Вы находитесь на странице: 1из 10

NOTULEN RAPAT

Acara Rapat : 1. Pembahasan Kemajuan Program AFEP Triwulan I


2. Pembahasan Rencana Kerja AFEP Triwulan II
3. Hal-hal yang berkembang lainnya.
Hari / Tanggal : Senin, 01 Juni 2009
Pukul : 09.00 wib s.d selesai
Tempat : Ruang Rapat Sekretaris Daerah Aceh
Peserta : Absen terlampir.

Pembukaan :
Rapat dipimpin dan dibuka oleh Kepala BAPEDAL Aceh (selaku Sekretaris SC-AFEP)
mewakili Bapak Asisten Keistimewaan Aceh, Pembangunan dan Ekonomi Sekretariat
Daerah Aceh.
Adapun Pokok Pembahasan yang akan dibicarakan pada rapat ini, yaitu :
- Pembahasan Kemajuan Program AFEP Triwulan I
- Pembahasan Rencana Kerja AFEP Triwulan II
- Hal-hal yang berkembang lainnya.

Program Aceh Forest and Environment Project (AFEP) ini di kerjakan oleh Fauna &
Flora International (FFI) dan Yayasan Leuser International (YLI).

Matt Lwkie & G.V. Reddy (AFEP) :


Sesuai dengan agenda pada hari ini, Pihak YLI dan FFI telah menyiapkan bahan
Presentasi terkait Pembahasan Kemajuan Program AFEP Triwulan I dan Rencana
Kerja AFEP Triwulan II.

A. Pembahasan Kemajuan Program AFEP Triwulan I


Aceh Forest and Environment Project (AFEP) merupakan Hasil Besar pada Triwulan
I Tahun 2009, pada laporan Kemajuan Program AFEP Triwulan I, ada 2 Komponen
yang terdiri dari beberapa sub komponen, antara lain :

Komponen 1 :
Dalam Tahun ini FFI bekerjasama dengan YLI, BAPPEDA dan Dinas Kehutanan
dalam rangka mendukung kerangka pemerintah multi-stakeholder untuk
melindungi kawasan hutan dan ekosistem, memperkuat sistem pemantauan dan
perlindungan hutan, serta mengembangkan Instansi pengelolaan hutan & ekosistem
berkelanjutan.

Komponen 1.1. Survei Biodiversity


Dari Survey Biodiversity yang telah dilakukan di seluruh Aceh Tahun 2009
menghasilkan 805 KM, Informasi Penebangan Liar 100 % Hutan yang dicakup
hampir selesai pada Triwulan I dan II, diperlukan konstribusi besar serta analisis
data yang belum selesai.
Populasi hutan Sumatera di Aceh merupakan Populasi terbesar di Sumatera, ada
kemungkinan Aceh akan menjadi Pusat Populasi terbesar di Indonesia.

Komponen 1.2. Pemberdayaan PAMHUT


AFEP telah melakukan Pelatihan Dasar dengan Sasaran 680 PAMHUT, sedangkan
yang telah dilatih sebanyak 195 PAMHUT, Program Pelatihan lanjutan dilakukan
bersama ASEAN-WEN (Jaringan Penanganan Hukum Satwa).

1
Komponen 1.3 Mencegah Illegal Logging
AFEP juga bertanggung jawab untuk mendukung Program Pemerintah dalam
mencegah Illegal Logging, dalam hal ini AFEP melalukan penilaian terhadap
ancaman dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah. Sejak Oktober 2008 pada
Kawasan Ulu Masem terdapat 92 Operasi dan sebanyak 27 telah dibuktikan, 13 di
bawa ke Pengadilan, serta 7 di hukum. Dari Kawasan Leuser terdapat 132 Illegal
Logging dengan jumlah kayu sebanyak 320 Ton, dan juga terjadi 87 Perambasan
Hutan dengan luas 2.794,8 Ha pada Kawasan Leuser.

