Вы находитесь на странице: 1из 9

Apakah pekerjaan yang paling membosankan di dunia?

Mungkin saya akan menjawab:


Satpam. Bukan, bukan saya menganggap satpam adalah pekerjaan yang rendah, bukan
sama sekali. Mari coba bayangkan jika di kampus tempat kita belajar, di kantor tempat
bekerja, atau di pusat perbelanjaan yang sering kita kunjungi tidak ada satpamnya. Walau
seringkali satpam tidak dapat mengembalikan ponsel yang hilang atau dompet yang
dicopet tapi (sedikit-banyak) ada rasa aman yang beliau-beliau berikan.

Sekarang, putar sudut pandangnya. Coba bayangkan diri kalian menjadi satpam. Berdiri
dan bersiaga menunggu. Apa yang ditunggu? Hal-hal yang tidak diinginkan: teriakan dan
alarm, kejahatan dan kehilangan.

Menunggu memang membosankan. Tapi menunggu tanpa berharap lebih buruk dari itu.

Kepada semua satpam, selamat bekerja. Kepada semua yang menunggu, maafkan saya
baru mengizinkan kalian membaca tiga buah cerita dari tiga orang yang saya kagumi:
Anzarra, paman melancolico yang keren sekali pengetahuan dan tulisan soal musiknya;
Cupris, yang blognya selalu menginspirasi saya untuk menulis dan menikmati film; dan
Risa-chan, yang sering tidak terduga.

Untuk Ramda, Dhea, Vivien, dan teman-teman lainnya, mari terus menulis :)
Mi oficina está en un edificio de 17 pisos. Todas las mañanas llego a mi edificio de
oficinas y veo a la limpieza haciendo su trabajo. Al principio pensé que era un trabajo
aburrido. Limpiar una casa es fácil. Pero, un edificio?

Hasta que un día, yo estaba en un elevador con un chico de la limpieza limpiaba el


elevador mientras cantaba. Su rostro era muy feliz. Para él, la limpieza del elevador es un
buen trabajo. Ahora, yo no podría decir que limpiar es un trabajo aburrido. Porque él es
feliz haciendo esto.

Muchas veces, he oído a mi amigo decir que no es feliz. No están contentos con su
trabajo. Están aburridos y quieren dejarlo. Es curioso, porque a veces su trabajo es un
trabajo ideal. Ellos trabajan en una oficina muy popular o tienen una buena posición.
Pero, aún les parece un trabajo aburrido .

También experimenté la misma cosa.

Yo estaba trabajando como un Liaison Officer. Mi oficina anterior se dedicaba a


Organizador Eventos. Es un trabajo ideal para algunas personas, porque puedes
encontrarte con muchos artistas profesionales.

Como artista aficionado, soy afortunado. Porque podría tener experiencias y aprender a
actuar como un profesional. También puedo entender como funciona la industria de la
música.
Por desgracia, no tiene un buen ambiente. Me gusta mucho el trabajo, pero me siento
perturbado por el sistema. Empiezo a sentir que este es un trabajo aburrido. Dejo este
trabajo, aunque me encanta y es mi trabajo ideal.

He olvidado lo que fue mi primer trabajo. Pero, he vendido cupones de bazar. Lo hice
para recaudar fondos para mi clase en la escuela secundaria. Es un trabajo muy aburrido,
persiguiendo a la gente y preguntándoles si querían comprar un cupón de bazar.
Pero cuando el bazar va a más, me siento feliz. Todos mis compañeros de clase están
felices. Porque hemos recaudado los fondos suficientes para fin de curso. Podemos
alquilar una villa muy bonita de un trabajo aburrido.

En ese momento, me siento como el chico de la limpieza del elevador


Ahora, es difícil decir que un trabajo es aburrido, y el otro es trabajo ideal. Porque todo el
mundo tiene diferentes opiniones. Es por eso que habrá muchas trabajos ideales.
Se dice que, “Si tienes un sueño, debes vivirlo”. Por lo tanto, si quieren un trabajo de
ensueño, deben vivir de su trabajo. Incluso si usted tiene un pequeño trabajo, aún sin ser
importante, pero si se puede vivir, será un trabajo de ensueño. Un trabajo que puede
hacerte feliz.

