Вы находитесь на странице: 1из 25

Laporan Antara (Interim)

Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

BA
B
2
DESKRIPSI WILAYAH
PERENCANAAN

1.1 Letak Geografis


Wilayah perencanaan berada di Kota Padang. Kota Padang adalah ibukota

Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera dan berada

antara 0o 44' 00" dan 1o 08' 35" Lintang Selatan serta antara 100 o 05' 05" dan 100o

34' 09" Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah

694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat.

Panjang pantai (di luar pulau pulau kecil) adalah 68,123 Km dengan kelilingnya

165.188 Km.

Kota Padang menjadi ibukota Sumatera Barat ditandai dengan keluarnya UU

No.5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dengan

Kotamadya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang

dikepalai oleh seorang Walikota.

PT. Reka Prima Consultants II - 1


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Secara geografis Kota Padang merupakan perpaduan dari dataran rendah,

perbukitan dan aliran sungai. Kota Padang terletak pada dataran alluvial yang

terbentuk oleh luapan aliran sungai Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air

Dingin.

Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau (174,30 Km 2), Batang Kuranji

(202,7 Km2) dan Batang Air Dingin (143,08 Km 2) yang bersumber dari Gunung

Balok (Batang Arau), Gunung Bungsu (Batang Kuranji) dan Gunung Lantik

(Batang Air Dingin), yang kemudian bermuara di Lautan Hindia serta

mempunyai karakteristik sungai dan pola hujan relatif fluktuatif. Selain itu Kota

Padang masih dilintasi oleh 18 sungai kecil lainnya.

Daerah perencanaan relatif datar (flat), yang rawan terhadap genangan air, akibat

hulunya merupakan daerah ketinggian (berbukit), sehingga apabila hujan turun

terjadi peningkatan aliran permukaan yang cukup tinggi. Lokasi perencanaan

master teknis drainase dapat dilihat pada Gambar 2.1

PT. Reka Prima Consultants II - 2


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Gambar 2.1.
Peta Indexs Provinsi Sumatera Barat
Lokasi Pekerjaan Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

1.2 Penduduk Dan Wilayah Administrasi

Luas wilayah administrasi Kota Padang adalah 694,96 Km 2 dengan batas-batas

administrasi sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Padang Pariaman

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Pesisir Selatan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Solok

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kep. Mentawai

Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan, dengan kecamatan

terluas adalah Kecamatan Koto Tangah seluas 232,25 km 2.

PT. Reka Prima Consultants II - 3


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Penduduk Kota padang pada tahun 2009 adalah sebesar 875.750 jiwa (Padang

Dalam Angka 2009, BAPPEDA dan BPS Kota Padang). Kepadatan rata-rata

mencapai 1.260,14 orang/Km2.

Berdasarkan jumlah penduduk Kota Padang tersebut, maka Kota Padang

dikatagorikan sebagai Kota Besar yaitu kota yang mempunyai jumlah penduduk

antara 500.000 Jiwa – 1.000.000 Jiwa.

Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Penduduk Dan Wilayah Administrasi Kota Padang Tahun 2009
Jumlah
Jumlah Luas Penduduk Kepadatan
No Kecamatan Kelurahan Kawasan (jiwa) (Org/Km2)
  (Km2)    
1 Bungus Teluk Kabung 6 100,78  24.417 242,28
2 Lubuk Kilangan 7  85,99  44.552  518,11
3 Lubuk Begalung 15  30,91 109.793 3.552,02

PT. Reka Prima Consultants II - 4


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

4 Padang Selatan 12  10,03  64.458  6.426,52


5 Padang Timur 10  8,15  88.510  10.860,12
6 Padang Barat 10  7,00  62.010  8.858,57
7 Padang Utara 7  8,08  77.509  9.592,70
8 Nanggalo 6  8,07 59.851  7.416,48
9 Kuranji 9  57,41 123.771 2.155,91
10 Pauh 9  146,29  54.846 374,91
11 Koto Tangah 13  232,25 166.033 714,89
Jumlah 104  696,96 875.750   1.260,14
Sumber: Padang Dalam Angka Tahun 2009

Konsentrasi penduduk terutama pada bagian pusat kota lama yaitu Kecamatan

Padang Timur, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, serta

Kecamatan Padang Selatan. Seterusnya penyebaran penduduk di Kecamatan

Nanggalo, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Pauh serta penduduk yang paling

banyak adalah Kecamatan Koto Tangah mencapai 166.033 jiwa dan terendah

adalah Kecamatan Bungus Teluk Kabung sebanyak 24.417 jiwa tahun 2009.