Komponen 1.4 Pembangunan Jalan


AFEP ingin melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Bappeda, Bapedal untuk
Pembangunan Jalan Mereudu-Geumpang, dalam hal ini AFEP telah mencari
informasi sangat lengkap untuk jalan itu, hal ini dimungkinkan agar tidak
menggangu ekosistem Harimau.

Komponen 1.5 Ranger Masyarakat


Pada Kawasan Ulu Masem, AFEP telah membentuk Rangers sebagai Jaringan
Penegakan Hukum yang anggotanya terdiri dari masyarakat, mantan Pemburu
Satwa dan mantan GAM, dengan sasaran sebanyak 50 Rangers. Pada Kawasan
Leuser, VMT = 12 (48 Orang) dan MPU =10 (20 Orang)
Tahun 2006-2007 telah di rekrut Rangers dari masyarakat yang anggotanya terdiri
dari : 2 orang dari POLHUT, 2 orang dari Masyarakat, dan 2 orang, dimana dalam 1
Tim terdiri dari 6 orang. Ada 10 kabupaten. Mereka akan bergabung dengan
POLHUT.

Komponen 2 :
Program AFEP juga untuk memperkuat dan mengintegrasikan pertimbangan
terhadap lingkungan & konservasi dalam rencana tata ruang, mengembangkan
kesadaran lingkungan, konservasi dan upaya pendidikan, serta mendukung upaya
rehabilitasi hutan & ekosistem oleh masyarakat untuk mendapatkan jasa-jasa
penopang kehidupan dan lingkungan.

Komponen 2.1 Tata Ruang


Adapun Tata Ruang AFEP yaitu dengan memperhatikan isu lingkungan bersama
LIF, FFI, Bappeda, BPKEL, BKSDA, WWF, YRBI dan PanEco, dan memberikan data
spacial serta jawaban resmi kepada Bappeda, banyak input yang diterima oleh
konsultan dalam rancangan RTRW.

Komponen 2.2 Pendidikan Lingkungan


Program AFEP antara lain membuat Buku Ajar pada pelajaran Muatan Lokal seperti
Buku Ajar Leuser untuk tingkat SMA dan Buku Ajar Pendidikan Lingkungan, di
samping itu juga AFEP telah melakukan Pelatihan Pendidikan terhadap 120 Guru
SMA & SMP (yang terdiri dari 6 Kabupaten pada Kawasan Ulu Masem dan Kota
Banda Aceh).

Komponen 2.3 Mata Pencaharian


Konflik Manusia dengan Satwa merupakan ancaman utama terhadap mata
pencaharian masyarakat, hal ini terkait erat dengan Renstra Ulu Masem. AFEP tidak
bisa melalukan dan melaksanakan kegiatan yang lain. Pada bulan November dan
Desember kemaren, Harimau yang ditangkap, 1 ekor telah dilepaskan pada Kawasan
Ulu Masem, dan 1 ekor lagi dilepaskan pada Kawasan Leuser, setiap minggu pihak
BP. KEL mendata. Juga ada informasi bahwa ada 5 ekor Harimau yang dipindahkan
ke luar Aceh.
2
FFI mencoba Strategi baru, antara lain melakukan pembangunan CRU yang
direncanakan sebanyak 6 unit pada tiap-tiap Kabupaten dalam kawasan Ulu
Masem. Unit Pertama CRU yang sudah dibangun dan dilaksanakan yaitu di
Kabupaten Aceh Jaya, adanya komitmen kuat dari Bupati Aceh Jaya khususnya
Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Jaya, serta berkelanjutan untuk dijadikan
sebagai Pusat Pengelolaan Hutan, dari FFI sendiri mendukung biaya pelaksanaan
dan memberi pelatihan, masalah yang dihadapi pada setiap Kabupaten tidak bisa di
prediksi, Ada 1 Tim yang terdiri dari 2 orang yang akan bertugas untuk mencari
permasalahan di tiap-tiap desa. Dari Kawasan Ulu Masem ada Program Perencanaan
Mukim yang sasarannya sebanyak 60 orang sedangkan Pengelolaan Hutan Berbasis
Masyarakat (PHBM) sebanyak 6, 600 pemanfaatan langsung dan 3.000 pemanfaatan
tidak langsung, Customary forest mapping, untuk Profil Desa Sasaran adalah
sebanyak 450 desa.

