Вы находитесь на странице: 1из 55

HIDUP BERTUHAN MENURUT

ABUYA SYEIKH IMAM ASHAARI


MUHAMMAD ATTAMIMI
MUQADDIMAH :
HAYATI dan PERJUANGKAN TUHAN

Mengajak manusia untuk mengenali Tuhan tidak sama dengan mengajak manusia untuk
percaya pada Tuhan. Hari ini kalau kita tanya pada orang kafir sekalipun, apakah mereka
tahu dan percaya adanya Tuhan, tentu mereka akan menjawab kami tahu dan percaya.
Tapi seolah-olah Tuhan sudah tidak ada dalam kehidupan mereka. Mereka tidak
merasakan peranan Tuhan di dalam kehidupan atau dengan kata lain tidak perduli kepada
Tuhan. Pada perasaan mereka sama saja apakah Tuhan ada ataupun tidak ada.

Bila orang kenal Tuhan barulah jiwanya hidup semula. Tuhan itu Maha Berkuasa,
Menghidupkan, Mematikan, Menghukum, Mendengar, Melihat, Maha Besar, Maha
Agung, Penyelamat, Penjaga, Pelindung, yang memberikan nikmat, yang menurunkan
rahmat, dan memberikan nikmah, yang mewujudkan apa saja di dunia ini maupun di
akhirat.

Tidak ada satu butir debu pun yang wujud tanpa sepengetahuan Tuhan. Besarnya Kuasa
Tuhan itu, bila Dia berkata jadi maka jadilah, Tuhan berkata wujud maka wujudlah,
Tuhan berkata hidup maka hiduplah, Tuhan berkata mati maka matilah, Tuhan berkata
sehat maka sehatlah, Tuhan berkata sakit maka sakitlah. Itulah Dia, Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dan menciptakan manusia. Tidak cinta dan takut kah
manusia dengan Tuhannya? Padahal baru sedikit kita melihat sifat-sifat yang ada pada
Tuhan. Jadi kalau manusia ini hatinya sudah merasakan kehebatan Tuhan, barulah datang
cinta dan takut pada Tuhan. Bila dia akan berbuat hal yang terkecil sekalipun dia akan
berpikir dan bertanya pada Tuhan, apakah Tuhan suka atau tidak. Inilah obat pertama
kepada manusia. Inilah obat pertama kepada penyakit-penyakit yang dicetuskan oleh
manusia di dunia ini. Kalau manusia sudah cinta dan takut Tuhan, manusia tidak berani
lagi melakukan hal-hal negatif dan menyusahkan. Walaupun undang-undang, peraturan
dan hukuman itu diperlukan, tapi itu adalah jalan terakhir.

Bagi manusia yang sudah terlalu jahat yang bila disebutkan Tuhan pun tak berkesan lagi.
Maka terlalu keliru bila hendak membaiki manusia tersebut dengan menggunakan
peraturan, undang-undang ataupun hukuman. Sedangkan yang membuat peraturan dan
undang-undang itu pun manusia juga. Apakah yang menghukum itu tidak bersalah? Tidak
jahat jugakah? Apakah dia tidak menimbulkan masalah?

Kadang-kadang orang yang ada kuasa ditangannya itu mereka membuat lebih banyak
kesalahan daripada rakyat yang tidak memiliki kekuasaan. Apakah yang akan terjadi pada
dunia bila yang berkuasa yang menimbulkan masalah. Siapa yang akan memikirkan
masalah mereka? Tapi kalau merujuk pada Tuhan, Tuhan kita bersama, maka
sesungguhnya rakyat itu Tuhan juga yang jadikan, orang besar pun Tuhan yang jadikan.
Kalau rakyat tidak dapat melawan kuasa Tuhan, orang besar pun tidak dapat juga
melawan. Akhirnya orang kecil ataupun orang besar, sama-sama takut dengan Tuhan.
Inilah jalan keselamatan untuk manusia. Inilah jalan kedamaian untuk manusia. Inilah
jalan keharmonian untuk manusia.
Kalau begitu dunia hari ini perlu kembali mempromosikan Tuhan. Setiap manusia di
dunia ini perlu memperjuangkan Tuhan. Supaya orang kenal Tuhan. Supaya manusia
cinta dan takut kepada Tuhan. Inilah obat yang paling mujarab, inilah kaedah yang paling
berkesan. Inilah formula-formula yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat.

Pada kenyataannya, hari ini umat Islam bila hendak memperjuangkan Islam, syariat
diperjuangkan lebih dahulu daripada memperjuangkan Tuhan. Padahal sepatutnya Tuhan
yang dikenalkan lebih dahulu. Coba baca sejarah Rasulullah, Baginda menggunakan
masa selama 13 tahun untuk menanamkan iman dan tauhid. Dengan kata lain Tuhan yang
Esa itu diperkenalkan terlebih dahulu kepada umat Arab Jahiliah. Sebab Tuhan adalah
segala-galanya. Bila kita mengenalkan syariat lebih dahulu, orang menerima Islam tidak
secara suka rela tetapi dengan terpaksa, sebab sudah diikat dengan peraturan ini halal, ini
haram dst.

Misalnya seorang anak hanya disuruh untuk ambil air, siram bunga, tidak diceritakan
dulu mengapa dia mesti berkhidmat atau membantu orang tua. Sebab itu dia mengerjakan
tugas secara terpaksa. Semestinya sebelum menyuruh seorang anak menyiram bunga
diceritakan dulu bahwa bunga ini kepunyaan ayah yang telah terlalu banyak jasa,
memelihara dan mencari rezeki untuk dirinya. Sebab itu sudah sepatutnya dia berkhidmat
kepada ayahnya. Kalaulah si anak diceritakan hal ini tentulah akan dibuat dengan senang
hati.

Begitu juga dengan Tuhan. Sebelum dikenalkan dengan syariat, semestinya dikenalkan
dulu dengan yang memiliki syariat tersebut. Bukan hanya sekedar menghafal dan tahu
sifat-sifat Tuhan, wujud, qidam, baqa dst, melainkan mengenal Tuhan hingga dihayati,
sehingga timbullah rasa cinta dan ingin berkhidmat sebagaimana seorang anak dengan
ayahnya tadi. Bila sudah kenal dan cinta maka Tuhan akan dirasakan sebagai tempat
bertanya, merujuk dan terasa akrab.

Dalam bab aqidah ini pula, Allah pun memberitahu manusia tentang para malaikat yang
peranannya sungguh penting di alam ini. Merekalah yang menjadi wasilah Tuhan.
Keberadaan mereka di alam ini sungguh menjadi bukti lagi kebesaran kerajaan Tuhan.
Tapi apakah kita sudah betul2 mengenali peranan penting malaikat ini?

Penanaman aqidah melalui didikan dan asuhan sangat diperlukan, diantaranya yang
berkait dengan malaikat ini agar manusia dapat merasakan peranan mereka dalam
kehidupan kita. Tuhan pun mengajar kita untuk berucap salam pada mereka sekurangnya
5 kali sehari semalam yaitu kala kita bersalam di setiap akhir sembahyang.

Bagaimana pula pentingnya peran para Rasul yang perlu manusia hayati?

Sebelum Rasul datang, manusia merasa adanya Tuhan. Tapi tidak tahu Tuhan itu siapa.
Datanglah Rasulullah, yang kenal betul Tuhan secara detail. Rasul mengenalkan bahwa
Allah lah tuhan manusia. Sebelum itu orang tidak kenal akhirat, tidak tahu malaikat,
syurga, neraka, arasy, dll, maka RASULULLAH SAW datang untuk mengenalkannya
pada manusia. Itu contoh yang besar-besar yang bersifat ghaib. Yang paling beruntung
mendapatkan rahmat ini adalah orang yang masuk Islam. Mengenal Allah sebagai Tuhan,
itulah rahmat yang paling besar.

Orang yang tidak masuk Islam, tidak mendapat rahmat yang sangat besar tersebut.
Mereka hanya dapat rahmat sampingan saja. Yaitu rahmat yang terjadi di dunia.
Begitulah kasih sayang Tuhan, rahmat yang terjadi di dunia, walau orang tidak masuk
Islampun, Tuhan beri juga. Orang yang tidak melihat akhirat, nikmat dunia itu besarlah
padanya. Tapi bagi orang yang beriman, rahmat dunia itu kecil saja baginya. Yang besar
itu rahmat akhirat, sebab kalau nikmat di sana kekal abadi dan kalau azabpun kekal abadi.
Walaupun orang Islam yang masuk neraka dulu terus ke syurga tak kekal abadi di neraka,
seolah-olah macam kekal. Sebab berjuta-juta tahun. Jadi rahmat di dunia ini binatang pun
dapat, pokok-pokok dan kayu kayan pun dapat apalagilah manusia. Mengapa? sebab
syariat Allah yang disampaikan pada Rasulullah SAW, bila dipraktekkan semua orang
boleh terima. Seperti tidak boleh menzalimi orang. Bukan saja tidak boleh zalim dengan
orang bukan Islam, dengan orang bukan Islam pun tak boleh zalim. Binatangpun tak
boleh dizalimi. Bila mau sembelih binatang harus menggunakan pisau paling tajam.
Begitu hebat disiplinnya. Bahkan pada anjing yang sangat hinapun Rasul menyuruh kita
berbuat baik. Hadist ada menceritakan bahwa ada orang masuk syurga karena dia
memberi minum anjing yang kehausan.

Setiap orang ada hak masing-masing. Baik itu hak pribadi, agama, hak harta, hak
keluarga, hak kebebasan. Itu semua bukan hanya utk orang islam saja. Tetangga mesti
dihormati sekalipun musuh kita. kasih sayang, perpaduan harus dijaga. Tapi itulah
masalah dunia sekarang ini. Kasih sayang tiada, perpaduan telah punah. Padahal
RASULULLAH SAW datang bukan hanya dengan teori, tapi beliau sendiri menunjukkan
bagaimana mewujudkan kasih sayang, bagaimana berhubung baik dengan tetangga,
berhubungan dengan musuh. Bahkan musuh sakit, RASULULLAH SAW menziarahinya.
Musuh yang menganiayanya dibalas dengan kebaikan, bahkan didoakan.

Haram hukumnya bila pokok yang tak bernyawapun di potong-potong, ditarik daunnya
untuk dirusakkan. Apalagilah binatang dan manusia. Umat Islam bahkan dianjurkan
untuk berhubungan baik dengan masyarakat sekalipun bukan orang Islam. Umat Islam
tak dibenarkan memerangi musuh kecuali musuh yang memulai. Begitulah cantiknya
ajaran Islam, tapi sayangnya umat Islam sudah tidak mempraktekannya. Akhirnya Islam
jadi terlihat tidak cantik. Orang Islam dituduh kasar, militan, suka bunuh orang. Jihad
sudah disalah artikan. Jihad diartikan mesti bunuh orang. Padahal Rasulullah SAW
datang ke dunia mau mengislamkan orang. Tapi kita, mau bunuh orang. Seolah
kedatangan Islam yang kita paham itu berlainan dengan yang RASULULLAH SAW
ajarkan, sampaikan. Disinilah pentingnya manusia dididik untuk menghayati peranan
Rasul danmengahyati ajaran yang Rasul bawa, agar Islam yang diamalkan sama dengan
apa yang Rasul SAW telah bawa pada manusia.

Melalui pendidikan dan asuhan, Rasul SAW telah berjaya menanamkan aqidah
penghayatan yang begitu mantap di hati para sahabat hingga bangsa arab jahiliah telah
berubah dan dipilih Tuhan untuk mengemban tugas membina empayar Islam kali
pertama. Oleh karena itu, bila umat Islam mau menagih janji Tuhan untuk terbangunnya
kembali empayar Islam kali kedua, tiada jalan lain bagi umat Islam, selain bermula
daripada menanamkan aqidah penghayatan, bukan sekedar ilmu, hafalan, tapi aqidah
yang benar2 menjunam kedalam hati, hingga lahirlah cinta dan takut pada Tuhan yang
luar biasa. Itulah yang dapat menjadi pemangkin utama bagi umat Islam dalam
membangunkan ummah kali kedua.
ITTIQAD AHLUSSUNAH WALJAMAAH

Pendahuluan

I’tiqad (faham) kaum Ahlussunah Wal Jamaah yang telah disusun oleh Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari terbagi atas beberapa bahagian yaitu :
1. Tentang Ketuhanan
2. Tentang Malaikat-malaikat
3. Tentang-tentang Kitab-kitab suci
4. Tentang Rasul-rasul
5. Tentang Hari Akhirat
6. Tentang Qadha dan Qadhar

Pembagian yang 6 ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammaad SAW, ketika di tanya oleh
seseorang :

Artinya :
Maka bertahulah kami (hai Rasulullah) tentang iman?
Nabi Muhammad menjawab : engkau mesti percaya kepada adanya Allah, melaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhirat dan qadha dan qadhar
(nasib baik dan nasib buruk)
Hadits Riwayat Imam Muslim

Kita akan hurai satu persatu ke-6 aspek rukun iman tersebut.
TENTANG KETUHANAN

1. AKIBAT KEHILANGAN TUHAN

Di dunia hari ini walaupun manusia percaya dengan Tuhan tapi sudah kehilangan Tuhan.
Baik umat Islam maupun bukan Islam, sudah kehilangan Tuhan. Sekalipun percaya
Tuhan tapi sudah hilang di hatinya. Padahal kehilangan Tuhan adalah satu musibah yang
besar. Tidak ada musibah yang paling besar pada manusia melainkan musibah kehilangan
Tuhan. Kalau kehilangan uang, kuasa dll. itu masalah yang kecil. Tapi bila manusia sudah
kehilangan Tuhan, cinta Tuhan sudah tiada, maka itu adalah musibah yang besar.

Sedangkan cinta Tuhan itu cinta yang agung. Tuhan itu sangat memberi kasih sayang
pada hambanya. Bukti cinta Tuhan pada kita, bila satu pemberian Tuhan tidak ada maka
yang lain tidak ada arti. Kalau Tuhan tidak memberi nafas, artinya kita akan mati. Waktu
itu, rumah dan kekayaan sudah tiada arti.

Kehilangan Tuhan, kehilangan kasih sayang

Jadi kalau manusia sudah tidak cinta dan kehilangan Tuhan, padahal Tuhan itu patut
dicintai, maka otomatis tidak cinta sesama manusia. Kenapa? Atas alasan apa kita dapat
mencintai orang lain, sedangkan Tuhan yang sangat berjasa kepada kita, tidak kita cintai.

Karena itu bila sudah tidak cinta Tuhan, otomatis cinta pada sesama manusia sudah tidak
murni. Akibatnya kesan negatifnya terlalu banyak. Tidak berkasih sayang, tidak pemurah,
tidak amanah, tidak ada tenggang rasa, tidak ada perikemanusiaan, keadilan dan kerja
sama. Kalaupun ada kerjasama bukan karena cinta, tidak ikhlas dan ada kepentingan,
mungkin karena ingin keuntungan ataupun untuk menjaga harga diri. Karena itu
ikatannya terlalu tipis dan dapat berpecah kapan saja.

Orang yang kehilangan Tuhan bukan saja di kalangan orang yang tidak ikut syariat,
bahkan orang yang shalat pun sudah kehilangan Tuhan. Walaupun mereka banyak di
mesjid, tapi sebenarnya tidak mencintai Tuhan. Sebab itulah tidak lahir kasih sayang,
tidak lahir pemurah, kerja sama, bermaaf-maafan. Akibatnya di dalam masjid pun dapat
terjadi pertengkaran dan perkelahian.

Kalau orang yang tidak sayang Tuhan itu orang yang tidak ikut syariat, masih dapat
diterima. Tapi apa yang terjadi, yang menjadi pembohong, memfitnah, menipu adalah di
kalangan mereka yang shalat, naik haji, umrah dll. Ibadahnya tidak berbuah. Itulah
tandanya ikut Islam tapi tidak kenal Tuhan. Bukan saja orang politik, bahkan orang yang
shalat pun sudah terpisah dengan Tuhan. Ibarat seorang anak yang berbuat baik dengan
ibunya bukan karena ingin berkhidmat, tapi karena ingin memanfaatkan ibunya untuk
tujuan dapat harta.
Sebab itu dunia hari ini sudah sangat kronis. Bila cinta tidak ada, maka kasih sayang
tidak ada. Sedangkan kasih sayang makanan jiwa. Bila jiwa tidak diberi makan, maka
orang kaya akan gila kuasa, sakit jiwa dan tidak ada kebahagiaan. Masalah masyarakat
hari ini banyak melanda orang yang bertaraf tinggi, ada kuasa, pemimpin. Antara
masalah yang sering dihadapi ialah anak-anak terlibat narkotika, isteri lari, isteri tidak
taat, masing-masing tidak sehaluan. Perpecahan dalam rumah tangga begitu terlihat
nyata. Walaupun ada uang, rumah besar, kedudukan tinggi tapi anak-anak berkelahi satu
sama lain. Inilah akibatnya bila Tuhan sudah hilang. Bila cinta pada Tuhan sudah tidak
ada, maka hilanglah cinta sesama manusia.

Bila kehilangan kasih sayang, terjadi gangsterism di kalangan anak-anak sekolah. Akibat
tidak ada kasih sayang, perpecahan di antara partai politik dan sesama anggota partai
makin kentara. Adakah ini dapat diobati dengan dengan kekayaan, nama dan glamour.
Maknanya masalah kasih sayang ini tidak dapat diobati dengan kekayaan. Kalau
kekayaan dapat mengobati manusia, tidak akan terjadi isteri lari, anak terlibat narkotika
dll. Kalaulah kekuasaan dapat menjalinkan kasih sayang, maka tidak akan terjadi
pemerintah yang paling banyak berjasa, tapi rakyat benci. Inilah akibat masing-masing
sudah kehilangan Tuhan.

2. KENALKAN TUHAN DULU BARU KENALKAN SYARIAT

Kita mesti mengenal Tuhan melalui ilmu. Coba kita lihat sejarah Rasulullah SAW yang
berjuang sebanyak 23 tahun, perjuangannya terbagi 2:
1. Memperjuangkan Tuhan selama 13 tahun.
2. Memperjuangkan syariat Tuhan selama 10 tahun.

Padahal Tuhan satu, sedangkan syariat Tuhan beribu banyaknya tapi masa yang diambil
untuk memperjuangkan Tuhan lebih banyak. Sebab, apa arti berjuang bila tidak cinta
Tuhan, apa arti shalat, bila tidak cinta Tuhan. Apa arti menolong orang tua bila tidak cinta
Tuhan. Padahal sayang lebih besar dari menolong. Sayang lebih besar daripada patuh.

Sebab itu kalau sembayang, puasa, naik haji dll. akan ditolak kalau dibuat tanpa cinta
Tuhan. Apa artinya bersyariat kalau tidak kenal tuhan dan kalau tidak ada hubungan
dengn tuhan. Padahal syariat adalah yang menghubungkan dengan tuhan.

Disinilah kesalahan kebanyakan ulama, para mubaligh dan para pejuang, lebih banyak
menceritakan tentang halal, haram. Masih banyak lagi masyarakat yang tidak shalat dan
tidak faham tentang tuhan, tiba-tiba mereka hendak menegakkan hukum hudud.
Sedangkan hudud ini dalam Islam kedudukannya diujung. Akibatnya orang takut dengan
Islam. dia belum lagi suka dengan shalat, tiba-tiba dikenalkan dengan potong tangan.
Sebab itu orang takut.

Karena itu kenalkan dulu Tuhan baru syariat. Kalau sudah cinta dengan tuhan, jangankan
shalat, nyawa pun dia berikan. Inilah masalah umat Islam seluruh dunia. Banyak pejuang
Islam di seluruh dunia, mengenalkan Islam dengan peperangan. Padahal Allah mengutus
Rasulullah SAW untuk Islamkan orang, bukan untuk membunuh orang. Rasulullah SAW
datang dengan kasih sayang, bukan membawa kebengisan.

