Вы находитесь на странице: 1из 7

Ekonomi – Kewirausahaan

Keinginan Untuk Merdeka dan Wirausaha

Rangkuman:
Bangsa Indonesia yang telah merdeka selama 65 tahun seharusnya dapat hidup mandiri.
Namun ternyata sebagian besar dari bangsa ini masih menjadi bangsa pekerja dan bergantung
pada bangsa asing. Yang dapat memerdekakan Indonesia dari ketergantungan tersebut adalah
wirausaha. Oleh karena itu, keinginan untuk merdeka perlu dipupuk kembali agar bangsa ini
bangkit dan melahirkan para wirausahawan baru.

1
Belum lama ini, seluruh bangsa Indonesia serentak merayakan kemerdekaannya di tahun yang
ke-65. Tentu saja di usianya yang cukup matang, bangsa Indonesia memiliki harapan yang
tinggi, yaitu memiliki negara yang maju, adil, dan berdaulat sehingga masyarakatnya dapat
hidup sejahtera dan tentram. Akan tetapi, pada kenyataannya bangsa ini masih dinilai rendah
salah satunya karena mental pekerja yang sangat sulit dihilangkan sejak zaman penjajahan.

Salah satu kejadian yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pekerja adalah
diberlakukannya sistem tanam paksa pada abad ke-18. Sistem tanam paksa adalah peraturan
yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch yang mewajibkan setiap
desa menyisihkan 20% tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan
tarum (nila). Hasil tanaman ini akan diserahkan dan dijual kepada pemerintah kolonial dengan
harga yang sudah dipastikan. Bagi penduduk desa yang tidak memiliki tanah, mereka harus
bekerja 75 hari dalam setahun pada kebun-kebun milik pemerintah.

Akibat dari sistem tersebut, masyarakat petani mulai memanfaatkan lahan pekarangan rumah
dan mempekerjakan perempuan dan anak-anak mereka untuk bertahan hidup. Selain sistem
tanam paksa, kerja rodi dan romusha yang dilakukan oleh masyarakat pribumi pada zaman
penjajahan juga membuat bangsa kita terbiasa menjadi kuli yang bekerja hanya dengan otot.
Bahkan Bung Karno pernah mengutip kalimat dari bangsa penjajah kita dalam menganggap
dan memperlakukan bangsa Indonesia, yaitu “Eine nation von Kuli und Kuli unter den
Nationen” atau “A nation of coolies and a coolie among nations”.

Sistem kerja paksa membuat bangsa Indonesia terbiasa menjadi bangsa pekerja

2
Keadaan seperti itu ternyata masih berlaku hingga saat ini. Penguasaan asing di sektor-sektor
strategis seperti pertambangan (sekitar 90%), retail, air, perbankan, dan telekomunikasi
semakin marak terjadi. Misalnya PT Golden Aqua Missisippi Tbk yang telah dikuasai oleh
Danone, Prancis dan akuisisi 91,94% saham PT Ades Waters Indonesia Tbk oleh perusahaan
Sofos Singapura. Kedua perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memproduksi air minum
kemasan. Padahal air menyangkut hajat hidup orang banyak dan seharusnya dikuasai oleh
negara sebagaimana dituangkan dalam Pasal 33 UUD 1945.

Potensi alam dan budaya Indonesia pun masih banyak yang tidak tersentuh oleh tangan
pribumi. Sebagai contoh, Indonesia merupakan salah satu produsen utama dunia untuk karet
dan teh, tetapi merek ban mobil atau motor terkemuka di dunia bukan berasal dari Indonesia.
Hal yang sama terjadi dengan teh. Padahal kalau transaksi terjadi makin dekat dengan
pemakai akhir semakin besar juga keuntungan finansial yang diperoleh. Jadi jika hanya
menjual bahan mentah, Indonesia hanya akan memperoleh nilai tambah terkecil.

Saat ini Indonesia kelebihan pencari kerja terdidik. Pada 2004 hanya sekitar 500 ribu lulusan
perguruan tinggi yang menganggur; pada 2007 naik jadi sekitar 743 ribu; pada 2008 naik lagi
jadi sekira 1,1 juta orang dan pada 2010 diperkirakan sudah mencapai dua juta orang. Jika hal
ini didiamkan, maka tidak akan lama lagi jumlah penganggur terdidik ini akan mencapai 4,5
juta orang atau sama besar jumlahnya dengan jumlah seluruh mahasiswa yang ada di bangku
kuliah pada saat ini. Mereka berpikir bahwa hanya dengan kuliah mereka akan mendapatkan
pekerjaan.

