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi,
Program Studi Manajemen Keuangan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang.
Penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Drs. Syamsu Hadi, M. Si, sebagai pembimbing sekripsi utama yang selalu
memberikan kritik, saran dan mengarahkan untuk menambah wawasan yang
menunjang penelitian penulis.
Terima kasih yang tak terhingga juga penulis haturkan kepada
Dra. Suhermini, M. Si, sebagai pembimbing skripsi kedua yang dengan sabar
mengkritik, membimbing, dan mengarahkan hasil tulisan penulis, juga dengan sabar
meladeni diskusi dan keluhan penulis selama proses penulisan sampai selesai.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis haturkan kepada
Drs. Kusmuriyanto, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi yang selalu memberi
dukungan dan kemudahan bagi penulis selama penulisan skripsi ini.
Penulis juga manghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Sugiharto, M. Si. Selaku Ketua Program studi Manajemen Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan dalam
penulisan skripsi.
4. Drs. Masrukhi, M. Pd., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dalam penulisan
skripsi.
113

5. Drs. M. Poerwadiyono, M. Si., selaku Kepala Kantor Litbanglahtasipda


Kabupaten Kudus yang telah memberi ijin dalam pelaksanaan skripsi di wilayah
Kabupaten Kudus.
6. Drs. H. Sadono, selaku Ketua Pengurus KPRI Bina Karya Kudus yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan skripsi dan pengambilan data di KPRI Bina
Karya Kudus.
7. Didik Zubaedi, yang telah membantu dalam proses pengambilan data di KPRI
Bina Karya Kudus.
8. Djoko Indratmo, M. M., selaku Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin dalam proses
pengambilan data.
9. Endang Listiyani, S. E., selaku Bendahara KPRI Bina Karya Kudus yang telah
memberikan banyak masukan dan selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi.
10. Sugiono, S. Pd. dan Sujatmi, selaku Bapak dan ibu penulis yang dengan penuh
kasih sayang selalu mendorong dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan studi, selalu memberikan dukungan moril dan segala sesuatu yang
penulis butuhkan selama studi, terutama menjelang masa akhir studi, serta yang
selalu memberikan yang terbaik bagi penulis.
Akhirnya kepada para pengurus KPRI Bina Karya Kudus yang sudi
meluangkan waktu untuk memberikan data-data yang dibutuhkan penulis.
Penulis menyadari dalam penulis harapkan demi membangun sebuah
pemahaman dan penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi. Harapan penulis
semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca dan berguna bagi KPRI Bina
Karya Kudus khususnya bagian keuangan sebagai acuan untuk pemecahan
permasalahan kondisi keuangan.

Semarang,

Penulis
114

SARI

Oktavianingtyas, Lisa, 2006. Analisis Kinerja Keuangan pada KPRI Bina


Karya Kudus Tahun 2000-2004. Sarjana Manajemen Keuangan Universitas Negeri
Semarang. Drs. Syamsu Hadi, M. Si., Dra. Suhermini, M. Si., dan h.

Kata Kunci : Analisis, Kinerja, Keuangan


Peranan koperasi dalam pembangunan nasional, harus dikembangkan dan diperkuat
dalam rangka menumbuhkan demokrasi ekonomi sebagai salah satu landasan bagi
terciptanya masyarakat yang berkeadilan sosial. Oleh karena itu koperasi sebagai
salah satu bentuk badan usaha yang mempunyai aktifitas ekonomi, dalam melakukan
aktifitas ekonomi memerlukan usaha-usaha dalam pengelolaan proses akuntansi yang
baik oleh pengurus agar menghasilkan laporan keuangan yang kemudian perlu
dianalisa.
Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang masalah analisa rasio
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada KPRI Bina Karya Kudus Tahun
2000-2004. dari analisa maka akan diketahui kemampuan dalam melunasi kewajiban
jangka panjang maupun jangka pendek dan kemampuan dalam menghasilkan laba
(SHU).
Populasi dan sampelnya adalah laporan keuangan yang meliputi Neraca dan
Laporan Rugi/Laba yang terdapat dalam KPRI Bina Karya Kudus dari tahun
2000-2004 dalam penelitian ini meliputi :
Variabel likuiditas KPRI Bina Karya Kudus untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek tepat waktu, variabel solvabilitas KPRI Bina Karya Kudus untuk memenuhi
kewajiban jangka panjang dan juga variabel rentabilitas KPRI Bina Karya Kudus
untuk memperoleh SHU.
Dari hasil perhitungan bahwa KPRI Bina Karya Kudus menunjukkan
penurunan jumlah anggota yang dikarenakan adanya mutasi, perkembangan usaha
dalam keadaan yang stabil dan perkembangan modalnya juga dalam keadaan yang
stabil. Sedangkan berdasarkan tingkat likuiditas diperoleh perhitungan sebagai
berikut : rasio likuiditas tahun 2000 595,58% menjadi 437,48% pada tahun 2004.
walaupun terjadi penurunan tetapi tingkat likuiditas dalam keadaan sangat aman.
Tingkat solvabilitas KPRI Bina Karya Kudus dalam cenderung berfluktuasi, tetapi
masih dalam kondisi sangat solvabel antara total aktiva dengan total hutang dari
525,07% ditahun 2000 menjadi 372,77% ditahun 2004. Rasio rentabilitas modal
sendiri KPRI Bina Karya Kudus menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dan
dalam keadaan yang tidak efisien. Rentabilitas modal sendiri dari 7,82% ditahun
2000 menjadi sebesar 6,95%ditahun 2004. Rentabilitas ekonomi diperoleh hasil
untuk tahun 2000 sebesar 5,87% menjadi 4,59% ditahun 2004 ini.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah bahwa tingkat likuiditas KPRI Bina
Karya Kudus mempunyai dana yang lebih dari cukup untuk menjamin hutang jangka
pendek. Tingkat solvabilitas KPRI Bina Karya Kudus mempunyai dana yang lebih
dari cukup untuk menjamin hutang jangka panjangnya. Tingkat rentabilitas modal
sendiri dan rentabilitas ekonomi dalam adanya penurunan, tetapi tidak terlalu besar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para anggota KPRI
Bina Karya Kudus, khususnya bagi bendahara. Tujuan KPRI Bina Karya Kudus
115

tidak mecari laba sebesar-besarnya, jadi koperasi tersebut diharapkan dapat


meningkatkan sistem penjualan akan barang-barang , yaitu dengan cara memberikan
pelayanan pemenuhan semua kebutuhan pokok para anggota dan memberikan harga
yang murah dari harga di luar koperasi, karena pendapatan terbesar berasal dari
penjualan barang.
116

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….…… ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………..………..… iii

PERNYATAAN …………………………………………………………… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………… v

PRAKATA ………………………………………………………………… vi

SARI …………………………………………………..…………………… vii

DAFTAR ISI …………………………….………………………………… ix

DAFTAR TABEL ………………….……………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………………………………… 5

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 6

D. Kegunaan Penelitian ………………………………………………… 6

E. Sistematika Skripsi …………………..……………………………… 6

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

A. Pengertian Kinerja Keuangan ………………………….…………… 8

B. Laporan Keuangan ……………………..…………………………… 9

1. Pengertian Laporan Keuangan ………………………………….. 9


117

2. Laporan Keuangan Koperasi …………………..……………… 11

3. Komponen Dasar Laporan Keuangan ………….……………… 17

C. Analisis Rasio Keuangan ………………………………..………… 20

1. Pengertian Analisis Keuangan ………………………………… 20

2. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ……….………………… 20

3. Pengertian Likuiditas …………………………………………… 22

4. Pengertian Solvabilitas ………………………………………… 23

5. Pengertian Rentabilitas ………………………………………… 24

6. Koperasi ………………………………………………..……… 25

D. Kerangka Teoretis ……………………………………….………… 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………… 37

C. Variabel Penelitian …………………………………………………… 37

D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 38

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ……………………….……… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian …………………………………….………………… 46

1. Sejarah Berdirinya KPRI Bina Karya Kudus ….………………… 46

2. Tujuan Berdirinya KPRI Bina Karya Kudus ….………………… 47

3. Struktur Organisasi KPRI Bina Karya Kudus ….………………… 47

4. Disiplin Kerja …………………………………….………….…… 50

5. Kepegawaian …………………………………….………………… 51
118

6. Keanggotaan …………………………………….………………… 51

7. Jenis Kegiatan Usaha ……………………………………………… 52

8. Kegiatan Sosial …………………………………….……………… 58

9. Alat Penunjang Usaha ………………………….…………………. 59

B. Penyajian Data …………………………………….…………..……… 62

C. Analisis Data …………………………………….…………….……… 65

D. Pembahasan …………………………………….…………….….…… 70

BAB V PENUTUP

A. Simpulan …………………………………….…………………...…… 85

B. Saran …………………………………….……………………...…..… 86

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….………..………… 88

LAMPIRAN …………………………………….……………….…………… 89
119

DAFTAR TABEL

1. Tabel Standar Likuiditas. …………………………………….……..……. 42

2. Tabel Standar Solvabilitas. ……………………………………….….…… 43

3. Tabel Standar Rentabilitas Modal Sendiri. ………………………..……… 44

4. Tabel Standar Rentabilitas Ekonomi. ……………………….…………….. 45

5. Tabel Jumlah dan Perkembangan Anggota KPRI Bina Karya Kudus

Tahun 2000-2004. …………………………….……….…………..……….. 52

6. Tabel Pelayanan Usaha Kredit KPRI Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004.. 54

7. Tabel Volume Penjualan Toserda KPRI Bina Karya Kudus

Tahun 2000-2004. …………………………………….………………….. 55

8. Tabel Perkembangan SHU KPRI Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004.... 57

9. Tabel Perkembangan Modal KPRI Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004.. 60

10. Tabel Komponen Neraca KPRI Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004....... 63

11. Tabel Komponen Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus

Tahun 2000-2004. ......................................................................................... 64

12. Tabel Pehitungan dan Perkembangan Aspek Likuiditas KPRI Bina Karya

Kudus Tahun 2000-2004. …………………..………….…………………… 66

13. Tabel Pehitungan dan Perkembangan Aspek Solvabilitas KPRI Bina Karya

Kudus Tahun 2000-2004. …………………………….……….…………… 67

14. Tabel Pehitungan dan Perkembangan Aspek Rentabilitas Modal Sendiri

KPRI Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004. ……………….….…………… 68

15. Tabel Pehitungan dan Perkembangan Aspek Rentabilitas Ekonomi KPRI

Bina Karya Kudus Tahun 2000-2004. ……………………………………… 69


120

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Kerangka Teoritis Penelitian. ……………………….…………… 35

2. Gambar Sruktur Organisasi KPRI Bina Karya Kudus Periode

Tahun 2004-2006. …………………………………….…….…………….. 48


121

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Dokumentasi Penelitian ………………………….…………..... 90

2. Pedoman Wawancara Penelitian. …………………………..…………….. 91

3. Daftar Neraca KPRI Bina Karya Kudus tahun 2000. …………………….. 92

4. Daftar Laporan Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus tahun 2000. …... 93

5. Daftar Perhitungan hasil Usaha KPRI Bina Karya Kudus 2000. ……...…. 94

6. Daftar Neraca KPRI Bina Karya Kudus tahun 2001. ……………..……... 95

7. Daftar Laporan Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2001. …………………………………….………...….…………..… 96

8. Daftar Perhitungan hasil Usaha KPRI Bina Karya Kudus 2001. …………. 97

9. Daftar Neraca KPRI Bina Karya Kudus tahun 2002. ………………..….... 98

10. Daftar Laporan Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus9

tahun 2002. ……………………………….……………….…………… .... 99

11. Daftar Perhitungan hasil Usaha KPRI Bina Karya Kudus 2002. …………. 100

12. Daftar Neraca KPRI Bina Karya Kudus tahun 2003. ……………………. 101

13. Daftar Laporan Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2003. ……………………………….……………….…………… .... 102

14. Daftar Perhitungan hasil Usaha KPRI Bina Karya Kudus 2003. …………. 103

15. Daftar Neraca KPRI Bina Karya Kudus tahun 2004. …………………….. 104

16. Daftar Laporan Rugi dan Laba KPRI Bina Karya Kudus tahun 2004. ……. 105

17. Daftar Perhitungan hasil Usaha KPRI Bina Karya Kudus 2004. …………. 106

18. Daftar Hasil Analisis Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2000. ……………………………………………………………….. 107

19. Daftar Hasil Analisis Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2001. ……………………………………………….……………. .... 108


122

20. Daftar Hasil Analisis Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2002. ……………………………….……………….…….……... ... 109

21. Daftar Hasil Analisis Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2003. ……………………………….……………….…….……... ... 110

22. Daftar Hasil Analisis Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2004. ……………………………………………….………………. 111

23. Daftar Perbandingan Rasio Keuangan KPRI Bina Karya Kudus 2000-2004 112

24. Daftar Permodalan KPRI Bina Karya Kudus 2000. ……………….……… 113

25. Daftar Permodalan KPRI Bina Karya Kudus 2001. ………………….…… 114

26. Daftar Permodalan KPRI Bina Karya Kudus 2002. …………………..…… 115

27. Daftar Permodalan KPRI Bina Karya Kudus 2003. ……………..………… 116

28. Daftar Permodalan KPRI Bina Karya Kudus 2004. ……………………….. 117

29. Sertifikat Hasil Penelitian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam KPRI Bin8

Karya Kudus. ……………………..………….……………….………… 118

30. Daftar Kredit Jangka Pendek. ……………………………………………… 119

31. Daftar Kredit Jangka Panjang. ……….……………………….…………… 120

32. Surat Pemberian Ijin Observasi dari Fakultas Ilmu Sosial. ……….……….. 121

33. Surat Pemberian Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial. ………….…….. 122

34. Surat Rekomendasi Penelitian Pemerintah Kabupaten Kudus Kantor

Penelitian, Pengembangan, Pengolahan Data dan Arsip Daerah. ……….... 123

35. Surat Pemberian Ijin Penelitian dari KPRI Bina Karya Kudus. ………….. 124

36. Daftar nama Pengurus dan Pengawas KPRI Bina Karya Kudus. ………… 125

37. Daftar Jam Kerja KPRI Bina Karya Kudus. ………………….…………… 126

38. Daftar Karyawan KPRI Bina Karya Kudus. ………………….…………… 127


123

Lampiran 1.

