Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pendahuluan
persoalan lain yang dapat menghambat kemajuan suatu bangsa dan negara dalam
dasarnya pendidikan merupakan upaya sadar yang dilalukan oleh individu atau
kelompok dengan individu atau kelompok lain untuk memperoleh ilmu, membentuk
terletak pada akalnya. Dengan akalnya, manusia dapat mengatasi berbagai persoalan
hidupnya dengan mudah, namun apabila akal tersebut tidak dioptimalkan fungsinya,
maka manusia tidak akan memiliki arti apa-apa dalam hidupnya, manusia tidak lebih
2
seperti mahkluk lain yang hanya melakukan reproduksi. Oleh karena itu pendidikan
merupakan kebutuhan yang amat vital dan perlu mendapat perhatian yang serius dari
semua pihak.
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
persoalan yang ditemukan dalam hidupnya yang disusun secara kritis, analitis, dan
sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah makna ilmu itu
biasanya tidak mengetahui makna ilmu yang sebenarnya. Demikian juga sebaliknya
dengan mereka yang memalingkan muka dari ilmu, mereka yang tidak mau melihat
kenyataan betapa ilmu telah membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai
sekarang ini, kepicikan seperti itu kemungkinan besar disebabkan karena mereka
1
Jujun S. Suriasumantri, 1995, Filsafat Ilmu: Sebuah Penngantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, h.
19
3
kehidupan tanpa ilmu ibarat bearjalan tanpa petunjuk, sehingga pendidikan bagi
hidup manusia sebagai mahkluk yang berakal merupakan tuntutan kehidupan yang
dirumuskan beberapa masalaha antara lain: apa makna pendidikan bagi kehidupan?,
B. Pengertian Pendidikan
pendidikan adalah mempersiapkan dan memberikan bekal kepada anak untuk menjadi
orang yang sempurna, percaya pada diri sendiri sehingga dapat lebih baik selama
dalam usaha anak menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri (Self Standing).”4
maka dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai upaya yang dilakukan
2
Muchtar Yahya dan Nasruddi Thoha. 1941. Fannuttarbiyah, Padang Panjang: Al-Maktah Al-
Tarbiyah, h. 3
3
William Ebenstein. 1960. The Great Political Thinkers: Plato to Pressent, New York: Holt Remhart
and Wusroh, h. 44 – 45
4
M.j. Langeveld, Tth. Diklat Pedagogik HMI, Com, SPF GAMA, Yogyakarta: Gama, h. 15
4
secara sadar dalam mengembangakan berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia
yang dilakukan oleh individu atau kelompok kepada individu atau kelompok yang
lain untuk mendapatkan ilmu, memilki moral yang baik dan memiliki keterampilan.
memiliki ilmu, moral dan keterampilan. Pendidikan sebagai proses berarti pendidikan
tertentu. Secara makro menurut Pratiknya bahwa fungsi proses pendidikan itu
meliputi tiga hal, yaitu (1) proses alih nilai (transfer of Value), (2) Proses alih
Methodology) 5
bertindak. Sedangkan hasil pendidikan yang diinginkan barulah tercapai bila berpikir
Crow dan Crow bahwa pendidikan sebagai suatu proses dalam menambah suatu
5
Ibid., h. 6
5
lainnya.6
Hasil pendidikan meliputi perubahan yang telah terjadi atau berlangsung sebagai
kultural dan kemampuan serta ambisi individu. Oleh karena itu hasil pendidikan
seseorang sebagai hasil pengalaman belajar. Namun menurut Plato bahwa hakikat
pembawaan yaitu pembawaan untuk memperoleh hakikat diri yang dihasilkan dari
pengembangan sumber daya manusia8 yang dalam prosesnya meliputi tiga hal (1)
proses pembudayaan, (2) proses pembinaan iman dan takwa, (3) Proses pembinaan
nilai-nilai etis, estetis dan nilai budaya, serta wawasan kebangsaan dalam rangka
terbinanya manusia berbudaya. Proses pembinaan iman dan taqwa ialah transformasi
6
Abd. Rahman Abror. 1989. Pshisichologi Pendidikan, Jogyakarta: Nurcahaya, h. 7
7
William Ebenstein, op. cit, h. 25-26
8
Ahmad W. Pratiknya, op. cit., h. 6-7