Hingga saat ini pun bangsa Indonesia kebanyakan hanya berpikir untuk mencari pekerjaan

3
Selain itu, jumlah TKI Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini jumlahnya
sudah sekitar enam juta orang yang kebanyakan melakukan pekerjaan informal. Beragam
masalah sosial mulai dari kasus kekerasan, pelecehan seksual, pemerkosaan hingga
pembunuhan menimpa TKI. Namun mereka tetap berangkat meninggalkan keluarga dalam
jangka waktu lama dan menghadapi risiko-risiko tersebut. Ini menunjukan bahwa lapangan
kerja memang langka di Indonesia dan bila jumlah TKI merangkak naik terus, kita akan
dikenal sebagai pemasok buruh kasar dunia terbesar.

Kemerdekaan yang telah kita miliki saat ini seharusnya dapat mendorong bangsa ini menjadi
bangsa yang lebih baik dan mandiri. Para pahlawan yang telah mempertaruhkan harta, jiwa,
dan raganya akan sangat kecewa jika saat ini kita malah menjadi alat bagi bangsa asing dan
tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk berbuat lebih. Kemerdekaan yang sesungguhnya
akan terasa bila kita dapat mengisinya dengan hidup mandiri.

Salah satu orang yang ingin memperoleh kemerdekaan tersebut adalah Bob Sadino. Ia
meninggalkan pekerjaan di PT Djakarta Loyd dan memulai usaha dengan menjual telur
kebutuhan para ekspatriate yang tinggal di kawasan Kemang. Sekarang, Bob telah memiliki
jaringan Kem’s Chick dan menjadi pengusaha sukses. Baginya, hal itu didasari oleh keinginan
untuk merdeka. Merdeka dalam arti bebas dari perintah orang lain dan bebas untuk
menentukan rencana sendiri. Karena itulah Bob Sadino menjadi wirausahawan.

Lalu apa sebenarnya wirausaha itu?

Menurut Geoffrey G. Meredith, secara umum para wirausahawan adalah orang-orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan
yang tepat guna memastikan sukses. Kewirausahaan dikenal juga dengan istilah
entrepreneuship dan seorang wirausahawan disebut sebagai entrepreneur. Dr Ir Ciputra
mendefinisikan seorang entrepreneur sebagai orang yang mampu mengubah kotoran atau
rongsokan menjadi emas.

Meredith juga mengemukakan nilai-nilai hakiki dari wirausaha adalah sebagai berikut:
1. Percaya diri (berani memulai)
2. Berorientasi tugas dan hasil (penuh tekad dan tekun)
3. Keberanian mengambil risiko (pantang menyerah)

4
4. Kepemimpinan (berkemampuan manajerial dan menjadi pelopor)
5. Berorientasi ke masa depan (dapat melihat peluang)
6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi (perubahan, keunikan, dan pemecahan masalah)

Dengan keenam nilai tersebut, wirausahawan dapat berbuat banyak bagi bangsa. Bulan
November tahun lalu, penulis mengikuti seminar kewirausahaan yang diadakan oleh Pengurus
Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa ITB. Seminar tersebut menghadirkan Pendi Yusup,
seorang pengusaha dan mantan Ketua Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung. Dalam
seminar tersebut, Pendi menceritakan kisahnya saat memulai usaha. Saat itu, Pendi menjual
Opak di dalam bus-bus dan warung-warung.

Opak adalah makanan khas Jawa Barat seperti keripik yang terbuat dari tepung beras.
Pendi juga pernah menjual Payung Geulis di Bali. Dengan membawa kerajinan tradisional
khas Tasikmalaya tersebut ke luar daerah, ternyata Pendi dan pengrajinnya mendapat
keuntungan yang lebih besar daripada dijual di daerah asalnya. Begitu pula saat Pendi
menjual resep Batagor beserta rencana bisnisnya kepada seorang penduduk di Bali, kedua
belah pihak dapat meraup keuntungan yang sangat besar.

Payung Geulis merupakan kerajinan khas Tasikmalaya, Jawa Barat

5
Mendengar kisah tersebut, penulis mendapat inspirasi bahwa pelestarian budaya daerah dapat
dilakukan oleh wirausahawan. Pemberian nilai tambah dan pendistribusian hasil budaya
daerah akan memastikan budaya Indonesia tetap eksis juga diapresiasi. Tindakan seperti
itulah yang akan membuat bangsa Indonesia mencintai budayanya sendiri sehingga di masa
kebebasan informasi ini tidak kehilangan jati dirinya.

