Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Siska Srijayanti
05071006013
INDRALAYA
2010
BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK
MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI
Oleh :
Siska Srijayanti
05071006013
Rencana Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
INDRALAYA
2010
Rencana Penelitian Berjudul
BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK
MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI
Oleh
Siska Srijayanti
05071006013
Dr.Ir. Hersyamsi,M.Agr
NIP 19600802 198703 1 004
Pembimbing I Pembimbing II
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmatNya kepada kita, sehingga atas pertolonganNya proposal Penelitian ini dapat
diselesaikan.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Bapak Dr. Ir. Edwar Saleh, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel Saputra, M.S.A.Eng, yang
telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian ini, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan proposal ini dapat menjadi acuan bagi penulisan
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
B. Tujuan ……………………………………………………………... 4
A. Tanaman Melon……………………………………………………. 5
C. Pestisida………………………………………………….…………. 14
D. Pertanian Organik…………………………………….………….…. 20
Daftar Pustaka
Lampiran
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
macam teknik irigasi untuk tanaman sayuran ataupun buah – buahan. Menurut
Kurnia dan Hidayat (2001), diperkirakan luas lahan kering yang mempunyai peluang
untuk mendapatkan pengairan (irigasi) mencapai sekitar 32 juta hektar. Salah satu
kendala produksi tanaman di lahan kering adalah terbatasnya air untuk tanaman,
terutama pada musim kemarau. Namun menurut Pawitan (1999), kondisi sumberdaya
air pada sebagian besar daerah di Indonesia telah memasuki pada tingkat waspada
sampai tingkat kritis, sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang
lainnya terus meningkat. Oleh karena itu, ketersediaan sumberdaya air yang terbatas
harus dimanfaatkan secara hemat (efisien) dan efektif terutama dalam bidang
pertanian.
tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon
alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor
melon di Indonesia sangat rendah, tetapi potensinya dapat ditingkatkan. Oleh karena
terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu fakor penting dari produksi
tanaman. Usaha untuk memenuhi target produksi tersebut tidak terlepas dari
Irigasi kendi adalah teknik untuk menciptakan slow release air bawah tanah
irigasi kendi, pemberian air pada tanaman tidak perlu diberikan setiap hari tetapi
cukup dengan memperhatikan ketersediaan jumlah air di dalam kendi yang dapat
lebih efisien dibandingkan dengan sistem lain seperti irigasi tetes dan irigasi sumbu
karena memberikan air langsung ke zona akar tanaman, bukan ke daerah yang lebih
permasalahan ketersediaan air yang sangat terbatas. Air bagi tanaman merupakan
sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di
dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara
optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. (Scholes, dkk,1994). Selain faktor tanah,
faktor tanaman juga menjadi salah satu faktor penentu tingkat efisiensi penggunaan
air. Tanaman yang cocok untuk dikembangkan di lahan kering yaitu tanaman yang
tidak memerlukan banyak air serta bernilai ekonomis tinggi, seperti tanaman melon.
Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk menaksir jumlah air yang
dibutuhkan tanaman. Rahardjo, dkk (1992), Morris., dkk (1990) menetapkan total
penggunaan air sebagai jumlah air curah hujan ditambah jumlah lengas yang
disimpan dalam jeluk tanah, sedangkan Gilley dan Jansen (1983) dalam Rahardjo,
dkk, (1992) menggunakan hasil produksi tanaman (kg/petak) dibagi dengan ETa
Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun,
menjadi terlupakan atau bahkan ditinggalkan. Tidak kita pungkiri bahwa dengan
“revolusi hijau”, yang ditandai dengan peningkatan hasil panen dan pendapatan
petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa mencapai swasembada pangan pada
tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai adalah berproduksi cepat
varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan
Dengan adanya penggunaan pestisida sintetis maka kita semakin jauh dari
perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga
pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara,
bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah
pencemaran. Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini
menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam
tanaman pangan yang lain. Tapi risiko kegagalannya pun juga senantiasa
B. Tujuan
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah yang termasuk family
Cucurbitaceae. Tanaman melon termasuk keluarga mentimun, waluh, timun suri dan
semangka. Melon memiliki nilai komersial yang tinggi di Indonesia dengan kisaran
pasar yang luas dan beragam, mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern,
restoran dan hotel. Hal ini menunjukan bahwa komoditas melon sangat potensial
untuk diusahakan karena memiliki nilai ekonomi dan daya saing yang dibandingkan
kaca. Pertumbuhannya memerlukan kelembapan udara yang tinggi, tanah subur yang
gembur, dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainase yang baik. Tanaman ini
lebih baik dirambatkan ke para – para yang telah disediakan, baik yang berbentuk
para – para miring ataupun para – para bentuk lurus. Dan akan tumbuh dengan baik
dan menghasilkan buah bermutu serta menguntungkan, bila ditanam dengan memilih
lahan sawah irigasi, dengan syarat penanamannya maksimal dua kali berurutan dua
a. Iklim
yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25°-30°C.
Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus
menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m
melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit
b. Media Tanam
Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan
organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari
organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu
basah, pH tanah 5,8-7,2. Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang
cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
2. Pembibitan
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit
tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Pengecambahan Benih
dilakukan dengan cara direndam didalam air hangat kuku yang dicampur fungisida
malam ( 36 jam ) pada suhu kamar. Kertas dijaga agar tetap dalam kondisi lembap.
berukuran 7 x 10 cm. Media semai yang digunakan berupa campuran tanah dan
dilakukan dengan cara membuat lubang sedalam 2 cm dengan jari, lalu benih
dimasukkan dengan bagian berakar dibawah. Kemudian, benih ditutup dengan tanah,
tetapi ujung benih masih terlihat. Persemaian perlu dijaga agar selalu dalam kondisi
lembap, tetapi tidak boleh terlalu basah. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah
3. Persiapan Lahan
cm. Lahan dikering-anginkan selama 5 – 7 hari. Bila masih ada bongkahan tanah,
dilengkapi dengan saluran pembuangan air atau drainase. Dengan ukuran panjang
maksimum 15 m, tinggi 20 - 50 cm, lebar 100 – 120 cm dan lebar parit 50 – 60 cm.
Tinggi dan lebar parit disesuaikan dengan keadaan musim saat penanaman. Pada
musim hujan, usahakan tinggi bedengan 50 cm, agar perakaran tanaman tidak
Pupuk dasar yang diberikan bias berupa pupuk kandang dan juga dolomite/calmag.
Penentuan Jumlah kapur dapat ditentukan sesuai pH tanah yang sudah diketahui
sebelumnya.
Pemasangan mulsa dilakukan paling lambat dua hari sebelum tanam. Mulsa
yang digunakan berupa plastic hitam perak dengan lebar 120 cm. Sisi plastic yang
bawah ( menempel ke tanah ). Pemasangan dilakukan pada saat terik matahari agar
4. Teknik Penanaman
Bibit melon yang siap untuk ditanam berumur 10 – 14 hari setelah semai.
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari tanaman
mengalami stress karena terik matahari. Akar tanaman diusahakan tidak sampai
rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon,
diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur
karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.
Dan dilakukan pemasangan ajir yang berfungsi untuk menopang tanaman agar bisa
5. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan bila tanah sudah mulai kering. Pada awal penanaman
hingga umur satu minggu, dilakukan penyiraman setiap hari ( sore hari ) sekitar
sudah dipasang. Batang tanaman mulai diikat setelah tanaman berumur 12 hari atau
memiliki 7 daun.
merugikan, terutama tunas yang muncul pada ketiak daun, untuk mendapatkan
pada umumnya tangkai yang dipelihara hanya 1 namun untuk tujuan melon kecil
maka dipertahankan 2 buah. Ujung batang tempat buah dipelihara dipangkas dengan
– rumput berbunga dan pada saat tanaman melon berumur 2 – 4 minggu setelah
tanam. Pada system mulsa penyiangan dilakukan pada lubang tanam dan parit antar
bedengan.