1.3 Topografi
Kota Padang terletak pada dataran rendah yang memanjang dengan arah Selatan

sampai Utara merupakan Kota Pantai yang memiliki garis pantai sepanjang

68.123 Km (diluar pulau-pulau kecil) dengan ketinggian rata – rata 0-10 m di atas

permukaan laut. Bentuk permukaan topografi Kota Padang secara umum dapat

dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Daerah dataran landai (lereng 0-2 %) seluas 21.036 Ha atau 30.27 % dari luas

wilayah kota.

2. Daerah landai bergelombang (lereng 2-15 %) seluas 5.098 Ha atau 7. 34 %

dari luas wilayah kota.

PT. Reka Prima Consultants II - 5


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

3. Daerah bergelombang berbukit (lereng 15-40 %) seluas 12.474 Ha atau 17.95

% dari luas wilayah kota.

4. Daerah pegunungan atau perbukitan (lereng diatas 40 %) seluas 30.888 Ha

atau 44.45 % dari luas wilayah kota.

Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 – 2% umumnya terdapat di

Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian

Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung

dan Kecamatan Koto Tangah.

Kawasan dengan kelerengan lahan antara 2 – 15% tersebar di Kecamatan Koto

Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni berada pada

bagian tengah Kota Padang.

Kawasan dengan kelerengan lahan 15% – 40% tersebar di Kecamatan Lubuk

Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah.

Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian

Timur Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh, dan bagian Selatan Kecamatan

Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus

Teluk Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan

yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.

1.4 Klimatologi

Daerah studi beriklim tropis yang dicirikan dengan adanya musim penghujan dan

musim kemarau pada setiap tahunnya. Suhu udara rata – rata Kota Padang

sepanjang tahun 2009 berkisar 22,83ºC – 30,84ºC dan kelembaban udara rata-rata

berkisar 81%.

PT. Reka Prima Consultants II - 6


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Curah hujan tahunan Kota Padang pada tahun 2009 sebesar 4412,4 mm, dengan

curah hujan rata-rata 367,7 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Desember dengan curah hujan 668,6 mm dan terendah pada bulan Januari dengan

curah hujan 97,5 mm. Kondisi Iklim Kota Padang Tahun 2009 dapat dijelaskan

pada tabel 2.2

Tabel 2.2
Kondisi Iklim Kota Padang Tahun 2009
Curah Hari Kec. Suhu Udara (C)
Kelembaban
BULAN Hujan Hujan Angin
Udara Maks. Min. Rata-rata
(mm) (hari) (knots)
Januari 97,50 12 80% 6 31,1 22,7 26,6
Februari 413,00 12 73% 5 31,0 22,6 26,8
Maret 554,30 21 81% 5 30,4 22,7 26,1
April 271,10 17 81% 5 30,9 23,5 26,8
Mei 190,00 11 80% 6 31,5 22,5 26,5
Juni 492,50 15 83% 5 30,8 22,8 26,2
Juli 436,60 17 83% 6 30,0 22,2 26,2
Agustus 234,10 18 82% 5 30,9 22,5 25,8
September 305,30 18 84% 5 30,8 23,1 26,2
Oktober 351,60 21 84% 5 31,0 23,3 26,5
November 397,80 21 82% 5 31,2 23,1 26,6
Desember 668,60 25 83% 5 30,5 23,0 26,3
JUMLAH 4412,4 208 976% 63 370.1 274 316.6
Rata-rata 367,7 17,33 81% 5.25 30.84 22.83 26.38
Sumber : Padang Dalam Angka 2009, BAPPEDA dan BPS Kota PadangTahun 2009

1.5 Daerah Aliran Sungai Di Kota Padang

Di Wilayah Kota Padang terdapat beberapa daerah aliran sungai, baik berupa

Banda Bakali (Kanal) ataupun beberapa sungai dan anak – anak sungai yang

belum diketahui secara jelas namanya. Saat ini terdapat kurang lebih 21 daerah

aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang

mencapai 87,90 Km ( 5 sungai besar dan 16 sungai kecil).