De lo contrario, si no puedes vivir de su trabajo, entonces es cuando uno se dice a sí


mismo,
"Este es un trabajo aburrido!"

PS.
Muchas gracias al Miguel por corregir mi Español.
---

Terjemahan

“INI SEBUAH PEKERJAAN MEMBOSANKAN!”


Anzarra Djahran

Kantor saya terletak di sebuah gedung dengan 17 lantai. Setiap pagi saya pergi kesana
dan melihat pegawai layanan kebersihan melakukan pekerjaannya. Semula saya berpikir
itu pekerjaan yang membosankan. Membersihkan rumah sih mudah. Tetapi, sebuah
gedung?

Hingga suatu hari, saya berada di sebuah elevator bersama seorang pemuda dari layanan
kebersihan itu. Ia membersihkan elevator sambil bernyanyi. Wajahnya sangat gembira.
Baginya, membersihkan elevator adalah pekerjaan menyenangkan. Sekarang, saya tak
bisa mengatakan bahwa bersih-bersih itu pekerjaan membosankan. Sebab, si pemuda
gembira melakukannya.

Seringkali saya mendengar teman-teman saya berkata mereka tak gembira. Mereka tak
gembira dengan pekerjaan mereka. Mereka bosan dan ingin berhenti. Ini menggelitik,
sebab kadang kala pekerjaan mereka adalah pekerjaan ideal. Mereka bekerja di
perusahaan terkenal atau memiliki posisi yang bagus. Tetap saja bagi mereka itu
membosankan.

Saya juga mengalami kejadian serupa.

Saya pernah bekerja sebagai seorang Liaison Officer. Kantor saya sebelumnya adalah
sebuah Event Organiser. Itu merupakan pekerjaan impian sebagian orang, sebab dapat
berjumpa dengan artis-artis profesional. Sebagai artis amatir, saya beruntung. Sebab saya
memperoleh pengalaman dan belajar bagaimana menjadi seorang artis profesional. Saya
juga dapat memahami bagaimana industri musik dijalankan.

Sayang, kondisinya tak menyenangkan. Saya menyenangi pekerjaan itu, tetapi tak
nyaman dengan pola kerjanya. Saya mulai merasa bahwa ini adalah pekerjaan
membosankan. Saya meninggalkan pekerjaan itu, meskipun saya menyenanginya dan itu
sebuah pekerjaan yang ideal.

Saya sudah lupa pekerjaan pertama saya. Tetapi saya pernah menjual kupon bazaar. Saya
melakukannya untuk mengumpulkan dana bagi kelas saya saat di sekolah menengah. Itu
sangat membosankan, mengejar-ngejar orang dan menawarkan kepada mereka untuk
membeli sebuah kupon bazaar.

Tetapi ketika bazaar usai, saya merasa gembira. Seluruh teman sekelas merasa gembira.
Sebab kami berhasil mengumpulkan dana untuk liburan perpisahan. Kami dapat
menyewa sebuah villa yang indah dari hasil pekerjaan yang membosankan.

Pada saat itu, perasaan saya seperti pemuda layanan kebersihan di elevator tadi.

Sekarang, sulit untuk mengatakan bahwa yang ini adalah pekerjaan yang membosankan,
dan yang lain adalah pekerjaan ideal. Sebab setiap orang memiliki pendapat berbeda.
Itulah mengapa, ada begitu banyak pekerjaan impian.

Katanya, “Jika kamu memiliki impian, kamu harus menghidupkan impianmu”. Begitu
pula, jika menginginkan pekerjaan impian, kamu harus menghidupkan pekerjaanmu.
Meski itu adalah pekerjaan yang kecil, kurang penting, tetapi jika kamu dapat
menghidupkannya, itu akan menjadi pekerjaan impian. Sebuah pekerjaan yang akan
membuatmu gembira melakukannya.

Sebaliknya, jika kamu tak dapat menghidupkan pekerjaanmu, itulah saat dimana kamu
berkata kepada dirimu,
“Ini sebuah pekerjaan membosankan!”