Yang sebenarnya lebih baik pendekatan kita adalah untuk mengenalkan dan memberi
kefahaman tentang takut dan cinta dengan Tuhan. Hari ini pendekatan para ulama, para
pendakwah, pejuang-pejuang, pendekatannya Lebih banyak menceritakan syaraiat
daripada menceritakan tuhan. Bila syariat banyak diceritakan, tentang Tuhan hanya
sedikit saja, maka kalau ada orang yang dapat menegakkan syariat tapi syariat hanya
menjadi ideologi. Akibatnya walaupun banyak shalat, naik haji berulang kali tapi
perangai tidak berubah. Mengapa shalat tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa
berjuang tidak melahirkan akhlak mulia? Pergi umrah, naik haji, belajar, baca quran,
tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa tidak lahir? Sebab orang beribadah bukan
karena mencintai Tuhan. Dia beribadah dan bersyariat tapi terputus dengan tuhan, sebab
itu beribadah dengan terpaksa.

Setelah kejatuhan empire Islam 700 tahun, orang hanya mengenalkan syariat saja. Tuhan
tidak dikenalkan lagi. Kalaupun hendak mengenalkan Tuhan, hanya mengenalkan saja,
tidak sampai rasa cinta, tidak sampai rasa takut, ini penyebabnya. Bahkan orang yang
tidak kenal Tuhan, ketika beribadah jemu, maka untuk apa bersyariat.

Sedangkan kalau kita buat kerja untuk orang yang kita kasihi, tidak kenal letih, rasa
senang. Susah pun tidka mengapa. Tapi kalau bekerja untuk orang yang bukan kita kasihi,
betapa tersiksa. Seperti kita buat kerja di kantor, kita tidak suka dengan boss, betapa
siksanya, hendak datang ke kantor. Tapi kalau kita sayang dengan boss, kita buat kerja tak
kenal letih. Begitulah kalau sudah kasih, menjalankan arahannya kita rasa senang,
sedekah rasa senang, puasa, shalat rasa senang. Kalau kita tidak sayang, maka shalat pun
tidak terasa indah, tidak rasa senang, sebab tidak kenal dengan Tuhan, tidak kenal dengan
yang punya syariat, itu penyakitnya.

Kalau kita sayang dengan orang tua, maka kita tidak tunggu dia hendak beri makan/tidak,
apakah dia akan memberi pakaian atau tidak, kita tetap rasa senang. Tetapi kalau kita
tidak sayang dengan Tuhan, bila doa kita tidak dikabulkan, kita marah dengan Tuhan.
Kita dapat melihat dalam keluarga, anak yang baik, walaupun orang tua tidak memberi,
dia tak marah, tapi anak yang jahat, orang tua tidak memberi, dia marah.

Hamba yang baik, Tuhan tidak memberi, tidak apa-apa. Bagi dia, itu bukan satu masalah.
Aku ingin berkhidmat dengan Tuhan. Kalau orang yang tak baik, ketika doanya tidak
dikabulkan dia protes dengan Tuhan.

Yang sebenarnya kalau orang paham tentang Tuhan, maka yang lezat itu bukan ketika Dia
memberi sesuatu, tapi berkhidmat dengan Allah itu yang lezat. Dapat kelezatan
berkhidmat itu satu nikmat yang besar. Tapi itu tidak mudah, mesti betul-betul kenal
dengan Tuhan. Kalau sekedar beriman saja, tidak akan mencapai taraf itu. Sekedar iman
yang sah saja, baru sampai tahap asas. Dari kecil sampai besar iman sampai tahap asas
saja, walaupun shalatnya banyak, wiridnya banyak, tapi iman tidak berkembang. Sebab
itu akhirnya jemu dengan ibadah. Lebih-lebih lagi kalau Tuhan uji, hati pun berkata aku
sudah shalat, sudah puasa, sudah wirid banyak, tapi Tuhan masih menguji.

Sebab itu para malaikat, walaupun ibadah tidak banyak, hanya satu saja tapi ibadahnya
terasa lezat, mabuk, sebab dia kenal Tuhan. Walaupun ibadahnya hanya tasbih saja,
tahmid saja tapi terasa lezat. Kalau sujud, sujud saja dia terasa lezat. Malaikat itu hanya
satu saja ibadahnya, dia sudah terasa lezat dengan ibadahnya itu, tidak jemu.

Begitu juga dengan Nabi Adam, ketika dia berbuat kesalahan, dia rasa menyesal dan
sujud selama 40 tahun, dia tak sadar sebab dia sudah terasa lezat dengan sujud itu.

Karena itu kalaulah kita dapat merasakan sebagaimana yang Tuhan firmankan, Tuhan
bersama dengan hambaNYa, di mana saja berada. Maka di mana-mana kita merasakan
Tuhan melihat, Tuhan mendengar, dimana saja. Tentu kita tidak akan terganggu dengan
hal-hal lain.

Kalaulah kita ibaratkan ada harimau di depan kita, kita sadar di depan kita itu betul-betul
harimau, dapatkah saat itu kita teringat makan, teringat istri, teringat ingin ke pasar dll.
Tentu tidak dapat. Begitulah juga dengan Tuhan, kalau kita merasa Tuhan itu wujud,
mendengar, melihat, maka apa saja tidak akan menganggu kita, seperti uang, pangkat,
kekayaan, dll.

Sebab itu roh mesti kita hidupkan selalu dengan Tuhan. Rasa bertuhan itu sangat penting,
bukan hanya sekedar percaya saja dengan Tuhan.

3. MARI KENALI TUHAN

Sajak Mari Kenali Tuhan

Mari kita mengenal Tuhan.


Tuhan kita ialah Allah,
Nama-Nya yang paling agung yang dikatakan Lafzul Jalalah
Dia adalah zat yang Maha Suci lagi Maha Tinggi
Suci daripada sebarang penyerupaan dengan makhluk-Nya di dalam semua hal
Kerana itulah Dia tidak dapat hendak dibayangkan,
Kalau dibayangkan satu pendustaan yang maha besar

Wujud-Nya sediakala, tidak ada permulaan, tidak ada kesudahan


Kerana Dia bukan jenis ciptaan, bahkan Pencipta seluruh alam
Menjadi Pentadbir, Pendidik dan Penyelamat
Takkan Pencipta dengan yang dicipta ada persamaannya
Zat-Nya Maha Esa, satu atau tunggal
Tapi Esa-Nya tidak boleh dibelah bagi
Yang boleh dibelah bagi itu adalah benda atau barang ciptaan,
atau sesuatu yang kena cipta atau diwujudkan
Maha Suci dan Maha Tinggi Tuhan daripada perlu kepada tempat,
tidak mengambil ruang
Tidak ada di dalam pihak, atau di luar pihak,
kerana di luar pihak juga adalah pihak
Tidak terlibat dengan masa
Tidak terlibat dengan malam dan siang
Tidak terlibat dengan musim yang empat
Kerana semuanya itu adalah makhluk dan ciptaan-Nya

Tuhan tidak berhajat kepada ciptaan-Nya


Tapi makhluk-Nya berhajat kepada Tuhan
Kudrat-Nya adalah mutlak dan tidak terbatas
Kerana kudrat-Nya bukan dari tenaga,
Ia dari zat-Nya yang Maha Kuasa dan Maha Daya dan Upaya
Iradah-Nya atau kehendak-Nya bukan daripada dorongan nafsu-Nya

Tuhan tidak ada nafsu seperti haiwan dan manusia


Setiap yang terjadi dan yang akan terjadi kemudian adalah dengan kehendak-Nya
Ciptaannya kecil dan besar sama sahaja,
Dia kata Jadií, jadilah benda itu
Dia mentadbir, mengawal dan menjaga bukan hasil berfikir-fikir dan meneliti
Kerana berfikir dan meneliti adalah dari akal
Dia memang sudah sedia tahu dan bijaksana
Tuhan tidak ada akal seperti malaikat dan manusia

Setiap yang dicipta-Nya tidak ada yang sia-sia


Sekalipun debu yang halus ada hikmahnya
Sama ada kita dapat fikirkan mahupun yang tersembunyi hikmahnya
Ilmu-Nya maha luas tidak terbatas dan tidak berkesudahan

Mengetahui yang ada dahulu, yang sedang ada mahupun yang akan ada,
Sekalipun yang tiada Tuhan tahu
Tidak ada sebesar habuk pun yang dilupakan

Hidup-Nya tidak ada berkesudahan, kerana Dia hidup bukan dengan nyawa
Dan tidak ada yang menamatkan kerana Dia adalah Tuhan, tiada Tuhan selain-Nya
Ertinya tiada siapa yang berkuasa ke atas zat-Nya yang hendak mematikan

Dia mendengar bukan dengan telinga,


Tapi daripada zat-Nya yang bersifat mendengar
Dia melihat tapi bukan dengan mata,
tapi daripada zat-Nya yang bersifat melihat
Sifat mendengar dan melihat-Nya Esa tidak berperingkat-peringkat
Jauh dan dekat sama sahaja
Tuhan bercakap atau mempunyai bahasa yang tersendiri
Yang tiada siapa yang mengetahui sekalipun para malaikat
Bahasa-Nya tiada yang dahulu dan tiada yang kemudian,
tiada berlafaz dan tiada berhuruf, tiada perkataan
Tiada bunyi dan suara, tiada koma dan full-stop
Tiada permulaan dan tiada berkesudahan
Tiada tanda tanya dan tiada tanda seruan
Al Quran adalah bahasa malaikat dan bahasa rasul
maksud dan mafhum daripada bahasa Tuhan
Jadi bahasa juga tidak ada penyerupaan
Maha Suci Tuhan

Dia menghukum dengan keadilan-Nya,


Memberi nikmat dengan rahmat-Nya
Kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya mengatasi segala sifat-sifat-Nya yang lain

Nikmat dan rahmat-Nya terus mengalir tidak pernah berhenti-henti


sekalipun sedetik atau sekelip mata
Kerana itulah nikmat-Nya tidak mampu untuk dihitung
Nikmat nafas turun naik pun kita tidak dapat mengiranya

Betapalah nikmat-nikmat yang lain lagilah terlalu banyaknya


Dia adalah Pemberi rezeki, Pentadbir, Penjaga, Penyelamat, Pengawal,
Dan menentukan segala nasib makhluk-makhluk-Nya
Kalau satu detik pun kita terlepas daripada Tuhan pasti binasa.

Aduh siapa Tuhan?!


Dia adalah Maha Besar, Maha Agung, Maha Berkuasa, Maha Perkasa
Maha Gagah, Maha Hebat, Maha Pengasih
Kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya
lebih kasih daripada seorang ibu kepada anak-anaknya
Patut kita jatuh hati kepada-Nya
Bahkan cinta kepada-Nya
Patut kita membesarkan, memuja, mengagungkan,
menyanjung dan menyembah dan menakuti-Nya
Dia adalah idola daripada segala idola yang ada di dunia
Kita sangat perlu kepada Tuhan
Kerana itulah kita mesti memperjuangkannya
Hingga seluruh manusia mengenal-Nya dan mencintai-Nya dan menyembah-Nya.

Kenali dan Hayati Tuhan melalui Sifat-SifatNya

Sebagai umat Islam kita percaya dengan seyakin-yakinnya bahwa Tuhan kita adalah
Allah dan Dia itu ada. Ia mempunyai banyak sifat. Boleh dikatakan bahwa Tuhan
mempunyai sekalian sifat Jamal (keindahan), sifat Jalal (kebesaran) dan sifat Kamal
(kesempurnaan).
Allahu Akbar merupakan salah satu sifat Tuhan, di dalamnya terkandung atau terhimpun
seluruh sifat-sifat Allah yang sempurna yaitu Jamal (keindahan), sifat Jalal (kebesaran)
dan sifat Kamal (kesempurnaan). Sebagai yang terpokok yang wajib diketahui ialah sifat
Tuhan yang dua puluh yang akan kita huraikan di bawah ini. Yang lebih terperinci dan
disebut dalam Al Qur’an ialah asmaul husna yang 99.

Kalau secara detail Maha Besarnya Tuhan itu, Dia mempunyai sifat-sifat yang sempurna
yang tidak dapat dihinggakan atau dibilang. Kerana itulah di dalam sembahyang
perpindahan dari rukun ke rukun disuruh menyebut Allahu Akbar. Di dalam apa sahaja
kemenangan disuruh jangan tinggalkan menyebut Allahu Akbar. Fahamlah kita dalam
Allahu Akbar, Tuhan ada mempunyai himpunan sifat-sifat yang sempurna yang tidak
berkesudahan. Menyebut sahaja Allahu Akbar, ertinya kita mengakui keseluruhan sifat-
sifat kesempurnaan-Nya.

Allahu Akbar ini kalaulah Tuhan rasakan kepada gunung-ganang, akan hancur-luluhlah
gunung. Kalau Allah Taala rasakan kepada lautan, akan bergelombang besarlah laut,
banjirlah dunia. Matilah semua kehidupan di laut dan di daratan. Jika kehebatan Allahu
Akbar itu dirasakan kepada langit, maka akan runtuhlah langit. Berguguran segala
matahari dan bulan dan seluruh planet, kiamatlah dunia sebelum Kiamat. Kalau Allah
Taala rasakan pula kepada bumi, bergerak dan bergelombanglah bumi, mati semua
kehidupan. Jika dirasakanlah kepada para binatang, akan matilah bergelimpangan di
daratan dan di lautan.

Allah Taala rasakan Allahu Akbar kepada orang yang bertaqwa mengikut ketaqwaannya.
Tuhan sukat rasa itu mengikut peringkat-peringkatnya. Kalaulah Tuhan rasakan kepada
golongan yang bertaqwa Allahu Akbar itu, lebih daripada yang sepatutnya, di waktu itu
matilah mereka kerana tidak tahan dengan rasa kehebatan Allahu Akbar. Maha Besar
Tuhan, Maha Agung, Zat Yang Maha Esa.

Siapa sahaja tidak terasa kehebatan Tuhan, atau tidak gementar dengan kebesaran Allah,
Rohnya sudah mati sebelum kematian badannya. Marilah kita berlindung dengan Allah,
daripada tidak terasa kebesaran Tuhan.

Tauhid Sifat 20

Tauhid ini diasaskan oleh Abu Hasan Al Asy’ari ketika umat Islam sedang dipengaruhi
dan disesatkan oleh fahaman-fahaman falsafah yunani.

Abu Hasan Al Asy’ari waktu itu terlalu cemas, karena ahli falsafah datang merosakkan
akidah umat. Ahli falsafah waktu itu datang membawa kesesatan, maka untuk menolak
kesesatan itulah ia keluarkan tauhidnya. Priority utama Abu Hasan Al Asy’ari mujadid
yang Allah kirim di waktu itu adalah untuk mempertahankan akidah umat, bukan sampai
pada peringkat untuk menghayati rasa bertuhan. Tapi ini lebih baik walaupun belum
dihayati. Ia terpaksa memilih tidak dihayati daripada kesesatan. Memang kita akan terasa,
belajar tauhid macam sifat 20 ini terasa letih. Sekarang suasana sudah berubah, manusia
perlu kaedah lain untuk belajar tauhid agar dihayati. Tetapi kalau tidak ada kaedah lain,
lebih baik mempelajari tauhid Abu Hasan Al Asy’ari.

Dari sifat-sifat Allah yang sempurna dan tak berhingga itu yang wajib diketahui secara
terperinci oleh setiap orang Islam yang sudah baligh dan berakal adalah :
• 20 sifat yang wajib (mesti ada ) pada Allah
• 20 sifat yang mustahil (tidak mungkin ada) pada Allah
• 1 sifat yang mubah (boleh ada-boleh tidak) pada Allah
Adapun sifat yang 20 yang mesti ada dan yang 20 mustahil pada Allah itu adalah :

1. Wujud

Wujud artinya Tuhan itu ada, mustahil Tuhan tidak ada.


Sungguh Maha Besar dan Pengasihnya Tuhan kepada manusia karena ia telah
memperkenalkan kewujudan dan sifat-sifat diriNya melalui nabi-nabi dan rasul-rasulnya.
Inilah nikmat yang terbesar bagi manusia.
Bukti atas adanya Tuhan ialah adanya diri kita, makhluk-makhluk dan alam semesta ini.
Kalau Tuhan yang menjadikan alam ini tidak ada tentulah alam ini juga tidak akan ada.
Kajian-kajian ilmiah modern membuktikan bahwa tidak mungkin diri kita, makhluk-
makhluk dan alam semesta ini terjadi secara kebetulan saja, mesti melalui proses
penciptaan dan pentadbiran yang sangat luar biasa. Kita melihat dengan mata kepala
adanya diri kita, makhluk-makhluk dan alam, ini suatu bukti bahwa yang menjadikan
ada. Yang menjadikannya itulah Allah, Tuhan kita.
Kalau kita melihat suatu rumah yang sudah jadi, bagus kelihatannya, sudah barang tentu
kita yakin bahwa ada tukang yang membuatnya. Kita yakin tidak mungkin rumah itu
akan jadi sendiri tanpa ada tukang yang membuatnya.
Firman Tuhan dalam Quran :

Artinya : “Tiada yang berbisik bertiga melainkan Ia yang keempat, tiada yang berbisik
berempat melainkan Ia yang kelima, tiada yang berbisik berlima melainkan Ia yang
keenam, tiada kurang dari itu, tiada lebih dari itu melainkan Ia bersama dimana
mereka berada “ (Al-Mujadalah : 7)

Teranglah bahwa Tuhan ada dan Ia mengetahui apa yang terjadi di langit dan di bumi. Ia
mengetahui bisik-bisikan hati seseorang. Untuk lebih mengenali dan menghayati
wujudnya Tuhan, Rasulullah menyuruh kita untuk bertafakur :

Terjemahan : Berpikir satu saat itu lebih baik dari ibadah setahun.

Anjuran berpikir bertujuan menyadarkan manusia tentang sifat wujud dan Maha
Kuasanya Allah. Perkara-perkara yang bisa dipikirkan adalah tentang diri sendiri. Allah
mulakan kejadian kita hanya dari setitik mani. Harga setitik mani lebih rendah dari harga
sebiji padi, kalau saja Allah tidak menanamkannya ke dalam rahim wanita. Tidak juga
akan berharga kalau Allah tidak memelihara, menghidupkan dengan memberi segala
keperluan untuk tinggal di dalam rahim. Belum juga akan berharga sekiranya Allah tidak
memudahkan jalan keluar baginya ke atas bumi, dan belum juga akan berharga kalau
tidak dibesarkan Allah serta diberi akal pikiran.

Pikirkan pula nikmat-nikmat Allah yang kita gunakan saat ini. Mata, telinga, kaki, tangan
dan semuanya sangat penting untuk keperluan hidup. Allah karuniakan tanpa menagih
bayaran sesen pun dari kita. Padahal harga sepasang kaki palsu saja beribu ribu ringgit.
Gigi palsu juga mahal. Apa lagi harga mata, telinga, lidah, hati dan akal yang Allah
karuniakan, sesungguhnya tidak ternilai. Dengan apa akan dibalas pemberian yang begitu
besar? Pikirkan pula apakah kita sudah berterima kasih kepada Allah? Sudahkah kita
tunaikan suruhan-Nya? Sudah berhentikah kita dari membuat perkara-perkara yang
dilarang-Nya? Cukupkah sudah bakti kita sebagai hamba, untuk membalas pemurah dan
kasih sayang Allah pemelihara kita itu?

Sesudah berpikir dan membuat kesimpulan, hati terus terbuka, terasa kewujudan,
kepemurahan dan kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya hati akan menyadarkan akal
tentang perlunya Allah itu disembah. Hati selanjutnya akan mengarahkan kaki, tangan
dan seluruh anggota lahir menunaikan perintah Allah dan berhenti dari mengerjakan
larangan-larangan-Nya. Kalau tidak begitu, sangat sesuailah ditangiskan, karena butanya
hati sebenarnya lebih parah dari butanya mata.