PT. Reka Prima Consultants II - 7


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang

ketinggiannya tidak jauh berbeda tinggi permukaan laut. Kondisi ini yang

mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap

banjir/genangan air. Karakteristik sungai utama yang terdapat di wilayah Kota

Padang dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3
Daerah Aliran Sungai di Kota Padang

Elevasi Luas
Nama Persentase
No (m dpml) DAS
Daerah Aliran Sungai (%)
Upper (Km2)
Stream
1 Batang Timbulun 10 - 20 8,23 1,24%
2 Batang Bungus 15 - 25 45,34 6,81%
3 Batang Arau 15 - 25 174,30 26,20%
4 Batang Kuranji 10 -30 202,70 30.46%
5 Batang Air Dingin 10 - 25 143,08 21,50%
Batang Anai
13,79%
6 Sub DAS Batang 15 -25 91,73
Kandis-Kasang
Jumlah 665,38 100 %
Sumber: Balai Wilayah Sungai Sumatera V Propinsi Sumatera Barat 2010

Banyaknya sungai, curah hujan yang relatif tinggi, topografi yang relatif datar

pada daerah tengah dan muara serta pasang naik laut merupakan faktor-faktor

yang sangat mempengaruhi terjadinya banjir di Kota Padang. Nama sungai,

panjang/lebar dan daerah yang dilaluinya di wilayah Kota Padang, dapat dilihat

pada tabel 2.4

Tabel 2.4.

PT. Reka Prima Consultants II - 8


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Nama Sungai, Panjang / Lebar Dan Daerah Yang Dilaluinya


Di Wilayah Kota Padang
Nama Sungai / Panjang Lebar
No Kecamatan Yang Dilalui
Batang (Km) (m)
1 Batang Kuranji 17,00 60 Kec. Pauh, Kuranji, Nanggalo dan Padang Utara
2 Batang Belimbing 5,00 10 Kec. Kuranji
3 Batang Guo 5,00 8 Kec. Kuranji
4 Batang Arau 5,00 60 Kec. Padang Selatan
5 Batang Muar 0,40 24 Kec. Padang Utara
6 Sungai Banjir Kanal 5,50 30 Kec. Padang Timur dan Kec. Padang Utara
7 Batang Logam 15,00 25 Kec. Koto Tangah
8 Batang Kandis 20,00 20 Kec. Koto Tangah
9 Batang Tarung 12,00 12 Kec. Koto Tangah
10 Batang Dagang 11,00 11 Kec. Naggalo
11 Sungai Gayo 3,00 12 Kec. Pauh
12 Sungai Padang Aru 5,00 30 Kec. Lubuk Kilangan
13 Sungai Padang Idas 4,50 6 Kec. Lubuk Kilangan
14 Batang Kampung Jua 2,50 30 Kec. Lubuk Begalung
15 Batang Aru 6,00 30 Kec. Lubuk Begalung
16 Batang Kayu Aro 5,00 15 Kec. Bungus Teluk Kabung
17 Sungai Timbalun 3,00 8 Kec. Bungus Teluk Kabung
18 Sungai Sarasah 2,00 7 Kec. Bungus Teluk Kabung
19 Sungai Pisang 3,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung
20 Bandar Jati 2,00 6 Kec. Bungus Teluk Kabung
21 Sungai Koto 2,00 6 Kec. Padang Timur
22 Sungai Lareh 5,00 11 Kec. Koto Tangah
23 Batang Jirak 6,00 30 Kec. Padang Selatan
Total 155,40
Sumber : Padang Dalam Angka 2008, BAPPEDA dan BPS Kota Padang Tahun 2009
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat

1.6 Sejarah Drainase Kota Padang


Sistem drainase Kota Padang telah dibangun dan dikelola sejak Pemerintahan

Kolonial Belanda. Permasalahan luapan sungai Batang Arau yang menyebabkan

PT. Reka Prima Consultants II - 9


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

banjir pada daerah Kota Padang lama. Kota Padang lama mencakup wilayah

Pondok, Seberang Padang, Palinggam, Jati, Purus dan pusat pemerintahan Kota

Padang sendiri.