PS.
Terima kasih melimpah buat Miguel yang menelaah bahasa Spanyol saya.
Mama : Shan, kamu tau nggak, mama tadi hampir aja ketabrak kereta api.. Hih..
Shani : Hah? Emangnya gimana, ma? Kok bisa..?
Mama : Ya, mama tadi mau nyeberang rel kereta api yang di dekat kantor pabrik mama
itu kan.. Mama lagi bengong gitu, lho, Shan.. Udah gitu emang di situ sepi kan, namanya
juga jalan pintas.. Nggak tau deh gimana pokoknya nggak denger aja ada kereta dari
jauh..
Shani : Aduh si mama..
Mama : Untung aja ada bapak-bapak yang teriak ngingetin..
Shani : Ha?
Mama : Sepertinya sih pengemis ya, atau apa, mama juga nggak ngeh.. Tapi sepertinya
memang biasa ngingetin orang-orang pabrik yang mau nyeberang di situ..
Shani : Oh ya? Alhamdulillah deh ih mama lain kali hati-hati, dong, ma.. Jangan
bengong-bengong gitu..

Ada ya pengemis yang sekaligus menjadi ‘warning sign hidup’ bagi orang-orang yang
menyeberang kereta api..? Aku baru dengar.. Ah siapa pun dia, wahai bapak pengemis,
terima kasih ya..
---
Aah…
Deru kipas besi terdengar, tak kunjung berhenti berputar. Kotak-kotak putih itu memang
tak berhenti bergetar. Bau wangi itu telah bosan diendusnya. Ia berdiri di sana sepanjang
hari. Kadang duduk, kebanyakan berdiri. Tak adil katanya, kalau tangannya terus bekerja
tetapi sang kaki beristirahat. Rambut panjangnya diikat sepanjang waktu. Kipas angin
yang ditaruh di sudut ruangan kadang meniup-niup rambutnya. Peluh keringat sudah
lama membanjiri tubuhnya, berubah kering dan mengubah badannya menjadi dingin.

“Permisi, saya mau ambil cucian.” Ketukan pintu mengagetkannya.

Ia berdiri dan mengambil bon si pelanggan. “Tunggu sebentar,” katanya tanpa


senyum.

Tumpukan-tumpukan baju yang sudah dibungkus plastik berderet panjang. Entahlah,


mencarinya saja memakan waktu. Di dekat tumpukan dus deterjen, ditemukannya plastik
laundry Si Pelanggan. Plastik merah dengan tumpukan jeans dan T-shirt belel. Ia
memperhatikan si pelanggan, kaus pink ketat dan celana sempit berwarna karat. Aah,
pasti mahasiswa. Kebanyakan pelanggannya memang mahasiswa dan penampilan mereka
lama-lama bertambah aneh. Tapi Ia tak punya waktu untuk mengeluhkannya.

“Makasih, Bu!”

Ia menjawab dengan anggukan dan ruangan itu kembali sepi. Ia kembali ke istana
kekuasaannya, meja setrika kecil berwarna biru muda. Di sebelah botol pelicin
pakaiannya tergeletak remote TV. Jam 10 pagi dan dinyalakannya TV 14 inch itu.
Tayangan di TV sudah berubah. Dulu tayangan India, membunuh waktu karena ketika
dua pemeran utamanya bahagia, hari telah berubah jingga. Setelah itu film Warkop,
diulang-ulang dan tak habis-habis. Sekarang acara lagu-lagu, pembawa acaranya tak
berhenti melontarkan lawakan yang tak lucu dan banyak anak muda yang menari dengan
rambut aneh. Aah… Ia tak punya waktu untuk mengeluhkannya.
***

Seorang pelanggan datang lagi. Kali ini pelanggannya Si Penjual Pulsa di ujung jalan.
Diserahkannya satu plastik lagi, warna putih transparan.

“Mas, ada baju perempuan warna kuning. Punya mas, bukan? Saya takut
ketuker.”

“Iya,” Si Penjual Pulsa menjawab dengan cepat.


