Вы находитесь на странице: 1из 9

Tugas Teori dan Kebijakan Pembangunan

Pembangunan Sektor Pertanian di Indonesia

“Ketidakadilan terhadap Petani Indonesia”

Disusun Oleh:

Andi Taufiq Yusuf (E211 08 264)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
0
Pendahuluan

Sektor Pertanian –sudah jelas- adalah salah satu sektor terpenting yang menjadi aset
terbesar bagi Negara Indonesia. Letak Geografis, iklim dan kondisi tanah Indonesia yang khas
membuatnya menjadi salah satu Negara dengan potensi pertanian terbesar di dunia. Mulai dari
padi, tebu, jagung, ubi, ketela dan jenis hasil pertanian lain yang sangat banyak jumlahnya,
dapat kita temui di Indonesia. Namun begitu, dengan segala kelimpahan Sumber Daya
Pertanian dari ALLAH Azza wa Jalla tersebut, Negara Indonesia masih belum mampu –untuk tak
mengatakan gagal- mengoptimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya, bahkan yang lebih ironis adalah petani di Negara ini tergolong sebagai masyarakat
miskin.
Setidaknya ada 11 masalah pokok Pertanian di Indonesia menurut Dr.Ir . Anton
Apriyantono, MS dalam tulisannya “Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia”, antara lain
akses informasi, tata niaga, birokrasi, mentalitas pelaku pertanian dan permodalan. Adapun
yang akan menjadi fokus pada tulisan kami kali ini adalah masalah mentalitas pelaku pertanian
(dalam hal ini pihak tengkulak) dan permodalan (sistem bagi hasil).
Kedua masalah yang disebutkan sebelumnya dianggap sebagai masalah yang paling
urgen untuk diatasi menurut penulis, karena keduanya merupakan sumber segala keterpurukan
petani yang secara langsung akan memunculkan keterbelakangan sektor pertanian. Sektor
Pertanian menjadi kurang berkembang karena imej petani yang “terbelakang” sehingga
regenerasi di sektor ini nyaris nihil. Alhasil sektor pertanian kita menjadi tidak mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Melihat hal tersebut penulis terdorong untuk
menulis makalah mengenai topik ini dengan judul “Ketidakadilan terhadap Petani Indonesia”.
Pembahasan makalah akan dibagi menjadi 4 bagian yaitu pendahuluan yang membahas latar
belakang ditulisnya makalah, dasar teori, analisis masalah dan kesimpulan.

BAB II

1
Dasar Teori

Gambaran dari Langit…

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan[552] saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman."(QS. Al A’raf ayat 85)

Pada Makalah ini penulis memakai teori W.W Rostow mengenai tahap-tahap
pembangunan dalam sebuah Negara sebagai dasar yang dianggap relevan. Dalam teori
tersebut dijelaskan bahwa jika sebuah Negara ingin mencapai salah satu tahap pembangunan
yakni tahap lepas landas, Negara harus meminimalisir bahkan menghilangkan seluruh
hambatan pertumbuhan ekonomi.
Hambatan yang dimaksud dalam teori Rostow ini adalah hambatan secara umum, baik
yang berasal dari eksternal ataupun internal Negara, mulai dari nilai, teknologi iklim politik dll.
Dari sini penulis beranggapan bahwa masalah Ketidakadilan baik yang berasal dari moral hazard
para aktor maupun konspirasi sistemik termasuk diantara hambatan yang dimaksud, bahkan
sumber dari kebanyakan hambatan lain, yang artinya Negara harus memperhatikan dan
menyelesaikan masalah ini jika mereka ingin memasuki tahap lepas landas.
Penggunaan dasar teori ini akan difokuskan untuk membahas 2 fenomena ketidakadilan
dalam sektor pertanian (khususnya terhadap para petani) kita, yang pertama kerusakan moral
para tengkulak yang dianggap kurang peduli pada nasib petani dan hanya mementingkan
keuntungannya diri sendiri walau harus “memeras” para petani. Kedua adalah sistem

2
permodalan (bagi hasil) yang tidak seimbang, dimana keberpihakan sistem lebih sering kepada
para pemegang modal.