PEDOMAN DOKUMENTASI

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang dilihat adalah perbandingan antara Aktiva Lancar

dengan Hutang Lancar. Data-data yang diperlukan, terdiri dari :

1. Jumlah Aktiva Lancar Tahun 2000-2004

2. Jumlah Hutang Lancar Tahun 2000-2004

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas yang dihitung adalah rasio total aktiva dengan total

hutang. Data-data keuangan yang diperlukan adalah :

1. Jumlah total Aktiva Tahun 2000-2004

2. Jumlah total Hutang Tahun 2000-2004

C. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas yang dihitung adalah rentabilitas modal sendiri dan

rasio rentabilitas ekonomi dengan membandingkan antara SHU dengan modal

sendiri dan membandingkan antara SHU dengan modal usaha. Data-data

keuangan yang diperlukan :

1. Jumlah SHU tahun 2000-2004

2. Jumlah Modal Sendiri Tahun 2000-2004

3. Jumlah Modal Usaha Tahun 2000-2004


124

Lampiran 2.

PEDOMAN WAWANCARA

A. Organisasi

1. Bagaimana Struktur Organisasi KPRI Bina Karya Kudus.

2. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang dalam Struktur Organisasi.

3. Berapa jumlah pengurus dan anggota KPRI Bina Karya Kudus.

B. Jenis Usaha

1. Apabila jenis usaha yang dijankan KPRI Bina Karya Kudus.

2. Fasilitas apa sajakah yang dimiliki untuk menjalankan usaha tersebut.

3. Pelayanan apa sajakah yang diberikan pada pengurus dan anggota.

4. Bagaimana perkembangan usaha KPRI Bina Karya Kudus.

C. Permodalan

1. Dari manakah sumber modal KPRI Bina Karya Kudus.

2. Bagaimana keadaan permodalan KPRI Bina Karya Kudus.

3. Bagaimana penggunaan modal dalam KPRI Bina Karya Kudus.


125

Lampiran 36.
DAFTAR PENGURUS DAN PENGAWAS
KPRI BINA KARYA KUDUS.

Adapun perbandingan pengurus KPRI Bina Karya Kudus tahun 2000 dengan

tahun 2004, antara lain :

No. Keterangan Pengurus Tahun 2000 Pengurus Tahun 2004


1. Ketua Drs. Ruslin Drs. Sadono
2. Wakil Ketua Moch Soekamtono, S. E. Drs. Kasban Soemitardjo
3. Sekertaris Drs. Kasban Soemitardjo Moch Soekamtono, S. E.
4. Bendahara Drs. Sudarminto Endang Listiyani, S. E.
5. Anggota H. Mustaqim Drs. Joko Susilo

Adapun perbandingan pengawas KPRI Bina Karya Kudus tahun 2000 dengan

tahun 2004, antara lain :

No. Keterangan Pengawas Tahun 2000 Pengawas Tahun 2004


1. Ketua Drs. Soebiyanto Drs. Abdul Hamid
2. Anggota I Drs. Joko Susilo Drs. Subarkah
3. Anggota II Suwandi Drs. Kahar

Pada tahun 2004 telah diputuskan pembentukkan TIM Perumus perubahan AD

dan ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) dengan susunan sebagai

berikut :

1. Ketua merangkap anggota : Drs. Slamet Haryadi

2. Sekertaris merangkap anggota : Sulaeman, B. A.

3. Anggota : Drs. Subiyanto

4. Anggota : Drs. Kasban Sumitardjo

5. Anggota : Drs. Kahar


126

Lampiran 37.

DAFTAR JAM KERJA KPRI BINA KARYA KUDUS

Adapun jam kerja yang berlaku di KPRI Bina Karya Kudus adalah sebagai

berikut:

1. Hari Senin pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

2. Hari Selasa pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

3. Hari Rabu pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

4. Hari Kamis pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

5. Hari Jumat pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB.

6. Hari Sabtu pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.

7. Hari Minggu Libur.


127

Lampiran 38.

DAFTAR KARYAWAN KPRI BINA KARYA KUDUS

Adapun Karyawan KPRI Bina Karya Kudus, terdiri dari :

1. USP : Zubaedi

2. USP : Eulis Eka Haniarti

3. Waserda : Rofiati

4. Waserda : Sri Rejeki Amurwati

5. Penjaga : Moch. Solekan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia memiliki Tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan

berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut

adalah sektor negara, sektor swasta dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah

satu pelaku ekonomi sehingga dipandang cocok untuk perekonomian Indonesia.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang

Perkoperasian Pasal 1, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan. Jadi koperasi bukanlah perkumpulan modal

usaha yang mencari keuntungan semata, tetapi koperasi dibentuk untuk

memenuhi kebutuhan anggota dengan memberikan harga semurah mungkin dan

pelayanan sebaik mungkin.

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1), menjelaskan bahwa bukan

kemakmuran orang perseorang yang diutamakan melainkan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama dan yang sesuai dengan itu adalah Koperasi. Koperasi

salah satu sektor kekuatan ekonomi diharapkan menjadi soko guru perekonomian

Indonesia, karena koperasi merupakan badan usaha yang sesuai dengan

demokrasi ekonomi bangsa Indonesia yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat.

1
Koperasi merupakan salah satu pelaku ekonomi, maka dalam melaksanakan

kegiatan usahanya tidak terbatas pada salah satu usaha saja namun dapat

mengembangkan bidang usahanya yang bermacam-macam. Koperasi sebagai

wadah perekonomian dan kegiatan sosial masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan serta penyalur aspirasi masyarakat yang dapat memberikan

keseimbangan, kedudukan, peranan dan sumbangan terhadap tatanan

perekonomian nasional, sehingga sesuai apa yang menjadi cita-cita bangsa

Indonesia dapat dicapai sebagaimana yang tercantum dalam GBHN yaitu

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mengembangkan

usahanya tersebut pengelola koperasi harus dapat mencermati dan melihat

prospek usahanya.

Pengurus dalam hal ini adalah pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh

anggota koperasi untuk mengelola sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya.

Oleh karena itu, dalam melakukan aktifitasnya, Koperasi sebagai salah satu

bentuk Badan Usaha tidak bisa terlepas dari pembukuan atau Akuntansi.

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh

informasi sehubungan untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil yang telah

dicapai oleh Perusahaan atau Badan Usaha yang bersangkutan, karena laporan

keuangan ini sangat berkaitan erat dengan proses Akuntansi yang merupakan

kegiatan mencatat, mengklasifikasikan, menyajikan dan menafsirkan data

keuangan dari suatu badan usaha dimana aktifitasnya berhubungan dengan

produksi barang dan jasa. Hal ini berarti laporan keuangan sangat besar artinya

2
bagi badan usaha atau perusahaan untuk mengetahui gambaran yang sebenarnya

mengenai kondisi keuangan Perusahaan atau Koperasi yang bersangkutan.

Data keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan,

jika data tersebut diperbandingkan untuk 2 (dua) periode atau lebih dan dianalisis

lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang mendukung keputusan yang akan

diambil. Sebab hasil analisis sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi

perusahaan atau badan usaha tertentu.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus adalah salah satu

contoh Koperasi Pegawai yang ada di Kota Kudus. Kegiatan usaha yang

dilakukan oleh KPRI Bina Karya Kudus ada 3 (tiga) usaha yaitu usaha simpan

pinjam, toko koperasi, dan usaha lain-lain (seperti usaha sepeda motor dan arisan

sepeda motor). KPRI Bina Karya Kudus berbadan Hukum pada tanggal 30 April

1997. Sampai akhir tahun 2004 anggota KPRI Bina Karya Kudus berjumlah 419

orang. Suatu jumlah yang cukup besar dan memerlukan pengelolaan koperasi

yang lebih baik dalam setiap periode kepengurusan.

Di dalam pengelolaan koperasi dibutuhkan tenaga-tenaga terdidik, trampil

dan cakap, sehingga koperasi akan mampu menjadi pelaku ekonomi yang kuat

dan akan mampu memberikan pelayanan kepada anggotanya. Untuk mengetahui

kondisi keuangan di KPRI Bina Karya Kudus dipergunakan suatu analisis yaitu

analisis kinerja keuangan dimana dapat diketahui dari daftar Neraca dan Laporan

Rugi Laba.

Kinerja menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dicapai atau

prestasi yang diperlihatkan. Sedangkan menurut Edy Sukarno (2000:111),

3
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan. Adapun kinerja keuangan menurut Departemen Koperasi adalah

penilaian kesehatan keuangan koperasi.

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu koperasi termasuk

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Bina Karya Kudus dalam

pengembalian keputusan yang rasional, ada beberapa analisis yang dapat

dipergunakan oleh anggota.

Bagi Koperasi, analisis keuangan membantu dalam perencanaan langkah

kebijaksanaan yang tepat dan sangat membantu dalam perencanaan koperasi.

Untuk menilai kondisi keuangan atau prestasi koperasi, analisis keuangan

memerlukan tolok ukur yang dapat dipakai untuk membantu analisis tersebut.

Tolok ukur tersebut berupa rasio yang menghubungkan antara 2 (dua) variabel

data keuangan yang berbeda.

Hasil dari perbandingan atau rasio tersebut akan memberikan gambaran

atau pandangan tentang kondisi keuangan koperasi. Rasio yang digunakan adalah

Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Rentabilitas (Profitabilitas). Agar

lebih jelas tentang perkembangan dan sehat tidaknya di KPRI Bina Karya Kudus,

maka akan membandingkan laporan keuangan Tahun Buku 2000 – 2004.

Analisis ini akan berguna bagi pengurus koperasi yang baru dalam mengambil

keputusan yang akan diambil dalam melaksanakan kegiatan koperasi.

4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu untuk membahas tentang

Analisa Laporan Keuangan Koperasi dengan judul “ ANALISIS KINERJA

KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

BINA KARYA KUDUS TAHUN 2000 – 2004 ”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dalam melakukan pembahasan penelitian ini membatasi pada analisis

keuangan dengan mengambil obyek penelitian pada Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Bina Karya Kudus.

Dalam menilai kinerja keuangan pada Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Bina Karya Kudus, data laporan keuangan yang akan diambil adalah

Periode Tahun 2000 – 2004, yang meliputi Aspek Likuiditas, Aspek Solvabilitas

dan Aspek Rentabilitas.

Sesuai dengan pengamatan, masalah yang muncul pada kinerja keuangan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus diantaranya Sisa Hasil

Usaha (SHU) yang telah dicapai belum maksimal, sehingga perlu diupayakan

semaksimal mungkin guna peningkatan kesejahteraan anggota koperasi. Dengan

munculnya masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana kinerja keuangan KPRI Bina Karya Kudus selama periode

tahun 2000 - 2004?.

5
1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur Kinerja Keuangan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus selama periode tahun

2000 – 2004.

1.4. Kegunaan penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Bina Karya Kudus agar bisa diketahui kinerja

keuangannya melalui tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas.

b. Dengan diketahuinya kinerja keuangan pada Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Bina Karya Kudus tersebut diharapkan bisa memberikan motivasi

yang lebih besar dalam meningkatkan kegiatan usahanya.

1.5. Sistematika Skripsi

Untuk memperoleh gambaran secara garis besar tentang penulisan skripsi

ini, dicantumkan sistematika skripsi sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan mengemukakan tentang Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian dan Sistematika Skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

6
Landasan Teori Penelitian mengemukakan tentang Kinerja Keuangan,

Laporan Keuangan dan Koperasi.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Penelitian mengemukakan tentang Populasi Penelitian,

Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Jenis dan Sumber Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan mengemukakan tentang Penjelasan

Menegenai KPRI Bina Karya Kudus, Hasil Analisis Rasio, Penyajian

Data, Analisis Data, dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Penutup mengemukakan Simpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:570), Kinerja adalah

sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kinerja merupakan

kemampuan kerja. Menurut Edy Sukarno (2000:111), Kinerja adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program /

kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Dalam menjalankan kegiatan Koperasi, setiap Koperasi berusaha untuk

mencapai tujuannya yaitu memakmurkan dan mensejahterakan anggotanya.

Keberhasilan atau tidaknya suatu koperasi dapat dilihat dari kondisi koperasi.

Analisis keuangan merupakan suatu proses yang bertujuan menentukan

ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan koperasi

berdasarkan data yang ada. Tujuan utama Analisis Kinerja Keuangan untuk

memperoleh pandangan yang lebih baik tentang masalah operasional dan

keuangan yang dihadapi koperasi.

Menurut Suad Husnan (1997:44), pengertian Kinerja Keuangan

merupakan hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara

terus menerus pada suatu lembaga atau institusi.

Analisis kinerja keuangan yang dilakukan oleh koperasi, dilakukan

dengan penyusunan laporan finansial (Financial Statement) yang terdiri dari

laporan keuangan Neraca dan Laporan SHU (Sisa Hasil Usaha) serta Laporan

8
Perubahan Modal yang dibuat secara berkala atau periodik untuk maksud dan

tujuan analisis terhadap Kinerja Keuangan Koperasi.

2.2. Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (1990:19), Laporan Keuangan merupakan hasil

akhir proses Akuntansi. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari

transaksi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.