Wilayah tersebut dilalui dan terletak di Daerah Aliran Sungai Batang Arau.

Untuk mengurangi beban aliran pada sungai Batang Arau, Pemerintah kolonial

Belanda sejak tahun 1918 telah membuat banjir kanal guna mengatasi banjir yang

terjadi di kawasan Batang Arau.

Banjir kanal yang dibangun/ dibuat tersebut biasa disebut oleh warga kota adalah

Banda Bakali. Banjir kanal tersebut dimulai dari daerah tengah (middle stream)

DAS Batang Arau seterusnya melingkar ke arah Lubuk Begalung seterunya ke

Jati dan bermuara di Purus. Ilustrasi dari penanganan drainase Kota Padang pada

daerah aliran sungai Batang Arau masa Kolonial Belanda dapat dilihat pada

Gambar 2.2

PT. Reka Prima Consultants II - 10


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Dibuat Tahun 1918

Kanal Banjir
(Banda Bekali) Batang Arau

Kota Padang Lama

Gambar 2.2.
Ilustrasi Penanganan Drainase Kota Padang Masa Kolonial
Belanda

PT. Reka Prima Consultants II - 12


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

1.7 Pola Aliran Sungai Di Kota Padang

Pola aliran di Kota Padang dipengaruhi oleh topografi, kekerasan batuan,

struktur, sejarah geologi dan geomorfologi daerah aliran sungai di Kota Padang.

Sungai – sungai besar di Kota Padang berhulu di daerah perbukitan yang biasa

disebut Bukit barisan selanjutnya bermuara ke pantai barat pulau Sumatera.

Sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya

tidak jauh berbeda dari tinggi permukaan laut. Kondisi ini yang mengakibatkan

cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan air.

Banyaknya sungai, curah hujan yang relatif tinggi, topografi yang relatif datar

pada daerah middle stream dan muara serta pengaruh pasang naik laut merupakan

faktor-faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya banjir di Kota Padang. Pola

aliran di Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 2.3

PT. Reka Prima Consultants II - 13


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

LEGENDA :

Sungai

jalan

Jalan KA

Batas Kodya Padang

Arah Aliran

Kab. Pesisir Selatan


B. Belimbing
AREAL DRAINASE
AUR D URI

AREAL DRAINASE
RAWANG BARAT

AREAL DRAINASE LOLONG


AREAL DRAINASE
DING BASIN SAWAH LIAT AREAL DRAINASE JATI
LARA S RETAL
Kab. Padang Pariaman

AREAL DRAINASE
SITEBA
AREAL DRAINASE
AREAL DRAINASE LAPAI OLO NIPAH

AREAL DRAINASE PURUS


AREAL DRAINASE
AREAL D RAINASE
AIRPORT UJUNG GURUN

AREAL DRAIN ASE KALIMATI

AREAL DRAINASE
ULAK KARANG
AREAL DRAINASE
TABING

AREAL DRAIN ASE


BALIN PANJALINAK

Ke Bulittinggi

SAMUDERA HINDIA
B. Anai

PETA ARAH ALIRAN KODYA PADANG

SKALA :

50 620 Km
5 120 25 270

Gambar 2.3.
Pola Aliran Di Kota Padang

PT. Reka Prima Consultants II - 14


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

1.8 Geologi
Berdasarkan peta geologi lembar Padang, Sumatera (Kastowo, Gerhard W.Leo.S,

Gafoer dan TC Amin 1996);. Geologi wilayah Kota Padang dibentuk oleh

endapan permukaan, batuan vulkanik dan intrusi serta batuan sedimen dan

metamorf. Secara garis besar jenis batuan tersebut adalah sebagai berikut :

 Aliran yang tidak teruraikan (Qta)

Meliputi seluruh Bukit Barisan yang ada di Kota Padang dan disekitar

Gunung Padang serta Bukit Air Manis, jenis batuan terluas yang ada di Kota

Padang adalah batuan hasil gunung api yang tidak teruraikan.