Kemudian dongakkan muka ke langit! Lihat matahari yang naik dan turun, memberi
panas dan menjadikan waktu bermusim-musim, bulan yang mengecil dan membesar,
menjadikan malam kadang-kadang gelap, kadang-kadang terang, menjadikan air laut
pasang dan surut. Lihat bintang-bintang yang berkerdipan, menghias langit indah berseri-
seri. Lihatlah semua itu. Sebutlah Allah! Resapkan di hati betapa kuasanya DIA.
Pemurahnya DIA. Dengan itu mudah-mudahan akan lembutlah hati untuk tunduk
menyembah dan mengabdikan diri pada-Nya. Bersabda Rasulullah SAW yang
bermaksud:
“Siapa yang mendongak ke langit, melihat bulan dan bintang, kemudian terasa di
hatinya betapa kuasa-Nya Allah, maka sebanyak jumlah bintang-bintang itulah dosanya
diampunkan.”

Demikianlah semua itu membuktinkan wujud dan Maha Berkuasanya Tuhan.

2. Qidam

Tuhan bersifat Qidam, artinya Tuhan tidak berpermulaan ada-Nya. Mustahil Ia


berpermulaan ada-Nya, karena kalau Ia berpermulaan ada-Nya maka samalah ia dengan
makhluk. Kalau Ia sama dengan makhluk maka Ia bukan Tuhan. Selain dari pada itu,
kalau Ia berpermulaan ada-Nya, maka siapakah yang menjadikan makhluk yang
terdahulu dari pada-Nya.?
Dalil dari Al-Quran atas Qidamnya Tuhan ialah , Firman-Nya :

Artinya :
“Ia-lah ( Tuhan ) yang tidak berpermulaan ada-Nya dan pula tidakberkesudahan ada-
Nya, Ia-lah yang lahir wujud-Nya, Ia-Lah yang tersembunyi (Zat-nya) dan Ia tahu tiap-
tiap sesuatu” (Al hadiid : 3)

Alam ciptaan Tuhan ini berpermulaan, Tuhanlah yang menciptakan semuanya. Begitu
teratur dan canggihnya pentadbiran Tuhan sehingga sampai sekarang para professor dan
scientist yang mencoba menafikan wujudnya Tuhan belum dapat membuktikan bahwa
alam semesta ini terjadi dengan sendirinya. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa alam
ini mesti dicipta oleh Tuhan. Hasil kajian ilmiah mereka juga belum dapat mengira
berapa banyak alam ini dan bila alam-alam itu dicipta oleh Tuhan.

3. Baqa

Tuhan bersifat Baqa


Arti Baqa ialah kekal selama-lamanya, mustahil Ia akan lenyap (habis)
Tuhan tidak mungkin akan habis, karena kalau Ia tidak ada lagi, maka siapakah yang
menjadi Tuhan sesudah-Nya? Tuhan kekal buat selama-lamanya dan Ia akan
mengekalkan pula syurga dan nereka bersama penghuni-penghuninya.
Dalil dalam AL-Quran bahwa Tuhan bersifat Kekal ialah :

Artinya :
“Segala sesuatu akan lenyap kecuali Zat-Nya”(AlQashash : 88)

Berlainan dengan Tuhan, alam ciptaan Tuhan ini akan lenyap, kecuali yang dikekalkan
oleh Tuhan. Para scientist juga sampai pada kesimpulan bahwa suatu saat alam semesta
ini akan hancur.

4. Mukhalafatuhu Lil Hawaditsi

Tuhan bersifat Mukhalafatuhu Lil Hawaditsi


Artinya Tuhan berlainan dengan sekalian makhluk, mustahil Ia serupa dengan makhluk
yang Ia ciptakan. Kalau Tuhan serupa dengan makhluk, maka Ia bukan Tuhan lagi,
karena itu mustahil (tidak mungkin) Ia serupa.
Tuhan Besar, Tinggi, Agung dengan segala kebesaran, ketinggian dan keagungn-Nya,
tidak ada suatu jua diantara makhluk yang menyerupai-Nya dalam kebesaran, ketinggian
dan keagungan-Nya itu. Dalil sifat ini dalam Al-Quran :

Artinya :
“Tiada yang menyerupai-Nya suatu juga Ia mendengar lagi Melihat” (Asy-Syura : 11)
Barang siapa yang mengatakan bahwa Tuhan duduk serupa duduk kita diatas kursi, atau
turun serupa turun kita dari tangga atau mempunyai muka serupa dengan muka kita atau
mempunyai kaki serupa kaki kita, maka orang itu menentang dan ia akan menurunkan
derjat Tuhan.
Seperti dikatakan Tuhan tidak sama dengan makhluk ciptaanNya. Bila kita faham
kedudukan makhluk, tahu kedudukan barang ciptaan Tuhan, kemudian kita tidak tahu
bagaimana Tuhan, itulah ilmu. Kalau kita tahu bagaimana Tuhan, itu pembohongan
bukan ilmu, artinya kita sudah sesat. Kalau sesat dari segi syariat kedudukannya mungkin
haram saja. Begitu juga sesat dari segi tasawuf. Tapi kalau sesat di sudut aqidah dapat
mengakibatkan syirik.

Contoh perbedaan antara Tuhan dan makhluk :

1. Kalau makhluk berada dalam masa, Tuhan tidak ada dalam masa. Kalau makhluk
terlibat dalam malam dan siang, Tuhan tidak terlibat dalam malam dan siang.
2. Tuhan juga tidak memerlukan ruang seperti makhluk. Sedangkan makhluk, kalau
tidak berada di kanan, dia di kiri. Kalau tidak ada di atas dia di bawah, kalau
tidak berada di depan dia di belakang. Tapi Tuhan tidak begitu. Tuhan tidak
bertempat. Dia tetap bersama kita di mana kita berada. Tapi dia tidak berada
macam kita berada. Tidak pula dia diistilahkan jauh dan dekat mengikut ukuran
benda. Jauhnya tidak berjarak, dekatnya tidak pula bersempadan
3. Tidak tahunya kita tentang Tuhan, itulah tahu, itulah arti ilmu. Berarti kita tahu
tentang Tuhan. Kalau tentang makhluk tidak tahu, itu memang tidak tahu.
Sedangkan tentang Tuhan, bila tidak tahu itulah pengetahuan.
4. Tuhan itu tidak terlibat dengan masa, sebab Ia yang menciptakan masa.
Sedangkan makhluk terlibat dengan masa.

5. Qiyamuhu Binafsihi

Tuhan Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi.


Artinya ialah,bahwa Tuhan berdiri sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain,
mustahil memerlukan pertolongan orang lain. Kalau Ia memerlukan pertolongan orang
lain maka Ia adalah lemah, tidak sempuna dan tidak berhak menjadi Tuhan. Tuhan Allah
Kuasa, gagah, tegak, berdiri sendiri, tidak memerlukan pertolongan siapapun juga. Ia
sudah sempurna, tidak memerlukan apa-apa.

Seandainya seluruh manusia berpakat untuk kafir dan tidak menyembahNya,


kesempurnaanya tidak berkurang. Begitu juga bila seluruh manusia berpakat untuk
menyembah dan mengabdikan diri kepadaNya, kesempurnaanya tidak bertambah. Tuhan
tidak memerlukan ibadah atau apa saja dari makhluk ciptaanNya. Sebaliknya merekalah
yang berhajat dan memerlukan pertolongan dari Tuhan setiap saat. Tanpa pertolongan
Tuhan tidak mungkin makhluk akan ada, hidup dan berbuat apa saja.

Tuhan ciptakan makhluk seperti manusia, gunung, sungai, binatang dll setidak-tidaknya
ada 2 tujuan :
1. Tuhan ingin memperlihatkan kebesarannya,
Tuhan tidak berhajat pada itu semua. Tuhan ciptakan berbagai-bagai, tetapi Tuhan
hanya bermaksud menunjukkan Tuhan maha besar, maha agung, maha hebat dll.
2. Keperluan makhluk itu sendiri. Apa yang Tuhan ciptakan itu, faedahnya kembali
pada makhluki bukan kepada Tuhan.

Dalil Tuhan bersifat Qiyamuhu Binafsihi ini dalam Al-Quran ialah :

Artinya :
“Bahwasanya Allah tidak memerlukan makhluk” (Al-Ankabut : 6)

6. Wahdianiah

Tuhan Allah bersifat Wahdaniah.


Artinya Esa, Tuhan Allah Maha Esa, mustahil Ia banyak (berbilang) kalau Ia banyak
tentu timbul perselisihan atau perbedaan faham antara mereka dan akan binasalah alam
ini karena yang satu membawa ke hilir dan yang lain membawa ke mudik.
Karena itu Tuhan Esa, Maha Tunggal.

Dalil sifat ini dalam Al-Quran :


Artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa, tiada Tuhan selain Dia, Pengasih dan
Penyayang” (Al-Baqarah : 163)

Tuhan itu maha Esa, Tuhan itu satu. Satu itu kalau pada benda dapat di belah-belah,
tapi Tuhan tidak dapat dibelah-belah. Berarti satunya Tuhan juga berbeda dengan
satunya makhluk. Satu secara makhluk berbeda dengan Esanya Tuhan. Satunya makhluk
dapat dipecah dan dibagi-bagi, misalnya makhluk itu kalau dia tidak bergerak, dia akan
diam. Kalau tidak diam dia akan bergerak. Itulah tabiat makhluk Tuhan, tidak dapat
dikatakan gerak atau diam. Kita tidak tahu bagaimana, hanya Tuhan yang tahu.

Kalau ada yang kata Tuhan itu dua atau lebih artinya tuhan-tuhan itu lemah, sebab perlu
dua. Yang satu separo dan perlu untuk saling tolong menolong. Ini bukan Tuhanlah.
Katalah tuhan-tuhan itu tidak begaduh, karena mereka berhikmah, tetapi tuhan-tuhan itu
sudah bekerjasama, artinya lemah. Kalau lemah bukan Tuhanlah. Sifat kerjasama sifat
hamba.

Kalau orang ingin besarkan diri, maka ia akan cari benda-benda yang ada pada dirinya
dan tidak ada pada orang lain. Jadi kalau 2 atau lebih tuhan sama-sama mempunyai sifat
yang sama apa yang akan dibanggakan. Tuhan kalau tidak esa walau mereka dapat
berbaik-baik, artinya meletakkan Tuhan lemah. Salah satu sifat khusus Tuhan adalah esa,
tunggal, tidak boleh dipecah-pecah. Kalau dia seperti makhluk, dia bukan Tuhan. Itulah
konsep Tuhan..

7. Qudrat

Tuhan Allah bersifat Qudrat


Arti Qudrat ialah kuasa, Mustahil Ia lemah (dhaif)
Kalau Ia lemah tentu makhluk-Nya tidak akan terjadi dan kalau lemah maka Ia bukan
Tuhan.
Kuasa Tuhan berbeda dengan kuasa makhluk, karena kuasa makhluk bergantung dengan
kuasa Tuhan dan ia terbatas. Kuasa Tuhan sempurna. Apa saja yang Tuhan kehendaki
akan terjadi walau seluruh makhluk berusah untuk melawannya dan apa saja yang Tuhan
tidak kehendaki pasti tidak akan terjadi walaupun seluruh makhluk berusaha untuk
menjadikannya.

Setiap saat Allah memperlihatkan kuasaNya melalui makhluk ciptaannya. Apa saja yang
terjadi pada makhluk semuanya karena kuasa Tuhan. Beredarnya planet-planet dan
bintang-bintang. Silih bergantinya siang dan malam serta musim-musim di Bumi,
merupakan bukti maha berkuasanya Tuhan. Kuasa manusia tidak mampu untuk
menghalang kuasa Tuhan. Tetapi sayangnya, umumnya manusia tidak terasa Kuasa dan
kebesaran Tuhan. Setengah mereka mengembalikan keadaan alam semesta dan diri
mereka itu ke dalam nature seolah alam semula jadi ini tiada yang mencipta. Ia terjadi
dengan sendiri katanya. Yang sebenarnya manusia ini sudah menuhankan diri dia. Aneh,
ilmu manusia begitu tinggi. Tapi, tidak memberi manfaat. Mereka mengenal dunia, tetapi
tidak mengenal penciptanya. Mereka mengenal kuasa makhluk tetapi tidak mengenal dan
merasa kuasa Tuhan.

Dalil sifat ini banyak dalam Al-Quran, diantaranya ialah :


Artinya :
“Dan adalah Allah atas tiap-tiap suatu kuasa”(Al-Ahzab : 72)

8. Iradah

Tuhan Allah bersifat Iradah.


Iradah artinya menetapkan sesuatu menurut kehendak-Nya dan mustahil Ia dipaksa oleh
kekuatan lain untuk melakukan sesuatu. Kalau Ia dipaksa oleh kekuatan lain, maka Ia
bukan lagi Tuhan, karena Ia sesuatu yang lemah.

Dalil sifat ini dalam AL-Quran :

Artinya :
“dan Tuhanmu menjadi akan yang Ia mau dan yang Ia kehendaki” (Qashash : 68)

9. Ilmu

Tuhan bersifat dengan ilmu


Arti Ilmu ialah berpengetahuan
Tuhan Allah tahu seluruhnya, tahu yang telah dijadikan-Nya dan tahu yang akan
dijadikan-Nya, mustahil Ia tidak tahu. Kalau Ia bodoh, tak tahu, tentulah Ia tak dapat
mengatur alam ini. Sekarang ternyata bahwa alam ini berjalan menurut relnya dengan
teratur rapi, yang membuktikan bahwa yang memegangnya dan yang mengaturnya
adalah Tuhan yang paling tahu, yang paling pandai dan yang paling cerdik.
Apa yang terjadi di alam semesta ini semua dalam pengetahuan Tuhan, baik yang sudah
terjadi, yang sedang terjadi ataupun yang akan terjadi. Tidak ada yang tersembunyi dari
pengetahuan Tuhan, hatta yang terlintas dalam hati seluruh manusiapun Tuhan
mengetahuinya. Pertumbuhan dari sel-sel manusia, binatang, dan tumbuhan yang tak
terhingga jumlahnya itu semua dalam pengetahuan dan pentadbiran Tuhan. Ilmu Tuhan
begitu sempurna sehingga sekalipun seluruh air di alam ini digunakan sebagai tinta untuk
menuliskan ilmu-ilmu Tuhan, sampai habis air itu ilmu Tuhan belum habis ditulis lagi.
Dalam Al-Quran diterangkan :
Artinya :
“Dan Ia (Tuhan) mengetahui segala sesuatu” (Al-Baqarah : 29)

10. Hayat

Tuhan Allah bersifat dengan hayat. Arti Hayat ialah hidup, mustahil ia mati. Kalau ia mati
niscaya akan berantakan alam ini karena tidak ada yang mengemudikan lagi. Karena itu
mustahil ia mati. Sebuah mobil yang sedang berjalan kalau supirnya mengantuk saja akan
terjunlah mobil itu ke jurang, apalagi kalau supirnya mati. Alam yang luas ini, matahari
dan bulan, planet-planet yang berjalan di ruang angkasa, kalau tidak ada Tuhan yang
mengaturnya niscaya akan tabrakan dan akan hancur luluhlah kita semuanya.
Hidupnya Tuhan berbeza dengan hidupnya makhluk yang memerlukan berbagai benda
dan makanan untuk hidup. Hidupnya Tuhan tidak memerlukan apa-apa. Ia tidak dapat
dibayangkan dan difikir-fikirkan oleh akal kita.
Dalam Al-Quran diterangkan :

Artinya :
“ Tiada Tuhan selain Ia, yang hidup dan tegak” (Al Baqarah:255)

11. Sama’

Sama’ artinya mendengar. Tuhan Allah mempunyai sifat sama’, yaitu mendengar,
mustahil Ia tuli. Tuli adalah sifat kekurangan. Tidak masuk akal kalau Tuhan mempunyai
sifat kekurangan.
Jadi Raja saja tidak mungkin orang tuli, apalagi jadi Tuhan. Tuhan melihat dan
mengetahui, melihat semuanya dan mengetahui semuanya, tidak ada sesuatu yang
tersembunyi bagiNya. Karena itu jangan membuat dosa terhadapnya, baik sendirian
apalagi di hadapan umum, karena Tuhan melihat dan mendengar semuanya itu.
Kalau manusia untuk mendengar memerlukan telinga, udara, bunyi dan alat-alat lain dan
ianya sangat terbatas, maka mendengarnya Tuhan tidak memerlukan semua itu, dan ianya
tidak terbatas.

FirmanNya mengatakan :
“ Dan Ia mendengar lagi melihat

12. Bashar

Tuhan Allah bersifat Bashar, artinya melihat, mustahil Ia buta. Buta adalah sifat
kekurangan, amat suci Tuhan dari sifat kekurangan. Kalau Ia buta tentu kacau segala
macam urusanNya.
Kalau manusia untuk melihat memerlukan mata, cahaya, dan alat-alat lain dan ianya
sangat terbatas, maka melihatnya Tuhan tidak memerlukan semua itu, dan ianya tidak
terbatas.
FirmanNya :

“Dan Ia mendengar lagi melihat” (As Syura : 11)

Dan lagi firmanNya ;


Apakah mereka menyangka bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisik mereka. Ia,
dan pula Rasul-Rasul kami (malaikat-malaikatNya) menukiskan pula.' (Az-Zukhruf : 80)

Di samping Tuhan mendengar dan melihat gerak gerik dari sekalian pekerjaan manusia,
juga Tuhan mengirim pula dua orang malaikatNya, (Kiraman Katibin) untuk menuliskan
amal pekerjaan manusia itu.

13.Kalam

Tuhan mempunyai sifat Kalam. Arti Kalam ialah berkata, mustahil Ia bisu. Kalau Tuhan
bisu tentu ia tak dapat memerintah dengan baik. Tuhan mempunyai sifat berkata. Sifat-
sifat ini, termasuk sifat Kalam, adalah sifat-sifat yang qadim yang berdiri atas Zat yang
qadim, yaitu Zat Tuhan. Qur’an adalah sifat Allah yang qadim, bukan hadits, bukan
makhluk, bukan ciptaan sebagai faham kaum Mu'tazilah. Adapun yang tertulis dan dibaca
yang terletak di atas Mashhaf, maka itu adalah gambaran dari Qur'an yang qadim itu. Kita
tidak boleh mengatakan Qur'an itu makhluk, walaupun yang dimaksud perkataan yang
tertulis di atas mashhaf itu, karena perkataan itu adalah gambaran dari kata Allah yang
qadim.
Kalamnya Tuhan berbeda dengan berkatanya makhluk. Berkatanya makhluk memerlukan
lidah, bibir dan alat-alat lain dan ianya sangat terbatas, maka berkatanya Tuhan tidak
memerlukan semua itu, dan ianya tidak terbatas.

Dalil bahasa Tuhan mempunyai sifat Kalam Adalah :

Artinya : “ dan berkata-kata Tuhan dengan Musa sebenar berkat-kata" (An-Nisa' : 163)

14. Kaunuhu Qadiran


Tuhan bersifat dengan Kaunuhu Qadiran
Artinya tetap selalu dalam keadaan berkuasa, mustahil Ia dalam keadaan lemah.Oleh
karena Tuhan mempunyai sifat Qudrat, maka Ia tetap selalu dalam keadaan berkuasa, tak
pernah berhenti, sekejap mata pun. Dalilnya sama dengan sifat Qudrat tadi

15. Kaunuhu Muridan

Tuhan bersifat Kaunuhu Muridan


Artinya tetap selalu dalam keadaan menghendaki, mustahil Ia dalam keadaan tidak
menghendaki. Oleh karena Tuhan mempunyai sifat Iradah, maka Ia tetap selalu dalam
keadaan menghendaki, Dalilnya sama dengan dalil sifat iradah

16. Kaunuhu 'Aliman

Tuhan Allah bersifat Kaunuhu 'Aliman


Artinya tetap selalu dalam keadaan tahu, mustahil Ia dalam keadaan tidak mengetahui.
Oleh karena Tuhan mempunyai sifat ilmu, maka Ia tetap selalu dalam keadaan berilmu.
Dalilnya sama dengan sifat ilmu.