Selain dapat melestarikan budaya, wirausaha juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi
negara, di antaranya
1. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga pengangguran yang termasuk
masalah terbesar bagi Indonesia dapat berkurang
2. Sebagai pendukung pembangunan di berbagai bidang seperti penyedia kebutuhan atau
layanan publik, distribusi, dan pemeliharaan lingkungan, baik secara langsung maupun
tidak langsung (melalui pajak)
3. Memberi bantuan sosial kepada masyarakat
4. Teladan bagi orang lain, termasuk karyawan mengenai bagaimana cara hidup mandiri
(tidak konsumtif) dan bekerja keras

Fungsi wirausaha yang paling penting adalah membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat. Seorang ahli psikologi, David McClelland berpendapat bahwa suatu negara akan
makmur bila memiliki entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari jumlah penduduk.
Asumsikan 2% dari penduduk Indonesia (sekitar 4,75 juta orang) adalah wirausahawan yang
mempekerjakan 15 kepala keluarga sebagai karyawan dengan gaji cukup. Jika setiap
karyawan memiliki 4 orang tanggungan, maka 4,75 juta x 15 x 4 = 285 juta orang akan
mendapatkan nafkah.

Hal tersebut memang terkesan sangat ideal, tapi faktanya Indonesia saat ini hanya memiliki
0,18% entrepreneur dari total jumlah penduduknya. Bandingkan dengan negara maju,
Singapura memiliki angka 7,2% dan 11,5% bagi Amerika. Oleh karena itu, tidak salah bila
kemajuan negara diukur dari jumlah wirausahawan di negara tersebut.

Seperti penulis, masyarakat juga bisa mendapatkan inspirasi dari cerita para wirausahawan
sukses. Kesuksesan para wirausahawan akan memotivasi masyarakat agar mandiri dan
memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Apalagi jika mereka mengangkat kelebihan
berwirausaha daripada bekerja untuk orang lain dan meyakinkan masyarakat bahwa memulai
usaha tidak harus menggunakan modal yang besar. Cerita-cerita mereka pun bisa menghapus

6
mitos-mitos yang beredar di masyarakat seperti wirausahawan akan sukses jika berasal dari
keluarga wirausahawan juga. Padahal banyak sekali wirausahawan yang memulai usahanya
dari nol dan bukan merupakan keturunan konglomerat.

Lalu bagaimana jika di suatu daerah kesulitan mengundang tokoh wirausaha? Jawabnya
adalah dengan mengadakan penghargaan bagi wirausahawan yang paling berhasil di
daerahnya. Tidak usah berlebihan, penghargaan yang sederhana (dengan pemberian sertifikat,
misalnya) asalkan dapat mengundang perhatian masyarakat juga sudah cukup. Setelah itu,
barulah sang terpilih memberikan kisahnya kepada masyarakat seperti layaknya seorang
tokoh wirausaha.

Selain motivasi, nilai-nilai hakiki wirausaha juga harus ditanam pada diri masyarakat,
terutama kreativitas dan sikap pantang menyerah. Kita selalu melihat pedagang kaki lima
selalu membanjiri di tempat keramaian, tetapi kebanyakan usaha mereka tidak berkembang.
Tukang baso keliling tetap mendorong roda walaupun telah puluhan tahun berjualan. Jika saja
tukang baso itu menciptakan resep ato pelayanan yang unik dan tidak takut gagal, pasti
usahanya akan berkembang hingga dapat membuka cabang baru. Usaha dengan tingkat
persaingan yang tinggi hanya dapat bertahan dengan keunikan yang

Bangsa Indonesia sebenarnya memendam kreativitas yang tinggi. Selain memiliki bahasa
daerah terbanyak, kesenian, kerajinan, dan makanan tradisional Indonesia juga sangat
beragam. Hal tersebut menunjukkan bahwa nenek moyang kita telah memanfaatkan
kreativitasnya sejak dahulu. Kesadaran akan jati diri Indonesia lah yang seharusnya dapat
membangkitkan kreativitas bangsa.

Ada satu pendorong kreativitas lagi yang sangat bermanfaat, yaitu passion. Passion atau bisa
disebut dengan hasrat adalah kebiasaan seseorang yang jika dikerjakan lama pun tidak akan
membuat lelah atau bosan. Hasrat layaknya hobi akan selalu menimbulkan kesenangan dan
kepuasan. Bagi Anda suka membuat animasi video, bila terus fokus berkarya dan
mempublikasikannya melalui internet misalnya, bukan tidak mungkin banyak orang yang
menyukai karya Anda tersebut. Pada akhirnya, Anda dapat membuat rumah produksi sendiri
dan mendapat banyak tawaran.

Seperti itulah kemandirian yang bermanfaat, perjuangan menuju kemerdekaan yang


sesungguhnya. [dari berbagai sumber]

Вам также может понравиться