Pada Kawasan Leuser


Dalam triwulan I, seluas 800 Ha Agroforest sudah ditanam, 10 pembibitan karet
pada 9 desa dengan mendapatan 10.000 bibit. Sedangkan kelompok tambak
sebanyak 1650 dan pemberdayaan ekonomi melalui kelompok Anggrek Wanita-ini
merupakan program baru dalam pemberdayaan ekonomi.
Pada Triwulan I ini FFI telah menyelesaikan buku, dan melatih mitra kerja dengan
LSM. Pada setiap Triwulan ada 1 laporan Bank Dunia yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia.

Prof. DR. Ir. Yuswar Yunus, MP (Direktur Program YLI) :


Asosiasi Lebah Madu Aceh, pihak YLI telah mengikuti seminar yang dilakukan
bersama Kadin Aceh, Asosiasi Lebah Madu Aceh ini merupakan Asosiasi baru yang
bekerjasama dan diketuai langsung oleh ketua KADIN Aceh dengan beranggotakan
para Peternak Madu, dari Kabupaten pun tertarik untuk membentuk Asosiasi Lebah
Madu ini. Besok kita juga membuat Seminar Nasional Pengembangan Livelihood
Berbasis Gadung (Dioscorea Hispida) yang dilaksanakan pada Oasis Atjeh Hotel.
Dimana Gadung, dapat dibuat Nasi Gadung, dan Roti Gadung, serta macam-macam
kue-kue dari tepung Gadung.

Ir. Hanifah Affan, MM (Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh) :


Dari pertemuan sebelumnya, berbagai kegiatan ini telah kita jalankan dan telah
disinergikan dengan program Pemerintah, tetapi masih ada juga program yang tidak
sinkron dengan program Pemerintah, sebagai contoh adanya Program 800 Ha
Agroforest, dalam pengertian kami itu berada di kawasan hutan, lokasi-lokasi
tersebut perlu dijabarkan terlebih dahulu.

Terkait laporan Triwulan I, laporan tertulisnya sudah kita terima, tapi formatnya
agar dibuat dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan dalam melihat target dan
realisasinya, yang sudah ada bagus tapi tidak sesuai dengan target.
Mengenai Pelatihan POLHUT yang diadakan oleh YLI, yang dibuka pada Kabupaten
Aceh Besar, pihak YLI belum ada koordinasi, kesepakatan dan sinkronisasi
teknisnya, yang terjadi dilapangan adalah case by case bukan simulasi.
Terkait rencana pembentukan Rangers masyarakat, perlu dikomunikasikan dan
disinkronkan, perlu disepakati komitmennya sehingga tidak tumpang tindih dengan
Badan Kesbang Linmas, Satpol PP dan POLHUT, serta Organisasi-organisasi LSM
lainnya, karena sejak awal Program ini tidak pernah ada pada rencana Program
AFEP.
Masalah budget untuk sekretariat.

3
Ir. Basri Emka (BP. KEL) :
Pelaksanaan kegiatan sudah memperlihatkan hasil, namum perlu disinergikan
kembali, terkait Kebakaran Hutan yang terjadi di Kawasan Rawa Tripa yang sudah
terjadi sejak bulan November 2008 yang lalu karena Kebakaran tersebut terjadi di
lahan perkebunan sehingga sangat sulit untuk dipadamkan.

Masuknya bahan Ajar kepada murid sekolah merupakan program lama yang
dilaksanakan oleh AFEP dan sudah setahun buku tersebut di revisi.