17. Kaunuhu Hayyan

Tuhan Allah bersifat Kunuhu Hayyan


Artinya Tuhan tetap sealu keadaan hidup, mustahil Ia dalam keadaan mati. Oleh karena
Tuhan mempunyai sifat Hayat, maka Ia selalu dalam keadaan hidup. Dalilnya sama
dengan dall sifat hayat.

18.Kaunuhu sami'an

Tuhan Allah bersifat Kaunuhu Sami'an


Artinya tetap dalam keadaan mendengar, mustahil Ia dalam keadaan tuli. Oleh karena
Tuhan mempunyai sifat sama', maka Ia selalu dalam keadaan mendengar. Dalilnya sama
dengan sifat sama'

19.Kaunuhu Bashiran

Tuhan Allah bersifat Kaunuhu Basiran.


Artinya Tuhan dalam keadaan melihat, mustahil Ia dalam keadaan buta. Karena Tuhan
mempunyai sifat Bashar, maka IA selalu dalam keadaan melihat. Dalilnya sama dengan
sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman

Tuhan bersifat Kaunuhu Mutakalliman


Artinya Tuhan tetap dalam keadaan berkata, mustahil Ia bisu. Oleh karena Ia mempunyai
sifat kala, maka Ia tetap selalu dalam keadaan berkata. Dalilnya sama dengan dalil sifat
Kalam.

Inilah yang dinamakan oleh kaum ahlussunah wal Jama'ah dengan sifat Tuhan yang dua
puluh yang wajib dan diyakini seyakin-yakinnya oleh setiap orang muslimin yang baligh-
berakal. Kalau sudah diyakini sifat yang 20 yang mesti ada pada Tuhan, dengan
sendirinya kita mengetahui 20 sifat yang mustahil (tidak mungkin ada) pada Tuhan, yaitu
lawan dari sifat 20 tadi.

Tinggal satu lagi, yaitu yang "harus" bagi Tuhan.

Arti harus di sini ialah boleh Ia kerjakan dan boleh tidak. Tuhan Allah harus (boleh
membuat dan boleh pula tidak memperbuat) sekalian pekerjaan yang tidak mungkin
diadakan, Tuhan tidak dipaksa untuk membuat atau tidak membuat.

Tuhan berfirman menyatakan sifat ini :


Artinya :
Kalau Ia menghendaki Ia boleh mengasihi kamu dan kalau Ia menghendaki Ia boleh
pula menghukum kamu" (Al Isra : 54)

Demikian 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil dan 1 sifat yang harus bagi Tuhan
semesta alam, yangw ajib diketahui secara mendalam oleh setiap insan yang sudah baligh
dan mempunyai aqal.

Orang yang tidak mengetahui secara mendalam sifat-sifat ini, niscaya ia tidak akan
mengerti dan tidak akan yakin hal-hal yang bertalian dengan Tuhan atau Ketuhanan Yang
Maha Esa.

Adapun nama-nama Tuhan adalah 99 banyaknya. Nama-nama itu sudah diterangkan oleh
Nabi Muhammad SAW, sebagai tersebut dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi

Nama-nama Tuhan tidak boleh dibuat-buat atau diada-adakan oleh manusia, tetapi harus
yang diterangkan oleh Nabi. Begitulah menurut faham kaum Ahlussunah wal Jamaah.

Karena itu Tuhan tidak boleh diberi nama, umpamanya dengan 'aqil' (yang berakal) atau
"Syahin Syah" (Raja sekalian Raja) atau lain-lain.

Kenal Tuhan dengan roh atau hati


Sebenarnya yang disebut kenal Tuhan adalah kita kenal Tuhan dengan roh atau hati. Cara
cepatnya dengan mencari wasilah dengan berkat, tawasul dan doa. Orang yang tidak ada
roh dalam beribadah, ia berdosa. Ketika menghadap Tuhan, hati kemana-mana. Seolah-
olah dalam majelis raja, buat kerja-kerja lain. Sebab itu orang yang bertaqwa, waktu dia
menghadap Tuhan hatinya tersentuh, selalu merasa cemas tidak beradab dengan Tuhan.

Bila rasa salah, bila pandai rasa berdosa. Tuhan tak kira dosa. Asyik rasa dosa saja. Tuhan
tak kira. Buat apa yang Tuhan suruh, tak payah diingat-ingat. Yang diingat rasa dosa.
Kalau buat ibadah banyak-banyak, tapi tak rasa salah, dia bergelimang dengan dosa.

4. BEDA RASA BERTUHAN DAN BERFIKIR TENTANG TUHAN

Perasaan yang dimiliki oleh manusia, seperti rasa malu, rasa jijik timbul secara otomatis
dan tidak dipaksa untuk merasakannya. Perasaan itu timbul begitu saja, ketika
berhadapan dengan kotoran timbul rasa jijik, ketika berhadapan dengan harimau timbul
rasa takut.

Merasa adalah kerja roh. Perasaan nya bertukar berdasarkan apa yang dilihat. Kalau lihat
makanan rasa ingin, kalau melihat cacing rasa jijik. Begitulah perasaan itu selalu silih
berganti.

Begitu jugalah dengan rasa bertuhan. Kalau kita tidak kenal Tuhan, akan sukar untuk
menimbulkan rasa bertuhan. Walaupun kita memiliki ilmu tentang Tuhan berkuasa,
Tuhan memberi ilmu dll, tidak terasa Tuhan itu Maha Pelindung dan Penyelamat, Maha
mengetahui dst. Tapi kalau kita tahu Tuhan berkuasa dan memahami bagaimana kuasa
Tuhan itu, barulah sedikit banyak merasakan Tuhan berkuasa. Misalnya untuk merasakan
pentingnya oksigen yang telah Allah beri dalam kehidupan kita. Kita tutup hidung, tentu
tak lama kita dapat bertahan.

Bila orang yang tak ada rasa takut dengan Tuhan, seperti kisah seorang ibu yang
membawa anaknya masuk ke tengah hutan. Sampai di rumah dia ceritakan pada ibunya
dia bertemu dengan singa, yang dia katakan cantik dan dia pun belai2. begitulah keadaan
seorang anak yang tidak kenal dengan harimau, dia tidak ada rasa takut. Tapi berbeda
dengan dengan sang ibu yang telah kenal dengan harimau, tentu akan timbul rasa takut
dan bimbang dengan keselamatan anaknya ketika mendengar cerita anaknya tentang
perjumpaan dengan harimau.

Jadi untuk orang yang belum ada rasa, maka disuruh untuk berpikir. Sebagai latihan kalau
kita melihat ciptaan Tuhan, seperti gunung, sungai, laut, burung dll, kita coba kaitkan
dengan Tuhan. Itulah yang disebut tafakur. Bila latihan selalu

dilakukan, maka satu saat akan terasa secara otomatis, seperti perasaan-perasaan yang
lain.
Bedanya dengan para sastrawan yang jiwanya halus, tapi jika tidak dikaitkan dengan
Tuhan, maka bila melihat gunung yang terasa betapa hebatnya gunung. Bila melihat laut
yang terasa betapa hebatnya laut. Sebab itu mereka seperti orang yang tidak siuman,
asyik dengan diri sendiri.

Jadi di tahap awal yang perlu dilakukan adalah berpikir tentang ciptaan Tuhan. Tapi lama
kelamaan, bila sudah kenal Tuhan maka akan datang perasaan-perasaan yang berkaitan
dengan Tuhan secara otomatis, seperti rasa takut, bimbang, cemas dll.

Sebab itu orang-orang yang hatinya sudah senantiasa merasakan wujudnya Tuhan, maka
akan timbul rasa mabuk.

Mata Kepala, Mata akal dan Mata hati

Dalam kita merasakan kebesaran Tuhan, mata kepala sebagai mukadimah (pendahuluan)
untuk penglihatan selajutnya. Adanya gunung, laut, sungai dll. terlihat wujudnya dengan
pandangan mata kepala. Setelah pandangan mata melihat wujudnya sesuatu, kalau mata
akal kita hidup maka akan tergerak untuk berfikir. Bila akal berfikir, artinya akal melihat,
itulah akal yang hidup, akal yang jaga. Kalau hanya mata kepala melihat, hasilnya sedikit
bahkan kadang tertipu, misalnya lihat gunung dari jauh cantik, hijau, padahal setelah
dekat tidak seperti itu.

Apa yang dilihat oleh mata kepala, kalau akal kuat memikirkannya, maka akan mendapat
ilmu. Kalau melihat benda yang hijau, akal melihat atau buat kajian. Tapi yang lebih
halus lagi, akal dapat melihat benda bukan hanya yang lahir, tapi juga ada sistem. Itulah
yang dapat dikaji oleh ahli ilmu pengetahuan (saintis). Sebab itu bila akal bertambah
tajam makin banyak rahasia alam yang dia dapatkan.

Di sinilah perlunya mata hati. Kalau pikiran tidak di dasarkan dengan roh (mata hati)
maka akan semakin membutakan hati. Ketika mata melihat, kemudian akal berfikir, mesti
berasaskan roh, supaya makin banyak berpikir, manusia makin terasa kehebatan Tuhan.
Makin terlihat kehebatan ayat-ayat Tuhan. Bila kita sudah sering melakukan itu maka
secara otomatis bila mata melihat sesuatu, hasilnya akandapat melihat kebesaran Tuhan.
Setelah itu tak perlu berfikir lagi dalam melihat kebesaran Tuhan, langsung terasa ke
dalam jiwa.

Bagaimana dalam bekerja selalu ingat Tuhan

Kalau pengaruh kebesaran Tuhan sudah sangat terasa ke dalam jiwa kita maka kita
berbuat apa saja selalu ingat dengan Tuhan. Misalnya bila kita sedang makan tiba-tiba
ada harimau, apakah rasa ingin makan masih ada ? Tentu rasa takut dengan harimau lebih
besar mempengaruhi jiwa kita daripada rasa ingin makan. Contoh lain, bila kita sayang
dengan anak bungsu tiba-tiba dipisahkan tentu akan terkenang selalu. Begitu juga sang
anak, bila ibunya di rumah sakit, walaupun dia berada di rumah tentu hatinya teringat
dengan ibunya.
Kalau ingat Tuhan itu masih di akal, ketika kita berfikir hal lain, maka ingatan kepada
Tuhan akan hilang. Sebab itu Tuhan mesti dirasakan dengan hati, sehingga walaupun akal
berfikir hati selalu terkenang dengan Tuhan. Orang yang mabuk dengan Tuhan, hingga
tidur pun masih terbawa rasa bertuhan. Walaupun fisiknya tidur, tapi ruhnya bekerja.
Seperti seorang wali Allah, dalam tidur dia bertahlil.

Sebab itu dalam hadis disebutkan jangan minta kewalian tapi mintalah istiqomah.
Istiqomah adalah ciri kewalian. Lebih-lebih lagi istiqomah dalam menghayati Tuhan.

Jalan-jalan untuk ingat Tuhan

Karena Tuhan itu rahmatNya luas, Dia ingin hamba-hambaNya senantiasa ingat Dia.
Supaya rasa kehambaan itu tidak padam, tidak pudar maka macam-macam jalan dapat
ditempuh, seperti melihat alam terasa kebesaranNya, melihat orang sakit teringat
kuasaNya, melihat rezeki teringat nikmat dan rahmatNya. Terlebih lagi membaca Quran,
di mana Quran itu membangunkan jiwa. Tapi membaca dengan faham dan dihayati.

Selain mengingat mati banyak hal yang membuat kita ingat Allah. Sepatutnya ketika kita
ingin makan, minum, berkendaraan, berpakaian selalu ingat itu pemberian Tuhan. Tuhan
yang memberi. Baru disusul dengan syukur. Jadi kalau kita ingat itu dari Tuhan timbul
rasa malu. Barulah akal kita dapat berfikir, “Aku tidak layak dengan ini Tuhan, janganlah
engkau memberi semua ini dengan istidraj, berilah dengan keredhaanMu.”

Misalnya ketika melihat makanan, kita terfikir 2 hal, pertama teringat Tuhan yang punya,
jangan-jangan dia memberi secara istidraj atau dengan murka. Kemudian teringat dengan
manusia lain. Berapa ribu orang yang mengusahakan dan terlibat di dalamnya
mengusahakan manakan ini. Jangan-jangan orang yang mengusahakan miskin papa, tidak
makan. Kita goyang-goyang kaki dapat makan. Berapa banyak orang miskin yang
mengusahakannya, buahnya kita dapat. Apakah kita tidak malu ?

Jadi kalau hati hidup, doakanlah mereka. Mudah-mudahan mereka dapat hidayah. Doa
tak perlu angkat tangan. “Ya Allah berilah mereka itu petunjuk, murahkan rezeki mereka,
ampunkan mereka.” Jadilah makanan ini berkat.

Kisah orang yang rasa bertuhan

Ada seorang Al Arifubillah, artinya orang bertaqwa. Dia berjumpa seseorang anak muda,
sedang naik kuda dan berpakaian bagus, dengan penuh sombong dan angkuh.
Al Arifubillah bertanya pada dia, “Mengapa engkau menjadi sombong begini?”
Dia jawab, “Saya memiliki tuan seorang raja atau sultan. Saya berkhidmat dengan sultan.
Sebab itu saya sombong. Saya orang kepercayaan raja.”
Al Arifubillah tanya lagi, “Engkau kerja apa dengan raja?”
Dia jawab lagi, “Kalau raja seorang diri saya hiburkan dia. Waktu dia tidur, saya jaga dia.
Waktu dia lapar, saya yang ambil makanan untuk dia. Waktu dia haus, saya yang ambil
air beri dia minum.”
Al Arifubillah tanya lagi, “Kalau engkau buat satu kesalahan apa yang raja lakukan?”
Dia jawab, “Raja hukum.”
“Kalau engkau buat dosa apa yang Raja lakukan?”
Dia jawab, “Raja Hukum saya. Masuk penjara dua tiga hari.”
Al Arifubillah kata, “Kalau begitulah tuan engkau, maka aku yang lebih patut sombong,
aku yang lebih patut besarkan diri.”
“Mengapa, “Katanya
Al Arifubillah jawab, “Sayapun ada Tuan seperti engkau, tapi saya dengan Tuan saya
berbeda dengan engkau dengan Tuan engkau.”
“Apa bedanya.”
Al Arifubillah jawab, “Tuan saya kalau saya tidur, Dia jaga saya. Tapi engkau jaga tuan
engkau tidur. Kalau saya lapar, Tuan beri makan saya. Engkau yang beri makan tuan. Bila
saya haus, Tuan saya beri minum. Kalau saya tidur, Tuan saya jaga. Kalau saya sakit,
Tuan saya beri obat. Kalau saya bersalah, Tuan saya ampunkan dosa saya.”
“Siapakah tuan engkau ?, tanya anak muda itu

Al Arifubillah jawab, “Tuan saya adalah Tuhan yang menciptakan saya, engkau dan tuan
engkau.”
Apa kata anak muda itu, “Kalau begitu saya insaflah, saya mau ikut jalan tuan, saya mau
berkhidmat Tuan pada tuan, yaitu Tuhan.”
Diapun tinggalkan raja, terus ikut Tuhan.

5. TANAMKAN RASA BERTUHAN SEJAK KECIL

Untuk menguraikan pentingnya menanamkan rasa bertuhan sejak kecil, misalnya ada 2
orang anak kembar, yang 1 dipisahkan dari orang tuanya sejak bayi (dipelihara orang
lain). ketika telah dewasa mereka berjumpa. Yang dipelihara oleh ayah dan ibunya
berkata, marilah kita khidmat pada ibu yang sudah banyak berjasa pada kita. Anak yang
lain akan menjawab, mengapa kita mesti berkhidmat pada ibu. Ia berkata demikian sebab
sejak kecil sudah dipisahkan dari ibunya sehingga tidak kenal dengan ibunya tentu susah
untuk merasa sayang dan ingin berkhidmat. Yang sejak kecil dengan ibunya, sudah kenal
dan mengasihi ibunya. Tentu ia akan mudah merasa sayang dan ingin berkhidmat.

Begitu juga dengan kita. Sejak kecil kita tidak dikenalkan dengan Tuhan, sehingga ketika
sudah tua mesti dipaksa-paksa. Susah untuk merasa sayang, cinta dan takut pada tuhan.
Kita harap dengan rahmatNya Tuhan beri pada kita rasa bertuhan. Contoh : ada 2 orang
anak, yang 1 dilatih menjadi petani sejak kecil, sedangkan yang 1 tidak. Ketika besar,
yang dilatih tentu akan dapat buat kerja pertanian, sedangkan yang satu lagi tidak
walaupun dia punya alat pertanian yang canggih. itu kerja yang berkaitan dengan fisik,
kalau tidak dididik dari kecil tidak akan kuat, apalagi kerja yang berkaitan dengan roh.
karena itu rasa bertuhan mesti dididik dari kecil.

Bila sudah diasuh sejak kecil, ketika sudah besar tidak perlu mujahadah. Kesannya
mendalam. Sebab itu bila kita yang sudah dewasa baru mau dikenalkan dengan Tuhan,
perlu mujahadah. Mujahadah untuk meninggalkan sifat ego, sombong, rasa hebat dll.
Kalau kita kenalkan Tuhan sejak kecil, kita tidak perlu dalilkan wujudnya sesuatu untuk
menunjukkan wujudnya Tuhan, misalnya harimau untuk menunjukkan kehebatan Tuhan.
Dengan anak-anak kita sebut saja Tuhan itu pemurah, kasih sayang, berkuasa tanpa perlu
dalil.

Hari ini Islam sudah disalahtafsirkan. Hadist menyebutkan awal-awal agama adalah kenal
Allah. Ajar anak-anak untuk mengenal Tuhan, bukan sekedar wujud, qidam dsb.
Misalnya sambil makan, kita ajarkan pada anak-anak, air ini siapa yang ciptakan ?
apakah ayah yang ciptakan? Bukan. Air ini Tuhan yang ciptakan. Tuhan sayang kita,
karena itu ia beri air. Kalau Tuha tidak memberi air selama 3 hari kita lemah. Begitulah
untuk mengajar tauhid, bukan dengan disuruh menghapal sifat 20. tapi dengan air tadi
terasa dekat dengan Tuhan.

Kita sekarang sedang berhadapan dengan dunia yang sudah rusak. Cuma ada 1-2 orang
yang memiliki rasa bertuhan. Tidak mudah untuk menyerapkan rasa bertuhan dalam
semua aspek kehidupan. Mengapa? Kita lihat di di zaman nabi-nabi dan Rasul-rasul,
apakah manusia di waktu itu kenal Tuhan? Tiba-tiba datang nabi dan rasul hendak
mengenalkan Tuhan, apakah mudah? Misalnya kita ambil contoh yang lain, satu hal yang
memang ada kaedahnya tetapi kita tidak pernah belajar, kemudian kita disuruh belajar
atau pun mengajar. Sudah tentu kita mesti kena belajar dari awal kecuali dengan karamah
dan mukjizat. Sebab itu rasa bertuhan dan rasa kehambaan mesti ditanamkan dari kecil.
Sehingga bila umur kita meningkat, rasa-rasa bertuhan itu akan terjadi secara otomatis.

6. UTAMAKAN PROGRAM TUHAN

Ada orang yang berpendapat, kita akan terkungkung atau hilang kebebasan bila ikut
dengan peraturan Tuhan. Padahal dalam kehidupan nya manusia tidak lepas dari
peraturan. Bila tidak ikut dengan peraturan Tuhan artinya ikut dengan peraturan manusia.
Bahkan di dalam rumah atau keluarga kita pun tidak lepas dari peraturan. Kalau kita
pindah ke rumah orang lain pun akan ada peraturan. Tentu kita akan Lebih suka dengan
peraturan yang dibuat oleh ayah kita di rumah daripada peraturan yang dibuat dalam
rumah orang lain.