 Alluvium (Qal)

Merupakan satuan stratigrafi batuan geologi terluas berikutnya di Kota

Padang yang menyebar dari Utara ke Selatan di seluruh dataran rendah Kota

Padang. Aluvium ini berumur kuarteresen, umumnya terdiri dari lanau,

lempung, pasir, kerikil pasir, lempung pasiran dan bongkahan batuan andesit.

 Kipas Alluvium (Qt)

Tersingkap di bawah lorong-lorong pegunungan dan perbukitan di sekitar

Bukit Nago dan Limau Manis.

 Tufa Kristal (QTt)

Tufa Kristal yang telah mengeras ini tersingkap di bagian bawah lereng-

lereng pegunungan dan perbukitan Bukit Barisan dan bersebelahan dengan

Kipas Alluvium dan setempat terdapat di Bukit Air Manis.

 Andesit dan Tufa (Qtta & QTp)

Qtta tersingkap setempat-satempat yaitu diperbukitan yang berdekatan

dengan Pegambiran dan Tarantang, berwarna hitam keabu-abuan hingga

keputihan. Andesit ini berselingan dengan tufa dan diperkirakan andesit

tersebut sebagai inklusi di dalam tufa. Qtp tersingkap setempat di perbukitan

PT. Reka Prima Consultants II - 15


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

sekitar Air Dingin di Kecamatan Koto Tangah, Bersebelahan dengan batu

gamping.

 Batu Gamping (PTLs)

Batu gamping hablur tersingkap baik di Indarung, yaitu disekitar Bukit

Karang Putih. Batu gamping ini umumnya berwarna putih hingga keabu-

abuan pada singkapan yang masih segar dan berwarna kotor atau gelap pada

singkapan yang telah melapuk. Batu gamping yang berumur Karbon-perm ini

digunakan sebagai bahan dasar Semen Padang di Indarung.

 Filit, Batu Pasir, Batu Lanau Meta (pTls)

Tersingkap baik disekitar Koto Lalang (jalan ke arah Solok). Umumnya

mendasari bukit-bukit dan pegunungan landai.

1.9 Sosial Ekonomi


Komposisi penduduk menurut lapangan kerja di Kota Padang terbanyak adalah

perdagangan yaitu 39,11 %, pelayanan jasa sebesar 25,50 % dan pertanian

sebesar 10,49 %. Sedangkan yang terkecil adalah pertambangan dan galian

sebesar 0,74 % dan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Dengan struktur mata pencaharian tersebut menunjukkan bahwa Kota Padang

telah tumbuh dan berkembang sebagai pusat kota perdagangan dan pelayanan

jasa, dimana kecendrungan tersebut akan memberikan implikasi terhadap

kebutuhan kota akan sarana dan prasarana yang memadai.

Mengingat kecilnya mata pencaharian penduduk dibidang pertambangan dan

galian menujukkan bahwa sumber daya alam (SDA) kurang menjajikan untuk

menunjang perekonomian kota. Namun potensi keindahan alam dan pantai Kota

Padang sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai penunjang

perekonomian kota.

PT. Reka Prima Consultants II - 16


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Berdasarkan analisa konsultan, kecendrungan mata pencaharian dan usaha

penduduk dibidang perdagangan hanyalah memasarkan produk bukan merupakan

penghasil produk (produsen). Hal ini sangat beresiko tinggi karena sangat

dipengaruhi oleh tempat asal produk barang dan transportasinya. Untuk itu

masalah transportasi menjadi perhatian guna menunjang perekonomian kota.

Tabel 2.5.
Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Padang Tahun 2008
Persentase Keterangan
No Mata Pencaharian
(%)
1 Pertanian 10.49
2 Pertambangan dan Galian 0.74
3 Aneka Industri 9.42
4 Listrik dan Air 0.87
5 Konstruksi 4.70
6 Perdagangan 39.11
7 Komunikasi 6.19
8 Keuangan 1.77
9 Jasa-jasa 25.20
10 Lainnya 1.21
Jumlah 100
Sumber: Data Pokok Perencanaan Pembangunan Tahun 2008 Kota Padang

1.10 Sarana Dan Prasarana Perkotaan

Keadaan sarana dan prasarana suatu perkotaan dengan menggambarkan jumlah

dan kondisi sosial ekonomi pada kota tersebut. Makin besar jumlah penduduk

maka makin besar jumlah sarana dan prasarana yang harus disediakan. Kondisi

sarana yang akan digambarkan disini secara umum meliputi sarana pemukiman,

fasilitas komersial dan perdagangan, jalan, limbah, listrik, telepon, drainase dan

air bersih.

