Вы находитесь на странице: 1из 1

Keharusan Meminta Persetujuan Wanita Sebelum Pernikahan

Apabila pernikahan tidak sah, kecuali dengan adanya wali, maka merupakan kewajiban juga
meminta persetujuan dari wanita yang berada di bawah perwaliannya. Apabila wanita tersebut
seorang janda, maka diminta persetujuannya (pendapatnya). Sedangkan jika wanita tersebut
seorang gadis, maka diminta juga ijinnya dan diamnya merupakan tanda ia setuju.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َ‫ َو َك ْيفَ إِ ْذنُهَا؟ ق‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ قَالُوْ ا‬. َ‫الَ تُ ْن َك ُح ْاألَيِّ ُم َحتَّى تُ ْستَأْ َم َر َوالَ تُ ْن َك ُح ْالبِ ْك ُر َحتَّى تُ ْستَأْ َذن‬
َ‫ أَ ْن تَ ْس ُكت‬:‫ال‬

“Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya. Sedangkan seorang
gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta ijinnya.” Para Shahabat berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?” Beliau menjawab, “Jika ia diam saja.” [11]

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang gadis yang mendatangi
Rasulullah shal-lallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengadu bahwa ayahnya telah menikahkannya,
sedangkan ia tidak ridha. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan pilihan
kepadanya (apakah ia ingin meneruskan pernikahannya, ataukah ia ingin membatalkannya). [12]

Вам также может понравиться