Вы находитесь на странице: 1из 2

STRATEGI MENGHADAPI POTENSI ANCAMAN BIOTERORISME

TERKAIT DENGAN KASUS FLU BURUNG DI INDONESIA

Secanggih apapun Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang dimiliki suatu
negara, akan tetapi apabila suatu negara diserang oleh senjata pembunuh massal yang
meliputi senjata CBRNE (Chemical,Biology, Radiology, Nuclear and Explosive), maka
sangatlah membahayakan, karena hal ini tentu akan berpengaruh pada stabilitas
nasional yang dapat mengguncang berbagai bidang. Dari berbagai jenis senjata
pembunuh massal yang sangat berbahaya adalah senjata biologi karena Visibilitas
Rendah adanya masa inkubasi sehingga sangatlah sulit dalam pendeteksian, Daya
kembang yang tinggi: Racun-racun Biologi berkembang dengan cepat menyebabkan
kekacauan yang besar dalam dunia usaha dan masyarakat secara keseluruhan, Mudah
Didapat racun-racun biologi selain dapat dikembangkan dengan biaya yang murah
sekali dapat pula diperoleh dengan mudah, misal dari bahan-bahan yang didapat dari
alam seperti tanaman kacang castor,yang dapat menghasilkan ricin, Penyebarannya
cukup mudah dapat berhasil dengan menggunakan semprotan Pestisida, terjangkit
melalui kontaminasi dan juga tidak berakibat pada struktur yang ada, sebuah serangan
bioterorisme tidak akan menyebabkan kerusakan pada sarana prasarana yang ada.
Bioterorisme adalah puncak aksi kekerasan yang dilakukan seseorang maupun
golongan dengan menggunakan senjata biologi, merupakan ancaman berskala
internasional yang harus diantisipasi oleh setiap negara, termasuk Indonesia.
Sekalipun mungkin Indonesia tidak dianggap sebagai negara “target”, tetap harus
mengantisipasi dampak ikutan yang mungkin terjadi akibat terbawanya tanpa sengaja
agen biologik oleh seseorang dari tempat lain. Tanpa kesiapan yang memadai, selain
gangguan keamanan, Indonesia dapat mengalami gangguan kesehatan massal yang
serius baik pada manusia, hewan, maupun lingkungan, yang nantinya juga
mengakibatkan dampak ekonomi yang serius.
Dalam kasus Flu Burung , Indonesia mencapai korban tertinggi didunia dengan
korban menginggal akibat positif terjangkit virus H5N1 sebanyak 115 orang (Situs
Komunitas Dokter.Hewan Indonesia). Faktor yang menjadi penyebab adanya ancaman
di Indonesia ditinjau dari empat aspek yakni ASPEK HUKUM, ASPEK KESEHATAN,
ASPEK LINGKUNGAN dan ASPEK KEAMANAN
1. Dari Aspek HUKUM,
a. Belum efektifnya perangkat hukum yang menangani secara khusus tentang
pelaku kejahatan pembunuh massal akibat senjata biologi, sehingga perlu
diefektifkan aturan hukum untuk menindak kejahatan terkait dengan senjata
biologi.
b. Belum ada kejelasan koordinasi antar instansi yang menangani kejahatan
bioterorisme.
2. Dari Aspek KESEHATAN diperoleh gambaran tentang faktor adanya ancaman
senjata biologi diantaranya yaitu : Masih lemahnya upaya antisipasi secara dini untuk
menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak lagi dengan pemberian obat-obatan
atau vaksin pada manusia dan hewan. Pengantisipasian secara dini dengan
menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak lagi dengan pemberian obat-obatan
atau vaksin pada pada berbagai jenis hewan.
3. Dari Aspek LINGKUNGAN diperoleh gambaran tentang faktor adanya ancaman
senjata biologi diperlukan upaya pemusnahan unggas atau binatang lain yang
terinfeksi penyakit H5N1, sehingga memperkecil resiko korban manusia atau hewan
lain, disekitar lingkungan tersebut. Juga pensterilan lingkungan terkait adanya wabah
sekitar yang terjangkit penyakit akibat insiden dari senjata biologi.
4. Dari Aspek KEAMANAN diperoleh gambaran tentang faktor adanya ancaman
senjata biologi diantaranya yaitu :
a. Rentannya sistem keamanan, terutama terhadap laboratorium yang terkait
dengan senjata biologi
b. Mendayagunakan seluruh instansi terkait agar dibentuk Badan Otorita Negara
yang menangani secara khusus masalah senjata biologi, agar lebih
terkoordinasi.
c. Kerja sama dengan organisasi international secara berkesinambungan dan
terpadu.
Berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi adanya ancaman
senjata biologi dan wabah penyakit yang terkait di Indonesia terutama kasus Flu
burung, diantaranya dengan jalan :
1. Pengawasan lalu-lintas hewan (yang diduga terkait dengan senjata biologi) yang
masuk ke wilayah masing-masing daerah, Biosafety dan Biosecurity benar-benar
disosialisasikan, diadakan pelatihan dan dilaksanakan dengan baik.
2. Monitoring dan survelance
3. Memberikan penyuluhan ke masyarakat dan sosialisasi tentang karakteristik
bahaya dari senjata biologi dan penyakit yang terkait. Dengan memanfaatkan semua
jenis media.

Вам также может понравиться