6. Pemanenan
Buah pada tanaman melon yang ekonomis untuk diusahakan berasal dari
bunga sempurna ( hermaphrodite ) yang muncul dari ketiak daun ke 9 – 11. Karena
bunga pada ruas tersebut memiliki kualitas yang tinggi dengan ukuran buah yang
optimum. Setelah buah dari cabang ke 9 – 11 tumbuh sebesar bola pingpong, dipilih
satu buah yang paling baik ( tidak cacat ) untuk terus dipelihara sampai besar. Buah
yang tidak terpilih dibuang. Buah dapat ditup dengan kantong plastic untuk
mencegah serangan penyakit lalat buah. Namaun kantong plastic harus dilepas ketika
buah sudah membesar. Hal ini bertujuan agar perkembangan buah tidak terganggu.
Pemotongan ujung batang utama dilakukan setelah calon buah yang akan dibesarkan
B. Sistem Irigasi
Irigasi kendi ini dapat menghemat penggunaan air dengan cara mengatur
melalui sifat porositas kendi. Mondal (1974) dan Stein (1990) memasukkan sistem
irigasi kendi ke dalam sistem irigasi bawah permukaan. Selanjutnya Stein (1990)
air irigasi terjadi secara lambat dengan volume yang rendah (kecil) pada zona
perakaran tanaman, sehingga hanya sebagian tanah yang terbasahi, maka sistem
dari dalam kendi ke dinding kendi yang dibuat porus, kemudian mengalir ke tanah
sekitar perakaran tanaman berdasarkan perbedaan potensial matriks antara tanah dan
kendi dapat dibenamkan di daerah perakaran, hal ini dapat dilakukan pada saat
kerja teknologi system irigasi kendi yaitu dengan membenamkan kendi mencapai
daerah perakaran. Kendi ini bila diisi air akan merembeskannya ke tanah di
sifat hidrolika tanahnya. Sistem Irigasi Kendi. Ini adalah salah satu bentuk pemberian
air pada tanaman melalui zona per-akaran tanaman. Irigasi kendi ini dapat
menghemat penggunaan air dengan cara mengatur melalui sifat porositas kendi.
Secara operasional, kendi ditanam di bawah tanah dekat dengan zona perakaran
tanaman. Jumlah kendi yang ditanam tergantung pada jenis tanaman, kebutuhan air
Kendi yang baik digunakan untuk sistem irigasi ini adalah kendi tanpa lapisan
finishing, kendi seperti ini dapat dicirikan dengan munculnya warna natural gerabah
tanah liat pada dinding luar kendi. Kendi berglazur tidak dapat digunakan untuk
Setelah pemberian air, mulut kendi haruslah selalu dalam keadaan tertutup.
Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi kehilangan air akibat penguapan
Hanya gunakan air bersih untuk mengisi kendi. Saringan pasir dapat
Bersihkan kendi sebelum digunakan dengan air bersih agar pori bersih.
Kebutuhan atau pemakaian air setiap tanaman tidak sama pada setiap saat,
sesuai dengan stadia tumbuh tanaman ( umur tanaman ), suhu udara dan
cuacaPenyediaan air untuk irigasi sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
letak sumber air, kondisi prasarana dan sarana pengairan, ketepatan waktu
pemanfaatannya. Kehilangan air (water losses) yang harus diperhitungkan antara lain
atau bangunan (leakage), penyiapan tanah (land preparation) dan pelaksanaan tanam
2. Efisiensi irigasi
Semakin terbatasnya ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air permukaan,
memerlukan upaya peningkatan efisiensi irigasi dan teknologi irigasi yang lebih
menghemat air.
Perhitungan Efisiensi Penggunaan Air.
Dihitung menggunakan rumus yang diperkenalkan oleh Gilley dan Jansen (1983)
dimana, ETa adalah evapotraspirasi aktual. Besarnya ETa pada masing-masing petak
dimana :
d = kl x BV x D
dimana : d = tebal air dalam zona perakaran (mm)
3. Mekanisme paska panen harus tertata dengan baik agar petani dapat menjual hasil
panen tepat waktu dengan harga yang pantas sehingga siap modal untuk tanam
berikutnya;
pertanian tepat pada waktunya. Karena kalau terlambat tanam air yang yang telah
menjadi rendah.
C. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda
(bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan
hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud
seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap,
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi
yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang
terdaftar telah mencapai 353 jenis. Dalam pengendalian hama tanaman secara
terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman,
Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun
ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi
penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman
terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat
dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
penggunaannya adalah:
hayati
relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
diperhatikan:
Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap
melalui luka
Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung
tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain
yang diperlukan
tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
dianjurkan
Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan,
cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah
angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya
Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak
pestisida
Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,
mungkin.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat
ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan
2. Bahaya Penggunaan
Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga terhadap
organisme lainnya seperti manusia dan hewan peliharaan. Pestisida dapat masuk atau
meracuni tubuh melalui beberapa cara yaitu tertelan (mulut), terhirup (hidung/saluran
pernafasan), terkena kulit atau mata. Gejala keracunan yang langsung terlihat akibat
terkena pestisida/racun merupakan keracunan akut sedangkan bila gejala baru terlihat
setelah berulangkali atau dalam jangka panjang terkena racun merupakan keracunan
kronik.
Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu
pestisida. Keracunan pestisida tidak hanya dapat terjadi karena paparan (exposure)
langsung oleh pestisida (menghirup, terkena percikan atau menyentuh sisa pestisida),
yang umumnya sudah diketahui oleh banyak orang. Tetapi keracunan bisa terjadi
residu pestisida dalam jumlah yang cukup tinggi, melibihi suatu batas maksimal yang
telah ditetapkan (MRL-maximum Residu Limit), atau batasan ADI (Acceptable Daily
Intake) sebagai batasan-batasan baku yang telah ditetapkan oleh badan-badan dunia
(WHO, FAO).
pestida pun mengingkat. Tellah di katakan di atas tadi bahwa tanaman akan menjadi
kebal terhadap pestisida oleh karena itu dosis dari pestisida akan bertamabah maka
D. Pertanian Organik
adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian
input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan
tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi
ekologi dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan
alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan
antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan yang tidak
terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam,
dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung diarahkan pada usaha
meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak ekosistem pertanian
(agroekosistem).
Pertanian organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi
lingkungan bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik
merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan
global.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Bahan yang digunakan adalah benih melon, kendi, pupuk organic, MOL,
tanah. Dll
Rancang acak kelompok yang disusun secara factorial dengan dua factor dan tiga
pengulangan. Setiap bedengan terdiriri dari enam kendi dan variasi tanaman 4, 3, dan
2 bibit.
b. Tinggi tanaman
c. Jumlah daun
d. Berat buah
e. Kualitas buah
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, U. Dan A. Hidayat. 2001. Potensi, peluang dan pemanfaatan lahan kering
untuk peningkatan produksi pangan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan
Konsultatif Sumberdaya Lahan dan Air. Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina
Produksi Tanaman Pangan, Jakarta 11 Juni 2001.
Pawitan, H. 1999. Mengantisipasi krisis air nasional memasuki abad 21. Makalah
utama pada seminar ”Kebutuhan Air Bersih dan Hak Azasi Manusia” Masyarakat
Hidrologi Indonesia, di Bogor 25 Februari 1999. 15 hlm.
Prahasta, Arief, M.P. Agribisnis Melon. 2010. CV. Pustaka Grafika. Bandung
Morris, R.A., A. A. Villegas, AQ, Poltonee, dan H. S. Centeno. 1990. Water Use by
Monocropped and Intercropped Cocopea and Sorghum Grown After Rice. Agrun.
Rahardjo, C,S, Yasin l., Mahrup, Sukartono dan Sutriono, R.1992. Efisiensi
Penggunaan Air pada Tumpang Sari Jagung Kedelai di Tanah Entisol Lombok.
Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Scholes, R. J, R. Dalal,S. , Singer. 1994. Soil Physic and Fertility. The Effect of
Water, Temperature and Texture. The Biological Management of Tropical Soil
Fertility.
Sobir dan Siregar. D. Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar swadaya.
Jakarta