Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kebebasan pers adalah dalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Tetapi oleh
pakar hukum terkenal, dinyatakan, bahwa tidak ada kebebasan-pers, melainkan yang
ada adalah kemerdekaan-pers sesuai dinyatakan pada Pasal 2 UU No. 40/1999.
Menurut pakar hukum tersebut, Amir Syamsudin, bahwa kemerdekaan pers
mempunyai makna, pers harus dijalankan di dalam bingkai moral, etika dan hukum.
Sehingga kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai dengan kesadaran
akan pentingnya penegakan supremasi hukum, yang dijabarkan dalam Kode Etik
Jurnalistik disertai hati nurani insan-pers dalam menjalankan profesinya.
Pada era Revolusi Fisik, Indonesia mengalami dualisme sistem pemerintahan, yaitu
sistem pemerintahan yang demokratis berdasarkan UUD 1945, dan pemerintahan
otoriter Kolonial Belanda NICA yang kembali ke Indonesia membonceng tentara
Sekutu. Sebelum masuknya tentara Sekutu dan NICA, pada awal kemerdekaan, pers
Indonesia mengalami euphoria kebebasan setelah terlepas dari tekanan penjajahan
Belanda dan Jepang. Misi utama pers saat itu adalah menyebarluaskan proklamasi
kemerdekaan dan mempersiapkan masyarakat dalam melawan Jepang yang masih
berada di Indonesia. Dibandingkan dengan kebebasan saat dalam tekanan penjajah,
kebebasan pers saat itu mengalami perubahan yang signifikan dari pers otoriter ke
pers liberal. Pers dengan bebas menyerukan agar rakyat mengadakan pergerakan
dalam merebut senjata di kamp Jepang dan memberitakan secara luas hasil
pergerakan rakyat tersebut. Kondisi inilah yang menurut Muchtar Lubis merupakan
awal dari perjuangan pers secara terbuka.
1.2. Pemerintahan RIS Tahun 1950 dan Pemerintahan Kabinet Parlementer Tahun
1950 – 1957
Pada tanggal 1 Januari 1950 Indonesia memberlakukan UUD - RIS sebagai hasil
Konferensi Meja Bundar yang masih dibawah pengaruh Belanda. Berdasarkan
konstitusi Indonesia terpecah menjadi beberapa negara federal, dan pers masih
tetap dalam tekanan. Walaupun sudah ada jaminan dalam pasal 7 UUD RIS, bahwa:
“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat”,
akan tetapi peraturan pelaksanaan terhadap pasal-pasal UUD RIS belum ada.
Sementara pasal-pasal karet “hatzaai artikelen” KUHP dan Presbreidel-ordonantie
1931 masih tetap berlaku. Dalam batas-batas hukum tersebut, pers Indonesia masih
tetap melakukan fungsinya, namun tidak lagi semata-mata mengobarkan semangat
perjuangan, tetapi sudah melaksanakan fungsi “social control” terhadap kekuasaan.
2. Lingkungan Politik adalah tingkat kontrol politik pada pemberitaan media massa.
Termasuk dalam kategori ini misalnya independensi editorial media milik swasta dan
milik pemerintah, akses terhadap informasi beserta sumbernya, lembaga sensor dan
atau sensor sendiri, kebebasan reporter memberitakan sesuatu secara bebas tanpa
gangguan, intimidasi terhadap wartawan oleh negara atau orang lain, termasuk
penahanan sewenang-wenang, penyerangan dan ancaman lainnya.
D. KESIMPULAN
Pada saat sistem pemerintahan dalam keadaan mapan, penguasa akan mereduksi
bahkan menghilangkan kebebasan pers secara struktural. Pembatasan kebebasan
pers dilakukan penguasa melalui berbagai cara, termasuk dengan berbagai peraturan
perundangan. Hal ini terjadi pada era Demokrasi Terpimpin oleh rezim Orde Lama
dan 20 tahun menjelang reformasi oleh rezim Orde Baru. Pada kedua era ini, pers
Indonesia terkungkung dalam paham Authoritarian
Kebebasan pers yang terjadi pada era reformasi adalah kebebasan struktural seiring
dengan perobahan sistem pemerintahan. Perobahan sistem pemerintahan itu,
sedikit banyaknya dipengaruhi oleh arus globalisasi, sehingga pers Indonesia pada
era ini cenderung menganut paham Libertarian.ia yang lainnya secara seimbang.
“kebebasan seseorang itu dibatasi oleh kebebasan orang lain.”