Misalnya kita berada di rumah kita sendiri, tentulah program dalam rumah itu kita yang
buat. Kalau kita pergi ke rumah orang lain, tentu programnya berlainan dengan di rumah
kita. Apakah sama perasaan kita berada di rumah sendiri dengan berada di rumah orang
lain. Tentu tidak. Jadwal hidup kita pun akan berbeda, di rumah sendiri dengan di rumah
orang lain. Kalau kita paksakan jadwal hidup kita di rumah orang lain, tentu kita akan
susah dan tidak tenang.

Kalau dunia ini kita rasakan kepunyaan kita, waktu yang 24 jam itu juga kepunyaan kita,
kita yang mengatur, itulah yang membuat kita hidup di dunia ini tidak tenang, susah,
gopoh dsb. Itu yang membuat kita tidak stabil. Dunia kepunyaan Tuhan, waktu yang juga
kepunyaan Tuhan kita programkan semaunya, tentu hidup kita akan jadi susah, sebab kita
telah membuat jadwal untuk sesuatu yang bukan kepunyaan kita.

Padahal diri kita dan apapun yang berkaitan dengan diri kita, bukan kita yang tentukan.
Bahkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi, apalagi untuk yang 1 hari, 1
minggu, 1 tahun, tentu kita lebih tidak tahu. Kalau pun kita coba untuk mengatur kadang
yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan.

Ada orang yang beralasan sibuk dengan kerja, hingga merasa takut terikat dengan
peraturan Tuhan. Padahal dia menjadi sibuk karena menolak peraturan Tuhan. Dia sibuk
memburu cita-citanya, uang, harta, pangkat dll. hingga hilang ketenangan. Padahal dalam
dia memburu cita-citanya itupun diikat oleh peraturan di kantor, di rumah, di jalan raya
dll. Kalau cita-cita kita adalah Tuhan, maka susah dengan Tuhan pun terasa bahagia.
Bahkan mati karena Tuhan pun akan bahagia. Kalaupun ada kesusahan dalam memburu
Tuhan terasa bahagia.

Sebab itu penting untuk mengenal Tuhan agar tahu siapa Tuhan, siapa diri kita. Kalau tak
kenal Tuhan, tak kenal diri kita. Walaupun kita tidak menyebut diri kita Tuhan tapi tanpa
sadar kita berlagak seperti Tuhan. Kalau kita memahami bahwa dunia ini Tuhan yang
punya, dan ikut dengan program Tuhan tentu manusia akan hidup teratur, aman, damai.

Sesuaikan hidup dengan jadwal Tuhan.

Tuhan memiliki jadwal. Sesuaikan hidup kita dengan jadwal Tuhan. Bangun sebelum
subuh, kemudian shalat sunat 2 rakaat. Setelah itu shalat subuh dan janagn tidur setelah
subuh sebab akan menumpulkan pikiran. Kalaupun mau tidur, setelah terbit atau tinggi
matahari.

Tapi bagi orang yang masih muda, masih cergas, waktu itulah dia pergi kerja, sebab
tenaga dan pikiran masih segar. Menjelang jam 11 siang Qailullah. Setengah jam
sebelum zuhur bangun dan bersiap shalat zuhur. Setelah shalat zuhur kerja dan shalat
ashar. Setelah Ashar tidak dibenarkan tidur, makruh, dapat melemahkan pikiran.
Kalaupun ingin beristirahat, sambil membaca, berkebun dll. 30 menit sebelum magrib
bersiaplah untuk shalat maghrib. Kalaulah manusia membuat program untuk hidup
mereka disesuaikan dengan jadwal Tuhan, hidup akan teratur, tenang dan bahagia.

Tapi untuk ikut dengan jadwal Tuhan, syaratnya mesti kenal Tuhan. Seperti kita kerja di
kantor, bila kita sayang dengan ketua kita apapun arahan dan tugasnya akan kita ikuti.
Walaupun buat kerja itu susah.

Orang yang kenal dengan Tuhan, terlewat shalat subuh 30 menit saja akan terasa susah
hati. 30 menit sebelum shalat sudah rindu ingin menunaikan shalat.

Hamba Allah yang sebenarnya, bangun tidur walaupun dia belum buat dosa, terus ingat
dosa. Sayidina Umar, walaupun dikatakan oleh Rasulullah SAW kalau ada nabi lagi
setelah aku, maka Umar menjadi nabi, dan kalau S. Umar lewat di satu jalan, maka
syaitan tidak lewat di jalan itu, tapi hati S Umar makin takut dengan Tuhan. Ketika
mengambil air wudhu mukanya sudah pucat.

Itulah orang Tuhan, yang walaupun dekat dengan Tuhan tapi dia rasa jauh dengan Tuhan.

Ya Allah Anugerahkanlah kepadaku rasa takut, anugerahkanlah rasa cinta pada Mu dan
cinta Mu pada ku. anugerahkan rasa redha aku terhadap Mu dan redha Mu terhadap ku.
aku mengharap Rahmat Mu tuhan. Ya Allah atas kesalahan ku ampunilah aku.

7. IBADAH UNTUK MELAHIRKAN CINTA DAN TAKUT DENGAN TUHAN

Di dalam kita beribadah, tujuan kita adalah Tuhan. Agar Tuhan itu dibesarkan, disanjung
dan dicintai. Untuk terjadinya perasaan itu, Tuhan datangkan syariat, peraturan, ada yang
asas, sunat dan umum.

Yang asas itu adalah ibadah yang fardhu, shalat, puasa, zakat dan haj. Semoga dengan
ibadah itu dapat lahir perasaan-perasaan membesarkan Tuhan. Tapi kalau dengan yang
fardhu tidak cukup, Tuhan tambahkan yang sunat.

Tuhan tahu ada orang yang asyik dengan Tuhan, sebentar-sebentar ingin bertemu, sebab
itu tidak cukup dengan yang fardhu. Bagi orang yang mabuk Tuhan suruh banyakkan
ibadah yang sunat. Seolah-olah yang fardhu tidak cukup untuk mendatangkan rasa
hamba, cinta, takut dll,

Begitulah seterusnya, ibadah yang fardhu dan sunat pun terbatas, banyak lagi waktu,
untuk makan, rehat, yang semuanya mubah. Kemudian seolah-olah Tuhan beritahu kalau
dengan ibadah yang mubah itu hambaNya tidak mendekatkan diri denganNYa, Tuhan
beri rukhsah, artinya Tuhan tdiak bertindak. Asalkan tempat yang mubah jangan
digantikan dengan yang haram. Seolah-olah Tuhan berkata, kalau kau ingin istirahat
bukan dengan tujuan untuk dekatkan diri dengan Aku, Aku beri keringanan. Itulah
rahmat Tuhan. Supaya kita tidak berdosa.

Tapi yang sebaik-baiknya, kerja yang mubah pun dijadikan untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan. Artinya 24 jam dalam beribadah. Segala pekerjaan baik yang fardhu, yang
sunat, dan yang mubah dilakukan dengan tujuan untuk taqarrub dengan Tuhan, untuk
merasa kasih, takut dan mabuk dengan Tuhan.

Kalau ibadah ataupun pekerjaan tadi baik yang fardhu, sunnah maupun yang mubah tidak
mendatangkan perasaan kasih, takut dan mabuk dengan Tuhan, maka tidak akan ada
nilainya. Shalat, puasa, zakat, haji semuanya tidak ada nilainya sebab tujuannya tidak
sampai.

Sekarang ini masyarakat tidak faham peranan ibadah, sebab itu walaupun banyak shalat,
pergi umrah tapi perangai tak berubah. Padahal Tuhan tidak memandang ibadah pada
banyaknya, tetapi pada kesannya. Artinya bila dengan amalan lahir itu tidak timbul rasa
cinta, rindu dengan Tuhan, tidak terasa malu dan takut dengan Tuhan maka ibadah yang
banyak tidak ada nilainya. Sebaliknya walaupun hanya mengerjakan yang fardhu tapi
terasa peranan ibadah, maka itu sudah cukup.

Sebab itu dalam beribadah jangan mengejar fadhilat. Itu hanya tambahan. Kita kiaskan
dengan orang yang mendapat gaji di kantor. Kadang-kadnag gaji yang pokok sedikit saja,
mungkin 500 RM. Tapi kalau lembur (over time) dapat 1000 RM. Yang 1000 RM itu
fadhilat. Tapi jika kerja asas tidak dibuat, apakah akan dapat yang 1000 RM. Tidak buat
kerja yang asas, ingin dapatkan yang overtime, apakah boleh begitu ? Kalau kita qiaskan,
orang yang mengejar fadhilat dengan shalat sunat, sedangkan ibadah yang fardhu tidak
berperanan. Itu artinya orang yang mengejar fadhilat tertipu. Hal ini ulama pun banyak
yang tidak tahu.

Sekarang peranan ibadah dan syariat sudah diselewengkan. Bila kita lihat kehidupan
orang-orang Allah, seperti isteri Umar bin Abdul Azis, memberitahu tentang suaminya,
ibadahnya tidak sebanyak orang lain. Mungkin kita rasakan sudah sewajarnya demikian
sebab dia memerintah, tidak sempat beribadah banyak. Tapi kata isterinya ada 1 hal yang
dia lihat ketika hendak tidur malam dia menangis, menggelupur sebab takut dengan
Tuhan. Selama 2 tahun memerintah, walaupun isteri ada di sebelah tapi dia tidak pernah
bersama dengan isteri. Senantiasa merasa malu dan takut dengan Tuhan.

Orang yang secara lahir kelihatan amalannya banyak tapi hati tidak terasa takut dengan
Tuhan itu lebih berat kesalahannya daripada orang yang mencuri. Kalau kita mencuri
terasa berdosa sebab kesalahan itu dapat dinilai secara lahir. Tapi kesalahan orang yang
beribadah karena fadhilat itu tidak terasa, sangat halus dan berbahaya.
Ibadah yang sedikit tetapi berkesan

Ibadah yang kita buat baik yang fardhu maupun yang sunat, seperti orang berkebun.
Cukup 1 atau 2 hektar, tapi ada hasilnya. Daripada banyak, tapi tak ada hasil. Biar sedikit
tapi ada buah. Buah ibadah adalah akhlak yang mulia. Sebab itu Rasulullah selalu
bersabda, orang itu masuk syurga bukan karena shalatnya banyak, puasanya banyak,
sembahyangnya banyak, Rasulullah tidak pernah berkata begitu. Rasulullah tidak berkata,
kuat iman seseorang itu karena banyak ibadah. Apa sabda Rasulullah yang maksudnya
kepada khalifah S Abu Bakar, yang maksudnya lebih kurang, kuatnya iman S Abu Bakar
itu bukan karena shalatnya banyak, bukan karena perjuangannya, tapi karena jiwa yang
teguh dalam hati, tawaduk, pemaaf, rendah diri, cinta dengan tuhan, tawaduk, rendah diri,
tahan uji. Itu yang membuat tinggi derajat S Abu Bakar.

Pernah Sayidina Umar sendiri bertanya pada Sayidina Abu Bakar, “Saya dengar
Rasulullah banyak menceritakan tentang keutamaan engkau ya Sayidina Abu Bakar. Apa
yang ada pada engkau?” Jadi spontan saja dia jawab, ada 5 perkara, ,yaitu:

1. Manusia ada dua golongan yaitu yang memburu dunia dan yang memburu akhirat.
Tapi saya tidak memburu dua-duanya, saya memburu Tuhan. Dia berbuat itu
bukan karena syurga, tidak juga karena neraka tapi karena Tuhan.
2. Saya tidak pernah merasa kenyang ketika makan, karena kelezatan makan diatasi
oleh kelezatan mengenal Tuhan.
3. Begitu juga saya tidak pernah minum sampai hilang haus, sebab kelezatan minum
itu telah diatasi oleh cintakan Tuhan.
4. Bila bertemu dua kerja dalam satu masa yaitu kerja dunia dan kerja akhirat, saya
dahulukan kerja akhirat.
5. Saya bersahabat dengan Rasulullah, saya lakukan sebaik-baik sahabat.

Dengan Tuhan, Dia tak minta pun kita beri, apalagi bila dia minta. Cinta dengan Tuhan
ada pengorbanan, termasuk pengorbanan dengan manusia. Manusia itu makhlukNya,
hambaNya. Seperti kita ingin ambil hati orang tua, kita buat baik dengan adik-adik, sebab
mereka adalah anak-anaknya juga. Kita buat baik dengan manusia, artinya kita cinta
dengan Tuhan. Termasuk juga makhluk Tuhan, sebab makhluk itu hamba Tuhan. Kadang
kita puasa banyak, sembahyang banyak, tetangga lapar tak terurus, tak ada gunanya.
Sebab itu Rasulullah bersabda yang maksudnya, tidak diterima ibadah seseorang itu kalau
dia tidur malam tapi tetangganya lapar. Satu hari itu ibadahnya tak ada harga, kalau
ketika dia tidur dalam kekenyangan, sedangkan tetangganya lapar.

Satu hari Rasulullah SAW bercerita di depan sahabat, tidak lama lagi akan datang seorang
di majlis ini dia ahli syurga. Kalau Rasulullah SAW berkata, dia itu ahli surga, maka itu
pasti ahli surga. Jadi orang tunggulah siapa yang akan datang, tak lama kemudian datang
orang, Assalamualaikum, itulah dia. Sahabat banyak tak kenal. Lepas kuliah, sahabat ada
yang ingin ambil perhatian, apa amalannya sampai Rasulullah sebut dia ahli syurga, tapi
dia tidak beritahu pada kawannya. Ketika majelis selesai, sahabat itupun ikut dari
belakang. Ketika sudah dekat dengan rumah, dia pun bertanya bolehkah saya bermalam
di rumah sdr. Jawabnya ahlan wa sahlan. Sebenarnya sahabat ingin melihat apa
amalannya, sehingga Rasulullah SAW sebut dia ahli syurga. Kemudian dia ikuti
sepanjang malam. Sahabat melihat tidak ada yang istimewa, sembahyang sunat tidak
dilakukan, tahajud pun tidak dilakukan. Setelah subuh sahabat bertanya, ketika sedang
kuliah Rasulullah memberitahu kepada kami, waktu itu saudara belum datang lagi,
Rasulullah katakan sebentar lagi akan datang seorang ahli syuga. Saya ingin bertanya apa
amalan saudara ? Jawab orang itu, saya bukan saja tidak ada hasad dengki dengan orang,
niat hasad pun tak ada. Jadi ibadah yang sedikit berbuah.

Pernah juga Rasulullah berkumpul dengan sahabat kemudian berkata, saya ada seorang
tetangga perempuan, malam tahajud, ibadah banyak, cuma ada satu perbuatan yang saya
lihat, dia selalu menyakiti tetangga. Sahabat bertanya bagaimana perempuan itu ya
Rasulullah ? kata Rasulullah, dia ahli neraka. Kenapa? sebab ibadah tak berbuah. Jadi
orang yang menyakiti orang lain tak berbuah ibadahnya, tak berakhlak.

Carilah keredhaan dan rahmat Tuhan

Keredhaan Tuhan itu penting. Buatlah apa saja asal mengharapkan keredhoan Tuhan.
Jika Tuhan sudah redha maka yang lain tidak ada nilainya. Mengharap rahmat dan
keredhaan Tuhan itu penting. Lupakan saja segala amal kebaikan, sebab seorang hamba
masuk ke syurga karena rahmat Tuhan.

Bila Tuhan murka, berarti neraka. Sebab itu memohon keredhaan sangat penting, supaya
kita merasa bukan karena ibadah kita selamat tapi karena redha Tuhan.

Di dalam Al Quran Tuhan berkata," Yang selamat ialah hamba-hambaKu yang


diikhlaskan oleh Allah”. Tuhan tidak berkata yang selamat adlah hamba-hambaKu yang
ikhlas. Sebab ikhlas itu adalah rahasia dan anugerah Allah. Manusia tidak mampu untuk
buat sendiri. Malaikat pun tidak tahu siapa yang ikhlas. Padahal ikhlas itu roh amal. Jika
tidak ikhlas, maka tidak dianggap beramal. Sebab ikhlas itu tidak dapat dilakukan jika
Tuhan tidak enganugerahkan. Malaikat pun tidak tahu amalan yang dibuat itu ikhlas atau
tidak. Malaikat membawa amalan sampai ke langit yang ke-7 kemudian dicampakkan
semua.

Tapi dengan rahmat Tuhan, supaya kita tidak putus harapan, maka saluran rahmat Tuhan
itu sangat banyak. Rahmat Tuhan itulah yang akan menyelamatkan. Sebab itu dikatakan
orang yang masuk syurga itu dengan rahmat Tuhan. Kalau atas dasar amal, walaupun
menggunung tidak mungkin selamat. Tuhan memberi jalan keluar, rahmatnya luas.
Misalnya kita berbuat dosa itu berbahaya, tapi jika kita mengeluh dengan dosa, itu
rahmat. Artinya Tuhan berkata jangan berbuat dosa, rasanya tak mungkin, tapi bila
berbuat dosa, kemudian mengeluh dengan dosa, itu rahmat.
Banyak hal yang dapat mendatangkan rahmat Tuhan, misalnya makan dengan orang
soleh, ulama yang beramal, itu rahmat, menolong orang , membaca shalawat, kedatangan
tetamu itu pun rahmat dan penghapusan dosa. Masuk syurga atas dasar rahmat, masuk
neraka karena keadilan Tuhan. Kalau kita ingin mengharapkan amal ibadah tidak mampu
untuk masuk syurga, sebab itu mesti mencari rahmat Tuhan, walaupun pekerjaan itu
kelihatan kecil.

8. RASA BERTUHAN PARA SAHABAT

Kalau kita lihat di zaman Rasulullah SAW, para sahabat rasa bertuhannya kuat, artinya
kemana pun pergi mereka membawa rasa bertuhan. Seolah-olah Tuhan berkata, di mana
engkau berada disitulah Aku berada, artinya Tuhan dihayati betul-betul dalam jiwanya.
Perasaan bertuhan itu kuat. Kalau rasa bertuhan itu kuat, maka akan terasa selalu diawasi
oleh Tuhan di mana pun dia berada.

Mereka memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan. Ibadah-ibadah yang fardhu
terutama shalat tidak terabai oleh kerja-kerja lain. Walaupun kerja dunia itu kadang-
kadang nampak besar dan sukses, tapi bagi orang beriman ketika datang panggilan
Tuhan, maka itulah yang utama. Bahkan bagi mereka, setengah jam sebelum waktu shalat
sudah mesti menyiapkan diri. Kalau tidak dapat, minimal 15 menit sebelum shalat.

Para sahabat Rasulullah SAW, disiplin shalatnya sangat kuat. Hal ini disebabkan
kekhusyukan dalam shalat dapat dibantu dengan datang awal ketika masuk waktu shalat.
Ketika itu kita bertafakur, berfikir tentang kebesaran tuhan dan mengingat dosa-dosa. Hal
itu sangat membantu untuk mendapatkan khusyuk dalam shalat. Coba bandingkan bila
ketika 10 menit lagi hendak shalat, kita makan dulu, lihat majalah dulu dll. Tentunya
kegiatan itu yang akan ada dalam ingatan kita ketika shalat. Sedangkan kejadian yang
telah 2 tahun lewat, tiba-tiba dapat teringat, apalagi yang 10 menit menjelang shalat.

Sebab itu sepatutnya 10 atau 15 menit atau setidak-tidaknya sewaktu azan kita sudah ada
di tempat shalat. Walaupun misalnya 10 atau 15 menit itu kita bukan di tempat shalat, tapi
mungkin di tempat kerja atau di dalam kamar, tapi kita sudah keadaan siap sedia untuk
menunaikan shalat. Ketika azan langsung menuju tempat shalat.

Kalaulah kita menjaga hak-hak Tuhan, terutama ibadah shalat, maka hubungan kita baik
dengan Tuhan. Nantinya kerja-kerja dunia akan menjadi mudah, sebab Tuhan yang akan
melakukannya untuk kita. Kalau kita bersusah-susah untuk amalan yang akan
menyelamatkan kita di akhirat, maka dengan dunia ini kita akan dimudah-mudahkan oleh
Tuhan.