***

Satu mesin cucinya berhenti berderu, dan ia tahu ini saatnya menjemur satu kloter
pakaian. Ia membawa satu keranjang ke lantai 2 dan menjemurnya isinya satu persatu.
Pakaian-pakaian itu sudah dilabel kecil-kecil, sesuai dengan nama si pelanggan.

Angin sepoi-sepoi meniup badannya, rasa sejuknya berbeda dengan kipas anginnya. Ia
melihat tetangganya yang juga sedang menjemur pakaian. Janda, punya anak perempuan,
SD. Sepasang tangan memeluk si Janda dari belakang. Ah, Si Penjual Pulsa. Si Penjual
Pulsa sudah punya istri, menikah karena pacarnya hamil 10 bulan yang lalu. Bayinya
kecil dan hitam, mirip Si Penjual Pulsa. Sebulan yang lalu, istrinya minggat ke rumah
orang tuanya, membawa pergi Si Bayi. Jadi mereka selingkuh, jadi pakaian perempuan
yang tercampur ternyata punya si Janda. Ia melepaskan pandangannya. Aah… sudahlah,
ia tak punya waktu mengeluhkannya.

Ia jijik ketika tak sengaja melihat keduanya semakin dekat bermesraan, tapi keranjang
pakaiannya belum kosong. Cepat-cepat diselesaikannya pekerjaannya. Iapun mengangkat
cucian terakhir. Sprei tipis berwarna putih, ia menjemurnya dengan satu sentakan.
Dari balik sprei-nya terlihat si Penjual Pulsa mencekik si Janda. Ia kaget, nafasnya
berubah tak teratur dan degup jantungnya bertambah cepat. Ia menelan ludah, segera
diangkatnya keranjang pakaiannya. Ia buru-buru menuruni tangga, kembali menyetrika.
Keringatnya tiba-tiba mengalir dan ia mengeraskan volume TV-nya. Ya, Ia tak punya
waktu untuk mengeluhkan apa-apa.
***

Hari berikutnya dan Ia ikut melayat ke rumah si Janda. Anak perempuan Si Janda
menangis keras-keras, bertanya di mana ibunya. Perkosaan, pembakaran, atau
penjambretan geng motor. Aah, kejadian seperti ini sudah biasa di sini. Ia permisi duluan,
tidak mengantar ke pemakaman. Masih ada yang pakaian yang belum disetrika dan sudah
ada plastik-plastik baru yang belum di-label, pikirnya.
***

Siang itu pintunya diketuk tiba-tiba. Pelanggan, pikirnya. Dibukanya pintu itu, bukan
pelanggan. Seorang petugas keamanan menghormat sopan.
“Punya waktu bicara sebentar, Bu? Saya mau menanyakan beberapa hal.”

Ia tahu Si Petugas akan menanyakan apa dan seperti biasa, ia tak akan punya waktu. Ia
memandang Si Petugas sesaat. Semua orang datang dan pergi ke tempatnya, meminta dan
meminta. Ia selalu menyerahkan plastik pakaian dan menerima plastik baru. Ia tak pernah
bertanya alasannya, mengapa Ia harus ada di sana, mengapa Ia harus terus menerus
menyetrika. Ia tak pernah mengaduh, mengapa ia tak pernah punya waktu untuk apapun.
Hari itu, Ia mengambil remote TV nya, mematikan kipas anginnya, menghentikan mesin
cucinya, dan mencabut kabel setrikanya.

Ya, hari ini saya punya waktu.

Ia mengajak Si Petugas duduk dan hanya soal waktu sampai ia menceritakan tentang
perihal Si Penjual Pulsa. Beberapa minggu kemudian mungkin ia akan datang ke
pengadilan dan bersumpah lalu menceritakan hal yang sama. Beberapa koran mungkin
akan menanyakan tentang hal yang sama, dan iapun akan menceritakannya berulang-
ulang. Tetangga-tetangganya akan ribut, dan mulai tahu siapa nama si Ia.

Aah… mungkin sebenarnya, memang tidak ada yang perlu dikeluhkan.

*****

focus

Вам также может понравиться