BAB III

3
Analisis Kritis

Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa prestasi Sektor Pertanian Indonesia


sebenarnya sangatlah besar ,antara lain:
1. Dalam Pembentukan Produk Domestik bruto , sektor agribisnis merupakan penyumbang
nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan sebesar
45 persen total nilai tambah.
2. Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan
sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.
3. Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan
dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis
dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya
dengan ketahanan social (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan
keamanan atau ketahanan nasional (national security).
4. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada satupun
negara di dunia seperti Indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara
alami (endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan bahwa di pasar internasional
hanya industri yang berbasiskan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif
dan mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian
pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih
kompetitif.
Kita sejenak mungkin bisa berbangga dengan fakta di atas, namun kita akan
menemukan paradoks yang betul-betul menyedihkan jika kita melihat nasib para Petani di
Negara ini, yang notabene bertindak sebagai pelaksana langsung pertanian, berikut adalah
gambaran umum petani yang berjumlah kurang lebih 25 juta jiwa itu:
1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif
dibandingkan dengan sektor lain.
2. Kurang Kemampuan Mengakses Pasar
3. Pendidikan Formal Rendah

4
4. Rendahnya Regenerasi
5. Masih Percaya Mitos
6. Lemah Dalam Memperjuangkan Haknya
7. Banyak yang Tidak Punya Lahan
8. Bekerja Tidak Efisien
9. Teknologi Rendah
10. Produktivitas per kk Rendah
11. Akses lembaga keuangan lemah
Melihat keadaan tersebut maka sepertinya kita sudah bisa memahami mengapa petani kita
sering dianggap sebagai golongan tradisional dan termarjinalkan.
Jika kita menganalisa secara mendalam masalah-masalah di atas kita bisa menyimpulkan
bahwa sumber utama masalah mereka adalah Ketidakadilan Aktor pertanian lain kepada
mereka serta. Contoh sederhana, mengapa petani memiliki cara kerja yang tak efisien? Karena
mereka tak tahu teknologi, disebabkan mereka tak memiliki akses informasi, disebabkan
mereka berpendidikan rendah, disebabkan keadaan finansial mereka lemah disebabkan
ketidakadilan para tengkulak dan pemodal kepada mereka.
Petani sering bahkan mungkin selalu menjadi objek eksploitasi, para tengkulak
menerapkan sistem ijon kepada mereka, bank enggan member pinjaman kepada mereka, para
pemodal menetapkan sistem yang hanya menguntungkan diri sendiri, masyarakat yang
memakan produksi mereka justru memarjinalkan mereka, pemerintah tak berpihak pada
mereka. Ujung dari semua ini adalah sektor pertanian kita akan dipandang sebelah mata
sehingga regenarasi pada sektor ini akan berkurang (khususnya yang berminat menjadi petani),
kinerjanya akan terus melemah dan titik yang paling mengkhawatirkan adalah jika kelak
anugerah “surgawi” ini akan jatuh pengelolaan bahkan kepemilikannya ke tangan asing. Saya
yakin tak ada satupun dari kita yang menginginkan hal tersebut.
Oleh karenanya penulis beranggapan bahwa masalah keidakadilan ini harus menjadi
prioritas pertama untuk diselesaikan dalam rangka membangun sektor pertanian di Indonesia,
agar taraf hidup para petani menjadi lebih baik. Ada beberapa hal yang bisa penulis usulkan
kepada pemerintah (mengutip beberapa pendapat Dr.Ir . Anton Apriyantono, MS) , antara lain:

5
1. Mendorong Peran Lembaga Keuangan (Bank Dan Non-bank) Untuk Masuk Sektor
Pertanian Dengan Skema yang Menguntungkan Petani
2. Mendorong PenguatanModal Kolektif Petani
3. Mendorong Peran Tengkulak Untuk Membangun Kemitraan Yang Adil dan Peduli Petani
4. Merealisasikan Subsidi Pertanian yang Tepat Sasaran dan Bersifat Produktif
5. Membuat regulasi yang melindungi petani.

BAB IV
Kesimpulan

6
Masalah Ketidakadilan terhadap petani haruslah menjadi hal utama yang harus
diselesaikan dalam rangka membangun sektor pertanian di Indonesia, bahkan sebaiknya
dijadikan sebagai salah satu tujuan pembangunan sektor pertanian, karena masalah ini adalah
sumber utama masalah-masalah di sektor pertanian yang lain. Beberapa strategi yang bisa
dijalankan antara lain:
1. Mendorong Peran Lembaga Keuangan (Bank Dan Non-bank) Untuk Masuk Sektor
Pertanian Dengan Skema yang Menguntungkan Petani
2. Mendorong PenguatanModal Kolektif Petani
3. Mendorong Peran Tengkulak Untuk Membangun Kemitraan Yang Adil dan Peduli Petani
4. Merealisasikan Subsidi Pertanian yang Tepat Sasaran dan Bersifat Produktif
5. Membuat regulasi yang melindungi petani.

BAB V
Daftar Pustaka

7
Internet
“Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia” Apriyantono, Anton

Вам также может понравиться