Laporan Keuangan disusun untuk memberikan informasi tentang

hasil usaha, posisi keuangan dan berbagai faktor yang menyebabkan

terjadinya perubahan posisi keuangan kepada berbagai pihak yang

berkepentingan dengan eksistensi badan usaha. Pihak-pihak yang

berkepentingan itu, antara lain :

a. Manajer atau Pimpinan Perusahaan

Manajer atau pimpinan Perusahaan berkepentingan terhadap Laporan

Keuangan untuk mengetahui posisi keuangan sebagai dasar untuk

membuat perencanaan dan mengadakan pengawasan atas kegiatan

Perusahaan yang dikelolanya serta untuk mengetahui sampai seberapa

jauh operasi Manajemen yang dilakukan.

b. Pemilik Perusahaan

Pemilik perusahaan berkepentingan terhadap Laporan Keuangan untuk

dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin Perusahaannya,

9
karena kesuksesan seorang manajer biasanya dinilai dari keuntungan atau

laba yang diperoleh Perusahaan.

c. Para Investor, Bankers maupun Para Kreditur lainnya

Para Investor, bankers maupun para kreditur lainnya sangat

berkepentingan terhadap Laporan Keuangan karena dapat mengetahui

prospek keuntungan dimasa yang akan datang dan perkembangan

Perusahaan, mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi

kerja dan kondisi keuangan jangka pendek maupun jangka panjang

perusahan tersebut.

d. Pemerintah

Pemerintah memerlukan Laporan Keuangan untuk menentukan besarnya

pajak yang harus ditanggung oleh Perusahaan, pengawasan pajak serta

dibutuhkan oleh biro statistik, dinas perindustrian, perdagangan, tenaga

kerja untuk dasar perencanaan pembangunan.

e. Karyawan

Karyawan memerlukan Laporan Keuangan karena berhubungan langsung

dengan kelangsungan hidup perusahaan yang erat kaitannya dengan

keterjaminan kerja mereka.

Agar Laporan Keuangan dapat memberi gambaran yang jelas kepada

pemakai atau pihak-pihak yang berkepentingan diatas, maka Laporan

Keuangan harus disusun dengan baik dan benar, sehingga dapat dipahami

dan kemudian dianalisa serta diinterprestasikan.

10
Pada dasarnya Laporan Keuangan berguna untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu Perusahaan atau badan usaha yang akan

digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan

pertimbangan didalam mengambil keputusan ekonomi.

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (1994) menyatakan tujuan

Laporan Keuangan sebagai berikut :

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu Perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai

perubahan dalam sumber-sumber neto (sumber dikurangi kewajiban)

suatu Perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas dalam rangka

memperoleh laba.

3. Untuk memperoleh informasi yang membantu para pemakai laporan di

dalam estimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting mengenai perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai

aktifitas pembelanjaan dan penanaman modal.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang

berhubungan dengan Laporan Keuangan yang relevan untuk kebutuhan

pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi

yang dianut oleh Perusahaan.

11
Informasi akan bermanfaat jika memenuhi syarat-syarat kualitatif

sebagaimana yang tercantum didalam buku Standart Akuntansi Keuangan

(1994), antara lain :

a. Relevan, artinya Laporan Keuangan harus sesuai dengan

penggunaannya baik untuk tujuan umum maupun khusus.

b. Dapat dimengerti, artinya Laporan Keuangan harus mudah dipahami

dan dimengerti oleh pemakainya.

c. Dapat diuji, artinya laporan keuangan harus dapat diuji kebenarannya

oleh pengukur yang independen dan dengan pengukuran yang sama.

d. Netral, artinya Laporan Keuangan harus diarahkan pada kebutuhan

pemakai dan tidak boleh memihak kepada siapapun.

e. Tepat waktu, artinya Laporan Keuangan harus disajikan sedini mungkin

untuk dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

f. Daya banding, artinya Laporan Keuangan dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan periode sebelumnya dari Perusahaan yang sama

dengan laporan keuangan perusahaan lainnya pada periode yang sama.

g. Lengkap, artinya laporan keuangan harus meliputi semua data akuntansi

keuangan atau mengungkapkan dan menyajikan seluruh fakta keuangan

serta penyajian fakta tersebut tidak boleh menyesatkan pemakainya.

2.2.2. Laporan Keuangan Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian Pasal 1, menyebutkan bahwa Koperasi adalah badan usaha

12
yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional sekarang

ini untuk meningkatkan produksi, penciptaan kesempatan kerja dan

pendapatan yang adil dan merata bagi para pegawai, maka Koperasi Pegawai

Republik Indonesia yang benar-benar dapat menjadi wadah utama kegiatan

ekonomi para pegawai yang dimiliki dan diatur oleh Anggota atau Pegawai

yang bersangkutan untuk kepentingan dan kesejahteraan pegawai.

Berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan Koperasi

Pegawai Republik Indonesia bertujuan untuk mengembangan ideologi dan

kehidupan perkoperasian serta kesejahteraan anggota khususnya,

kemampuan daya kreasi, usaha anggota, untuk meningkatkan produksi dan

penjualan sehingga diharapkan Pegawai atau Anggota berpartisipasi secara

aktif kedalam Koperasi Pegawai Republik Indonesia demi tercapainya tujuan

yang akan dicapai Koperasi tersebut.

Koperasi Pegawai Repulik Indonesia apabila ingin sukses atau ingin

berhasil dalam usahanya harus memenuhi satu syarat yaitu harus mempunyai

sistem pencatatan yang baik dan teratur. Sama halnya dengan badan usaha

lain, Koperasi Pegawai Repulik Indonesia atau Koperasi harus

menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku. Pada setiap akhir periode pembukuan harus menyajikan laporan

keuangan yang berupa neraca, laporan perhitungan rugi atau laba dan

13
laporan perubahan modal yang harus dilaporkan dalam rapat anggota sebagai

langkah dalam mengambil keputusan.

Laporan Keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang

penting, disamping itu juga sebagai alat pertanggungjawaban. Agar Laporan

Keuangan dapat dimanfaatkan secara baik, maka laporan keuangan koperasi

harus disusun sesuai Standar khusus Akuntansi Koperasi, karena dengan

Standar khusus ini Koperasi dapat menyusun laporan keuangannya

berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim dengan memperhatikan

karakteristik Koperasi yang bersangkutan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1994), bahwa Standar khusus

akuntansi mengenai karekteristik Laporan Keuangan Koperasi sebagai

berikut :

1. Laporan Keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban

pengurus kepada anggotanya didalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).

2. Laporan Keuangan biasanya meliputi neraca atau laporan posisi

keuangan, laporan perhitungan rugi atau laba dan laporan perubahan

posisi keuangan yang penyajiannya dilakukan secara komparatif.

3. Sesuai dengan posisi Koperasi sebagai bagian dari sistem jaringan

Koperasi beberapa pos atau istilah yang sama atau muncul, baik pada

kelompok aktiva maupun pada kewajiban dan kekayaan bersih.

4. Perhitungan rugi atau laba menyajikan hasil akhir yang disebut Sisa

Hasil Usaha (SHU).

14
5. Dengan adanya konsep sistem jaringan koperasi dan peraturan

pemerintah, maka terdapat aktiva (sumber daya) yang dimiliki koperasi

tetapi tidak dikuasainya dan sebaliknya terdapat aktiva (sumber daya)

yang dikuasai oleh koperasi tetapi tidak dimilikinya.

6. Laporan Keuangan Koperasi bukan merupakan laporan keuangan

konsolidasi dari koperasi.

Pemakai utama dari Laporan Keuangan Koperasi adalah para anggota

Koperasi sendiri, Pengurus dan Pejabat Koperasi. Sedangkan pemakai

lainnya yang mempunyai kepentingan terhadap Koperasi adalah sebagai

berikut :

a. Anggota dan Calon Anggota

Dari Laporan Keuangan anggota dapat menilai pertanggungjawaban

pengurus dan pengelolaan sumber daya ekonomi yang dipercayakan

pengelolaannya kepada pengurus penilai hasil prestasi pengurus dan

menilai manfaat yang diberikan kepada anggota.

b. Kreditur atau Bankers

Laporan Keuangan berguna dalam mempertimbangkan pemberian

kredit kepada koperasi beserta resiko yang mungkin terjadi.

c. Pejabat Koperasi

Laporan Keuangan berguna untuk menilai sejauhmana koperasi telah

mentaati dan melaksanakan peraturan yang berlaku serta dalam rangka

pembinaan.

15
d. Kantor Pajak

Laporan Keuangan diperlukan untuk menetapkan pajak yang akan

diberikan kepada koperasi yang bersangkutan.

e. Pengawas

Laporan Keuangan untuk menilai kinerja Pengurus dalam pengelolaan

koperasi umumnya dan keuangan koperasi khususnya melaporkan hasil

penilaiannya kepada rapat anggota.

f. Pengurus atau manajer koperasi

Laporan Keuangan digunakan dalam hal pengendalian usaha Koperasi,

baik dalam penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan

kegiatan. Disamping itu Laporan Keuangan digunakan sebagai

pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan sumber daya ekonomi

kepada pemiliknya.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1994), Laporan Keuangan

Koperasi informasinya sangat diperlukan oleh para pemakai atau pihak-

pihak yang berkepentingan untuk memperoleh :

1. Aktiva (sumber daya) yang dimiliki Koperasi

2. Kewajiban yang harus dipenuhi Koperasi

3. Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota dan Koperasi sendiri

4. Transaksi, kegiatan dan keadaan yang terjadi dalam satu periode yang

mengubah sumber daya ekonomi, kewajiban dan kekayaan bersih

koperasi

16
5. Sumber penggunaan dan informasi lain yang mungkin mempengaruhi

Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas.

2.2.3. Komponen Dasar Laporan Keuangan

Komponen dasar yang terdapat dalam setiap laporan keuangan adalah

rugi laba untuk koperasi dan laporan perhitungan hasil Usaha, Neraca

(balance Sheet), laporan perubahan posisi keuangan (sumber dan

penggunaan dana). Masing-masing komponen dari laporan keuangan dapat

dilihat berikut ini.

2.2.3.1. Laporan Rugi Laba

Laporan Perhitungan Rugi Laba adalah suatu laporan atas dasar

dimana sukses yang dicapai dan kegagalan yang diderita suatu koperasi

di dalam menjalankan usahanya dalam jangka waktu (periode) tertentu

itu dinilai. Laporan perhitungan rugi laba pada hakekatnya

menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba dan rugi. Laba

terjadi apabila pendapatan dalam suatu periode melampaui biaya-biaya

yang bersangkutan, sebaliknya rugi apabila pendapatan dalam suatu

periode lebih kecil dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Laporan rugi-laba menyajikan informasi keuangan yang berguna

untuk menilai keberhasilan koperasi dan efisiensi manajemen di dalam

mengelola kegiatan-kegiatan operasinya; membuat estimasi jumlah

laba/rugi dimasa datang sebagai akibat keberhasilan atau kegagalan

17
usaha koperasi; menilai profitabilitas dari modal yang ditanam tersebut,

dikelola dan dilindungi keamanannya dengan baik oleh manajemen.

Laporan rugi-laba mencerminkan kondisi pada periode tertentu yang

berhubungan dengan pendapatan dan biaya-biaya.

Dalam praktek laporan rugi-laba memuat angka-angka sebagai

berikut: penjualan bruto, penjualan netto, biaya-biaya barang,

pengeluaran penjualan, biaya umum dan administrasi.

Pendapatan pada koperasi merupakan selisih dari hasil operasional

usaha yang berasal dari penjualan dengan total biaya yang dikeluarkan

selama operasional usaha untuk periode akuntansi.

2.2.3.2. Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan keuangan koperasi

yang memberikan cukup informasi penting bagi pihak ekstern maupun

pihak manajemen. Setidak-tidaknya neraca akan memberikan informasi

tentang dua hal yaitu : likuiditas dan fleksibilitas finansial koperasi,

yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat estimasi terhadap

keadaan-keadaan finansial di masa yang akan datang.

Informasi tentang likuiditas yang memberikan gambaran tentang

kemampuan koperasi untuk membayar hutang-hutangnya tepat pada

waktu yang telah ditetapkan, merupakan informasi penting khususnya

kreditur jangka pendek. Sebaliknya kreditur jangka panjang dapat

menggunakan neraca untuk menilai / mengukur fleksibilitas finansial

18
yaitu jaminan kemampuan koperasi untuk mendapatkan sumber data

keuangan.

Dengan adanya neraca, manajemen perlu mengadakan evaluasi

terhadap komposisi aktiva, hutang-hutang dan struktur permodalan

koperasi, dalam rangka usahanya untuk mencapai kombinasi paling

menguntungkan dari segi profitabilitas koperasi.

Di dalam neraca rekening-rekening diklasifikasikan sedemikian

rupa, sehingga bagian yang sejenis dapat dijumlahkan untuk kemudian

dalam suatu bentuk dimana satu dengan lainnya dapat terwujud.

Rekening-rekening neraca dibagi menjadi tiga klasifikasi dasar yaitu :

Assets (aktiva), Liabilities (pasiva) dan Equity (modal).

2.2.3.3. Laporan perubahan-perubahan posisi keuangan (sumber dan

penggunaan dana).

Laporan perubahan posisi keuangan yang digunakan untuk

mengetahui informasi tentang ringkasan dari pengaruh transaksi-

transaksi / kegiatan penanaman modal dan pembiayaannya; keterangan

secara lengkap mengenai berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan di dalam finansial koperasi, adalah periode akuntansi yang

bersangkutan.

19
2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.3.1 Pengertian Analisis Keuangan

Analisis Keuangan adalah suatu proses analisis data neraca dan laporan

rugi laba menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Salah satu proses analisis ini adalah dengan analisis rasio.