Sebab itu perlu untuk selalu istiqamah dalam mengerjakan segala ibadah, terutama ibadah
yang fardhu. Kita mohon pada Tuhan untuk dapat selalu istiqamah. Bahkan itu lebih
utama daripada memohon keselamatan. Dengan istiqamah itulah kita akan mendapat
keselamatan. Sebab kalau kita kadangkala istiqamah, kalau Tuhan memberi kejayaan
bukan atas dasar kasih sayangNya(istidraj).

Istiqamah diawali dengan ibadah yang fardhu, kemudian barulah yang sunat, seperti
shalat sunat, puasa sunat, sedekah dll. Ibadah shalat sunat yang utama diistiqamahkan
adalah shalat malam. Ibadah itu meningkatkan derajat seorang hamba karena jatuh kasih
sayang Tuhan kepadanya.

Namun istiqamah bukanlah satu yang mudah. Istiqamah itu dapat dilakukan oleh orang
yang kuat disiplinkan diri. Sebagaimana Sayidatina Aisyah tidak pernah meninggalkan
amalan sedekah walaupun hanya dengan setengah biji kurma. Banyak sekali amalan yang
kita buat tidak istiqamah, seperti shalat, kadang dibuat tepat waktu, kadang tidak. Bahkan
lebih sering dibuat terlewat dari waktunya. Kadang puasa, kadangkala tidak. Padahal
kalau kita dapat membuat amal secara istiqamah, maka insya Allah kerja kita
dimudahkan oleh Tuhan.

Kadangkala kita beralasan tidak dapat istiqamah dalam beribadah, seperti shalat di awal
waktu ataupun shalat berjemaah disebabkan kesibukan kerja-kerja rumah tangga,
mengurus anak-anak dll. Memang begitulah kenyataan yang kita hadapi sehari-hari. Tapi
bila rasa bertuhan telah kuat tertanam dalam hati, sebagaimana kehidupan wanita di
zaman para sahabat, maka walaupun kehidupan mereka lebih susah, tapi dapat
pertahankan istiqamah.

Sebab bagi mereka kalau kita kita jaga hubungan dengan Tuhan, maka Tuhan akan
mudahkan segala urusan kita. Coba kita bayangkan kehidupan para wanita di zaman
Rasulullah SAW, untuk mendapatkan air wudhu mesti pergi dulu ke perigi di padang
pasir. Tapi mereka tetap dapat juga istiqamah sembahyang malam. Sebab itu pernah
Rasulullah bercerita pada para sahabat, nanti umatku dimudahkan oleh Allah dengan
bermacam-macam kemudahan, seolah-olah waktu itu Rasulullah nampak air pun ada di
dalam rumah.

Sahabat yang ketika itu mendengar merasa sedih. Seolah-olah sahabat berkata, mudah-
mudahan umat Rasulullah SAW di waktu itu kuat ibadah, sebab merasakan betapa
mereka susah untuk ibadah karena susah untuk mendapatkan air. Rasulullah SAW
berkata, oh tidak begitu, justru sekarang lebih baik. Seolah-olah Rasulullah SAW berkata
kemudahan itu lah yang melalaikan, kesusahan kamu itulah yang menjadikan kamu kuat
dan bersiap siaga.

Kalau kita sungguh-sungguh maka akan jatuh kasih sayang Tuhan. Walaupun kita letih
pada malam hari tapi tetap Tuhan bangunkan pukul 4 pagi untuk tetap istiqamah shalat
malam, walaupun hanya tidur selama 1 jam. Waktu itu Tuhan beri kemudahan, setelah
kita sungguh-sungguh mujahadah pada hari-hari sebelumnya sebagai suatu ujian.

Rasa bertuhan itu perlu dibawa kemana-mana. Walaupun sukar dan belum berjaya tapi
mesti dicoba. Tuhan nilai bukan karena ibadah, tapi usaha yang istiqamah, sehingga
datang rahmat Tuhan. Jika tak berjaya, mohon ampun dengan Tuhan. Tuhan tidak
berkata, siapa yang berjaya itu selamat, tapi siapa yang mencoba, kemudian tak berjaya
tapi rasa tersiksa, maka akan datanglah rahmat Allah kepadanya.
MENGENAL MALAIKAT

Wajib bagi setiap mukallaf mengenal malaikat-malaikat Allah secara tepat, mengenal
nama-namanya yang wajib diketahui, mengenal sifat-sifatnya serta mengenal tugas-
tugasnya. Pengenalan kita mesti dilandasi dengan ilmu yang memadai, dihayati, hingga
terasa di hati kita betapa Maha Kuasa Allah serta betapa maha sempurna dan maha hebat
pentadbiran Tuhan terhadap manusia dan alam semesta ciptaanNya.

Malaikat adalah makhluk halus, tidak berjirim seperti manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan dan benda-benda fisik. Dijadikan dari nur atau cahaya. Hakikat jasadnya,
Tuhan Maha Tahu. Dengan izin Tuhan mereka dapat merupakan dirinya seperti manusia
dan lain-lain.

Mereka tidak berjenis kelamin, tidak makan dan minum seperti kita, tidak tidur, tidak
pernah istirahat dari melaksanakan tugas-tugasnya, melainkan senantiasa taat setia
kepada Allah, tidak pernah berbuat dosa dan kesalahan walaupun sekecil-kecil kesalahan.

Firman Allah:
“Malaikat-malaikat itu tidak pernah durhaka kepada Tuhan dalam sekalian
perintahNya, mereka tetap mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka”
(Attahrim : 6).

Malaikat itu bilangannya banyak sekali. Setiap malaikat mempunyai tugas masing-
masing dari Tuhan. Ada diantara mereka yang rukuk sepanjang hidupnya. Ada yang sujud
saja. Ada juga yang sepanjang hidupnya menjaga arasy. Bahkan setiap kejadian, setiap
kerja-kerja Tuhan ada malaikat-malaikat yang diberi tugas untuk menunaikan dan
memeliharanya.

Ini bukan berarti Tuhan tidak kuasa untuk menjadikan dan memelihara segala sesuatu
tanpa malaikat. Tapi justru demikianlah diantara kehebatan dan kesempurnaan sistem
Tuhan. Segalanya sangat tersusun, sangat teratur. Bahkan segalanya bisa terjadi hanya
dengan berkata ‘jadilah’ maka terjadilah segala sesuatu.

Ada seribu satu tim Tuhan yang senantiasa taat setia kepadaNya yang disebut malaikat.
Mereka senantiasa siap sedia membantu orang-orang yang beriman. Adapun malaikat-
malaikat yang wajib kita kenali ada 10, mereka itu adalah sebagai berikut:

1. Malaikat Jibril, tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada nabi-nabi dan para
rasul. Terutama kepada Baginda Rasulullah SAW. Kadang-kadang Malaikat Jibril
itu datang menyerupai laki-laki yang gagah dan tampan dan ada kalanya para
sahabatpun mendengar dan menyaksikan ia berdialog dengan Baginda.

2. Malaikat Mikail, tugasnya dalam soal kesejahteraan manusia seperti mengantar


hujan, mengantar angin, soal kesuburan tanah dan kesuburan-kesuburan lainnya.
3. Malaikat Israfil, tugasnya dalam soal-soal yang berhubung kait dengan qiamat,
seperti meniup sangkakala tanda qiamat, meniup sangkakala tanda manusia
dibangkitkan di padang mahsyar dan lain-lain.

4. Malaikat Izrail, tugasnya adalah mencabut nyawa dan membawa nyawa itu
kemana mestinya.

5. Malaikat Munkar dan

6. Nakir, tugas kedua-duanya adalah menayai manusia yang sudah mati di alam
kubur. Datang dengan wajah yang seram dan menakutkan bagi orang-orang yang
mati membawa dosa dan hati yang tidak selamat. Dan sebaliknya wajah yang
mereka tampilkan akan sangat indah dan menyejukkan pada mereka yang matinya
husnul khatimah

7. Malaikat Rakib, tugasnya adalah menuliskan amalan baik manusia.

8. Malaikat Atid, tugasnya adalah mencatat amalan jahat manusia. Kedua-dua


malaikat rakib atid itu senantiasa mengiringi manusia dimana saja mereka berada
dan kemana sana mereka pergi. Malaikat rakib atid itu merupakan sekelompok
malaikat yang jumlahnya sebanding dengan jumlah manusia sepanjang zaman.

9. Malaikat Malik, tugasnya adalah menjaga Neraka dengan penampilan yang sangat
menakutkan dan mengerikan bagi para penghuni Neraka.

10. Malaikat Ridwan, tugasnya adalah menjaga Syurga dengan penampilan yang
sangat menyenangkan para penghuni Syurga.

Itulah sepuluh malaikat yang wajib kita mengenal dan meyakininya sungguh-sungguh
tanpa dicelahi keragu-raguan walaupun sedikit. Bukan hanya difikiran tetapi sampai
terasa kewujudannya dihati. Sampai kita dapat membaca salam kepada mereka dan
berkomunikasi dengan mereka.

Untuk itu tentu kita tidak cukup hanya berlajar ilmu tauhid berkenaan dengan malaikat
itu, tetapi mesti kita senantiasa bertafakkur, mujahadah, menghayati ibadah dan berdoa
selalu, memohon kepada Allah agar kita diberi keyakinan yang sempurna kepada Allah
dan apa-apa yang Tuhan perintahkan kepada kita untuk meyakininya. Dengan itu mudah-
mudahan subur rasa bertuhan dan rasa kehambaan di hati kita, hingga benar-benar bersih
hati kita, hijab dibukakan oleh Allah dan tidak ada batas lagi antara kita dengan malaikat.
MENGENAL KITAB-KITAB SUCI

Wajib kita meyakini bahwa dengan kasih sayangNya, Allah SWT menurunkan kitab-kitab
suci untuk panduan hidup manusia lahiriah dan batiniah secara lengkap dan menyeluruh
yang sesuai untuk sepanjang zaman. Kitab-kitab suci itu Allah turunkan secara
berangsur-angsur hingga diturunkannya kitab suci Al Quran sebagai kitab penutup,
membenarkan dan menyempurnakan kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya.
Diturunkan kepada manusia melalui utusan-utusanNya atau para Rasul ‘Alaihimussolatu
wassalam.

Al Quran adalah kalamullah atau kumpulan firman-firman Tuhan Yang Maha Suci, yang
hakikatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, tidak tersusun dari huruf-huruf
dan tidak terdiri dari lafadz-lafadz dan kalimat-kalimat. Kita dapat memahami dan
mengamalkan firman Tuhan itu melalui bahasa rasul-rasulNya. Maha Suci dan Maha
Besar Tuhan. FirmanNya tidak serupa dengan perkataan manusia. KebesaranNya dapat
difahami dan dirasakan melalui firman-firmannya yang termaktub dalam kitab suciNya
terutama Al Quran.

Kitab suci Al Quran, kebesarannya dikagumi dan ditakjubi. Bahasanya mudah tetapi
Indah. Susunan ayatnya bukan syair, bukan sajak dan bukan gurindam, bukan novel dan
bukan cerpen. Ada cerita membawa berita, bukan falsafah tetapi di dalamnya ada
falsafah, ada hukum ada panduan, ada perintah ada tegahan, ada hiburan ada ingatan.
Dalam cerita ada hukum. Dalam hukum ada cerita, ada perbandingan ada perumpamaan.
Di dalamnya membuka segala rahasia akhiratnya, dunianya, jasmaninya, rohaninya,
mukminnya, kafirnya, munafiknya, watak-watak manusia, malaikat dan jinnya.
Peristiwanya ada yang sudah terjadi dan akan terjadi. Ramalannya berlaku. Sebab bukan
ramalan para normal atau para pakar, tapi jadwal Tuhan ke depan yang diberitahukan
kepada rasulNya untuk panduan. Janjinya pasti terjadi, mustahil Allah ingkar janji. Ada
ilmu di dalam ilmu, hikmahnya di dalamnya hikmah. Bahasanya mudah tetapi sukar
ditiru.

Membacanya tidak jemu, menatapinya menimbulkan kekuatan jiwa, mengobati hati dan
menajamkan mental. Petunjuknya adalah kedamaian, keselamatan, keharmonian,
membersihkan kemungkaran, penzaliman dan penindasan. Hukumannya berhikmah.
Mengamalkannya melahirkan tamadun dan kebudayaan. Bahasanya, susunannya, isinya
dikagumi oleh ahli bahasa, ditakjubi oleh para sastrawan, dianggap pelik oleh failasuf,
dianggap sihir di zaman jahiliyah, mencabar cerdik pandai. Mereka tercabar tidak dapat
mencabar. Menceduk mutiaranya tidak habis-habis. Tidak dapat diubah, dibuang dan
ditambah. Telah terbukti beberapa kali dicoba oleh musuhnya, dikesan juga akhirnya.
Pusaka abadi, mukjizat Nabi, Sayidul Anbiya wal Mursalin, wakhotamun nabiyyin.

Diwaktu ini telah muncul mujtahid-mujtahid baru, mentafsir Quran mengikut nafsu atau
mengikut fikiran secara sekular. Dengan sombongnya dan mendabik dada timbullah
pendapat-pendapat yang berbahaya, bak racun yang diluarnya gula.
Mentafsirkan Quran memerlukan ilmu yang banyak, mengikut kaedah nahwu, sarafnya,
faham hadits dan mustalahanya, mahir balaghah dan kawaid-kawaidnya, faham usul tafsir
dan usul feqah. Kalau tidak, tafsiran-tafsiran itu pasti salah. Paling kurang mesti tahu
mujmal dan mubayannya serta mutlak, mukaiyadnya tidak boleh tinggal, arif tentang ‘am
dan khasnya, agar Quran dapat difaham dengan tepat. Asbabunnuzul juga difaham.
Nasikh mansukh diambil kira, agar Quran jangan disalah faham. Baru boleh
mengeluarkan hukum-hakam seperti ulama-ulama zaman silam. Bahkan ada ilmu-ilmu
yang lain mesti diketahui yang tidak perlu disebut disini.

Jika ilmu-ilmu tersebut tidak menjadi pengukurnya sudah tentu mentafsirkan Quran
dengan fikirannya. Nabi telah berpesan kepada kita, siapa mentafsirkan Quran dengan
fikirannya, neraka jahannam disediakan baginya sebagai tempat kembalinya.

Kitab suci yang wajib diketahui dan diyakini ada 4, yaitu:


1. Kitab Suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihissalam.
2. Kitab Suci Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud Alaihissalam.
3. Kitab Suci Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa Alaihissalam
4. Kitab Suci Al Quran yang diturunkan kepada Baginda Rasulullah saw.

Semua kitab suci itu dari Tuhan dan isinya semuanya benar, tidak boleh ada sedikitpun
keraguan terhadapnya. Hanya kitab taurat dan injil yang ada ditangan penganut-
penganutnya sekarang ini yang tidak lagi menurut yang aslinya, sudah banyak dirubah
oleh pendeta-pendetanya dulu, sehingga tidak dapat lagi dipercaya isinya, demikian
keyakinan ummat Islam.

Tuhan menerangkan hal ini di dalam Al-Quran dengan firmanNya yang bermaksud:
“Sebagian orang-orang yahudi merobah-robah kitab sucinya dari keadaan yang asli”.
(Annisa : 46).

Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan kepada penghulu dan penutup sekalian nabi
dan rasul. Syariat yang terkandung di dalamnya benar, tidak ada keraguan dan telah
sempurna. Tidak ada satu perkarapun yang kurang, yang tidak ada dasar dan sumber
rujukannya di dalam Al Quran.

Oleh karena itu cukuplah bagi kita Al Quran untuk menjadi dasar dan sumber rujukan
dalam segala aspek kehidupan. Kitab-kitab sebelumnya, sekalipun wajib kita
meyakininya tetapi untuk menjadi pegangan hidup atau cara hidup semuanya (syariat
yang terkandung di dalamnya) mansukh (terbatal) dengan datangnya Al Quran. Al Quran
membenarkan, meluruskan dan menyempurnakan isi kandungan kitab-kitab sebelumnya.

Bagaimana sikap manusia terhadap Kitab-kitab suci itu?

Ada 7 golongan manusia dikaitkan dengan kitab-kitab suci yang merupakan


implementasi dari keyakinan mereka terhadap keduanya:
1. Orang yang betul-betul mempelajarinya hingga benar-benar pakar dengannya.
Mereka yakin dengannya dan menjadikannya sebagai amalan hidup, landasan
perjuangan dan sumber rujukan dalam segala persoalan.

2. Golongan yang serius mendalami kitab-kitab suci itu hingga menjadi pakar.
Mereka juga yakin dengannya dan menjadikannya sebagai sumber rujukan dalam
setiap persoalan. Mereka berani berkata benar walaupun pahit. Hanya mereka
tidak ada kekuatan untuk mengamalkan segala ilmu dan keyakinannya. Mereka
gagal melaksanakan sepenuhnya cara hidup dan peratura-peraturan yang
terkandung di dalamnya. Akhlak mereka tidak seindah akhlak orang beragama
yang sungguh indah itu. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki iman yang kuat
untuk menentang hawa nafsu.

3. Golongan yang memperkatakan tentang kitab-kitab itu, karena mereka


mempelajarinya secara umum. Mereka yakin dengan kebenaran kitab-kitab itu
dan menjadikannya sebagai tempat rujuk. Tapi mereka ini orang yang ada
kepentingan. Agama bukan keutamaan dalam hidup mereka. Mereka tidak minat
dengan cara hidup beragama. Ilmu agama hanya untuk mental exercise.

4. Golongan orang yang tidak yakin dengan kitab-kitab suci itu, tetapi mereka minat
mendalami kitab-kitab tersebut karena cinta ilmu untuk dijadikan latihan mental
semata-mata atau ada tujuan lain, bukan untuk dijadikan pegangan hidup atau
rujukan hidup atau rujukan dalam kegiatan hidup harian. Hanya bila
menguntungkan baru ilmu itu dipakai. Inilah golongan munafik.

5. Umat beragama yang membaca kitab-kitab suci itu tetapi tidak faham. Mereka
mengaku mengamalkan isi kitab-kitab itu tetapi tidak mempelajarinya secara
mendalam. Amalan mereka hanya diambil dari kitab-kitab ulama. Mereka
bersangka baik dengan ulama. Mereka yakin ulama yang menjadi ikutannya itu
merujuk kepada kitab-kitab suci itu. Mereka bersungguh-sungguh mengamalkan
ajaran agamanya yang dipelajari dari ulama itu. Mereka tidak mampu
mengeluarkan dalil atas nas dari kitab-kitab suci. Mereka disebut muqallidin.

6. Golongan beragama yang mendengar tentang kitab-kitab suci hanya dari jauh.
Mereka ini bersandar dengan ulama pun tidak, jauh sekali merujuk kepada kitab-
kitab itu. Namun mereka mengaku bahwa agama yang mereka amalkan
dirujukkan kepada kitab-kitab suci. Agama mereka adalah agama keturunan,
yang mengamalkan ajaran agamanya atas dasar tradisi kaumnya. Ilmu agamanya
sangat sedikit, yang asasnyapun tidak selesai. Amalan dibuat hanya ikut-ikutan
saja, tidak tahu mengapa dan dari mana rujukannya. Mereka adalah golongan
orang jahil.

7. Golongan orang yang hanya mengkaji ilmu di dalam kitab-kitab suci. Akan tetapi
mereka sendiri tidak meyakini itu sebagai wahyu dari Tuhan.
Diantara langkah-langkah untuk mendapatkan keyakinan yang kuat dan mendalam
terhadap kitab-kitab suci ini, khususnya yang terakhir yaitu Al Quran dan beramal
dengannya hingga Al Quran menjadi cara hidup dalam setiap aspek kehidupan antara
lain adalah dengan:

1. Mencari guru yang mempraktikkan Al Quran. Kalau zaman Baginda Rasulullah


SAW, peribadinya sendirilah Al Quran bergerak, yang dalam tindak-tanduk
sehari-harinya mengikut Al Quran dan Hadits.

