Вы находитесь на странице: 1из 6

Menyusui merupakan proses alamiah dan bagian terpadu dari proses reproduksi.

Setiap wanita yang


dapat dibuahi dan hamil sampai cukup bulan akan dapat mengeluarkan air susu (Khairunniyah, 2004).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan paling ideal bagi bayi. Oleh karena itu, pada tahun 2000 pernerintah
Indonesia menetapkan target sekurangnya 80% ibu menyusui bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa
makanan ataupun minuman lainnya sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Semula pernerintah
Indonesia menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia 4 bulan, kemudian pemerintah
mengeluarkan kebijakan baru melalui Mentri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 mengenai
pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Untoro, 2004). Selain itu, kajian
WHO pada tahun 1999 menyatakan bahwa lebih dari 3000 penelitian menunjukkan pemberian ASI
selarna 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif.
Memperpanjang pemberian ASI eksklusff sampai usia bayi 6 bulan memberi berbagai manfaat bagi bayi,
antara lain: (1) menurunkan resiko gizi berlebih, (2) meningkatkan kesehatan di masa kanak-kanak, (3)
meningkatkan kekebalan tubuh, (4) menekan resiko alergi, bercak kulit, diare, infeksi saluran nafas, (5)
tidak membuat berat badan bayi turun.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering dianggap problem pada anak saja.

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode
antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui
dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya
sering menangis, ayau “menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak
cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering
menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Latar Belakang

Air susu ibu adalah merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan juga

sebagai zat pelindung yang dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi,

karena kandungan ASI sesuai untuk masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI

mengandung sel darah putih, anti bodi, hormon serta zat yang dapat membunuh bakteri

dan virus, sehingga angka kesakitan dan angka kematian bayi berkurang, karena ASI

dapat mencegah reaksi alergi dan asma. ASI mempunyai suhu yang sesuai dan ASI

lebih mudah disiapkan dan lebih mudah dicerna (Roesli, 2000).

Berdasarkan rekomendasi dari WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979

menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan

makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan alasan apapun susu

formula harus dihindarkan karena susu formula mudah terkontaminasi oleh kuman dan

dalam pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran susu dan umur bayi.

Apabila takaran susu tidak sesuai maka mengakibatkan diare (Sarwono, 1999).

Bayi yang diberi susu susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih

banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus

karena bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali

lebih banyak. Penelitian di Jakarta memperlihatkan persentase kegemukan atau

obesitas terjadi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula sebesar 3,4% dan

kerugian lain menurunnya tingkat kekebalan terhadap asma dan alergi (Dwinda, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2003), angka kematian

bayi di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Angka kesakitan dan angka

kematian bayi ditimbulkan salah satunya disebabkan dari dampak susu formula

tersebut.

Menurut profil Dinkes Sumut 2005, pemberian ASI Eksklusif di 9 kabupaten

Sumatera Utara yang tidak memberikan ASI eksklusif, Asahan 90%, Tanjung Balai

84%, Tobasa 81%, Tapsel 68,5%, Sibolga 68%, Taput 58,5%, Tapteng 46%, dan

Labuhan Batu 39%.

Tidak semua bayi dapat menikmati ASI secara eksklusif dari ibu, hal ini

dikarenakan oleh berbagai keadaan tertentu misalnya, keluarga ibu yang memutuskan

untuk tidak menyusui bayi karena adanya suatu penyakit, misalnya: tuberculosis (TBC),

atau Acuired Immunodeficiency Syndrom (AIDS). Dengan keadaan tersebut cara lain

untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi adalah dengan memberikan susu formula

sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI) (Roesli, 2000).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di

Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayi. Bayi

yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang terserang penyakit dibandingkan

dengan bayi yang memperoleh susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat

yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini

membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula

(Roesli, 2000).
Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-negara

berkembang masih tinggi, lebih-lebih pada anak yang sedang mendapat susu formula

dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI. Meningkatnya penggunaan susu

formula dapat menimbulkan barbagai masalah, misalnya kekurangan kalori protein tipe

marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi (Soetjiningsih, 1997).

Di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif

pada bayi, karena kaum ibu lebih suka memberikan susu formula dari pada

memberikan ASI. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan ibu, penyakit ibu serta ibu-ibu yang

beranggapan bahwa apabila ibu menyusui maka payudaranya tidak indah lagi sehingga

suami tidak sayang (Soetjiningsih,1997).

Presentasi kaum ibu-ibu yang berada di pedesaan yang memberikan ASI pada

bayinya sebesar 80-90% sampai bayi berumur lebih dari 1 tahun. Tetapi dengan

adanya iklan dan sumber informasi tentang susu formula maka kecendrungan

masyarakat untuk meniru gaya hidup modern. Di Jakarta lebih dari 50% bayi yang

berumur 2 bulan telah mendapat susu formula karena pada awalnya calon ibu tidak

diberikan penjelasan dan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih,

1997).

Berdasarkan profil kesehatan Kecamatan Sibolga Sambas tahun 2008

menunjukkan bahwa 54 bayi dinyatakan 32 bayi mendapatkan susu formula.

Sedangkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masih ada ibu-ibu di Kecamatan

Sibolga Sambas yang memberikan susu formula kepada bayi.


Selengkapnya : gambaran pengetahuan ibu tentang susu formula pada bayi 0-6

bulan

Ditulis dalam Uncategorized

« Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Bermain Pada Anak Usia Balita


Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Anak Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio
di Puskesmas »

Tanggapan
1. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2002, “Prosedur Penelitian “, Jakarta.

Barbara R. Stright, 2004, “Keperawatan Ibu- Bayi lahir “, Jakarta.

Babok. Lowder Milk, Jensen, 2004,”Keperawatan Maternitas”, EGC.

Deddy Muchtadi, MS, 1996, “Gizi untuk Bayi”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Diah Krisnatuti, Rina Yenrina, 2000, “Menyediakan Makanan Pendamping ASI”, Puspa
Swara.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2005, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,
Dinkes, Sumatera Utara

Helen Varney, Jan.M. Riebs, Borolyn L. Gegor, 2000, “Buku Saku Kebidanan”, EGC,
Jakarta.

Hendarawan Nadesul, 2004, “Makanan Sehat Untuk Bayi”,Puspa Swara.

Hubertin Sri Purwadi, 2004, “Konsep Penerapan ASI Eksklusif”, EGC, Jakarta.

Sarwono, 2005, “Ilmu Kebidanan”, EGC, Jakarta.

Shelov, SP, 2005, “Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak”, Salemba Medika, Jakarta.

Soetjaningsih,1995. “Tumbuh Kembang Anak”. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Suharyono, dkk, 1992, “ASI”, edisi kedua FK-UI.

Syahniien Moehji, 1994, “Ilmu Gizi”, Jakarta.


Utami Roesli, 2000 “ASI EkskIusif”, Seri Pertama, Jakarta.

http://www.Suara_Pembaruan.com/dwinda/22/2/2006.

Вам также может понравиться