Analisis keuangan untuk melaksanakannya dapat dengan cara

membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode

sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode

tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan

perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana

posisi dalam industri (Agus Sartono, 1997:66).

2.3.2 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis Rasio Keuangan merupakan dasar untuk menilai dan

menganalisis prestasi operasi koperasi. Disamping itu Analisis Rasio

Keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerja perencanaan dan

pengendalian keuangan.

Menurut Djarwanto (2001:123), Rasio adalah suatu angka yang

menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam

Laporan Keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dan

dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat memberikan

20
gambaran tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu koperasi

(Munawir, 2001:64).

Suatu cara atau metode yang sering digunakan dalam menganalisis

modal dari suatu badan adalah dengan membandingkan atau rasio. Dengan

menghubungkan elemen-elemen aktiva di satu pihak dengan elemen-elemen

pasiva dilain pihak. Elemen-elemen yang dihubungkan tergantung kepada

aspek keuangan apa yang ingin diketahui. Dengan membandingkan elemen-

elemen tertentu dari aktiva disatu pihak dengan elemen-elemen tertentu dari

pasiva dilain pihak dapat diketahui tingkat Likuditas, Solvabilitas dan

Rentabilitas suatu Perusahaan pada saat tertentu (Bambang Riyanto,

1995:25).

Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan

dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak

ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-

rasio suatu Perusahaan, tidak dapat disimpulkan apakah rasio-rasio itu

menunjukkan kondisi yang menguntungkan karena hasil rata-rata dari

perusahaan sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda,

ada yang kondisi keuangannya baik dengan operasi yang menguntungkan dan

ada yang sebaliknya.

Standar Rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau

bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio dapat digunakan

sebagai pedoman bagi penganalisis. Bila dalam pembanding ini terdapat

penyimpangan yang cukup besar, maka perlu untuk mengadakan penelitian

21
lebih jauh. Sebab penyimpangan tersebut dapat ditimbulkan oleh hal-hal yang

luar biasa yang hanya terjadi dalam Perusahaan yang sedang dianalisis.

Dengan Analisis Rasio yang diperbandingkan dengan angka

pembanding yang tepat penganalisis akan mengetahui penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi dan manajemen dapat memperbaikinya sebelum

masalahnya menjadi lebih parah lagi.

2.3.3 Pengertian Likuiditas

Menurut Bambang Riyanto (1995:18), Likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan untuk dapat mengadakan alat-alat pembayaran sedemikian

rupa, sehingga dapat memenuhi kewajiban saat ditagih. Apabila kemampuan

membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban untuk menyelenggarakan

proses-proses produksi, maka dinamakan “Likuiditas Perusahaan”.

Sedangkan menurut Munawir (2001:31), Likuiditas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Menurut Farid Djahidin (1993), Rasio Likuiditas adalah rasio yang

digunakan untuk menganalisis dan menginterprestasikan posisi keuangan

jangka pendek yaitu untuk memenuhi kemampuan perusahaan menyediakan

alat-alat yang likuid (yang mudah dijual atau diuangkan) guna menjamin

pengembalian hutang-hutang jangka pendek pada waktunya atau hutang-

hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Adapun menurut Departemen

22
Koperasi, Likuiditas adalah keadaan keuangan pada suatu saat untuk dapat

membayar / memenuhi hutang jangka pendek.

Koperasi yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada

waktunya berarti koperasi tersebut dalam keadaan “Likuid”, dan sebaliknya

apabila koperasi tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada

saat ditagih, berarti Koperasi tersebut dalam keadaan “Illikuid”.

Menurut Munawir (1993), suatu Perusahaan atau Badan Usaha

mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :

a. Memenuhi Kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, yaitu pada waktu

ditagih.

b. Memelihara modal kerja cukup untuk operasi yang normal (kewajiban

keuangan terhadap pihak intern).

c. Membayar bunga dari deviden yang dibutuhkan.

d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

2.3.4 Pengertian Solvabilitas

Menurut Munawir (2001:32), Solvabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan

tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun

jangka panjang.

Menurut Departemen Koperasi, Solvabilitas adalah keadaan keuangan

koperasi pada suatu saat menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kemampuan

23
koperasi untuk membayar semua hutangnya baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

Dengan Solvabilitas, dimaksudkan kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang-hutangnya dari aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan

tersebut (Farid Djahidin, 1993:109).

2.3.5 Pengertian Rentabilitas

Menurut Munawir (2001:33), Rentabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara untuk

menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan

tergantung pada laba dan aktiva yang akan diperbandingkan satu dengan

lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba berasal dari operasi atau

laba bersih setelah pajak dengan jumlah modal sendiri.

Dengan bermacam cara dalam penelitian rentabilitas, maka tidak

mengherankan jika ada beberapa koperasi yang berbeda-beda dalam

menghitung rentabilitasnya dan yang terpenting adalah rentabilitas mana

yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal

dalam koperasi yang bersangkutan.

Rentabilitas suatu koperasi diukur dengan kesuksesan koperasi dan

kemampuan menggunakan aktiva yang produktif, dengan demikian

rentabilitas suatu koperasi dapat diketahui dengan membandingkan antara

laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah

modal koperasi tersebut.

24
Menurut Riyanto (1991:30), bahwa modal Perusahaan pada dasarnya

berasal dari modal sendiri dan dari modal asing. Kedua sumber modal

tersebut bertujuan untuk menilai atau mengukur rentabilitas. Sumber modal

juga dapat digunakan rasio sebagai berikut :

a. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang

tersedia bagi anggota yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak.

b. Rentabilitas Ekonomi.

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan

modal sendiri dan modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dan

dinyatakan dalam prosentase.

2.3.6 Koperasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992

tentang Perkoperasian Pasal 1, menyebutkan bahwa Koperasi adalah badan

usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Gerakan koperasi adalah secara keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan

perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama

koperasi.

25
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 (revisi 1998),

Koperasi adalah Badan Usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber daya ekonomi pada anggotanya atas dasar prinsip-

prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup

anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan

demikian Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan soko guru

perekonomian nasional.

Menurut Sagimum M.D. (1989:10), Koperasi adalah bentuk kerjasama

di bidang ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945 pasal 33 ayat (1) bahwa : “Perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Kemakmuran masyarakatlah

yang diutamakan dan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu maka

perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama secara kekeluargaan

menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.

Tugas Pokok Koperasi adalah menunjang kepentingan para anggotanya

dalam rangka kesejahteraan anggota. Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan

soko guru perekonomian nasional, pemerintah sangat berkepentingan

terhadap keberhasilan koperasi. Oleh karena itu, Pemerintah berperan dalam

memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang pada Koperasi.

Pelaksanaannya perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan pemerintah.

26
2.3.6.1 Asas Koperasi

Menurut Pandji (2003:17-18), Koperasi Indonesia berdasarkan

kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sedangkan menurut Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

pasal 2, Koperasi berdasarkan atas Asas Kekeluargaan. Bagi Koperasi

asas gotongroyong berarti terdapatnya keinsyafan dan kesadaran

semangat bekerja sama dan tanggung jawab bersama terhadap akibat dari

kerja tanpa memikirkan kepentingan sendiri, akan tetapi selalu untuk

kesejahteraan bersama.

Masalah Solidaritas adalah merupakan unsur penting, karena

Koperasi tidak dapat berkembang secara sendiri. Satu sama lain harus

saling membantu dan mengenal terhadap kemajuan yang diperoleh. Asas

Gotongroyong dan Asas Kekeluargaan dalam Koperasi hendaknya

merupakan pikiran dinamis yang dapat menggambarkan suatu kerja sama

dalam pelaksanaan keadilan dan cinta kasih.

2.3.6.2 Landasan Koperasi

Mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu.

Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan

koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam

pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.

(Ninik Widiyanti, 2003:8-10)

27
Faktor utama yang menentukan terbentuknya koperasi adalah

sekelompok orang telah seia-sekata untuk mengadakan kerja sama. Oleh

karena itu, landasan koperasi terutama terletak pada anggota-anggotanya.

Dalam sistem hukum di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat

yang pasti, sehingga landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian pasal 2, menyebutkan bahwa Koperasi

berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2.3.6.3 Fungsi dan Peran Koperasi

Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 4,

adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemakmuran ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko

gurunya.

28
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.3.6.4 Prinsip Koperasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian pasal 5, Koperasi melaksanakan prinsip

koperasi sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.

b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

e. Kemandirian.

Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan

pula prinsip Koperasi sebagai berikut :

a. Pendidikan Perkoperasian.

b. Kerjasama antar Koperasi.

2.3.6.5 Jenis Koperasi

Berbagai jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha

untuk memperbaiki kehidupan. Menurut Pandji Anoraga (2003:19-38),

29
Secara garis besar jenis koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5

(Lima) golongan yaitu sebagai berikut :

2.3.6.5.1 Koperasi Konsumsi

Barang Konsumsi ialah barang yang diperlukan setiap hari,

misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, minyak

kelapa dan lain-lain), barang-barang sandang (seperti kain, batik,

tekstil) dan barang pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun,

minyak tanah dan lain-lain). Oleh sebab itu, maka koperasi yang

menyediakan kebutuhan sehari-hari disebut sebagai koperasi

konsumsi.

Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-anggotanya

dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik

dan harga yang layak. Untuk melayani kebutuhan anggota-

anggotanya, maka koperasi konsumsi mengadakan usaha-usaha

sebagai berikut :

a) Membeli barang-barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam

jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan anggota.

b) Menyalurkan barang-barang konsumsi kepada para anggota

dengan harga yang layak.

c) Berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk

keperluan anggota.

30
2.3.6.5.2 Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan

kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan

dengan ongkos (bunga) yang ringan, koperasi ini disebut dengan

koperasi kredit. Contohnya adalah Kredit uang dan Kredit barang

(seperti Kredit sepeda motor Honda, Arisan Sepeda motor dan lain-

lain).

Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman atau kredit itu

koperasi memerlukan modal. Modal Koperasi yang utama adalah

simpanan anggota sendiri. Menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 41,

bahwa Modal sendiri dapat berasal dari: Simpanan Pokok; Simpanan

Wajib; Dana Cadangan dan Hibah. Dari uang simpanan yang

dikumpulkan bersama-sama itu diberikan pinjaman kepada anggota

yang perlu dibantu. Oleh karena itu, maka Koperasi Kredit lebih tepat

disebut Koperasi Simpan Pinjam.

2.3.6.5.3 Koperasi Pegawai / Karyawan

Koperasi Karyawan / Pegawai adalah merupakan salah satu

koperasi fungsional. Kebersamaan fungsional adalah kaitan yang

dinamis dari aktivitas kerja dan usaha pameran serta warga, golongan

dan pelaku-pelaku dalam penyelenggaraan tatanan, baik langsung

maupun tidak langsung. Kebersamaan fungsional tidak menghendaki

31
dominasi pihak-pihak tertentu. Kebersamaan fungsional juga tidak

menghendaki adanya eksploitasi dan penghisapan dalam bentuk

apapun, baik pihak terhadap pihak, golongan terhadap golongan

ataupun seorang terhadap orang lainnya dalam maupun luar kegiatan

usaha koperasi (Ninik Widiyanti, 1991:66).

Dikalangan koperasi fungsional digiatkannya menabung bagi

anggotanya. Pelaksanaan tabungan dipermudah dengan adanya

penghasilan tetap dari anggota-anggotanya. Modal yang dihimpun

dipergunakan untuk memberikan pinjaman kepada anggota yang

memerlukan. Dengan kata lain, usaha yang dilakukan adalah Usaha

Simpan Pinjam. Sistem permodalan koperasi yang mengutamakan

simpanan teratur, terutama simpanan wajib bulanan sangat

mendorong tumbuhnya modal sendiri.

Koperasi menetapkan simpanan wajib anggota yang tidak

sama jumlahnya karena rata-rata simpanan setiap anggota menjadi

lebih besar daripada jika ditetapkan dalam jumlah yang sama.

Pengaturan seperti itu juga lebih mencerminkan kegotongroyongan

karena yang kuat akan berarti membantu yang lemah. Koperasi

fungsional dengan potensi permodalan seperti itu dapat berkembang

dengan cepat partisipasi anggota yang paling kongkrit dalam koperasi

adalah membiayai koperasinya melalui simpanan anggota.

Kegiatan koperasi fungsional yang utama pada waktu ini

adalah dapat diperluas sehari-hari dan sebagainya. Disamping

32
memberikan pinjaman uang, banyak koperasi fungsional yang

menyelenggarakan pertokoan yang menyediakan barang-barang

keperluan keluarga. Sementara koperasi menjual barang atas dasar

kredit, karena jika dijual tunai kurang menarik anggota karena

harganya belum tentu lebih murah dan anggota sering dapat membeli

dengan kredit dari toko lain.

Kegiatan-kegiatan Koperasi tersebut tercermin dalam

kegiatan-kegiatan pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

Bina Karya Kudus yang meliputi simpan pinjam, pertokoan

(Waserda) dan kredit sepeda motor. Sedangkan simpanan-simpanan

yang dilakukan adalah simpanan pokok, simpanan wajib dan

simpanan sukarela yang dibedakan menurut golongan masing-masing

anggota.

2.3.6.5.4 Struktur Organisasi Koperasi

Setiap organisasi dapat menjalankan fungsinya dengan lancar

sebagaimana mestinya, oleh karena itu harus mempunyai organisasi yang

baik dan jelas, dengan mengetahui tugas dan kewajiban setiap organisasi

masing-masing, maka tidak akan terjadi kesimpangsiuran atau

kesalahpahaman dalam melakukan tugas pekerjaan. Menurut Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Pasal 21, Perangkat Organisasi Koperasi terdiri dari : Rapat Anggota,

Pengurus dan Pengawas.