Pada laporan yang disampaikan ada 16-50 kelompok tambak, dan kelompok
anggrek, jangan sampai terjadi seperti pada pengalaman masa lalu, bagaimana kita
melihat action itu terbukti nyata, perlu dicari solusi yang terbaik untuk hal ini.
Pemberian bibit, ada yang mati, seperti madi di sumur atau tidak dirawat dan tidak
pernah ditanam karena tidak memiliki lahan, bila kita pemberian bibit anggrek di
kolam ikan tidak akan menjaga kelestarian hutan namun untuk

Ir. Hanifah Affan, MM (Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh) :


Pengalaman yang lalu di Geumpang, masyarakat diberikan bibit namun lahan untuk
penanaman bibit tersebut tidak ada, sehingga masyarakat merambah Hutan
Lindung dengan cara menebangnya, diharapkan agar diinformasikan pemberian
bibit Karet ini harus diiringi supaya tidak terjadi seperti pengalaman yang lalu.
Bagaimana dengan Tata Ruang ?

G.V. Reddy (YLI) :


Untuk program rehabilitasi yang telah disetujui merupakan tanah milik masyarakat
atau APL 800 Ha hutan, tapi ada izin untuk tanaman multi spesis. Kami akan
kirimkan Peta ke Dinas Kehutanan. kegiatan ini sangat mendukung, bahwa
koordinasi bukan hanya di tingkat Kabupaten tapi juga perlu dilakukan koordinasi
dengan Provinsi. Terkait dengan Pelatihan, pihak AFEP telah melaksanakan 3 kali
pelatihan, antara lain di Aceh Besar dan Aceh Tengah. Training juga dilakukan
setiap bulan, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat juga kita lakukan melalui penanaman
Anggrek. Terkait bibit Karet yang akan diberikan kepada masyarakat ada baiknya,
kalau bisa bibit tersebut diberikan kepada masyarakat setelah berusia 6 bulan.

Terkait lahan, ada 2 Sistem Hutan yang dimaksudkan, yang pertama Hutan
Kemasyarakatan di Hutan Negara, dan yang kedua Sistem Hutan pada Hutan
Rakyat, dari 800 Ha hutan yang akan ditanam bibit karet tersebut, 600 Ha
merupakan Hutan Rakyat.

Ir. Husaini Syamaun, MM (Kepala BAPEDAL Aceh) :


Terkait Laporan, agar dibuat dalam tabulasi yang memudahkan kita untuk melihat
adanya rencana dan realisasinya, kedepan perlu ada satu pemahaman yang sama,
terkait dengan Polisi Hutan (POLHUT), mereka merupakan Tenaga Kontrak yang
dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi, jadi setiap adanya
penggunaan tenaga POLHUT harus melakukan koordinasi dengan Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Provinsi Aceh.
Pembentukan Rangers masyarakat mulai dilaksanakan dari Kabupaten Pidie, ini
boleh dengan memberdayakan POLHUT yang sudah ada beberapa orang.

Ada beberapa kegiatan yang sangat tabu untuk dilaksanakan oleh AFEP, namun bila
ada dananya, maka hendaknya dana kegiatan operasional tesebut diberikan untuk
Provinsi. Dalam hal ini perlu suatu pertemuan yang khusus.

4
Ir. Hanifah Affan, MM (Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh) :
Pekerjaan AFEP, PAMHUT, atau Polisi yang dilakukan pada Kabupaten terkait
kawasan Ulu Masem ada 92 Operasi, karena AFEP tidak dibolehkan untuk
melakukan Operasi karena ini merupakan kegiatan Dinas Kehutanan dan Polisi.

G.V. Reddy (YLI) :


Aceh Forest & Environment Project (AFEP) bisa mendukung kegiatan monitoring,
mengumpulkan data, mengenai Operasi, hal ini tidak boleh dilakukan oleh AFEP
karena merupakan tuntutan dari Bank Dunia, jadi ini merupakan data yang
dihimpun oleh Tim di lapangan dan hanya sebagai memberi laporan.

Ir. Husaini Syamaun, MM (Kepala BAPEDAL Aceh) :


Diperlukan koordinasi per item dari laporan triwulan I, pola pengawasan sangat
sulit. Terkait dengan Rangers masyarakat dan beberapa pihak ini mengamankan
apa? Karena keamanan hutan sudah jelas ada POLHUT. dalam bentuk narasi sudah
ada laporannya.

