Вы находитесь на странице: 1из 30

KELAS X

Struktur dan Komposisi


perlapisan bumi

Permukaan bumi

Daratan Lautan

Litosfer Geodinamika bumi


Bentuk permukaan • Endogen
Batuan
bumi • Eksogen
• Seisme

Tanah Pedosfer

Proses
Proses erosi tanah
pembentukan tanah

Konservasi tanah
A. Litosfer
1. Struktur dan komposisi Perlapisan Bumi
a. bagian atas, ketebalan 15 km, massa jenis sekitar 2,7
dengan tipe magma granit;
b. bagian tengah, ketebalan 25 km, massa jenis 3,5
dengan tipe magma basalt;
c. bagian bawah, ketebalan 20 km, massa jenis 3,5
dengan tipe magma peridotit dan eklogit.

2. Batuan beku
a. Batuan beku
Batuan beku terjadi apabila magma pijar dari magma membeku.
Batuan beku sebagian besar mengandung banyak mineral yang
disebut mineral silikat, yaitu mineral yang mengandung atom
silikom atau silisium dan oksigen. Mineral-mineral silikat
biasanya dapat bergabung dengan mineral-mineral lain, seperti
aluminium, besi, kalsium, sodium, potasium dan magnesium.
1) Batuan beku dalam
Ciri utama batuan beku dalam memiliki tekstur
holokristalin (semua mengkristal) atau granitis. Semua
bagian batuan terdiri dari kristal-kristal.
Granit
Batuan sebagian besar terdiri dari kuarsa (SiO 2) dan
mengandung sejumlah besar felspar (orthoklas). Granit
terdiri dari bermacam-macam :
- Diorit
- Gabbro
- Peridotit
2) Batuan beku gang/celah/korok
3) Batuan beku luar

b. Batuan sedimen atau endapan

Batuan Sedimen

Batuan sedimen Batuan sedimen Batuan sedimen


klastis/mekanis kimiawi organis
1) Batuan sedimen klastis
Bahan kapur asam arang, kuarsa atau limonit.
a) bongkah, dengan diamater 2.000 – 200 mm;
b) kerikil besar (kerakal), dengan diameter 200-20 mm;
c) kerikil halus, dengan diameter 20 – 2 mm;
d) kerikil kasar, dengan diameter 2 – 0,2 mm;
e) pasir halus, dengan diameter 0,2 – 0,02 mm;
f) galuh/lanau, dengan diameter 0,02 – 0,002 mm;
g) lempung, dengan diameter < 0,0002 mm.
a) Konglomerat, breksi, aglomerat
Batu-batuan guling. Konglomerat, atau breksi yang terdiri
dari fragmen-fragmen batuan.
b) Batu pasir, batu lanau, dan loess
Batu pasir, batu lanau, dan endapan loess.
c) Batu lempung
2) Batuan sedimen kimiawi
Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-
garaman yang larut dalam air laut, seperti NaCI, KCI, MgSO4,
CaCO4, dan CaCO3. Contoh batuan sedimen kimiawi adalah
batu kapur/gamping, dolomit, chert, batu fosfat, dan evaporit.
a) Batu gamping (limestone)
b) Dolomit
c) Chert
d) Batuan fosfat
e) Evaporit
Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, batuan sedimen
dibedakan menjadi :
a) batuan sedimen aquatis, yakin batuan sedimen yang
diendapkan oleh air;
b) batuan sedimen aeris atau aeolis, yakni batuan sedimen yang
diendapkan oleh angin;
c) batuan sedimen glasial, merupakan batuan sedimen yang
diendapkan oleh es atau gletser.
Berdasarkan tempat di mana terjadi pengendapan,
batuan sedimen digolongkan menjadi :
a) batuan sedimen terestris, diendapkan di daratan;
b) batuan sedimen marine, diendapkan di dasar laut;
c) batuan sedimen fluvial, diendapkan di dasar
sungai;
e) batuan sedimen limnis, diendapkan di dasar
danau;
f) batuan sedimen glasial, diendapkan di daerah
yang pernah mengalami erosi glasial.
c. Batuan metamorf atau malihan
Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan
batuan sedimen. Karena pengaruh tenaga alam, yakni suhu
dan tekanan dalam jangka waktu tertentu (lama), maka
batuan beku dan batuan sedimen dapat berubah sifat.