33
a. Rapat Anggota.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian Pasal 22, bahwa Rapat Anggota merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Rapat Anggota

diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun.

b. Pengurus.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian Pasal 29 dan Pasal 30, Pengurus merupakan

pemegang kuasa Rapat Anggota. Pengurus dipilih dari dan oleh

anggota Koperasi dalam Rapat Anggota. Pengurus bertugas :

1. Mengelola Koperasi dan usahanya.

2. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan anggaran

pendapatan dan belanja Koperasi.

3. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas.

5. Memelihara daftar buku anggota dan Pengurus.

c. Pengawas.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian Pasal 38 dan Pasal 39, Pengawas dipilih dari

dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota. Pengawas

bertanggungjawab kepada Rapat Anggota. Pengawas bertugas sebagai

berikut :

34
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan Koperasi.

2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

2.4. Kerangka Teoretis

Kerangka Teoretis dari penilitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1
Kerangaka Teoretis Penelitian

Aktiva

Hutang

Penjualan Analisis Kinerja Keuangan

Modal

SHU

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah oleh sebab itu harus

dapat memenuhi mutu ilmiah suatu penelitian. Salah satu cara untuk dapat

memenuhi mutu ilmiah suatu penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan

dengan metode penelitian. Jenis penelitian ini berupa studi kasus dengan

wawancara untuk memperoleh data-data yang diperlukan di Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Bina Karya Kudus.

Setelah mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, maka perlu

mengetahui metodologi penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian yang

dilakukan meliputi Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian,

Pengumpulan Data, Teknik Pengelolaan dan Analisa Data.

Menurut Arikunto (1993:102), Populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian. Menurut Arikunto (1993:104), Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Pelaksanaan penelitian selalu berhadapan dengan obyek

yang harus diteliti dalam melakukan penelitian, ada kalanya peneliti menjadikan

keseluruhan obyek (populasi) untuk diteliti, ada juga yang mengambil sebagian

saja dari keseluruhan obyek penelitian (sampel) yang untuk diteliti. Menurut

Arikunto (1991:91), Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi

suatu penelitian.

36
3.2. Populasi dan sampel Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian yang dilakukan di Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Bina Karya Kudus sama, yaitu data Laporan Keuangan dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 yang terdapat pada Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Bina Karya Kudus .

3.3.Variabel Penelitian

3.3.1 Macam Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(a). Aktiva, dengan indikator aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain.

(b). Hutang, dengan indikator hutang jangka pendek dan hutang jangka

panjang.

(c). Penjualan, dengan indikator penjualan tunai dan penjualan kredit.

(d). Modal, dengan indikator modal sendiri dan modal dari luar.

(e). Sisa Hasil Usaha (SHU).

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

1. Aktiva, merupakan uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber

yang diharapkan akan direalisasi menjadi hutang kas, dijual atau

dikonsumsi selama sirkulasi usaha koperasi yang normal, yang terdiri dari

atas aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain (rupa-rupa aktiva).

Aktiva lancar terdiri atas kas, piutang dagang, persediaan, serta uang muka

(persekot). Aktiva Tetap terdiri atas tanah dan bangunan, inventaris,

37
sedangkan untuk aktiva lain meliputi peralatan kantor dan perlengkapan

kantor lainnya yang merupakan kekayaan koperasi selama periode tahun

2000-2004.

2. Hutang, merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh koperasi selama

jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan atau perjanjian yang berlaku.

Hutang meliputi hutang jangka pendek merupakan kewajiban yang harus

segera dipenuhi dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan jatuh tempo

biasanya kurang dari 1 tahun selama periode tahun 2000-2004.

3. Penjualan, merupakan hasil penerimaan koperasi baik secara kredit

maupun secara tunai atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen,

selama periode tahun 2000-2004.

4. Modal, merupakan sejumlah dana yang disetorkan atau dikumpulkan baik

dari anggota maupun dari sumber lainnya yang dipergunakan untuk

membiayai seluruh aktivitas kegiatan operasional koperasi selama periode

tahun 2000-2004.

5. SHU, Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang

diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan

kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus

menggunakan data sekunder. Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan

38
sendiri pengumpulannya, melainkan data yang sudah tersedia yang diperoleh

dari neraca dan laporan perhitungan selama lima tahun yaitu tahun 2000 - 2004.

Dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data berikut ini.

a. Interview

Interview yaitu mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait dengan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus yang ditunjuk

untuk menangani dan memberi data pada saat dilakukan penelitian.

b. Dokumen

Dokumen yaitu dengan cara mengumpulkan data dan melalui dokumen-

dokumen yang ada di kantor Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina

Karya Kudus. Dokumen tersebut adalah laporan keuangan koperasi.

3.5.Teknik Pengelolaan dan analisis Data

3.5.1 Teknik Pengelolaan

1. Coding

Suatu aktivitas dilakukan dalam mengklasifikasikan atau

mengkelompokkan data dari obyek penelitian dengan pemberian kode

dari data yang diperoleh.

2. Editing

Mengoreksi data yang dikumpulkan bertujuan mengurangi tingkat

kesalahan dalam memasukkan data.

39
3. Tabulating

Proses memasukkan data yang telah diklasifikasikan ke dalam tabel yang

telah disediakan berupa angka.

4. Komputerisasi

Dalam mengolah data keuangan digunakan alat bantu komputer yaitu

program MS. Word dan MS. Excel.

3.5.2 Analisis Data

Metode analisis data adalah untuk membahas dan menjabarkan data

yang diperoleh, kemudian masalah yang ada disimpulkan agar didapatkan

jawaban yang tepat. Dalam penelitian ini metode analisis data yang

digunakan adalah sebagai berikut ini.

a. Analisis Deskriptif

Analisis metode yang dimaksudkan untuk memperjelas data yang

diperoleh. Metode ini akan membahas antara lain mengenai kondisi yang

ada di dalam obyek penelitian yaitu pada Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Bina Karya Kudus.

Metode Analisis Deskriptif ini diusahakan untuk mengumpulkan

dan menyajikan data yang telah didapat, sehingga dapat memberikan

gambaran secara jelas mengenai kinerja keuangan pada Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Bina Karya Kudus yang dikelompokkan sebagai

berikut ini.

40
Periode I meliputi periode per 1 Januari 2000 - 31 Desember 2000

Periode II meliputi periode per 1 Januari 2001 - 31 Desember 2001

Periode III meliputi periode per 1 Januari 2002 - 31 Desember 2002

Periode IV meliputi periode per 1 Januari 2003 - 31 Desember 2003

Periode V meliputi periode per 1 Januari 2004 - 31 Desember 2004

b. Analisis Keuangan

Dalam penelitian ini untuk melakukan penilaian kinerja pada

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus dilakukan

dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan yang meliputi Rasio

Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Rentabilitas.

(a) Analisis Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan

koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Untuk mengukur tingkat likuiditas dalam hal ini digunakan

bentuk Rasio Likuditas sebagai berikut :

Aktiva Lancar
Rasio Likuiditas = x 100%
Hutang Lancar

41
Standar Likuiditas menurut Departemen Koperasi seperti

terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1
Standar Likuiditas (Current Ratio)

Persentase (%) Kriteria

Diatas 300 % Sangat Likuid

150 – 300 % Likuid

100 – 150 % Cukup Likuid

Dibawah 100 % Tidak Likuid

Sumber : Kinerja Keuangan Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan


Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005.

(b) Analisis Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas adalah yang digunakan untuk mengukur

kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban keuangan baik itu

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

Rasio Solvabilitas yang dirumuskan sebagai berikut :

Total Aktiva
Rasio Solvabilitas = x 100%
Total Hutang

42
Standar Solvabilitas menurut Departemen Koperasi seperti

terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2
Standar Solvabilitas

Persentase (%) Kriteria

Diatas 201 % Sangat Solvabel

100 – 200 % Solvabel

Dibawah 100 % Tidak Solvabel

Sumber : Kinerja Keuangan Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan


Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005.

(c) Analisis Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama

periode tertentu. Cara penilaian rentabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal

Sendiri.

Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha

dengan modal sendiri dan modal yang dipergunakan untuk

menghasilkan laba dan dinyatakan dalam prosentase.

Bentuk Rasio Rentabilitas Ekonomi yang dipergunakan adalah

sebagai berikut :

Sisa Hasil Usaha


Rasio Rentabilitas Ekonomi = x 100%
Modal Usaha

43
Standar Rentabilitas Ekonomi menurut Departemen Koperasi

seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3
Standar Rentabilitas Ekonomi

Persentase (%) Kriteria

> 11 % Sangat Efisien

8 % - 11 % Efisien

<8% Tidak Efisien

Sumber : Kinerja Keuangan Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan


Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005.

Sedangkan Rentabilitas Modal Sendiri adalah perbandingan

antara jumlah laba yang tersedia bagi anggota yang menghasilkan laba

tersebut dilain pihak.

Bentuk Rasio Rentabilitas Modal Sendiri yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Sisa Hasil Usaha


Rasio Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%
Modal Sendiri

44
Standar Rentabilitas Modal Sendiri menurut Departemen

Koperasi seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4
Standar Rentabilitas Modal Sendiri

Persentase (%) Kriteria

> 12 % Sangat Efisien

9 % - 12 % Efisien

<9% Tidak Efisien

Sumber : Kinerja Keuangan Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan


Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya KPRI Bina Karya Kudus

Pada tanggal 29 Agustus 1980 karyawan dan guru-guru di lingkungan

Departemen atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kudus di SD

Purwosari III mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut timbul ide

untuk mendirikan KPN (Koperasi Pegawai Negeri) di lingkungan

DEPDIKBUD (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Awal berdirinya Koperasi Pegawai Negeri ini adalah koperasi simpan

pinjam dan karena adanya kebutuhan sehari-hari dikalangan anggota, maka

koperasi ini dilengkapi dengan adanya Toserda (Toko Serba Ada). Pada

tanggal 11 Januari 1993 dengan Badan Hukum No. 9679a / BH / VI dengan

nama ” KPRI BINA KARYA ”.

Mula-mula anggota KPRI Bina Karya Kudus didukung oleh 183

anggota yang berasal dari unsur-unsur karyawan Depdikbud, karyawan Dinas

P dan K, serta unsur guru-guru Dinas P dan K. KPRI Bina Karya Kudus

dikelola oleh 12 orang pengelola, kemudian menyusut menjadi 11 orang dan

berdasarkan RAT (Rapat Anggaran Tahunan) yang baru dikelola oleh 7

pengelola ditambah 3 orang Pengawas.

Keanggotaan KPRI Bina Karya Kudus berkembang seiring dengan

tumbuhnya kepercayaan calon anggota potensial terhadap KPRI Bina Karya

46
Kudus dan juga bertambahnya jumlah Pegawai Negeri yang bernaung di

instansi Depdikbud dan Dinas P dan K Kabupaten Kudus.

4.1.2. Tujuan didirikannya KPRI Bina Karya Kudus

Sebelum didirikannya KPRI Bina Karya Kudus sudah tentu

mempunyai tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, adapun tujuan

tersebut, antara lain :

1. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para anggota KPRI Bina Karya

Kudus.

2. Memberikan pinjaman modal kepada anggota KPRI Bina Karya Kudus.

3. Untuk meningkatkan peran Koperasi sebagai Badan Usaha dikalangan

Pegawai Negeri.

4.1.3. Struktur Organisasi

Maksud dan tujuan Penggunaan Organisasi di KPRI Bina Karya

Kudus adalah sebagai berikut :

(a). Dalam Pembagian tugas sesuai keahliannya

(b). Mempermudah dalam memberi petunjuk dan pembinaan kepada

pekerja dalam mempergunakan alat-alat yang diperlukan.

(c). Mempermudah dalam mengadakan pengawasan selama pekerjaan

berlangsung.

47
STRUKTUR ORGANISASI
KPRI BINA KARYA KUDUS
PERIODE 2004 – 2006

Rapat
Anggota

Pengurus Pengawas

USP Induk Unit


Toko

Kasir Pembukuan Piutang Kasir Pendidikan Simpanan Pembukuan Kasir Pembukuan Pembelian
Penj. Stock

Anggota

Sumber : KPRI Bina Karya Kudus 2005

Penjelasan Struktur

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian Pasal 21, alat perlengkapan Koperasi terdiri dari :

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan

Koperasi. Rapat anggota diadakan paling sedikit 1 tahun sekali. Rapat

48
anggota berhak meminta keterangan dan tanggung jawab pengurus dan

pengawas mengenai pengelolaan koperasi.

Wewenang dan tugas Rapat Anggota, antara lain menetapkan :

a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

b. Penelitian kebijaksanaan umum dalam memimpin Koperasi.

c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas.

d. Menetapkan rencana kerja, anggaran belanja dan mengesahkan neraca

dan kebijaksanaan pengurus dalam bidang organisasi dan usaha

Koperasi.

e. Menetapkan pembagian Sisa Hasil Usaha.

f. Penilaian laporan Pengawas.

2. Pengurus

Pengurus (Job Diskription) dipilih dari dan oleh anggota Koperasi

dalam Rapat anggota dan mempunyai masa jabatan 5 (lima) tahun.

Wewenang dan Tugas Pengurus antara lain :

a. Mengelola Koperasi dan usahanya.

b. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.

c. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

d. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

e. Mewakili Koperasi didalam dan diluar pengadilan.

49
3. Pengawas

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota.

Persyaratan untuk dipilih menjadi pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar.

Wewenang dan Tugas Pengawas, antara lain :

a). Melakukan Pengawasan terhadap pelaksanaan tata kehidupan

koperasi termasuk bidang organisasi, dan usaha-usaha dalam

kebijaksanaan operasional pengurus serta keuangan koperasi.

b). Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi.

c). Memberikan pendapat dan saran perbaikan.

d). Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan.