Rosminiati (Staf BAPPEDA Aceh) :


Mengenai RTRW Provinsi, Kepala BAPPEDA Aceh akan mempresentasikan RTRW ini
di Jakarta.

Prof. DR. Ir. Yuswar Yunus, MP (Direktur Program YLI) :


AFEP akan membantu 5 kabupaten untuk membiayai pembuatan peta tentang HGU
yang dilaksanakan oleh TIPERESKA.

Pihak AFEP juga akan membuat Tata Ruang dan memberikan pelatihan kepada 1
orang dari setiap kabupaten yang ada dalam Kawasan Ulu Masem, ada 40 HGU di
Aceh Tamiang, mereka punya 88, mereka punya nama dan berapa luas tapi tidak
bisa membuktikan dengan bukti yang signifikan.

Ir. Basri Emka (BP. KEL) :


Tata ruang, jauh sebelum UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
dan PERDA Tahun 1999, dan saat ini telah direvisi setelah 15 tahun ada 2 provinsi
yang sudah mengusulkannya.

Ir. Hanifah Affan, MM (Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh) :


Revisi Tata Ruang ini masih akan sangat relevan. Output yang diharapkan adalah
salah satu bagian dari moratorium logging, Agar Tata Ruang itu menjadi Acuan kita
bersama dalam KEL.

Ir. Nizar (YLI) :


Terkait masalah Tata Ruang akan ada Peraturan Presiden yang baru, yang akan
mengatur masalah ini. Mengenai Informasi batas Ulu Masem apakah ini sudah ada
batasannya sampai dimana?

Ir. Husaini Syamaun, MM (Kepala BAPEDAL Aceh) :


Status lahan Kawasan Ulu Masem merupakan Kawasan Strategis yang tidak sama
dengan kawasan Konservasi.

5
Matt Lwkie & G.V.Reddy (AFEP) :
B. Pembahasan Rencana Kerja AFEP Triwulan II
Komponen 1
- Manajemen Hutan Berkelanjutan
Pembentukan kerangka kerja pihak Multi Stake holder, dialog catatan konsep
dan di tingkat Kabupaten, serta Dukungan kepada Tim Transisi TIPERESKA.
Pada tahun 2007 FFI dan YLI telah membeli Citra Satelite dan peralatan GIS
lainnya. dan pada tahun ini juga telah dilakukan analisis perubahan,
penggunaan lahan harus diselesaikan.
Pelatihan terhadap masyarakat yang tergabung dalam PAMHUT seperti di Aceh
Tengah ada sebanyak 60 orang, Aceh Jaya sebanyak 30 orang, dan Pidie
sebanyak 30 orang. Sedangkan masyarakat yang terlibat langsung di Aceh Jaya
sebanyak 30 orang, dan Aceh Barat sebanyak 30 orang.
Untuk masayarakat Rangers berjumlah sebanyak 24 orang yang terdiri dari 12
Kabupaten. Dimana setiap Kabupaten terdapat 2 orang Ranger.

- Peningkatan Perlindungan
Berkelanjutan VMT dan MCUs, Tim membentuk kebutuhan Konflik Wildlife,
perondaan bersama di Desa-desa yang dipilih, mendirikan pos pemeriksaan di
tempat-tempat yang di tunjuk perbatasan di Aceh Tamiang dan memeriksa
posting Riverside sepanjang sungai Besitang, dan konservasi response Unit-Pidie
dan Aceh Barat serta proyek pelatihan untuk mitra kejahatan hutan investigasi.
Dari Ulu masem sejak 7 bulan yg lalu di Kabupaten Aceh Jaya, FFI melakukan
proyek pelatihan untuk mitra kejahatan hutan investigasi, dan kami punya
rencana untuk membangun di Pidie dan Aceh Barat.

- Wilayah Konservasi
Survey lahan Gajah pada kawasan konservasi di Aceh Timur (usulan) lengkap
diperlukan areal seluar 5.000 Ha yang peruntukkan khusus untuk Gajah,
penyelesaian data analisis survey mamalia, serta lokakarya pelatihan untuk
melakukan analisis data untuk LSO dan BKASDA, staf BTNGL.