PT. Reka Prima Consultants II - 17


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

2.10.1. Sarana Pemukiman/ Perumahan

Dengan asumsi tiap 1 unit rumah dihuni oleh 5 orang, maka penyediaan fasilitas

perumahan adalah hasil bagi 5 dari total jumlah penduduk.

Diperkirakan akhir tahun 2010 kebutuhan terhadap perumahan di Kota Padang

sebanyak 206.272 unit rumah dengan proyeksi penduduk 1.031.358 jiwa.

Komposisi rumah untuk masing-masing kavling (besar, sedang dan kecil)

digunakan komposisi standar Perum Perumnas dengan komposisi 1 : 3 : 6 dengan

arti kata konsep ini mampu memberikan pengembangan yang proporsional serta

manusiawi.

Berdasarkan proyek unit fasilitas perumahan yang diproyeksikan hingga akhir

tahun 2010 dibutuhkan lahan seluas 915.297,2 Ha yang meliputi untuk rumah

sederhana 392.274 Ha dan unit rumah menengah 326.895 Ha serta unit

perumahan mewah 196.128 Ha.

Perindustrian pembangunan lingkungan perumahan baru terutama diarahkan ke

pinggiran Kota.

2.10.2. Listrik Dan Komunikasi

Kebutuhan listrik dilayani sebagian besar oleh PT PLN, sedangkan kebutuhan

komunikasi dilayani oleh PT Telkom dan perusahaan komunikasi lainnya.

2.10.3. Jaringan Jalan

Sistem transportasi jalan raya terdiri dari jallan raya, pelayanan angkutan kota

(armada) dan jalan pengolahannya (trayek, rute tempuh, tepat waktu, tempat

pelayanan dan bagaimana modal operasionalnya serta terminal).

PT. Reka Prima Consultants II - 18


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Sistem jaringan jalan di Kota Padang dalam rencana tata ruang kota secara

sistematis dengan hirarkinya terdiri dari sistem jaringan primer, sekunder dan

jalan lokal serta jalan lingkungan.

Sistem jaringan arteri primer Kota Padang membentang dari arah Utara ke pusat

Kota (CBD), dan selanjutnya ke arah timur menuju ke Kabupaten Solok dan

kearah selatan menuju Kabupaten Pesisir Selatan.

Sedangkan sistem jaringan kolektor primer dan masing-masing sub pusat

pengembangan ke pusat-pusat pelayanan lingkungan dihubungkan oleh sistem

jaringan jalan kota dan untuk dalam lingkungan pemukiman dihubungkan oleh

jalan lingkar.

Panjang ruas jalan yang ada di Kota Padang yang sudah terdata sampai tahun

2008 adalah sepanjang ± 747.818 Km yang terdiri dari :

- Jalan Arteri Primer = 107.069 Km

- Jalan Kolektor Primer = 877.01 Km

- Jalan Arteri Sekunder = 5.663.276 Km

- Jalan Kolektor Sekunder = 27.182.175 Km

- Jalan Lokal = 316.311 Km

2.10.4. Sampah

Kota Padang telah memiliki TPA yang berlokasi didaerah Utara, dikelurahan Air

Dingin Kecamatan Koto Tangah.

Sarana dan prasarana persampahan yang ada di Kota Padang berupa gerobak

sampah 436 buah, kontainer 118 buah, armrol truk 39 buah.

2.10.5. Limbah

PT. Reka Prima Consultants II - 19


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Pengelolaan limbah dilakukan oleh pemerintah kota bersama masyarakat. Kota

Padang sudah memiliki IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang

berlokasi di Kurao Nanggalo.

Untuk mengangkut limbah rumah tangga digunakan mobil tinja dimana mobil

tinja tersebut sekarang dikelola oleh pihak swasta.

1.11 Kebijakan Pembangunan Kota Padang

Sebagai upaya untuk memadukan program pembangunan Kota Padang di bidang

sarana dan prasarana drainase, diperlukan pedoman pengembangan perkotaan.