Metamoforsa
batuan

Dinamo Kontak
metamoforsa metamoforsa
3. Proses-Proses Pembentukan Permukaan Bumi
a. Proses endogen
1. Vulkanis
a) Bentuk intrusi magma
Intrusi magma yang sejajar lapisan batuan
menghasilkan bentuk antara lain :
1) sill (pluton yang sejajar dengan
perlapisan batuan),
2) lakolit (pluton yang melengkung bagian
atasnya)
3) lopolit (pluton yang melengkung bagian
bvawahnya), dan
4) pakolit (pluton yang mengikuti bentuk
antiklinal atau sinklinal).
1) dike (pluton yang memotong tegak lurus
perlapisan batuan sedimen di atasnya),
2) vein vulkanik (neck = plug), yakni akar volkan
yang telah tererosi, dan
3) dike yang melingkar (ring dike).
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.
Berdasarkan kekuatan tekanan gas magma di dalam
bumi, erupsi dapat gunung api dapat dibedakan
menjadi :
1) erupsi eksplosif, bila disertai tekanan gas yang
kuat hingga menimbulkan suatu letusan atau ledakan;
2) erupsi efusif, bila tekanan gas berkurang (kecil),
sehingga tidak menghasilkan letusan, tetapi
mengeluarkan suatu lelehan atau aliran lava;
3) erupsi campuran, menghasilkan erupsi eksplosif
dan efusif secara bergantian.
Bila didasarkan pada tipe letusan dan bahan hasil
letusan, erupsi gunung api dapat dibedakan menjadi
erupsi magmatik, erupsi freatik, dan erupsi
freatomagmatik.
1) Erupsi marmatik,
2) Erupsi freatik
3) Erupsi freatomagmatik
Menurut tempat terjadinya, erupsi gunung api dapat
dibedakan menjadi :
1) erupsi sentral
2) erupsi linier
a) Gunung api strato (bentuk campuran)
b) Gunung api perisai
c) Gunung api maar
d) Gunung api kaldera
Di Indonesia, gunung api dikelompookan menjadi 3 tipe,
yaitu :
a) gunung tipe A, yaitu gunung api yang pernah
mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya
satu kali sesudah tahun 1.600 Masehi;
b) gunung api tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya
tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda aktivitas masa lampau, berupa
lapangan fumarol pada tingkat yang lemah.
a) Tipe Hawai
Tipe ini bercirikan lava cair tipis, tekanan gas rendah,
dan dapur magma sangat dangkal. Karakteristiknya
adalah danau lava pijar dengan sebagian lava beku
yang terapung-apung di atasnya. Magma ringan yang
mengandung gas, dari dalam bumi naik ke atas dan
kemudian mendingin.
b) Tipe Stromboli
Tipe bercirikan lava cair tipis, tekanan gas sedang, dan
dapur magma dangka. Nama ini diambil dari nama
Gunung Api Stromboli di Laut Tengah (Italia).
c) Tipe Vulkano
Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas sedang sampai
tinggi, dengan dapur magma dangkal sampai dalam. Gunung
yang terkenal adalah Gunung Vulcano di Laut Tengah (Italia).
d) Tipe Merapi
Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas rendah, dan
dapur magma sangat dangkal. Letusan/aktivitas ini mengacu
pada Gunung Merapi di Jawa Tengah.
e) Tipe St. Vincent
Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas sedang, dan
dapur magmanya dangkal. Contoh tipe letusan ini mengacu pada
Gunung St.
f) Tipe Pelee
Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas tinggi,
dan dapur magma dalam. Contoh tipe ini mengacu pada
Gunung Pelee di Hindari Barat.
g) Tipe Vesuvius/Plinian
Tipe ini bercirikan lava agak kental, tekanan gas tinggi,
dan dapur magma sangat dalam. Nama tipe ini diambil
dari seorang pakar yang pertama kali membuat uraian
tentang letusan tipe ini, yaitu Plinnis dari Romawi (yang
mengamati letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 SM).
1) Pelengkungan (warping)
2) Pelipatan (folding)
3) Patahan (faulting)
4) Retakan / diaklas (jointing)

b. Proses eksogen
1) Pengikisan dan pengendapan oleh tenaga aliran air
(stream)
2) Pengikisan dan pengendapan oleh gelombang laut
(wave)
3) Pengikisan oleh es (glasial)
4) Pengikisan oleh angin (wind)
b. Proses seisme
1) Gempa tektonik
2) Gempa vulkanik
3) Gempa runtuhan
Jarak stasiun ke episentrum dapat dihitung dengan menggunakan
Hukum Laska.
 = {(S-P) -1} x 100 km
 = delta, menunjukkan jarak gempa ke episentrum
S = saat tibanya gelombang sekunder (S) pada seismograf
P = saat tibanya gelombang primer (P) pada seismograf
Penyelesaian :
 = {(S-P) -1} x 100 km
= {(10.27’.56” – 10.26’.32”) -1} x 1.000 km
= 24/60 x 1.000 km
= 400 km
Jadi, jarak Jakarta dari episentrum gempa adalah 400 km.
B. Pedosfer
1. Proses Pembentuukan Tanah
1) Tanah organik
2) Tanah anorganik/mineral