- Pemantauan Udara
Menyelesaikan proses impor 3 pesawat terbang (microlights) yang masih tertahan
di singapura, kami harap mereka akan datang, untuk membawa pesawat
microlight ini ke Aceh disyaratkan harus melalui asosiasi penerbangan (Aeroclub),
jika mengikuti aturan pemerintah, biaya rutinnya akan besar, dan untuk
merekrut pilot harus lengkap dengan TOR kerjanya, serta melaksanakan
lokakarya untuk membuat udara protokol.

Menggabungkan dan menerbitkan buku kecil tentang Tata Ruang Kabupaten


AFEP telah berdiskusi dan mendukung Tata Ruang Kabupaten dan Provinsi,
melakukan pelatihan bagi tim Tata Ruang dari setiap Kabupaten. Lima orang dari
setiap Kabupaten (60 orang dari 12 KEL Kabupaten). Dan juga merupakan hasil
survey tim untuk dipilih lima Kabupaten (Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Jaya,
Aceh Barat dan Nagan Raya) membuat satu buklet tentang Tata Ruang.

- Perluasan Program Awareness


Pelatihan REDD-Pemda dan masyarakat FFI telah membuat program untuk
pelatihan ini pada Kawasan Ulu Masem, rencana pembentukan Forum DAS dan
Mukim, penerbitan buku Guru Ajar direvisi edisi, dan memulai proses pelatihan
untuk buku Ajar Leuser serta melengkapi identifikasi LSM untuk pelatihan untuk
melakukan koordinasi kegiatan ekoklub.
6
- Kegiatan Rehabilitasi dan Livelihood
UM-REDD manfaat bagi masyarakat mekanisme untuk diinvestigasi, pelatihan
perencanaan lokal untuk kemudian melakukan perencanaan Mukim di 5 Mukim
(Aceh Jaya, Jakarta dan Aceh Besar), Soci Alise PHBM di 5 Mukim lengkap dari
konsep Substainable Livelihoods Assessment dan Strategi Pembangunan Manual.

- Sesuatu yang dibutuhkan harus diselesaikan untuk mewujudkan Perlindungan


dan Tujuan berkelanjutan
Multi-stakeholder Struktur Pemerintahan Operator-Manajemen (13 7) dan satu
Provinsi Rencana Pengelolaan Hutan Kebijakan untuk Manfaat Berbagi
Memperkuat LSM lokal.
1 Pro 20 Kabupaten 2.000 Desa.

- Sesuatu yang dibutuhkan harus diselesaikan untuk mewujudkan Tata Ruang


Tujuan-1
- Kawasan Leuser sebagai keanekaragaman hayati merupakan kawasan
strategis Nasional dimasukkan ke dalam rencana Provinsi dan Kabupaten,
Provinsi dan Kabupaten mendukung rencana Pengawasan proyek-proyek jalan
yang diusulkan untuk kepentingan Leuser integritas dan Ulu Masem
Status tanah di Leuser dan Ulu Masem (Lisensi, perkebunan, encroachments).
- Syncronise tanah dengan menggunakan rencana pengelolaan kawasan hutan
untuk pembangunan yang berkelanjutan.

- Multi-Stakeholder Struktur Pemerintah Aceh dan Aceh Green


Semua kegiatan di atas akan terus menempatkan prioritas AFEP untuk
mendukung mitra Pemerintah Aceh, sehingga kita dapat bersama-sama
mendukung Visi Aceh Green.

- Sesuatu yang dibutuhkan harus diselesaikan untuk mewujudkan Tata Ruang


Tujuan-2

Existing

Forest 3,101,960
Degraded land 804,550
Plantation 209,703
Agriculture/coastal 1,504,112
settlements/
urban
Total 5,620,325

1. Eternal Forest (existing) 3,101,960


2. Eternal Forest (replanting) 250,000

3. Community forestry Up to 350,000

4. Land Reform (Smallholder 250,000


Plantation)
5. Existing Plantation 200,000
5. Agriculture/ coastal 1,468,000
settlements & other use
Total ± 5,619,960

7
- Sesuatu yang dibutuhkan harus diselesaikan untuk mewujudkan Kesadaran dan
Tujuan Livelihood
- Mengembangkan kebijakan dan prosedur untuk manfaat, berbagi mekanisme,
dan menunjukkan masyarakat dan aplikasi seluruh Aceh dan
mengintegrasikan sumber daya alam sebagai inti kegiatan dalam PPK, untuk
menggabungkan usulan lingkungan di dalam pembangunan.