Rencana tata ruang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah

dan dalam pengendalian pemanfaatan ruang serta telah menjadi hasil kesepakatan

semua stakeholders di daerah.

Informasi tentang pengembangan tata ruang di Kota Padang diperoleh dari

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2008 – 2028.

Penataan Ruang dijadikan sebagai salah-satu pedoman dalam mempercepat

pembangunan ekonomi daerah serta mendayagunakan sumberdaya alam secara

seimbang. Program penataan ruang diarahkan untuk:

1.Meningkatkan penyelenggaraan kegiatan perencanaan tata ruang yang

efektif, transparan dan partisipatif.

2.Mengembangkan penyelenggaraan kegiatan pemanfaatan ruang yang tertib

berdasarkan rencana tata ruang.

3.Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin

efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan secara berkelanjutan.

2.11.1. Penggunaan Lahan

PT. Reka Prima Consultants II - 20


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Berdasarkan data dari Dinas Kominfo Kota Padang, penggunaan lahan di Kota

Padang tahun 2007 dan 2008, terjadi perubahan peggunaan lahan. Perubahan

yang terjadi untuk penggunaan lahan tanah perumahan, tanah perusahaan dan

tanah kosong.

Banyak wilayah di Kota Padang yang baru terbangun, wilayah baru ini

merupakan penambahan pembangunan di wilayah yang sebelumnya belum

terbangun/kosong. Hal ini berkaitan dengan pembangunan perumahan atau

industri. Penambahan wilayah yang terbangun menjadi daerah baru dapat

diketahui dari pembangunan perumahan/real estate dan industri baru yang

dibangun di Kota Padang.

Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan/tanah di Kota Padang tahun 2007 dan

tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5.
Luas Lahan Kota Padang Menurut Jenis Penggunaannya
Tahun 2007 dan 2008
Luas Lahan
No. Jenis Penggunaan Tahun 2007 Tahun 2008
(Ha) (Ha)
1 Tanah Perumahan 6.315,53 6.625,24
2 Tanah Perusahaan 234,75 242,51
Tanah Industri Termasuk PT Semen
3 702,25 702,25
Padang
4 Tanah Jasa 715,32 715,32
5 Sawah Beririgasi Teknis 4.934,00 4.934,00
6 Sawah Non Irigasi 278,50 200.03
7 Ladang / Tegalan 952,75 952,75
8 Perkebunan Rakyat 2.147,50 2.147,50
9 Kebun Campuran 13.920,32 13.829,92
10 Kebun Sayuran 1.343,00 1.343,00
11 Peternakan 26,83 26,83
12 Kolam Ikan 100,80 100,80
13 Danau Buatan 2,25 2,25
14 Tanah Kosong 158,00 28,67
15 Tanah Kota 16,00 16,00
16 Semak 1.565,75 1.565,75
17 Rawa / Hutan Mangrove 120,00 120,00
18 Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 135,00 135,00
PT. Reka Prima Consultants II - 21
Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

19 Hutan Lebat 35.448,00 35.448,00


20 Sungai dan Lain-lain 379,45 379,45
  Jumlah 69.496,00 69.496,00
Sumber : Dinas Kominfo Kota Padang, 2010

Dari tabel 2.5 terlihat bahwa penggunaan lahan di Kota Padang didominasi oleh

hutan seluas 35.448 Ha (51,01%). Penggunaan lain yang dominan untuk

perkebunan rakyat / kebun / ladang / tegalan / semak berjumlah 19.819,65 Ha /

(28,52%). Serta perumahan berjumlah 6.625,24 Ha / 9,54%, sawah yang irigasi

teknis 4.934 Ha / (7,1%). 

Perubahan yang mendasar dari penggunaan lahan Tahun 2008 adalah untuk tanah

perumahan, pada Tahun 2007 hanya 6.315,53 Ha tejadi peningkatan 309,71 Ha

(4,91%) hal ini dengan berkurangnya tanah kosong, sawah non irigasi, semak,

kebun campuran. 

2.11.2. Sistem Perwilayahan Pembangunan Kota Padang

Pembagian wilayah kota dalam beberapa Wilayah Pengembangan (WP) menjadi

strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota. Sistem perwilayahan

pembangunan akan tergambar struktur ruang kota dan terlihat keterkaitan antara

satu pusat pengembangan dengan pusat pengembangan lainnya. Pengembangan

masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) sesuai dengan potensi dan daya-

dukungnya yang dikaitkan dengan skenario dan prioritas pengembangan kota

dalam jangka panjang.

Memperhatikan karakteristik dan prioritas pengembangan kota dalam jangka

panjang, Kota Padang dibagi menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan, yaitu:

PT. Reka Prima Consultants II - 22


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

WP-I : mencakup wilayah Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang

Timur, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Nanggalo

dengan luas 31,30 Km².

WP-II : mencakup wilayah Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan

Lubuk Begalung dengan luas 40,94 Km².

WP-III : mencakup wilayah Kecamatan Koto Tangah dengan luas

232,25 Km².

WP-IV : mencakup wilayah Kecamatan Kuranji, dan Kecamatan Pauh

dengan luas 203,70 Km².

WP-V : mencakup wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas

85,99 Km².

WP-VI : mencakup wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan

luas 100,78 Km².

Pada masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) diarahkan pengembangan

fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan karaktristiknya yang secara keseluruhan akan

mendorong perkembangan kota secara keseluruhan. Arahan pengembangan

masing-masing WP adalah sebagai berikut:

 WP-I yaitu Kawasan Pusat Kota diarahkan untuk pengembangan

kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal, regional dan internasional,

permukiman perkotaan dengan kepadatan sedang sampai tinggi, serta

kegiatan wisata bahari, wisata budaya dan wisata belanja.

 WP-II diarahkan untuk pengembangan kegiatan transportasi laut,

perikanan dan kelautan, pariwisata, serta permukiman dengan kepadatan

rendah sampai sedang.

PT. Reka Prima Consultants II - 23


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

 WP-III pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan

perdagangan dan jasa skala lokal dan regional, transportasi darat skala

regional, pendidikan, permukiman dengan kepadatan rendah sampai

sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi

bencana.

 WP-IV pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan

perdagangan dan jasa skala lokal, pendidikan tinggi, permukiman dengan

kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung

dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian

dan evakuasi bencana.

 WP-V pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan

perdagangan dan jasa skala lokal, pertambangan, permukiman dengan

kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung

dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian

dan evakuasi bencana.

 WP-VI pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan

transportasi laut, perikanan dan kelautan, pariwisata, perdagangan dan

jasa skala lokal dan regional, industri dan pergudangan, permukiman

dengan kepadatan rendah. Sedangkan pada kawasan lindung dapat

dikembangkan kegiatan-kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung.

Peta Sistem Perwilayahan Pembangunan Kota Padang dapat dilihat pada Gambar

2.4.

PT. Reka Prima Consultants II - 24


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

Gambar 2.4.
Peta Sistem Perwilayahan Pembangunan Kota Padang

2.11.3. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Pengendalian Banjir Dan

Drainase

Pengembangan prasarana Pengendalian Banjir dan Drainase diarahkan pada:

 Pengembangan kolam penampungan air hujan buatan sebagai

penampungan air sementara sebelum dialirkan pada jaringan drainase kota

pada pengembangan kawasan skala besar, terutama pada WP-III dan WP-

IV yang memiliki kondisi topografi relatif datar;

PT. Reka Prima Consultants II - 25


Laporan Antara (Interim)
Review Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

 Penataan kawasan sempadan sungai-sungai besar dengan pendekatan

pengembangan water-front, serta penataan anak-anak sungai yang dapat

difungsikan sebagai bagian dari sistem jaringan drainase sekunder/tersier

kota;

 Peningkatan kapasitas saluran sungai-sungai besar sebagai badan penerima

drainase serta saluran drainase kota melalui pengerukan secara berkala;

 Pembangunan danau/waduk penampung sebagai sarana pengendali banjir

di Kecamatan Koto Tangah (WP-III) dan Kecamatan Kuranji (WP-IV) dan

mengintegrasikannya dengan pengembangan kegiatan pariwasata dan

rekreasi.

PT. Reka Prima Consultants II - 26

Вам также может понравиться