Вы находитесь на странице: 1из 4

Dalam pengembangan da’wah di pendidikan Islam lebih-lebih dalam masa

pelaksanaan pembangunan nasional mental spiritual di pandang sangat perlu manusia-


manusia pembangunan itu lebih mendalami lagi nilai-nilai, makna dari isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an.

Al’-Qur’an sebagai wahyu Ilahi yang di turunkan kepada Nabi Muhammad


SAW bukan hanya untuk di baca saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah
peningkatan pengertian dan pemahaman akan arti setiap ayat sehingga akhirnya bagi
mereka yang mengetahui akan benar-benar merasa teikat untuk melakukan,
mengamalkan apa-apa yang ajarkan dalam Al-Qur’an itu.

Semakin manusia giat dan bersungguh-sungguh mempelajari dan memperdalam


ajaran-ajaran yang termaktub dalam Kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
manusia yang mempercayainya. Semakin terbukalah jalan untuk mencapai tujuan
hidup yang hakiki, yaitu hidup bahagia di dunia dan bahagian di akhirat. Juga akan
tercipta suatu masyarakat yang aman dan makmur yang di ridhoi oleh Allah SWT.

Bagi kaum muslimin tiada ada pilihan lain untuk dijadikan landasan batin dan
pedoman hidup kecuali Al-Qur’an sumber segala kebenaran. Dalam Al-Qur’an di
cantumkan tuntunan-tuntunan dan petunjuk-petunjuk bagaimana seharusnya dan
sebaiknya seorang hidup dalam dunia ini. Petunjuk-petunjuk untuk kehidupan pribadi,
keluarga, bermasyarakat dan bernegara agar dia bahagia dunia dan akhirat. Riwayat
umat-umat zaman dahulu banyak memenuhi halaman-halaman Al-Qur’an. Dalam
riwayat itu Allah menjelaskan sebab-sebab kejayaan dan kesuksesan mereka, serta
sebab-sebab kehancuran dan kegagalan mereka. Semuanya itu di ceritakan kembali
agar menjadi contoh tauladan, pengajaran, dan peringatan bagi umat sekarang dan
masa yang akan datang. Apa yang dialami umat-umat zaman dahulu (lampau)
tidaklah mustahil akan dialami pula oleh umat zaman sekarang. Suatu sebab yang
sama dalam arti yang sebenarnya, niscaya akan menimbulkan akibat yang sama pula.
Allah SWT tidak akan merubah hukum sejaran yang sudah menjadi Sunnah-Nya.
A. Arti kata Al-Qur’an dan apa yang di maksud dengan Al-Qur’an
Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam Al-Qur’an sendiri ada
pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam ayat
17, 18 surat (75) Al-Qiyamah :

Artinya “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan


(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena
itu), jika kami telah membacanya, hendalkah kamu ikuti bacaannya.

Adapun definisi Al-Qur’an ialah : Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat
yang diturunkan (di wahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya
adalah ibadah.

Dengan Definisi ini Kalam Allah SWT yang di turunkan kepada Nabi-nabi selain
Nabi Muhammad SAW, tidak di namakan Al-Qur’an seperti Taurot yang di
turunkan kepada Nabi Musa AS, atau Injil yang di turunkan kepada Nabi Isa AS
dan Zabur kepada Nabi Daud AS. Demikian Kalam Allah yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang tidak dianggap membaca sebagai ibadah,
seperti Hadits Qusdi, tidak pula di bacan Al-Qur’an.

B. Cara-cara Al-Qur’an di turunkan


Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-
macam cara dan keadaan, diantaranya :
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam
hal ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa
hal itu sudah berada adalam Qolbunya. Dalam hal ini Nabi mengatakan :
“Ruhul Quddus mewahyukan ke dalam Qolbu-Ku.”
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya, sehingga beliau mengetahui
dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara inilah
yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya
berpancaran keringat. Meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang
sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa
berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Di
riwayatkan oleh Zaid bin Tsabit :
“Aku adalah penulis wahyu yang di tururnkan kepada Rasulullah SAW. Aku
lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan di serang oleh demam
yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah
diturunkannya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa.
4. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi SAW. Tidaklah
berupa seorang laki-laki seperti keadaan nomor 2, tetapi benar-benar seperti
rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-Qur’an surat (53) An-Najm ayat
13 dan 14 :
Artinya : “Sesungguhnya Muhammad SAW telah melihatnya pada kali yang
lain (kedua) ketika ia berada di Sidrotul Muntaha”.

C. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.


Al-Qur’an di turunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22
hari. Hikmahya Al-Qur’an di turunkan secar berangur-angsur ialah :
1. Agar mudah di mengerti dan dilaksanakan.
2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh
sesuai dengan kemaslahatan.
3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
4. Memudahkan penghafalan.
5. Diantara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pada
pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Abbas RA. Hal ini tidak dapat dilaksanakan kalau Al-
Qur’an di turunkan sekaligus.

D. Ayat-ayat Makiyah dan Ayat-ayat Madaniyah


Di tinjau dari masa turunnya, maka Al-Qur’an dibagi atas dua :
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah atau sebelum Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah kemudian di namakan ayat-ayat
Makiyah.
2. Ayat-ayat yang di turunkan di Madinah atau sesudah Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat madaniyah.
E. Nama-Nama Al-Qur’an
Selain Al-Qur’an, Allah SWT juga memberi beberapa nama lain bagi kitab-
kitabnya seperti :
1. AL-KITAB Atau KITABULLOH
2. AL-FURQON, yang artinya “pembeda”, ialah “yang membedakan yang benar
dan yang batil sebagaiman tersebut di dalam surat Al-Furqon ayat 1 yang
artinya : “Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al-Furqon kepada
hambanya, agar ia menjadi peringatan bagi seluruh alam.”
3. ADZ-DZIKIR, yang artinya “peringatan”. Sebagaimana tersebut dalam surat
Al-Hijr ayat 9 yang artinya : “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan “Adz-
Dzikr” & sesungguhnya kamilah penjaganya”.
Dari nama-nama yang tersebut diatas, yang paling masyhur & merupakan
nama khas ialah “Al-Qur’an”. Selain dari nama-nama yang tersebut diatas masih
ada lagi nama-nama dari Al-Qur’an.

F. Surat-surat dan Al-Qur’an


Surat-surat yang dalam Al-Qur’an ditinjau dari segi panjang & pendeknya terbagi
atas 4 bagian, yaitu :
1. AS-SAB’UTH-THIWAAL, dimaksudkan 7 surat yang panjang. Yaitu : Al-
Baqoroh, Ali-Imran, An-Nisa, Al-‘Aroof, Ar-An’aam, Al-Maaidah, & Yunus.
2. AL-MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih,
seperti : Hud, Yusuf, Mu’min, dsb.
3. AL-MAATSANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari
seratus ayat, seperti : Al-Anjaal, Al-Hijr, dsb.
4. AL-MUFASSHOL, dimaksudkan surat-surat pendek, seperti : Adh-Dhuha,
Al-Ikhlas, An-Naas, dsb.

Вам также может понравиться