- Peta Jalan untuk berkelanjutan Hutan Aceh


- Menyelesaikan zonation dan Manajemen Operator sampai Juni 2010
- Pihak pemerintahan Multi stake holder merancang kerangka kerja dan
mendefinisikan sampai 2011
- Perubahan Organisasi dalam sektor kehutanan dan lembaga yang dibentuk
sampai 2011
- Partisipasi masyarakat dan mekanisme memberikan manfaat akan didirikan
2011
- Bersiaplah untuk proyek karbon Leuser pendanaan untuk pembangunan
2011. Pertama, dana yang diterima 2012.

Ada 3 isu penting yang terdiri dari Tata Ruang, Aceh Green, dan Tim Transisi
TIPERRESKA.

Ir. Hanifah Affan, MM (Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh):


Terkait dengan yang sudah dibahas pada Triwulan I, Program AFEP ini harus sudah
selesai pada Tahun 2010 kalau tidak diperpanjang, Rencana Triwulan II apakah ini
kegiatan baru yang direncanakan.
Terkait konflik Manusia dengan Satwa, kalau habitatnya sesuai, kemungkinan
rencana pusat pelatihan Gajah akan di konversi, sehingga tidak ada lagi konflik
manusia dengan Satwa.

Keberadaan AFEP dengan biaya yang relatif besar, kita fokus pada kegiatan yang ada
dulu, terkait Rangers masyarakat agar dihentikan dahulu, karena muncul tanpa ada
pemberitahuan kepada pihak Steering Committee AFEP, karena sudah ada Polhut
yang berfungsi sama dengan rangers, terkait hal ini juga agar tidak menimbulkan
konflik baru. Mitra kejahatan hutan investigasi dan pelatihan untuk Tata Ruang, itu
adalah kewenangan Pemerintah.

Ir. Asrin, MP (Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh) :


Triwulan II ini ada beberapa program yang tidak berkelanjutan dengan Triwulan I
seperti pemberian 10.000 bibit karet, dan ada juga program yang berkelanjutan
dengan kegiatan pada Triwulan I seperti Rangers. Sebaiknya kita fokus terlebih
dahulu terkait konflik antara Manusia dengan Satwa.

Ir. Basri Emka (BP. KEL) :


Saya sependapat dengan Kadis Kehutanan dan Perkebunan, apakah program yang
diajukan pada Triwulan II sudah disepakati? Karena program awal telah disetujui
dan telah ditandatangani oleh Bapak Asisten Keistimewaan Aceh, Pembangunan dan
Ekonomi Sekretariat Daerah Aceh, munculnya kegiatan-kegiatan baru, perlu
dicermati dan pengkajian yang lebih dalam, sehingga tidak tumpang tindih kegiatan,
seperti Rangers. Terkait dengan konflik Satwa dengan manusia, seperti diberitakan
dua minggu terakhir ini, dulu saya pernah mengusulkan agar dibangun menara
pengintai/pengawas yang bertujuan sebagai antisipasi supaya kita lebih awal
mengetahui kedatangan Gajah.

8
Terkait Tata Ruang, menurut saya sudah hampir final, pada waktu BRR ada disini,
bagaimana harus ditanggapi bila Tata Ruang 2009 Kabupaten dibentuk terlebih
dahulu dari pada Tata Ruang Provinsi, karena dapat menimbulkan masalah yang
baru, jadi perlu kehati-hatian dalam hal ini.