4.1.4. Disiplin Kerja

Kedisiplinan di KPRI Bina Karya Kudus berjalan dengan baik, maka

setiap karyawan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Setiap Karyawan wajib datang tepat pada waktunya dan mengisi daftar

hadir.

b. Meniggalkan tempat pada jam kerja hanya diperbolehkan dengan ijin

atasan.

c. Apabila tidak hadir / masuk kerja dengan alasan apapun wajib memberi

kabar kepada atasan sedapat mungkin sebelum pekerjaan dimulai.

50
4.1.5. Kepegawaian

Pengertian Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja didalam

suatu instansi atau lembaga baik Pemerintah maupun swasta yang

memperoleh imbalan atau upah sesuai dengan perjanjian atau aturan yang

berlaku.

Adapun seluruh karyawan KPRI Bina Karya Kudus berjumlah 10

orang terbagi menjadi :

a). Karyawan Tetap : 5 orang

b). Karyawan tidak tetap : 5 orang

4.1.6. Keanggotaan

Anggota merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan

berkoperasi. Seperti diketahui bahwa koperasi merupakan kumpulan orang-

orang dan bukan kumpulan modal, sehingga koperasi tidak dapat berdiri

tanpa adanya anggota. Dalam keanggotaannya KPRI Bina Karya Kudus

terdiri dari ± 102 orang.

4.1.7. Jenis Kegiatan Usaha

KPRI Bina Karya Kudus tergolong Koperasi yang sudah berhasil

dalam melaksanakan kegiatannya, dimana koperasi ini dapat meningkatkan

perekonomian anggota atau Pegawai. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh

KPRI Bina Karya ini adalah : Simpan Pinjam, Toserda (Toko Serba Ada) dan

usaha lain-lain (seperti arisan motor).

51
1. Simpan Pinjam

Simpan Pinjam dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu

sebagai berikut :

a. Kredit Jangka Pendek

Kredit jangka Pendek di KPRI Bina Karya Kudus ada 3 (tiga) jangka

waktu yang sudah ditetapkan, yaitu 10 bulan, 12 bulan dan 15 bulan.

b. Kredit Jangka Panjang

Kredit jangka panjang di KPRI Bina Karya Kudus, jangka waktu yang

sudah ditetapkan, yaitu 20 bulan, 24 bulan, 30 bulan dan 36 bulan.

Syarat untuk mengajukan pinjaman (kredit) dari KPRI Bina Karya

Kudus adalah sebagai berikut :

(1). Anggota yang mempunyai gaji di Dinas Kabupaten Kudus.

(2). Mengajukan permohonan kredit.

(3). Rapat pleno (disetujui) setiap rapat pada tanggal 25.

(4). Resiko kreditnya adalah setiap pengambilan dikenakan biaya koperasi

provisi kredit dan resiko kredit.

(5). Minimal angsuran per bulannya disesuaikan sisa gaji.

(6). Tidak mempunyai pinjaman, atau sisa pinjaman harus dilunasi, atau

pinjaman baru diberikan jika sisa pinjaman maksimal tinggal 50 %

(tanpa harus melunasi sisa pinjaman).

2. Toko Serba Ada (Toserda)

Toserda di KPRI Bina Karya Kudus, anggota memperbolehkan untuk

membayar barang yang dibeli secara tunai dan kredit. Jika membayar

52
secara kredit, setiap bulan gaji anggota dipotong sesuai dengan perjanjian

yang sudah ditetapkan. Toserda di KPRI Bina Karya Kudus, menjual

barang-barang kelontong dan sembako.

4.1.8. Kegiatan Sosial

Selain kegiatan usaha yang telah diuraikan sebelumnya, untuk

menambah kesejahteraan anggota, KPRI Bina Karya Kudus juga mengadakan

kegiatan dalam program kerjanya. Kegiatan sosial itu berupa:

1. Khitanan Masal yang diadakan yayasan dan KPRI Bina Karya Kudus ikut

berperan dalam memberikan sumbangan kepada yayasan tersebut.

Sumbangan tersebut diambil dari uang khusus untuk kegiatan sosial.

2. Hari ulang Tahun Koperasi setiap bulan Juli, iurannya diserahkan kepada

Dinas Perindustrian, perdagangan dan koperasi. Hari Koperasi ini

dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, perdagangan dan koperasi.

3. Memberikan santunan Duka bagi anggota yang meninggal. Untuk

santunan duka ini, setiap anggota wajib iuran uang sebesar Rp. 2.000,00

dikali jumlah anggota koperasi. Sedangkan untuk koperasi sendiri

memberikan iuran uang sebesar Rp. 100.000,00.

4.1.9. Alat Penunjang Usaha

Keberhasilan suatu koperasi tidak lepas dari alat penunjang

perkembangan usaha koperasi itu sendiri. Alat penunjang usaha KPRI Bina

Karya Kudus, yaitu:

53
a. Modal

Sumber permodalan koperasi berasal dari simpanan-simpanan anggota

melalui simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.

Simpanan anggota tersebut dijelaskan.

1) Simpanan Pokok, yaitu simpanan yang dibayarkan pada waktu

menjadi anggota koperasi sebesar Rp. 1.000,00.

2) Simpanan wajib, yaitu simpanan yang dibayarkan anggota koperasi

tiap bulan. Setiap anggota wajib memberikan uang sebesar Rp.

5.000,00, sedangkan untuk bantuan sebesar Rp. 20.000,00. jadi

jumlahnya sebesar Rp. 25.000,00.

3) Simpanan Sukarela, adalah simpanan yang dibayar tergantung pada

kemampuan masing-masing anggota. Minimal uang yang dibayar

sebesar Rp. 5.000,00 per bulan.

b. Pelayanan

Pelayanan dalam koperasi merupakan faktor tidak langsung dari alat

penunjang usaha koperasi yang berbeda dengan modal dan administrasi

usaha yaitu berupa penyediaan barang. Pelayanan di KPRI Bina Karya

Kudus ini dilakukan setiap hari oleh pengurus koperasi, meliputi :

1) barang-barang konsumsi

2) barang elektronik

3) alat-alat tulis

4) macam-macam bahan makanan

5) macam-macam bahan pakaian jadi

54
6) obat-obatan

7) dan lain-lain

4.2. Penyajian Data

Pengelolaan keuangan dan modal pada Koperasi merupakan masalah yang

penting untuk menjaga kelangsungan hidup koperasi. Pertambahan aktiva

menunjukkan adanya perkembangan positif bagi koperasi, jika diimbangi dengan

kenaikan SHU dan pendapatan koperasi agar tujuan koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan anggotanya dapat tercapai.

Meninjau lebih jauh kondisi keuangan KPRI Bina Karya Kudus sehingga

dapat diketahui kinerja keuangannya, akan tampak pada Rasio Likuiditas, Rasio

Solvabilitas dan Rasio Rentabilitas yang dihasilkan melalui laporan keuangan

neraca dan laporan rugi laba KPRI Bina Karya Kudus. Adapun komponen-

komponen dari laporan keuangan pada KPRI Bina Karya Kudus yang digunakan

untuk menentukan kinerja keuangan yang diukur dengan Rasio Likuiditas, Rasio

Solvabilitas dan Rasio Rentabilitas, meliputi berikut ini.

4.2.1. Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang berupa aktiva dan pasiva,

dimana menunjukkan harta atau kekayaan badan usaha atau perusahaan yang

bersangkutan. Berdasarkan laporan neraca KPRI Bina Karya Kudus selama

lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004 dapat disusun neraca secara

komparatif seperti yang terlampir pada lampiran 1 – 5. Untuk keperluan

55
analisis kinerja keuangan secara umum, komponen neraca dapat disajikan

pada tabel berikut ini.

Tabel 1
Komponen Neraca
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 – 2004 (dalam Rupiah)

No Komponen 2000 2001 2002 2003 2004


1 Aktiva Lancar 702.385.864,89 938.618.288,32 1.058.984.321,45 1.255.129.902,15 1.513.776.747,02
2 Aktiva Tetap 52.212.670,00 52.951.830,00 50.490.990,00 48.030.150,00 48.006.360,00
3 Total Aktiva 781.616.984,89 1.022.785.568,32 1.144.587.761,45 1.343.312.502,15 1.606.345.657,02
4 Hutang Lancar 118.100.275,00 175.590.225,00 218.577.485,00 265.940.270,22 346.018.969,51
5 Modal Sendiri 586.838.471,34 711.790.671,34 836.257.531,34 964.950.931,34 1.101.662.431,34
Sumber: Data Laporan Neraca Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya
Kudus, tahun 2004.

Dari data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa aktiva lancar KPRI

Bina Karya Kudus setiap tahun mengalami kenaikan karena setiap tahun ada

penerimaan kas dan pemberian piutang dari utang pihak ketiga yaitu dari BRI

(Bank Rakyat Indonesia), PKPRI, PT Taspen dan Rumah Sakit Khotijah.

Aktiva Tetap KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir

mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2001 mengalami penurunan,

karena adanya penghapusan barang yang rusak.

Total Aktiva KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir

mangalami peningkatan, karena pada aktiva lancar dan aktiva tetap selama

lima tahun terakhir juga mengalami kenaikan.

Hutang Lancar KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan, karena setiap tahun adanya penambahan simpanan,

56
penambahan dana, penambahan penyisihan, penambahan utang, dan

penambahan SKK (Simpanan Khusus kredit).

Modal Sendiri KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan, karena adanya penambahan simpanan, penambahan

cadangan, penambahan sumbangan, dan penambahan donasi.

4.2.2. Laporan Rugi laba

Berdasarkan Laporan Rugi Laba pada KPRI Bina Karya Kudus

selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004 dapat disusun Laporan

Rugi Laba secara komparatif seperti yang terlampir pada lampiran 6 – 10.

Bertujuan untuk keperluan Analisis Kinerja Keuangan secara umum,

komponen Laporan Rugi Laba dapat disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2
Komponen Rugi Laba
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 – 2004 (dalam Rupiah)

No. Komponen 2000 2001 2002 2003 2004


1 Laba Kotor 9.179.831,55 18.881.193,00 22.149.277,11 20.265.169,59 20.457.347,17
 Biaya Operasional 5.510.175,00 11.336.175,00 13.297.575,00 12.008.175,00 12.008.175,00
3 SHU 3.669.656,55 7.545.018,98 8.859.877,11 8.256.994,59 8.449.172,17
Sumber: Data Laporan Neraca Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya
Kudus, tahun 2004.

Dari data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Laba kotor KPRI Bina

Karya Kudus selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan, karena

pada pendapatan penjualan, pendapatan jasa piutang toko, dan pendapatan

komisi selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan.

57
Biaya Operasional pada KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun

berfluktuasi. Biaya Operasional tahun 2003 mengalami penurunan, karena

pada biaya promosi 60 % mengalami penurunan.

SHU (Sisa Hasil Usaha) pada KPRI Bina Karya Kudus selama lima

tahun terakhir berfluktuasi. Pada tahun 2003 SHU mengalami penurunan,

karena jumlah laba penjualan, jumlah pendapatan, dan jumlah biaya

mengalami penurunan.

4.3. Analisis Data

Untuk mengetahui perkembangan Kinerja Keuangan pada KPRI Bina Karya

Kudus selama periode tahun 2000 – 2004, akan dipergunakan analisis keuangan

ditinjau dari Aspek Likuiditas, Aspek Solvabilitas dan Aspek Rentabilitas dari

laporan keuangan KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir.

4.3.1. Likuiditas

Berdasarkan laporan keuangan KPRI Bina Karya Kudus sebagaimana

telah disajikan dalam komponen neraca dan komponen Rugi Laba selama

lima tahun terakhir yaitu periode tahun 2000 – 2004 setelah melalui

pengolahan, maka perhitungan analisis kinerja keuangan ditinjau dari Aspek

Likuiditas pada KPRI Bina karya Kudus akan tampak pada tabel dibawah ini.

58
Tabel 3
Perhitungan dan Perkembangan Aspek Likuiditas
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 - 2004
Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Likuiditas Perubahan
Tahun
(Rupiah) (Rupiah) (%) (%)
1 2 3 4 : 2 / 3 X 100 % 5
2000 702.385.864,89 118.100.275,00 595,58 -
2001 938.618.288,32 175.590.225,00 534,55 (61,03)
2002 1.058.984.321,45 218.577.485,00 484,49 (50,06)
2003 1.255.129.902,15 265.940.270,22 471,96 (12,53)
2004 1.513.776.747,02 346.018.969,51 437,48 (34,48)
Sumber : Data Sekunder yang diolah.

Dari tabel tersebut diatas memberikan gambaran secara jelas tentang

kondisi Likuiditas pada KPRI Bina Karya Kudus menunjukkan bahwa pada

tahun 2000 tingkat likuiditasnya adalah sebesar 595,58 %, tahun 2001 sebesar

534,55 % dengan tingkat penurunan 61,03 % dibandingkan tahun 2000.

Tingkat likuiditas tahun 2002 sebesar 484,49 % dengan penurunan sebesar

50,06 % dibandingkan tahun 2001, sedangkan untuk likuiditas KPRI Bina

Karya Kudus tahun 2003 sebesar 471,96 % sehingga penurunan sebesar

12,53 % dibandingkan tahun 2002 serta terjadi penurunan yang besar sekali

persentasenya pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003, yaitu sebesar

437,48 % rasio likuiditas yang dihasilkan dengan penurunan 34,48 %.