2. Perlu mencari sekolah yang dapat membawa kita makin berilmu makin dekat dan
makin takut dengan Allah.

3. Berguru dengan orang yang hidup matinya untuk melaksakan Al Quran dan dapat
membawa kita menuju Allah.
MENGENAL PARA RASUL

Firman Allah:
“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutlah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kamu’.”
(Ali Imran : 31)

Dari ayat di atas kita dapat faham bahwa jalan untuk mencintai Allah mesti mentaati
Baginda Rasulullah, dan untuk mentaatinya mesti kita mengenal serta mencintainya. Tak
kenal maka tak cinta. Tiada cinta susah kita untuk mentaatinya, bahkan akan menderita.
Oleh karena itu kita mesti mengenal dan mencintai para rasul terutama Baginda
Rasulullah saw.

Kita mesti mengenal peribadinya lahir dan batin. Kita mesti memahami dan
melaksanakan sunnah-sunnahnya dalam setiap apek kehidupan. Selain itu kita juga mesti
memperjuangkanya agar syariat dan sunnahnya menjadi cara hidup kita dan masyarakat
sekitar kita.

Firman Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu
ikuti” (Al Ahzab : 21)

Rasulullah datang ke tengah-tengah masyarakat manusia untuk dicontoh, untuk diikut


dan diteladani. Maka wajib kita yakin dan mentaatinya. Padanya ada aqidah yang tepat
dan sempurna, ada akhlak mulia yang amat indahnya, ada cara hidup yang berlandaskan
syariat yang agung dan sesuai fitrah.

Untuk kita mencintainya dan mentaatinya serta taat kepada Allah dengan sepenuh hati,
marilah kita mengenalnya. Mudah-mudahan Allah bantu dan pimpin kita agar sampai
kepada Nya.

1. Nama-Nama Rasul Yang Wajib Diketahui

Nabi dan rasul jumlahnya banyak sekali sampai 124.000 orang, dan rasul-rasul itu ada
313 atau 315 orang. Nabi yang pertama sekaligus merupakan manusia yang pertama yang
Tuhan utus ke muka bumi adalah Nabi Adam. Nabi penutup, penghulu sekalian nabi dan
para rasul adalah Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sesudah Baginda, tidak ada lagi
nabi dan rasul. Baginda adalah rasul bungsu untuk ummat akhir zaman.

Nabi-nabi dan rasul-rasul yang wajib diketahui adalah 25 orang, yaitu seperti yang
tersebut di dalam Al Quran sebagai berikut:
1. Nabi Adam ‘Alaihissalam
2. Nabi Idris ‘Alaihissalam
3. Nabi Nuh ‘Alaihissalam
4. Nabi Hud ‘Alaihissalam
5. Nabi Shaleh ‘Alaihissalam
6. Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
7. Nabi Luth ‘Alaihissalam
8. Nabi Ism’ail ‘Alaihissalam
9. Nabi Ishaq ‘Alaihissalam
10. Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam
11. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
12. Nabi Ayub ‘Alaihissalam
13. Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam
14. Nabi Musa ‘Alaihissalam
15. Nabi Harun ‘Alaihissalam
16. Nabi Zulkifli ‘Alaihissalam
17. Nabi Daud ‘Alaihissalam
18. Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam
19. Nabi Ilyas ‘Alaihissalam
20. Nabi Ilyasa ‘Alaihissalam
21. Nabi Yunus ‘Alaihissalam
22. Nabi Zakaria ‘Alaihissalam
23. Nabi Yahya ‘Alaihissalam
24. Nabi Isa ‘Alaihissalam
25. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Hanya 25 nabi/rasul itulah yang wajib kita ketahui secara rinci dan kita percayai adanya
serta kebenarannya. Yang lainnya cukup diyakini adanya.

Diantara mereka dipililih 5 rasul Ulul ‘Azmi, karena kesabaran mereka yang luar biasa
yaitu:
1. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
2. Rasulullah Ibarahim ‘Alaihissalam
3. Rasulullah Musa ‘Alaihissalam
4. Rasulullah Isa ‘Alaihissalam
5. Rasulullah Nuh ‘Alaihissalam

Firman Allah:
“Dan beberapa rasul yang dahulu ada yang kami ceritakan kepadamu (Hai Muhammad)
dan ada pula rasul-rasul yang tidak kami ceritakan padamu”.
Annisa : 164)

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa ada rasul-rasul yang dikabarkan dalam Al Quran
dan ada pula yang tidak dikabarkan. Yang wajib dikenal secara terperinci adalah 25
nabi/rasul yang namanya tersebut dalam Al Quran. Yang lain cukup diyakini saja adanya.
Dalam ayat ini dapat dipetik pengetahuan bahwa yang dikabarkan namanya dalam Al
Quran, itu semuanya selain nabi, juga rasul. Karena dalam ayat ini dikatakan ‘rasul-
rasul’. Fatwa yang mengatakan Adam bukan rasul, Zulkifli bukan rasul, Ilyasa bukan
rasul tidak perlu dihiraukan, karena bertentangan dengan ayat tersebut. Jadi 25 nabi yang
wajib diketahui itu semuanya juga rasul.

2. Sifat-Sifat Rasul

Rasul-rasul itu adalah manusia pilihan Tuhan. Mereka manusia seperti kita yang
menerima wahyu dari Tuhan dan memiliki sifat-sifat kerasulan. Ini yang membedakan
para rasul dengan manusia biasa. Mereka memiliki sifat-sifat yang wajib bagi mereka
yang wajib kita ketahui dan kita yakini. Selain itu ada sifat-sifat yang mustahi bagi
mereka dan ada satu sifat yang harus (jaiz).

Sifat-sifat yang wajib bagi para rasul adalah sebagai berikut:


1. Siddik (benar), mustahil pendusta.
2. Amanah (dipercaya), mustahil khianat.
3. Tabligh (menyampaikan), mustahi menyembunyikan
4. Fathanah (bijak) mustahil dungu.

Wajib bagi para rasul bersifat siddiq artinya benar (QS Maryam : 41), yakni mesti benar
dalam perkataan dan perbuatannya, benar dalam hukum-hukum yang disampaikan
kepada ummatnya dan benar dalam perjuangannya. Karena mereka adalah orang-orang
pilihan Tuhan yang diangkat menjadi RasulNya. Mustahil Tuhan memilih orang-orang
pembohong manjadi rasulNya.

Wajib bagi para rasul bersifat amanah artinya dipercaya (QS Maryam : 41), mustahil
bersifat khianat yang perkataan dan perbuatannya tidak dipercaya. Dalam sifat amanah
ini termasuklah sifat maksum, yakni terpelihara dari dosa. Rasul-rasul tidak membuat
dosa sama sekali.

Wajib bagi para rasul bersifat tabligh artinya menyampaikan wahyu (QS Maryam : 41),
karena tugasnya menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Tuhan kepada
ummatnya, mustahil mereka menyembunyikan wahyu itu.

Wajib bagi para rasul bersifat fathonah artinya cerdik dan bijaksana (QS Maryam : 41)
mustahil para rasul itu orang-orang yang dungu, karena kalau dungu mereka tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya.

Para rasul itu adalah orang yang paling pintar di zamannya. Di dalam bahasa Arab untuk
kata pintar digunakan istilah Dzakiy. Tidak ada seorang manusiapun yang lebih pintar
daripada mereka atau yang dapat mengatasi kekuatan akal mereka di waktu itu.

Walaupun begitu, mereka tidak menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekuatan


akal mereka. Akan tetapi mereka menggunakan panduan yang datang dari Allah. Oleh
karena itu mereka dikatakan memilki sifat fathonah, bukan dzakiy. Artinya lebih
mendahulukan wahyu daripada akal mereka.
Adapun sifat yang jaiz bagi para rasul ialah sifat-sifat kemanusiaan yang tidak
merendahkan derajat kerasulannya. Umpamanya makan minum, tidur, kawin, bergaul
dalam masyarakat, menjadi imam dalam shalat, menjadi jenderal dalam peperangan dan
lain-lain sebagainya.

3. Mari Mengenal Baginda Rasulullah SAW.

Apakah kita benar-benar mengenal Nabi Muhammad SAW, yaitu mengenal secara lahir
dan batin, jasmani, maknawi dan rohaninya? Atau kita hanya mengenal secara lahirnya
saja, tidak lebih dari itu? Atau mengenal secara rambang saja?

Sebenarnya kalau manusia mengenal peribadi Nabi Muhammad SAW secara lahir dan
batin, jasmani, rohaniahnya, pasti manusia jatuh hati kepadanya. Kita akan cinta,
menyebut selalu namanya, melalui selawat dan ingatan terhadapnya. Kita akan terasa
terhutang budi kepadanya, karena kedatangannya dan jasanya kepada dunia.

Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW seorang manusia yang istimewa, luar biasa
yang tiada taranya. Dia adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah Taala. Mari kita
bercerita tentangnya secara ringkas agar kita mengenal Nabi kita sendiri, siapa dia yang
sebenarnya?

Dia adalah Sayiduna Muhammad bin Abdullah, ibunya Aminah. Bangsa Quraisy dari
Bani Hasyim. Nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim. Dia adalah anak yatim piatu.
Seorang anak yang tidak pernah dapat bermanja dengan ibu bapaknya seperti orang lain.
Dia lahir dari keluarga yang miskin dan dipelihara oleh keluarga yang miskin.

Dia adalah makhluk yang pertama dan utama yang paling dicintai oleh Tuhan. Iaitu yang
diberi nama Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad itulah seluruh yang ada dicipta dan
diwujudkan. Syurga, Neraka, dunia, Akhirat, para malaikat, Arasy, Kursi, Syirat,
manusia, jin, haiwan, jamadat dan lain-lainnya, kalau bukan karena Nabi Muhammad
SAW, tidak akan diwujudkan.

Kalau begitu, rupanya Nabi kita membawa rahmat lahir dan batin kepada semua makhluk
Tuhan. Dia adalah makhluk yang awal wujud nisbah roh, yang akhir nisbah jasad
dikalangan para nabi. Dia adalah satu-satunya Nabi yang diisrakkan dan dimikrajkan.
Mukanya laksana bulan purnama karena cahayanya yang terang.

Dia hamba Allah yang paling bertaqwa dan paling takut dengan Tuhan. Karena itulah dia
dipanggil Habibullah oleh Allah, ketua seluruh para rasul dan para anbiya, penghulu
seluruh orang yang bertaqwa, imam seluruh manusia. Syariatnya untuk seluruh jin dan
manusia dan penutup seluruh syariat. Orang yang memberi syafaatul kubra di Akhirat dan
orang yang pertama masuk Syurga.

Al Quran kitab yang diturunkan kepadanya paling lengkap. Merupakan mukjizatnya yang
kekal dan paling agung. Tiada siapa yang dapat menirunya. Dia memiliki ilmu dunia dan
Akhirat, sekalipun dia tidak bisa menulis dan membaca. Nabi kita mempunyai akhlak
yang paling mulia yang tiada taranya. Bahkan lebih mulia daripada para malaikat.
Terutama kasih sayangnya kepada manusia begitu yata sekali. Tawadhuknya atau
merendah diri, pakaian peribadinya. Karena itulah dia sanggup duduk, makan, minum,
tidur, baring dengan fakirmiskin, menziarahi orang sakit dan mengiringi jenazah. Tiada
seorang pun yang melihat mukanya melainkan jatuh cinta kepadanya. Bahkan macam
orang mabuk tidak bisa melupakannya. Sangat kasih dan simpati dengan fakir miskin,
anak-anak yatim dan janda-janda. Pemurahnya laksana angin kencang yang sangat
lajunya. Orang yang bergaul dengannya macam-macam dapat dirasa.

Adakalanya laksana ibu dan ayah, adakalanya macam kawan yang membela dan setia,
adakalanya dirasakan guru, adakalanya bagaikan pemimpin, dan adakalanya juga
bagaikan ketua tentara. Setiap orang yang semajlis dengannya merasakan dapat
layanannya yang memuaskan darinya. Karena akhlaknya yang tinggi, dia dapat pujian
daripada Tuhannya. Keberaniannya luar biasa. Dia sanggup lewat di hadapan musuh-
musuhnya seorang diri, tidak sedikit pun takut dengan raja-raja. Setiap orang yang
meminta, tidak pernah dikecewakan, sekalipun terpaksa berhutang dengan manusia.

Ibadahnya banyak sekali, terutama shalat hingga bengkak-bengkak kakinya karena begitu
lama berdiri di hadapan Tuhannya. Tidak pernah mendoakan musuh-musuhnya dengan
kejahatan. Sangat suka meminta maaf dan memberi maaf kepada sesiapa saja. Dia
membalas kejahatan orang dengan kebaikan, satu perbuatan yang luarbiasa. Tidak pernah
menghina, mencaci dan merendah-rendahkan orang lain. Sangat pemalu dan merendah
diri. Sangat menerima keudzuran orang. Sangat tahan menerima ujian yang berbagai-
bagai keadaan dan bermacam-macam bentuknya. Karena itulah dia dapat menjadi ketua
Ulul Azmi dari keseluruhan para rasul ‘alaihimusshalatu wasallam. Dia suka kepada
seseorang karena Allah dan murka juga karena Allah.

Hatinya begitu jaga, matanya saja yang tidur tapi hatinya tidak tidur. Karena itulah dia
tidur tidak membatalkan wudhuknya. Di dalam hidupnya 74 kali berlaku peperangan 27
kali dia ikut sama atau ikut serta, tapi pelik, dia tidak pernah membunuh musuh-
musuhnya walaupun seorang. Anak-anak didikannya, itulah dia para Sahabat hingga dia
berkata: “Sahabat-Sahabatku laksana bintang-bintang di langit, yang mana satu yang
kamu ikut, kamu akan mendapat petunjuk. Para ulama umatku, laksana para-para nabi
Bani Israil”. Julukan ini tidak didapati oleh umat-umat nabi sebelumnya.

Karena menegakkan kebenaran, pernah dilemparkan dengan najis, dilempar dengan batu
hingga berdarah, dibuang daerah selama tiga tahun, dikepung hendak dibunuh, berhijrah
meninggalkan tanah air dan mendapat berbagai-bagai kesusahan dan penderitaan.

Kemuliaannya di sisi Allah Taala begitu ketara dan nyata, iaitu namanya digandengkan
dengan nama Tuhannya, yaitu di dalam dua kalimah syahadah. Bahkan tidak sah Islam
seseorang kalau tidak diucapkan namanya bersama dengan nama Tuhannya. Doa yang
hendak dikabulkan, di awal dan akhirnya hendaklah menyebut namanya. Doanya sangat
makbul, bahkan siapa yang berdoa, bertawasul dengannya lebih diterima doanya. Siapa
yang banyak berselawat dengannya, diberi syafaat di Akhirat. Siapa yang selalu
menyebut namanya diturunkan rahmat dan berkat.

Mukjizat-mukjizatnya yang begitu banyak menunjukkan kebenarannya. Tertulis di


belikatnya khatamun nubuwwah. Peluhnya bak mutiara, wanginya lebih wangi daripada
kasturi. Orang tidak dapat menentang matanya karena kehebatannya yang amat nyata di
wajahnya. Terutama musuh-musuhnya, pasti menundukkan pandangannya bila bertatap
pandang dengannya. Banyak perkara-perkara ghaib yang dibuka oleh Allah Taala
kepadanya, sehingga sebagian perkara-perkara yang belum terjadi, seperti peristiwa akhir
zaman dapat diceritakannya.

Begitu kuat tawakalnya kepada Allah Taala hingga makanan yang berlebih tidak
disimpan di malamnya, bahkan diberikan kepada yang berhak. Apabila dia buang air,
tidak ada kesannya selepas membuangnya. Lalat tidak pernah hinggap pada badannya.
Kalau dia berpaling, dia berpaling dengan seluruh badannya. Tidak pernah makan
seorang diri melainkan berkawan. Tidak pernah mencerca makanan. Kalau dia tidak suka,
dia tidak makan makanan itu. Sangat menghormati dan memuliakan tetamunya. Begitu
menjaga hak-hak jirannya sekalipun orang kafir. Lebih mengutamakan orang lain
daripada dirinya sendiri. Tidak pernah melaknat, sekalipun terhadap binatang.

Apa yang diperkatakannya, ibarat mutiara. Karena itulah sangat mempengaruhi orang
yang mendengarnya. Didikan dan pimpinannya sangat berjaya. Di antara kesan didikan
dan pimpinannya yang telah berlaku yang telah dicatat dalam sejarah, dapat melahirkan
manusia yang sangat mencintai dan menakuti Allah Taala. Bahkan Tuhan dijadikan idola
mereka. Dapat menyatupadukan manusia yang berbagai-bagai etnik, puak, kaum, bangsa
dan yang berlainan warna kulit, bahasa dan budaya. Bahkan dapat menanamkan kasih
sayang satu sama lain di kalangan manusia. Melahirkan manusia yang begitu taat dan
patuh kepada syariat Tuhannya. Berjaya melahirkan manusia yang tinggi akhlak dan
moralnya. Mampu menjadikan dunia bersih daripada noda dan dosa. Berjaya menjadikan
setiap orang rasa berpuas hati di bawah naungan pimpinannya, sekalipun yang bukan
Islam. Mereka merasakan dia adalah pelindung dan penyelamat kepada seluruh makhluk,
sekalipun binatang.

Itulah dia Muhammad Rasulullah SAW. Itulah dia nabi kita, manusia luar biasa, yang
istimewa, yang kejadian dan akhlaknya paling sempurna, tidak ada tandingannya. Baru
sedikit saja kita ceritakan tentangnya, sudah mengagumkan kita. Apakah peribadi yang
semacam ini kita tidak jatuh hati kepadanya? Apakah manusia seumpama ini kita bisa
melupakan begitu saja? Apakah kita tidak terasa, dia adalah manusia yang begitu berjasa
kepada seluruh manusia? Apakah kita tidak terasa terhutang budi kepadanya? Bahkan
patut bersyukur kepadanya sepanjang masa. Bolehkah kita samakan dia dengan
pemimpin-pemimpin yang lain di dunia? Jauh panggang dari api, macam langit dengan
bumi.

Lantaran itulah, orang yang benar-benar mengenal Nabinya bersama Tuhannya, sanggup
mati karenanya. Patut sangatlah dia menjadi idola dan ikutan kita, agar kita menjadi satu
bangsa yang bertuhan, merdeka, bersatu, berakhlak mulia, bertamadun, berkasih sayang,
bertolong bantu, berharmoni, bermaruah, bersih dari noda dan dosa. Allah dan Akhirat
menjadi matlamat hidup kita.

4. Mukjizat

Mukjizat ialah hal-hal kejadian-kejadian yang berlaku, yang Allah kurniakan kepada
rasul-rasul atau nabi-nabi yang menyalahi adat (khawariqul ‘adah) atau ia berlaku di luar
logika. Tujuannya untuk kemuliaan dan kebenaran di pihak para rasul dan juga untuk
melemahkan musuh-musuhnya.

Mukjizat itu terbagi kepada dua bentuk yaitu:


1. Mukjizat lahir
2. Mukjizat batin (maknawi)

1. Mukjizat Lahir

Ia adalah perkara yang menyalahi adat yang berlaku pada seorang nabi atau rasul, yang
dapat dilihat dengan mata lahir. Antara contohnya, tongkat dicampak berubah menjadi
ular, manusia atau binatang mati dapat dihidupkan kembali, penyakit kusta dan sopak
dapat disembuhkan, mata yang buta dapat disembuhkan, air yang sedikit dapat diminum
oleh ratusan orang, dibakar tidak hangus, tongkat dipukulkan kepadda batu
mengahasilkan pancrutan air, bulan terbelah dua, tongkat dapat membelah lautan dan lain
sabagainya.