Irmayani (Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh) :


Dari laporan yang disampaikan beberapa minggu yang lalu, ada program yang kita
sahkan, agar semua program dibuatkan dalam bentuk matrik agar lebih jelas. Saya
juga tertarik dengan usulan ibu Saudah (BRR) pada beberapa waktu yang lalu yaitu
terkait pemberdayaan masyarakat, seperti menggunakan Rotan sebagai bahan baku.

Prof. DR. Ir. Yuswar Yunus, MP (Direktur Program YLI) :


Program yang telah disahkan oleh Steering Committee tetap dijalankan, namun
pihak AFEP sangat membutuhkan waktu untuk pembinaan di lapangan.

Bapak Asisten Keistimewaan Aceh, Pembangunan dan Ekonomi


Ada beberapa hal yang masih menimbulkan tanda tanya, antara lain, mengenai
pesawat yang masih berada di Singapura karena pihak YLI yang mengerjakan sendiri
sehingga banyak benturan-benturan yang dihadapi, jadi diharapkan agar dapat
difasilitasi dengan memanfaatkan Steering Committee untuk mendapatkan
Rekomendasi, sedangkan Gubernur Aceh telah membuka lowongan pekerjaan.

KESIMPULAN
1. Mengenai Triwulan II ini kita tetap konsisten terhadap list kegiatan yang telah
disepakati pada pembahasan pertama. Tetapi masih ada beberapa hal yang
masih rancu dan harus diperbaiki.
2. Tim Sekretariat SC-AFEP akan membentuk Tim Kecil yang akan memberikan
tanggapan kepada Tim SC untuk selanjutnya diteruskan kepada FFI/YLI.
3. Tim Kecil tersebut bertugas untuk menilai dan mengkaji apakah kegiatan
Triwulan I dan II sudah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4. Ada beberapa kegiatan yang tidak ada tapi dianggap perlu, terkait dengan
permasalahan Manusia dengan Satwa kalau memungkinkan agar dapat
dipindahkan ke daerah Konservasi Gajah dan Harimau.
5. Terkait masalah Rangers, tapi mengingat telah adanya POLHUT yang bertugas
menjaga Hutan, disarankan agar kegiatan Rangers masyarakat ini dihentikan
saja, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
6. Mengenai beberapa kegiatan yang belum sempat tuntas dan khususnya
masalah pesawat yang masih berada di Singapura kita akan minta bantuan dari
asosiasi penerbangan dan pro aktif dari YLI serta FFI untuk berkoordinasi
dengan Pemda.
7. Tata Ruang itu adalah tugas pemerintah pihak YLI hanya mendukung untuk
mepercepat proses.
8. Terhadap pelatihan-pelatihan di kabupaten itu perlu, tapi hanya sebatas untuk
pemahaman, pembinaan kelompok-kelompok masyarakat agar megikuti aturan-
aturan Pemerintah, upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Aceh agar direspon
dan tidak membuat hal-hal yang baru, masalah penanganan Hutan tidak
mungkin dilakukan oleh POLHUT saja, tapi masyarakat juga ikut
berpartisipasinya.
9. Terkait Pemetaan beberapa kawasan pihak TIPERESKA sudah selesai membuat
ATLAS (Peta Aceh Green) dan akan kita lihat laporannya.

9
10. Budget untuk Sekretariat SC-AFEP dan juga kegiatan turun ke lapangan untuk
mengecek aktifitas AFEP, akan dikonsultasikan dengan YLI/FFI dan perlu
diadakan Rapat kecil untuk menentukan siapa yang akan turun ke lapangan
untuk monitoring kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan AFEP.

Demikian Notulen Rapat ini saya buat, dan disampaikan kepada Pimpinan Rapat
sebagai bahan Acuan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT
ASISTEN KEISTIMEWAAN ACEH, Banda Aceh, 1 Juni 2009
PEMBANGUNAN DAN EKONOMI
SEKRETARIAT DAERAH ACEH Notulis,

Ir. H. T. SAID MUSTAFA Ir. BAHARUDDIN, M.Si


PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19600402 199803 1 002
Nip 19580304 198303 1 008

10

Вам также может понравиться