Standar Likuiditas menurut Departemen Koperasi Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kudus 2005 adalah <

100 % berarti tidak likuid, 100 % - 150 % berarti cukup likuid, 150 % - ≤ 300

% berarti likuid dan > 300 % berarti sangat likuid. Apabila kurang dari

standar yang telah ditentukan berarti likuiditas buruk dan apabila lebih besar

59
dari standar berarti tidak semua modal digunakan dalam operasional usaha

koperasi. Dibandingkan dengan standar kinerja keuangan ditinjau dari aspek

likuiditas yang ditetapkan Departemen Koperasi Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005 dapat dijelaskan

bahwa tingkat likuiditas KPRI Bina Karya Kudus secara umum adalah sangat

likuid, berarti tidak semua modal digunakan dalam operasional usaha

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Bina Karya Kudus. Jika dicermati

secara lebih rinci tingkat likuiditas pada KPRI Bina Karya Kudus pada tahun

2000 – 2004 mengalami penurunan.

4.3.2. Solvabilitas

Berdasarkan Laporan keuangan KPRI Bina Karya Kudus

sebagaimana telah disajikan dalam komponen neraca dan komponen rugi laba

selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004, setelah melalui

pengolahan, maka perhitungan analisis kinerja keuangan ditinjau dari aspek

solvabilitas pada KPRI Bina Karya Kudus dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4
Perhitungan dan Perkembangan Aspek Solvabilitas
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 - 2004
Total Aktiva Total Hutang Rasio Solvabilitas Perubahan
Tahun
(Rupiah) (Rupiah) (%) (%)
1 2 3 4 : 2 / 3 X 100 % 5
2000 781.616.984,89 148.859.350,00 525,07 -
2001 1.022.785.568,32 268.885.345,00 380,38 (144,69)
2002 1.144.587.761,45 253.791.610,00 450,99 (70,61)
2003 1.343.312.502,15 305.066.895,22 440,33 (10,66)
2004 1.606.345.657,02 430.924.276,51 372,77 (67,56)
Sumber : Data Sekunder yang diolah.

60
Dari tabel tersebut diatas memberikan gambaran secara jelas tentang

kondisi Solvabilitas pada KPRI Bina Karya Kudus menunjukkan bahwa pada

tahun 2000 tingkat Solvabilitasnya adalah sebesar 525,07 %, tahun 2001

sebesar 380,38 % dengan tingkat penurunan 144,69 % dibandingkan tahun

2000. Tingkat Solvabilitas tahun 2002 sebesar 450,99 % dengan peningkatan

sebesar 70,61 % dibandingkan tahun 2001, sedangkan untuk Solvabilitas

KPRI Bina Karya Kudus tahun 2003 sebesar 440,33 % sehingga penurunan

sebesar 10,66 % dibandingkan tahun 2002 serta terjadi penurunan pada tahun

2004 dibandingkan tahun 2003, yaitu sebesar 372,77 % Rasio Solvabilitas

yang dihasilkan dengan penurunan 67,56 %.

Standar Solvabilitas menurut Departemen Koperasi Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kudus 2005 adalah >

201 % berarti Sangat Solvabel, 100 % – 200 % berarti Solvabel, < 100 %

berarti Tidak Solvabel. Apabila kurang dari standar yang telah ditentukan

berarti Solvabilitas buruk dan apabila lebih besar dari standar berarti dana

koperasi lebih dari cukup untuk menjamin hutang lancarnya atau hutang-

hutang lain yang seharusnya dibayar. Dibandingkan dengan standar Rasio

Solvabilitas yang ditetapkan oleh Departemen Koperasi Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005 dapat dijelaskan

bahwa tingkat Solvabilitas KPRI Bina Karya Kudus secara umum adalah baik

atau dalam keadaan yang sangat solvabel. Hal ini dikarenakan tingkat

solvabilitas selama periode tahun 2000 – 2004 berada diantara standar yang

telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan

61
dan Koperasi Kabupaten kudus. Jika dicermati secara lebih rinci tingkat

solvabilitas pada KPRI Bina Karya Kudus sejak tahun 2000 – 2004

cenderung berfluktuasi tetapi masih dalam keadaan sangat solvabel.

4.3.3. Rentabilitas

Berdasarkan laporan keuangan KPRI Bina Karya Kudus sebagaimana

telah disajikan dalam komponen neraca dan komponen Rugi Laba selama

lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004, setelah melalui pengolahan,

maka perhitungan kinerja keuangan ditinjau dari aspek rentabilitas modal

sendiri pada KPRI Bina Karya Kudus dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5
Perhitungan dan Perkembangan Aspek Rentabilitas Modal Sendiri
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 - 2004
Rasio Rentabilitas
Laba (SHU) Modal Sendiri Perubahan
Tahun Modal Sendiri
(Rupiah) (Rupiah) (%)
(%)
1 2 3 4 : 2 / 3 X 100 % 5
2000 45.919.163,55 586.838.471,34 7,82 -
2001 42.109.551,98 711.790.671,32 5,91 (1,90)
2002 54.538.620,11 836.257.531,34 6,52 (0,60)
2003 73.234.675,59 964.950.931,34 7,58 (1,07)
2004 73.758.949,17 1.101.662.431,34 6,95 (0,89)
Sumber : Data Sekunder yang diolah.

Dari tabel tersebut diatas memberikan gambaran secara jelas tentang

kondisi Rentabilitas Modal Sendiri pada KPRI Bina Karya Kudus

menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tingkat Rentabilitas Modal Sendiri

adalah sebesar 7,82 %, tahun 2001 sebesar 5,91 % dengan tingkat penurunan

1,90 % dibandingkan tahun 2000. Tingkat Rentabilitas Modal Sendiri tahun

62
2002 sebesar 6,52 % dengan peningkatan sebesar 0,60 % dibandingkan tahun

2001. Sedangkan untuk Rentabilitas modal Sendiri KPRI Bina Karya Kudus

tahun 2003 sebesar 7,58 % sehingga peningkatan sebesar 1,07 %

dibandingkan tahun 2002. Terjadi penurunan persentasenya pada tahun 2004

dibandingkan tahun 2003, yaitu sebesar 6,95 % Rasio Rentabilitas Modal

Sendiri yang dihasilkan dengan penurunan 0,89 %.

Untuk mengukur Tingkat Rentabilitas Modal Sendiri pada KPRI Bina

Karya Kudus dapat diukur dengan menggunakan kriteria atau standar

rentabilitas menurut Departemen Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005 adalah < 9 % berarti tidak

efisien, 9 % - 12 % berarti efisien dan > 12 % berarti sangat efisien.

Dibandingkan dengan standar tersebut dapat diketahui bahwa tingkat

rentabilitas KPRI Bina Karya Kudus secara umum dilihat dari rata – rata

dengan rasio sebesar 29,22 % adalah sangat efisien, demikian juga jika

dicermati untuk tiap tahunnya KPRI Bina Karya Kudus juga mengalami

kondisi yang sangat efisien karena terletak pada interval >12 % bahkan dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 rasio rentabilitas modal sendiri < 9 %.

Tingkat sangat efisien yang dicapai dengan ditunjukkan oleh aspek

rentabilitas modal sendiri yang dihasilkan selama periode lima tahun terakhir

tersebut, disebabkan karena masih berada pada interval yang ditetapkan

Departemen Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Kudus tahun 2005. Dengan demikian menunjukkan bahwa

63
pengelolaan keuangan pada KPRI Bina Karya Kudus dilihat dari aspek

rentabilitasnya sudah baik/efisien.

Tabel 6
Perhitungan dan Perkembangan Aspek Rentabilitas Ekonomi
KPRI Bina Karya Kudus
Tahun 2000 - 2004
Rasio Rentabilitas
Laba (SHU) Total Aktiva Perubahan
Tahun Ekonomi
(Rupiah) (Rupiah) (%)
(%)
1 2 3 4 : 2 / 3 X 100 % 5
2000 45.919.163,55 781.616.984,89 5,87 -
2001 42.109.551,98 1.022.785.568,00 4,12 (1,75)
2002 54.538.620,11 1.144.587.761,00 4,76 (0,64)
2003 73.234.675,59 1.343.312.502,00 5,45 (0,69)
2004 73.758.949,17 1.606.345.657,00 4,59 (0,86)
Sumber : Data Sekunder yang diolah.

Dari tabel tersebut diatas memberikan gambaran secara jelas tentang

kondisi Rentabilitas Ekonomi pada KPRI Bina Karya Kudus menunjukkan

bahwa pada tahun 2000 tingkat Rentabilitas Ekonomi adalah sebesar 5,87 %,

tahun 2001 sebesar 4,12 % dengan tingkat penurunan 1,75 % dibandingkan

tahun 2000. Tingkat Rentabilitas Ekonomi tahun 2002 sebesar 4,76 % dengan

peningkatan sebesar 0,64 % dibandingkan tahun 2001. Sedangkan untuk

Rentabilitas Ekonomi KPRI Bina Karya Kudus tahun 2003 sebesar 5,45 %

sehingga peningkatan sebesar 0,69 % dibandingkan tahun 2002. Terjadi

penurunan persentasenya pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003, yaitu

sebesar 4,59 % rasio Rentabilitas Ekonomi yang dihasilkan dengan

penurunan 0,86 %.

Mengukur Tingkat Rentabilitas Ekonomi pada KPRI Bina Karya

Kudus dapat diukur dengan menggunakan kriteria atau standar rentabilitas

64
ekonomi menurut Departemen Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi Kabupaten Kudus Tahun 2005 adalah < 8 % berarti tidak

efisien, 8 % - 11 % berarti efisien dan > 11 % berarti sangat efisien.

Dibandingkan dengan standar tersebut dapat diketahui bahwa tingkat

rentabilitas ekonomi KPRI Bina Karya Kudus secara umum dilihat dari rata-

rata dengan rasio sebesar 21,12 % adalah sangat efisien, demikian juga jika

dicermati untuk tiap tahunnya KPRI Bina Karya Kudus juga mengalami

kondisi yang sangat efisien karena terletak pada interval > 11 %.

Tingkat sangat efisien yang dicapai dengan ditunjukkan oleh aspek

rentabilitas ekonomi yang dihasilkan selama periode lima tahun terakhir

tersebut, disebabkan karena masih berada pada interval yang ditetapkan

Departemen Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Kudus tahun 2005. Dengan demikian menunjukkan bahwa

pengelolaan keuangan pada KPRI Bina Karya Kudus dilihat dari aspek

rentabilitasnya sudah sangat baik/sangat efisien.

4.4. Pembahasan

Dengan berdasarkan analisis kinerja keuangan pada KPRI Bina Karya Kudus

dengan menggunakan analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas akan

memberikan gambaran kondisi keuangan koperasi yang bersangkutan. Ditinjau

dari aspek likuiditas dan solvabilitas pengelolaan keuangan pada KPRI Bina

Karya Kudus sangat likuid dan dalam kondisi yang sangat solvabel, walaupun

persentase rasio yang dihasilkan mengalami penurunan dan berfluktuasi dari

65
tahun ke tahun selama lima tahun terakhir tersebut. Untuk aspek rentabilitas,

pengelolaan keuangan pada KPRI Bina Karya Kudus dapat dikatakan sudah

sangat efisien.

4.4.1. Perkembangan Likuiditas

Analisis Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan

Koperasi dalam hal ini koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Kemampuan membayar tersebut baru akan diketahui setelah

membandingkan keseluruhan harta atau aktiva lancarnya dengan

kewajiban-kewajiban keuangan yang menjadi tanggung jawab koperasi dan

harus segeradipenuhi. Likuiditas menggambarkan bagaimana KPRI Bina

Karya Kudus dalam hal memberikan jaminan kepada kreditur dalam

memenuhi atau kewajiban jangka pendeknya.

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa tingkat likuiditas selama

lima tahun terakhir oleh KPRI Bina Karya Kudus secara berturut-turut dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar 595,58 %, 534,55 %,

484,49 %, 471,96 % dan 437,48 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara

umum tingkat likuiditas pada KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun

terakhir tersebut mengalami penurunan, karena adanya SKK (Simpanan

Khusus Kredit) pada tahun 2001-2004 akan tetapi pada tahun 2000 tidak

ada SKK sehingga tahun 2001-2004 mengalami penurunan. SKK adalah

simpanan yang terhimpun dari 40 % jumlah pendapatan bunga kredit

66
jangka panjang, yang perlakuannya sama dengan SHU dan sesuai dengan

Keputusan RAT tutup buku tahun 2000.

Pada tahun 2000 jumlah aktiva lancar KPRI Bina Karya Kudus

sebesar Rp. 702.385.864,89 dan jumlah hutang lancarnya sebesar

Rp. 118.100.275,00 sehingga memperoleh tingkat likuiditas sebesar 595,58

%. Hal ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1.00,00 dijamin

dengan aktiva lancar sebesar Rp. 5.947.

Pada tahun 2001 jumlah aktiva lancar KPRI Bina Karya Kudus

sebesar Rp. 938.618.288,32 dan jumlah hutang lancarnya sebesar

Rp. 175.590.225,00 sehingga memperoleh tingkat likuiditas sebesar 534,55

%. Hal ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1.00,00 dijamin

dengan aktiva lancar sebesar Rp. 5.345,50.

Pada tahun 2002 jumlah aktiva lancar KPRI Bina Karya Kudus

sebesar Rp. 1.058.984.321,45 dan jumlah hutang lancarnya sebesar

Rp. 218.577.485,00 sehingga memperoleh tingkat likuiditas sebesar

484,49 %. Hal ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1.00,00

dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 4.844,90.

Pada tahun 2003 jumlah aktiva lancar KPRI Bina Karya Kudus

sebesar Rp. 1.255.129.902,15 dan jumlah hutang lancarnya sebesar

Rp. 265.940.270,22 sehingga memperoleh tingkat likuiditas sebesar

471,96 %. Hal ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1.00,00

dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 4.719,60.

67
Pada tahun 2004 jumlah aktiva lancar KPRI Bina Karya Kudus

sebesar Rp. 1.513.776.747,02 dan jumlah hutang lancarnya sebesar

Rp. 346.018.969,51 sehingga memperoleh tingkat likuiditas sebesar

437,48 %. Hal ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1.00,00

dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 4.374,80.