a. Proses terbentuknya tanah


1) Pelapukan fisik (mekanis)
2) Pelapukan kimia

b. Horison tanah
1) Horison O
2) Horison A
3) Horison B
4) Horison C
2. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah podzolik
Tanah ini mudah basah jika terkena air. Warnanya
kuning atau kuning kelabu. Contohnya di Nusa Tenggara.

b. Tanah aluvial
Dataran aluvial yang luas terdapat di Sumatera bagian
timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan
tengah, dan Irian bagian selatan.

c. Tanah vulkanis
Tanah vulkanis merata di wilayah Indonesia, sesuai
dengan persebaran gunung api, seperti di Jawa
(Temanggung, Magelang, Klaten, Garut) dan di Sumatera
(sekitar Danau Toba dan Deli).
d. Tanah mediteran
e. Tanah humus
f. Tanah pasir
g. Tanah rawa
h. Tanah laterit
i. Tanah mergel
j. Tanah padas

3. Erosi Tanah dan Degradasi Lahan


a. Penyebab terjadinya erosi
1) Adanya curah hujan yang tinggi atau adanya angin
yang bertiup kencang;
2) Adanya tempat terbuka atau permukaan bumi yang
tidak tertutup vegetasi (tanah gundul);
3) topografi yang berbukit dan bergunung/lereng curam;
4) penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik
dan tidak ada usaha konservasi.
1) Erosi alami atau erosi geologi
2) Erosi normal
3) Erosi dipercepat (erosi tanah)

b. Jenis-jenis erosi
Ada 5 macam proses erosi oleh air hujan dan aliran
sungai.
a) Erosi percik (splash erosion)
b) Erosi lembar (sheet erosion)
c) Erosi alur (riil erosion)
d) Erosi parit (gully erosion)
e) Erosi tebing sungai

2) Proses erosi oleh angin


3) Erosi oleh glasial
c. Dampak erosi
Gejala penting yang merupakan dampak dari erosi
tanah terhadap kehidupan di antaranya :
1. terjadinya tanah longsor, tanah amblas, tanah
mengalir, lumpur mengalir, dan rayapan tanah;
2. terjadinya kekeringan;
3. terjadinya banjir;
4. degradasi lahan;
5. berkurangnya sumber air;
6. hilangnya kesuburan tanah karena proses
pencucian tanah;
7. terjadinya masalah sosial, seperti kemiskinan dan
kelaparan.
d. Degradasi lahan
4. Konservasi Tanah
Upaya penanggulangan erosi tanah dapat dilakukan dengan
cara berikut :
a. Melakuan konservasi tanah dengan cara :
1) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar
tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan air
serta lebih besar daya serap airnya;
2) menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa
tumbuhan agar terlindung dari pukulan langsung air
hujan;
3) mengatur aliran permukaan sehingga mengalir
perlahan dan tidak merusak tanah.
b. Pembuatan sengkedan, parit atau teras pada daerah yang
tanahnya miring.
c. Melakukan reboisasi / penghijauan pada hutan-hutan yang
telah gundul.
d. Pembuatan sistem irigasi yang baik.
e. Penertiban tata guna lahan atau penegakan hukum dari
peraturan yang telah ada.

Metode vegetatif. Adapun cara yang dipakai antara lain :


a. Strip cropping, yakni penanaman yang arahnya tegak lurus
dengan arah aliran air atau angin;
b. buffering, yaitu penutupan lahan miring dengan tanaman
keras;
c. contour strip cropping, yakni penanaman tanaman yang
sejajar dengan arah aliran air;
d. windbreaks, yakni menanam tanaman untuk menanam
angin.
2. Konservasi secara mekanis adalah konservasi tanah yang
prinsip-prinsipnya mengurangi banyaknya tanah yang hilang
secara mekanis. Biasanya dilakukan dengan pembuatan teras
atau sengkedan.
3. Konservasi secara kimiawi, yakni dengan memanfaatkan
bahan-bahan kimia untuk memperbaiki struktur dan unsur
dalam tanah. Cara ini dilakukan melalui pemupukan.

Вам также может понравиться