2. Mukjizat batin (maknawi)

Mukjizat ini hanya pada maknanya saja, tidak pada rupa. Terasa adanya dan dapat dinilai
dengan mata hati (basyirah) saja. Tidak dapat dilihat oleh mata lahir. Antara contohnya,
wahyu-wahyu yang disampaikan kepada nabi dan rasu yang mengandungi bermacam-
macam ilmu dan hukum-hukum tanpa melalui belajar seperti manusia biasa, ia tidak
dapat dilihat oleh mata kecuali setelah ditulis. Mukjizat batin lainnya, dapat tundukan
nafsu tanpa mujahadah, Allah kurniakan bersih dari dosa dan kesaslahan, hati tidak
terpaut dengan dunia, kelezatan dan keindahannya, mendapat tarbiyah dan ilmu terus dari
Allah atau mendapat wahyu, manusia jatuh hati dan cinta luar biasa kepadanya, musuh
merasa gerun dengan kehebatannya, sangat sabar dengan ujian-ujian dari kaumnya,
azamnya terlalu kuat, hati terlalu teguh, cintanya dengan Allah terlalu tinggi dan lain-lain.

Mukjizat itu bukan diberi mengikut kehendak nabi dan rasul itu sendiri. Tapi dicatu
sesuai dengan hal semasa serta keperluan nabi dan rasul itu. Tidak boleh dipelajari tetapi
hadiah atau mauhibah atau wahbiyah dari Allah. Dalam sejarah para nabi diberi mukjizat
yang berbeda antara seorang nabi dengan yang lainnya. Kebiasaannya mereka diberi
mukjizat di kedua peringkat, kalau seorang nabi, artinya dia bukan seorang pemimpin,
yakni bukan untuk masyarakat. Maka Allah beri mukjizat sesuai bengan wataknya
sebagai seorang abid. Mungkin mukjizat lahir atau batin yang diberikan itu sesuai dengan
keperluannya.
Tapi seorang rasul ia adalah pemimpin ummatnya, maka Allah kurniakan mukjizat lahir
dan batin sesuai dengan keperluannya berhadapan dengan umat yang dipimpinnya.
Rasul-rasul yang paling banyak mendapat mukjizat ialah rasul-rasul ulul’azmi, karena
mereka ini paling tahan, paling sabar berhadapan dengan ujian-ujian berat dari karenah
kaumnya.

Pemberian mukjizat pada nabi dan rasul ini juga tidak sama, karena keperluan merka juga
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mukjizat nabi musa tidak sama dengan
mukjizat nabi Khaidir. Padahal nabi Musa as itu darjatnya lebih tinggi daripada nabi
khaidir as, karena ia adalah sorang ulul’azmi. Sedangkan nabi Khaidir hanya nabi saja,
bukan rasul. Sesetengah ulama masih mempertikaikan tentang kenabian nabi Khaidir.
Ada yang menganggap beliau hanya seorang sholeh yang bertaraf wali saja, bukan rasul.
Antara mereka berdua di satu ketika, nabi Khaidir diberi mukjizat maknawiyah (batin).
Walhal di waktu itu, tidak diberi kepada nabi Musa. Tiga hari saja mereka berkawan.
Sedangkan sebelum itu nabi Khaidir sudah mengingatkan nabi musa: “Kau takkan
sanggup ikut aku, kau takkan tahan sabar”.
MENGENAL HARI AKHIRAT

Hari Akhirat (yaumul qiyamat), baik kita suka ataupun tidak pasti terjadi (Albaqarah :
177). Ia berawal dari kematian seluruh manusia, di sa’at malaikat Israfil meniupkan angin
sejuk, maka setiap manusia yang masih ada iman dihatinya mati seluruhnya. Maka yang
tiggal adalah orang-orang yang ingkar dan senantiasa membuat dosa dan kelalaian hingga
tidak ada seorangpun di muka bumi yang masih menyebut nama Allah. Setelah itu, ketika
malaikat Israfi meniup sangkakala yang pertama, berlakulah qiamat qubra atau qiamat
yang besar dimana bumi, langit dan seluruh isinya dihancurkan. Satu peristiwa yang
sangat mengerikan, sangat dahsyat, tak dapat digambarkan.

Di akhirat sana hanya ada dua tempat kembali, yaitu Neraka dan Syrga. Setelah manusia
seluruhnya dimatikan, demikian juga bumi langit dan seluruh isinya dihancurkan,
kemudian malaikat Israfil meniup sangkakala yang kedua, maka manusia seluruhnya
dihidupkan kembali. Mereka diberi jasad lagi dengan bentuk rupa yang bermacam-
macam sesuai dengan kualitas hati masing-masing, kesan dari amal ibadah mereka sediri
selama hidup di dunia.

Kemudian mereka dikumpulkan di padang mahsyar. Diriwayatkan bahwasanya manusia


yang hidup sepanjang zaman sejak zaman nabi Adam as hingga qiamat, dibariskan
menjadi 120 barisan. Hanya sebagian kecil dari mereka, yaitu 3 baris yang kembali
menghadap Allah dengan membawa iman. Diantara mereka ada yang langsung
dimasukkan ke dalam syurga tanpa hisab, ada yang dimasukkan ke dalam syurga setelah
melalui masa hisab serta melewati titian syiratul mustaqim dan sebagian yang lainnya ada
yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam Neraka, baru selepas itu diangkat dan
dimasukkan ke dalam syurga. Sebagian besarnya adalah manusia yang mati tidak
membawa iman (117 barisan) dimasukkan ke dalam neraka, dan mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya.

Syurga, Neraka dan seluruh isinya termasuk penghuni-penghuninya dikekalkan oleh


Allah. Tidak ada batas akhir wujudnya. Sekalipun sebenarnya Allah berkuasa
memusnahkan semuanya. Tentu ada hikmah yang banyak dibalik segala kejadian yang
Allah tetapkan. Tidak ada sesuatu yang Allah jadikan sia-sia, walau sekecil apapun.

Berkaitan dengan hari akhirat, ada beberapa perkara yang wajib kita ketahui dan yakin,
sebagai berikut:

1. Tentang Kematian

Setiap makhluk yang bernyawa pasti mati (Ali Imran : 185). Umur manusia sudah ada
jangka waktunya yang telah Allah tetapkan. Apabila waktu yang sudah ditetapkan (ajal)
bagi seseorang itu tiba maka pasti ia mati. Tidak ada seorangpun yang dapat
melambatkan atau menyegerakan. Setiap manusia pasti mati sesuai dengan ajal yang
telah Allah tetapkan.
2. Alam Barzah

Diantara alam dunia dengan akhirat, adalah satu alam yang disebut alam barzah atau
alam kubur. Ia adalah satu alam yang memisahkan antara alam dunia dengan alam
akhirat. Di sini manusia yang sudah mati diberi ruh kemabli, sehingga sadar dengan
segala peristiwa yang berlaku di dalamnya.

Di sini manusia akan berhadapan dengan Malaikat Mungkar dan Nakir, dua malaikat
yang tinggi besar, hitam legam kebiru-biruan. Matanya merah menyala umpama periuk
tembaga. Bila bersuara, bertanya kepada orang-orang yang berdosa, orang-orang kafir
dan munafik, keluar dari mulutnya api yang menyambar dan membakar mayat. Suaranya
bagai halilintar yang membelah langit, bahkan lebih dahsyat daripada itu. Munkar Nakir
datang untuk menyoal kepada si mayat dengan beberapa persoalan yang mesti dijawab
dengan tepat, mengenai siapa Tuhan, siapa nabi, siapa imam, dan lain-lain.

Di alam kubur, ada siksa kubur bagi orang-orang yang durhaka dan ada berbagai-bagai
macam nikmat kubur bagi orang-orang yang sholeh. Siska kubur yang ditimpakan kepada
orang durhaka, munafik dan kafir berterusan hingga hari qiamat. Demikian juga nikmat
yang diberikan kepada orang-orang beriman, orang dan orang-orang bertakwa berterusan
hinga hari qiamat.

3. Yaumul Ba’ats

Setelah hari akhirat tiba, ketika tidak ada lagi seorang manusiapun yang hidup, maka
waktu itu manusia dibangkitkan kembali (Alhaj : 6-7), kemudian dikumpulkan di padang
mahsyar.

4. Yaumul Hisab

Setelah itu ditimbang amal bakti manusia yang baik dan yang buruknya. Hari itu disebut
hari hisab (yaumul hisab).

5. Titian Siratul Mustaqim

Setiap manusia akan melalui titian syiratul mustaqim yang dibentangkan di atas Neraka,
kecuali segolongan orang-orang betaqwa yang dimasukkan ke dalam syurga tanpa hisab.

6. Menerima Catatan Amal Baik dan Buruk

Orang-orang shaleh, setelah ditimabang amalnya, mereka menerima buku catatan amal
dari sebelah kanan, diberi gelar ashabul yamin, kemudian dimasukkan ke dalam Syurga.
Adapun orang-orang yang berdosa, yang timbangan amal jahatnya lebih berat daripada
amal baiknya, mereka menerima kitab catatan amal dari sebelah kiri, diberi gelar
ashabussyimal, kemudian dimasukkan ke dalam Neraka.

7. Tentang Neraka
Orang-rang mukmin yang berdosa, yang menerima catatan amal dari sebelah kiri,
dimasukkan ke dalam neraka, setelah itu diangkat, kemudian dimasukkan ke Syurga.
Tetapi orang-orang kafir dan munafik, yang matinya tidak membawa iman, mereka kekal
di dalam Neraka selama-lamanya.

Adanya Neraka di akhirat sana wajib kita yakini dan mesti kita rasakan ke lubuk hati kita
betapa dahsyat adzabnya. Penderitaannya amat mengerikan. Tidak dapat hendak di
tuliskan dengan mata pena betapa dahsyatnya penderitaan di sana.

Api Neraka yang dahsyat itu 70 kali ganda berbanding dengan api di dunia. Api duniapun
kita tidak mampu memegangnya, apatah lagilah api neraka. Di waktu itu kita berada di
rumah api, dinding api, bumbung api, lantai api, tempat tidur api, makanan api, minuman
apai dan segala-galanya dalam api. Diganti dengan daging baru, dibakar lagi, hingga jadi
bara, diganti lagi dan begitulah seterusnya tiada henti. Rasakan di hati aduh sakitnya,
dahsyat dan ngeri. Rasakan di hati takut yang amat sangat.

Di penjara akhirat itu seluruh kaki tangan diikat dan disatukan. Dihumban dan tenggelam
di dalam gelombang api yang menggulung dan membakar. Dibakar hangus, diganti
dengan kulit baru lagi. Disamping itu malaikat Zabaniah yang tidak pernah senyum-
senyum mencemeti terus menerus setiap detik hingga hancur lebur, bersepah-sepah.
Gambarkan betapa dahsyatnya adzab yang pedih itu, yang tidak akan tertanggung oleh
kita. Itu baru sedikit gambaran yang sesungguhnya tidak dapat digambarkan. Tidak akan
tertulis hal keadaan yang sebenarnya, betapa rasa adzab itu. Yang digambarkan itu sudah
cukup untuk menggambarkan betapa ngerinya.

Pertemuan dengan Allah di Syurga

Orang-orang bertakwa, tempat peristirahatnnya di sana adalah Syrga, sesuatu yang terlalu
hebat tiada tandingnya. Masya Allah, patah lidah untuk mengungkapnya. Tiada bahasa
yang dapat menggambarkannya.Tiada mampu mata pena untuk menuliskannya.

Mahligainya saja sudah seluas langit dan bumi, dibuat dari emas dan permata.
Dindingnya berkilau-kilau cahayanya. Atapnya intan berlian tiada terkata indanya.
Betapa nikmat kita berada di dalamnya.

Seorang yang bertakwa saja memiliki berpuluh-puluh bandar. Kalau rumahnya saja
seluas langit dan bumi, agaknya berapa luas sebuah bandar? Apatah lagi kalau berpuluh-
puluh bandar. Tentulah tidak dapat henda dibayangkan betapa luas bandar-bandarnya.
Tidak ada dalam ukuran dunia.

Perlatan dalam mahligai itu tidak pernah rusak. Bahkan makin dipandang makin cantik,
semakin terasa nikmat memandang. Sekali pandang lain cantiknya. Dua kali pandang lain
pula cantiknya, tidak pernah jemu-jemu menikmatinya.

Kendaraan akhirat apa saja yang kita inginkan. Teringat saja, sekelip mata datang.
Teringat hendak naik kapal terbang, niat saja terus terus berada dalam kapal terbang yang
diidam-idamkan. Terbanglah selaju yang kita mau dan kemanaja saja temapat yang
hendak kita tuju. Di dlamnya tidak pernah rasa bimbang, cemas jatuh. Kalaupun jatuh,
jatuh juga tetapi tidak sakit, bahkan terasa nikmat.

Di sana tidak pernah rasa lapar, tidak pernah rasa haus, tetapi sentiasa kenyang. Makan
yang kita makan tidak pernah menjemukan. Suap pertama dengan kedua lain rasanya.
Satu buah, berpuluh-puluh rasanya. Demikian pula dengan jenis makanan yang lain.
Makanlah sebanyak mana yang kita mau, tidak pernah memadharatkan dan tidak pernah
menyakitkan. Tidak juga mesti susah payah hendak kejamban, buang hajat. Tidak ada
istilah buang najis yang busuk itu. Tidak istilah tahi lagi, tahi telinga, tahi gigi, semuanya
lezat-lezat, sedap-sedap dan indah-idah.

Bagi orang bertakwa, hadiahnya biadadari-bidadari yang cantik jetita. Bukan seorang tapi
berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus orang. Nikmatnya tiada tolok ukurnya di dunia.
Selain itu semua, orang-orang bertakwa, dengan rahmat dan kasih sayang Allah mereka
dapat melihat Tuhan (Al Qiyamah : 23). Inilah nikmat yang maha besar dan tiada
bandingnya di akhirat sana. Bukan Allah ada di sana, tapi waktu itu kita dapat merasakan
indah dan nikmatnya pertemuan agung itu. Maha Besar dan Maha Suci Allah dari
menyerupai makhluk.
MENGENAL QADHA DAN QADAR

Qadha ialah ketentuan atau hukum yang telah Allah tetapkan sejak azali bagi seseorang
atau sesuatu perkara, seperti sakit, sehat, miskin, kaya dan lai-lain. Segala kejadian mulai
dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya sudah Allah tetapkan sejak
azali. Adapun qadar adalah rincian dan batasan-batasan ketentuan yang telah Allah
tetapkan sejak azali lagi.

Kita perhatikan ungkapan ini. Islam akan mengalami kebangkitan kedua di akhir
zaman. Inilah dia qadha Tuhan. Maka bangkitlah Islam di awal kurun ke 15 di tangan
Putra Bani Tamim. Inilah qadar atau takdir Tuhan.

Kita lihat beberapa contoh berikut ini.


1. Seorang manusia diciptakan oleh Allah menjadi bangsa lemah dan tertindas,
dilahirkan di satu negara yang miskin dan terbelakang. Apakah orang itu dapat
menolaknya?
2. Seseorang dilahirkan dari keluarga si fulan dan fulanah. Apakah ada orang yang
mampu membantahnya? Dapatkah ia mengganti ibu ayahnya dengan orang lain?
3. Anak yang akan lahir tidak dapat dikuasai oleh ibu bapaknya. Mereka harus
menerima takdir Tuhan, apakah anak yang lahir itu laki-laki atau perempuan,
tidak dapat ditolaknya.

Kalau kita berkuasa, tentu akan dicari negara lain yang lebih baik daripada negara tempat
kelahirannya. Maka di tempat itulah kita akan dilahiran. Kalau ada kekuasaan kita, tentu
kita akan mencari ayah ibu yang gagah dan kaya raya. Kalau ada kakuasaan kita, tentu
anak yang lahir dari keluarga kita akan sesuai dengan kehendak kita.

Karena itu kita yakin bahwasanya takdir baik dan buruk semuanya dijadikan oleh Tuhan.
Dia membuat apa saja sesuai dengan kehendakNya yang telah digariskanNya sejak ajali
lagi. Tidak ada seorang pun yang dapat melawan kehendak-kehendak Allah.

Firman Allah:
Tiada suatu bencana yang terjadi di muka bumi atau pada dirimu sendiri melainkan hal
itu sudah ada ketentuannya (sejak azali) sebelum Kami melaksanakan terjadinya,
bahwasanya hal demikian mudah sekali bagi Allah (QS Alhadid : 22).

Jadi apa saja yang telah, sedang dan akan berlaku semuanya dalam qadha Allah,
semuanya terjadi sesuai qadarNya.

Firman Allah:
“Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami jadikan dengan taqdir”.

Bahwasanya Allah SWT telah mentakdirkan sesuatu sejak azali dan Tuhan Tahu bahwa
sesuatu itu akan terjadi pada waktu yang ia tentukan. Maka sesuatu itu terjadi sesuai
dengan takdirnya.
Demikian keyakinan kita, bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini sudah
ditakdirkan oleh Tuhan, kita hanya mendapatinya saja. Ingatlah bahwa setiap takdir
Tuhan yang berlaku ke atas diri kita itu pasti yang terbaik untuk kita. Persoalannya adalah
sejauh mana pengetahuan dan penerimaan kita terhadap Tuhan, sifat-sifatNya, kerja-
kerjaNya, serta qadha dan qadarNya. Sering kali sesuatu yang kita sangka negatif,
sesungguhnya ia adalah positif. Misalnya, ketika kita hendak bermusafir tiba-tiba jatuh
sakit. Awalnya boleh jadi kita sangka jahat dengan Tuhan. Kita sangka Tuhan menjadikan
yang negatif untuk kita. Tetapi ketika satu saat diketahui bahwa jalan yang mungkin kita
lewati, jika kita jadi bermusafir, ternyata longsor. Waktu itu baru kita tahu dan merasa
bahwa peristiwa sakit yang menimpa kita itu positif, bahkan yang terbaik untuk kita.

Mesti kita selalu ingat dengan Tuhan. Allah adalah Pencipta, Pentadbir, dan Penentu
terhadap segala sesuatu. Kita dapat berusaha, itu pun gerakan dari Allah. Kita tidak
berkuasa mencipta usaha. Hanya terasa seperti ada kuasa. Kita berusaha mengikut apa
yang digariskanNya. Di ujung usaha sudah ditentukan. Kalau hasilnya baik, pujilah
Tuhan. Karena itu adalah anugerahNya dan nikmatNya. Jika hasilnya negatif,
mengakulah salah kita sendiri, sebagai beradab dengan Tuhan.

Kenalilah Tuhan melalui sifat-sifatNya, fahami sifat-sifatNya dan kerja-kerjaNya.


Dengan begitu kita tidak akan sombong ketika mendapat kejayaan. Kalau kita gagal
dalam usaha, kita mesti ridha menerimanya, sebab tentu ada maksud yang tersirat dibalik
kejadian itu. Sebagai hamba, mestinya kita menerima saja. Usaha ikhtiar adalah syariat
yang diperintakan untuk kita laksanakan. Disinilah letaknya pahala. Tetapi ia tidak
menentukan nasib kita, sekalipun kita diperintakan untuk berusaha. Nasib kita Tuhanlah
yang menentukannya.
Takdir Tuhan terhadap sesuatu itu, kita tidak tahu kepastiannya. Karena itu kita tidak
boleh menunggu saja tanpa bekerja. Bekerjalah, berusahalah sekuat tenaga, dan
serahkanlah kepada Allah apa saja yang akan terjadi.

Begitu juga anak kita, peliharalah ia sebaik-baiknya, berilah makan, pelihara


kesehatannya, didiklah mereka secara tepat seperti yang dicontohkan Baginda Rasulullah,
kemudian serahkanlah kepada Allah apa yang akan terjadi.

Imam Al Gazali berkata: Orang yang meletakkan benih di atas batu dan sesudah itu ia
tunggu takdir agar benih itu tumbuh dan berbuah dengan sendirinya, maka orang itu
termasuk orang dungu dan sangat bodoh.

Вам также может понравиться