Dengan demikian tampak bahwa tingkat likuiditas KPRI Bina Karya

Kudus selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004 dalam kondisi

sangat Likuid berdasarkan standar yang ditetapkan, walaupun dari tahun ke

tahun mengalami penurunan rasio yang dihasilkan karena adanya SKK

(Simpanan Khusus Kredit) pada tahun 2001-2004 akan tetapi pada tahun

2000 tidak ada SKK sehingga tahun 2001-2004 mengalami penurunan. Hal

ini berarti KPRI Bina Karya Kudus mempunyai dana yang lebih dari cukup

untuk menjamin hutang lancarnya dan hutang-hutangnya yang lain yang

harus segera dilunasi, karena kebijakan dari manajemen koperasi lebih

mengutamakan penggalian / pemupukan modal dari dalam koperasi itu

sendiri / anggota.

4.4.2. Perkembangan solvabilitas

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam hal ini koperasi guna memenuhi seluruh kewajiban

keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingkat

solvabilitas koperasi dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva

68
dengan jumlah hutang, jadi setiap penambahan nilai hutang akan

menurunkan tingkat solvabilitas koperasi.

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa tingkat solvabilitas

selama lima tahun terakhir oleh KPRI Bina Karya Kudus secara berturut-

turut dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar 525,07 %,

380,38 %, 450,99 %, 440,33 % dan 372,77 %. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum tingkat solvabilitas pada KPRI Bina Karya Kudus selama

lima tahun terakhir tersebut berfluktuasi. Tingkat solvabilitas berfluktuasi,

karena adanya utang pihak ketiga yaitu PT Taspen dan PKPRI. Pada tahun

2001 ada penambahan utang pihak ketiga yaitu BRI (Bank Rakyat

Indonesia) dan pada tahun 2004 Rumah Sakit Khotijah.

Pada tahun 2000 jumlah aktiva KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 781.616.984,89 dan jumlah hutang sebesar Rp. 148.859.350,00

sehingga memperoleh tingkat solvabilitas sebesar 525,07 %. Hal ini berarti

bahwa setiap kewajiban sebesar Rp. 1.00,00 dijamin dengan aktiva sebesar

Rp. 5.250.

Pada tahun 2001 jumlah aktiva KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 1.022.785.568,32 dan jumlah hutang sebesar Rp. 268.885.345,00

sehingga memperoleh tingkat solvabilitas sebesar 380,38 %. Hal ini berarti

bahwa setiap kewajiban sebesar Rp. 100,00 dijamin dengan aktiva sebesar

Rp. 3.804.

Pada tahun 2002 jumlah aktiva KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 1.144.587.761,45 dan jumlah hutang sebesar Rp. 253.791.610,00

69
sehingga memperoleh tingkat solvabilitas sebesar 450,99 %. Hal ini berarti

bahwa setiap kewajiban sebesar Rp. 1.00,00 dijamin dengan aktiva sebesar

Rp. 4.493.

Pada tahun 2003 jumlah aktiva KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 1.343.312.502,15 dan jumlah hutang sebesar Rp. 305.066.895,22

sehingga memperoleh tingkat solvabilitas sebesar 440,33 %. Hal ini berarti

bahwa setiap kewajiban sebesar Rp. 1.00,00 dijamin dengan aktiva sebesar

Rp. 4.403.

Pada tahun 2004 jumlah aktiva KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 1.606.345.657,02 dan jumlah hutang sebesar Rp. 430.924.276,51

sehingga memperoleh tingkat solvabilitas sebesar 372,77 %. Hal ini berarti

bahwa setiap kewajiban sebesar Rp. 1.00,00 dijamin dengan aktiva sebesar

Rp. 3.728.

Dengan demikian tampak bahwa tingkat solvabilitas KPRI Bina

Karya Kudus selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004 dalam

kondisi sangat solvabel berdasarkan standar yang ditetapkan, walaupun dari

tahun ke tahun berfluktuasi rasio yang dihasilkan karena adanya utang

pihak ketiga yaitu PT Taspen dan PKPRI. Pada tahun 2001 ada

penambahan utang pihak ketiga yaitu BRI (Bank Rakyat Indonesia) dan

pada tahun 2004 Rumah Sakit Khotijah. Hal ini berarti KPRI Bina Karya

Kudus mempunyai dana yang lebih dari cukup untuk menjamin hutang

lancarnya dan hutang-hutangnya yang lain yang harus segera dilunasi,

70
karena kebijakan dari manajemen koperasi lebih mengutamakan

penggalian/pemupukan modal dari dalam koperasi itu sendiri / anggota.

4.4.3. Perkembangan Rentabilitas

Analisis rentabilitas mencerminkan kemampuan suatu perusahaan

dalam hal ini adalah koperasi untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu. Metode yang dilakukan untuk menilai rentabilitas modal sendiri

pada KPRI Bina Karya Kudus adalah dengan membandingkan laba / SHU

dengan modal sendiri, sedangkan untuk menilai rentabilitas ekonomi pada

KPRI Bina Karya Kudus adalah dengan membandingkan laba / SHU

dengan total aktiva yang digunakan sebagai modal dalam koperasi.

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa tingkat rentabilitas

modal sendiri selama lima tahun terakhir oleh KPRI Bina Karya Kudus

secara berturut-turut dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah

sebesar 7,82 %, 5,91 %, 6,52 %, 7,58 % dan 6,95 %. Hal ini menunjukkan

bahwa secara umum tingkat rentabilitas modal kerja pada KPRI Bina Karya

Kudus selama lima tahun terakhir tersebut berfluktuasi, karena kenaikan

modal sendiri KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi dengan kenaikan

laba usaha yang signifikan.

Pada tahun 2000 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 45.919.163,55 dan jumlah modal sendiri sebesar Rp. 586.838.471,34

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 7,82 %. Hal ini berarti

71
bahwa setiap modal sendiri sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar

Rp. 0,078.

Pada tahun 2001 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 42.109.551,98 dan jumlah modal sendiri sebesar Rp. 711.790.671,32

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 5,91 %. Hal ini berarti

bahwa setiap modal sendiri sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar

Rp. 0,059.

Pada tahun 2002 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 54.538.620,11 dan jumlah modal sendiri sebesar Rp. 836.257.531,34

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas modal sendiri sebesar 6,52 %. Hal

ini berarti bahwa setiap modal sendiri sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan

laba sebesar Rp. 0,065.

Pada tahun 2003 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 73.234.675,59 dan jumlah modal sendiri sebesar Rp. 964.950.931,34

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 7,58 %. Hal ini berarti

bahwa setiap modal sendiri sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar

Rp. 0,076.

Pada tahun 2004 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 73.758.949,17 dan jumlah modal sendiri sebesar Rp. 1.101.662.431,34

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 6,95 %. Hal ini berarti

bahwa setiap modal sendiri sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar

Rp. 0,067.

72
Dengan demikian tampak bahwa tingkat rentabilitas modal sendiri

KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 –

2004 dalam kondisi sangat efisien berdasarkan standar yang ditetapkan,

walaupun dari tahun ke tahun berfluktuasi rasio yang dihasilkan karena

kenaikan modal sendiri KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi dengan

kenaikan laba usaha yang signifikan. Hal ini berarti KPRI Bina Karya

Kudus mempunyai dana yang lebih dari cukup untuk menjamin seluruh

hutang yang harus segera dilunasi selama jangka waktu yang telah

ditetapkan.

Dari hasil data diperoleh hasil bahwa tingkat rentabilitas ekonomi

selama lima tahun terakhir oleh KPRI Bina Karya Kudus secara berturut-

turut dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar 5,87 %,

4,12 %, 4,76 %, 5,45 %, 4,59 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum

tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI Bina Karya Kudus selama lima

tahun terakhir tersebut mengalami fluktuasi naik turun, karena kenaikan

total aktiva KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi dengan kenaikan laba

usaha yang signifikan.

Pada tahun 2000 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 45.919.163,55 dan jumlah aktiva sebesar Rp. 781.616.984,89 sehingga

memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 5,87 %. Hal ini berarti bahwa

setiap aktiva sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar Rp. 0,059.

Pada tahun 2001 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 42.109.551,98 dan jumlah aktiva sebesar Rp. 1.022.785.568,00

73
sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 4,12 %. Hal ini berarti

bahwa setiap aktiva sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar

Rp. 0,041.

Pada tahun 2002 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 54.538.620,11 dan jumlah aktiva sebesar Rp. 1.144.587.761,00

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 4,76 %. Hal ini berarti

bahwa setiap aktiva sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar Rp.

0,048.

Pada tahun 2003 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 73.234.675,59 dan jumlah aktiva sebesar Rp. 1.343.312.502,00

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 5,45 %. Hal ini berarti

bahwa setiap aktiva sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar Rp.

0,055.

Pada tahun 2004 jumlah Laba KPRI Bina Karya Kudus sebesar

Rp. 73.758.949,17 dan jumlah aktiva sebesar Rp. 1.606.345.657,00

sehingga memperoleh tingkat rentabilitas sebesar 4,59 %. Hal ini berarti

bahwa setiap aktiva sebesar Rp. 1.00,00 menghasilkan laba sebesar Rp.

0,046.

Dengan demikian tampak bahwa tingkat rentabilitas ekonomi KPRI

Bina Karya Kudus selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 – 2004

dalam kondisi sangat efisien berdasarkan standar yang ditetapkan,

walaupun dari tahun ke tahun berfluktuasi naik turun rasio yang dihasilkan

karena kenaikan total aktiva KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi

74
dengan kenaikan laba usaha yang signifikan. Hal ini berarti KPRI Bina

Karya Kudus mempunyai dana yang lebih dari cukup untuk menjamin

seluruh hutang baik hutang dari anggota maupunn non anggota sejumlah

total aktivanya yang harus dilunasi selama jangk awaktu yang telah

ditetapkan. Namun pada kenyataannya KPRI Bina Karya Kudus hanya

menggunakan hutang anggota saja, sehingga rentabilitas ekonomi yang

tidak efisien tidak berpengaruh besar terhadap efisiensi operasional

koperasi.

75
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kinerja keuangan yang telah dicapai oleh KPRI Bina Karya Kudus selama

lima tahun terakhir yaitu 2000 – 2004 ditinjau dari aspek likuiditas, solvabilitas dan

rentabilitas dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis sebagai berikut ini.

5.1.1 Tingkat likuiditas KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun dalam kondisi

sangat likuid berdasarkan standar yang ditetapkan terletak pada interval

>300%, walaupun dari tahun ke tahun mengalami penurunan rasio yang

dihasilkan karena adanya SKK (Simpanan Khusus Kredit) pada tahun 2001-

2004 akan tetapi pada tahun 2000 tidak ada SKK sehingga tahun 2001-2004

mengalami penurunan.

5.1.2 Tingkat Solvabilitas KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun dalam

kondisi sangat solvabel berdasarkan standar yang ditetapkan terletak pada

interval >201%. Tingkat solvabilitas dari tahun ke tahun cenderung

berfluktuasi, karena adanya utang pihak ketiga yaitu PT Taspen dan PKPRI.

Pada tahun 2001 ada penambahan utang pihak ketiga yaitu BRI (Bank Rakyat

Indonesia) dan pada tahun 2004 Rumah Sakit Khotijah.

5.1.3 Tingkat Rentabilitas Modal Sendiri KPRI Bina Karya Kudus selama lima

tahun dalam kondisi sangat efisien berdasarkan standar yang ditetapkan

terletak pada interval >12% bahkan dari tahun 2000-2004 rasio rentabilitas

modal sendiri <9%. Tingkat rentabilitas modal kerja pada KPRI Bina Karya

76
Kudus selama lima tahun terakhir tersebut berfluktuasi, karena kenaikan

modal sendiri KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi dengan kenaikan laba

usaha yang signifikan.

5.1.4 Tingkat Rentabilitas Ekonomi KPRI Bina Karya Kudus selama lima tahun

dalam kondisi sangat efisien berdasarkan standar yang ditetapkan terletak

pada interval >11%. Tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI Bina Karya

Kudus selama lima tahun terakhir tersebut mengalami fluktuasi naik turun,

karena kenaikan total aktiva KPRI Bina Karya Kudus tidak diimbangi dengan

kenaikan laba usaha yang signifikan.

5.2 Saran

Pada tingkat likuiditas KPRI Bina karya Kudus mengalami penurunan, agar

tingkat likuiditas KPRI Bina karya Kudus meningkat maka sebaiknya hutang

lancar ditekan dengan mengurangi jumlah SKK (Simpanan Khusus Kredit).

77
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Baridwan. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi


ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Djahidin, Farid. 1993. Analisis Laporan Keuangan: Edisi keempat. Yogyakarta:


Liberty.

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Riset: Jilid ketiga. Yogyakarta: YPEP.

Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan: Edisi keempat.
Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta : Rineka


Cipta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan: Buku


I. Jakarta: IAI.

MD, Sagimun. 1989. Koperasi Soko Guru Ekonomi Nasional Indonesia. Jakarta: CV.
Haji Masagung.

PS, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Riyanto, Bambang. 1991. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :


Badan Penerbit Gajah Mada.

........... 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan


Penerbit Gajah Mada.

Sartono, Agus., R. 1997. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan: Edisi ketiga.


Yogyakarta: BPFE.

Sukarno, Edy. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

78
S, Munawir. 1993. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberti.

……… 2001. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

S.H, Drs, Sudarsono. dan S.E, Edilius. 2002. Koperasi dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian:


Tanggal 21 Oktober 1992.

Widiyanti, Ninik. 1991. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta.

79

Вам также может понравиться