9
Ibid., h. 5
6
individu dan masyarakat untuk keperluan pendidikan dari perspektif subyek dan
perspektif pendidik. Hal ini bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah proses
Oleh karenanya prakarsa dan tanggung jawab belajar yaitu cara untuk individu,
harus secara eksplisit dan sedini mungkin diberikan kepada subyek didik. Akibatnya
menentukan, tetapi pada prinsipnya sejak sedini mungkin dan secara sistematis
pendidik menarik diri dari campur tangan pendidikan yang menjadi tanggung jawab
kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik, usaha penyiapan subyek didik
10
Ibid., h. 5
7
yang dikenal dengan istilah tri pusat pendidikan. Ketiga jalur tersebut antara lain:
pendidikan yang dikuasai seseorang diperoleh melalui jalur sekolah. Jalur sekolah
bakat, minat dan potensi yang dimiliki anak. Kegiatan untuk mengembangkan bakat,
minat dan potensi tersebut harus dilakukan secara terencana, terarah dan sistematik
guna mencapai tujuan tertentu, tujuan tersebut harus mengandung nilai-nilai yang
11
T. Raksa Joni. 1985. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta: Depdikbud Dikti-P2LPTK, h. 8
12
Hadari Nawawi. 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Gunung Agung, h.
56
13
Sikun Pribadi. 1987. Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta: Erlangga, h. 84
8
serasi dengan kehidupan yang berlaku dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu
melalui pembelajaran, serta ikut membentuk kepribadian subyek didik agar menjadi
manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan masyarakat.
penting dalam masyarakat, sebagai agen kontrol sosial, perubahan budaya dan seleksi
pada kapasitas dan kualitas cara berfikir, bersikap dan profesionalisme seseorang.
Halsey percaya bahwa lembaga pendidikan merupakan sarana mobilisasi sosial yang
dapat menentukan seseorang masuk dalam struktur sosial sesuai dengan tingkat
membentuk individu dan kelompok tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga
dalam membentuk dan menyiapkan seseorang untuk menjadi orang yang memiliki
14
Jerome Karabel and A.P. Halsey, 1977, Power and Ideology in Education, New York: Oxford
University Press, h. 167 – 171
9
seperti pelatihan dan kurusus-kursus pada hakikatnya merupakan bagian dari proses
khusus seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan latihan adalah suatu cara untuk
dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik dari aspek keilmuwan dan
moral maupun dari aspek keterampilan.16 Selain dari jalur pendidikan formal dan
non formal sebagai sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia, jalur
pendidikan lain yang tidak kalah pentingnya adalah jalur pendidikan informal yaitu
merupakan pendidikan yang pertama dan utama di mana anak mulai diperkenalkan
diperkenalkan oleh keluarganya terutama oleh ayah ibunya sebagai pendidikan yang
pertama sekali dalam proses pendidikan manusia. Oleh karena itu pendidikan
15
Soekidjo Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, h. 27
16
Soekidjo Notoatmodjo. op. cit., h. 30-33
10
keluarga menjadi pendidikan yang begitu amat penting dalam kehidupan manusia
merupakan jalur pendidikan yang penting dan strategis dalam upaya pengembangan
Pendidikan seumur merupakan tuntutan bagi kehidupan yang berakal, hal ini
hidupnya melalui aktivitas berpikir, bersikap, dan bekerja, dimana aktivitas tersebut
khusus terhadap pendidikan sebagai sesuatu yang penting bagi hidup manusia untuk
hidup, maka Islam memerintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak
terbatas selama hayat masih dikandung badan. Prinsip belajar yang diperoleh melalui
pendidikan ini merupakan ajaran Islam yang penting sebagaimana Sabda Rasulullah
SAW: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”. (HR. