Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering dianggap problem pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode
antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui
dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya
sering menangis, ayau “menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak
cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering
menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Latar Belakang
Air susu ibu adalah merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan juga
sebagai zat pelindung yang dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi,
karena kandungan ASI sesuai untuk masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI
mengandung sel darah putih, anti bodi, hormon serta zat yang dapat membunuh bakteri
dan virus, sehingga angka kesakitan dan angka kematian bayi berkurang, karena ASI
dapat mencegah reaksi alergi dan asma. ASI mempunyai suhu yang sesuai dan ASI
Berdasarkan rekomendasi dari WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979
makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan alasan apapun susu
formula harus dihindarkan karena susu formula mudah terkontaminasi oleh kuman dan
dalam pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran susu dan umur bayi.
Apabila takaran susu tidak sesuai maka mengakibatkan diare (Sarwono, 1999).
Bayi yang diberi susu susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih
banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus
karena bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali
obesitas terjadi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula sebesar 3,4% dan
kerugian lain menurunnya tingkat kekebalan terhadap asma dan alergi (Dwinda, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2003), angka kematian
bayi di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Angka kesakitan dan angka
kematian bayi ditimbulkan salah satunya disebabkan dari dampak susu formula
tersebut.
Sumatera Utara yang tidak memberikan ASI eksklusif, Asahan 90%, Tanjung Balai
84%, Tobasa 81%, Tapsel 68,5%, Sibolga 68%, Taput 58,5%, Tapteng 46%, dan
Tidak semua bayi dapat menikmati ASI secara eksklusif dari ibu, hal ini
dikarenakan oleh berbagai keadaan tertentu misalnya, keluarga ibu yang memutuskan
untuk tidak menyusui bayi karena adanya suatu penyakit, misalnya: tuberculosis (TBC),
atau Acuired Immunodeficiency Syndrom (AIDS). Dengan keadaan tersebut cara lain
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi adalah dengan memberikan susu formula
Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayi. Bayi
yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang terserang penyakit dibandingkan
dengan bayi yang memperoleh susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat
yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini
membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula
(Roesli, 2000).
Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-negara
berkembang masih tinggi, lebih-lebih pada anak yang sedang mendapat susu formula
formula dapat menimbulkan barbagai masalah, misalnya kekurangan kalori protein tipe
marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi (Soetjiningsih, 1997).
Di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif
pada bayi, karena kaum ibu lebih suka memberikan susu formula dari pada
memberikan ASI. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan ibu, penyakit ibu serta ibu-ibu yang
beranggapan bahwa apabila ibu menyusui maka payudaranya tidak indah lagi sehingga
Presentasi kaum ibu-ibu yang berada di pedesaan yang memberikan ASI pada
bayinya sebesar 80-90% sampai bayi berumur lebih dari 1 tahun. Tetapi dengan
adanya iklan dan sumber informasi tentang susu formula maka kecendrungan
masyarakat untuk meniru gaya hidup modern. Di Jakarta lebih dari 50% bayi yang
berumur 2 bulan telah mendapat susu formula karena pada awalnya calon ibu tidak
1997).
Sedangkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masih ada ibu-ibu di Kecamatan
bulan
Tanggapan
1. DAFTAR PUSTAKA
Deddy Muchtadi, MS, 1996, “Gizi untuk Bayi”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Diah Krisnatuti, Rina Yenrina, 2000, “Menyediakan Makanan Pendamping ASI”, Puspa
Swara.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2005, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,
Dinkes, Sumatera Utara
Helen Varney, Jan.M. Riebs, Borolyn L. Gegor, 2000, “Buku Saku Kebidanan”, EGC,
Jakarta.
Hubertin Sri Purwadi, 2004, “Konsep Penerapan ASI Eksklusif”, EGC, Jakarta.
Shelov, SP, 2005, “Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak”, Salemba Medika, Jakarta.
http://www.Suara_Pembaruan.com/dwinda/22/2/2006.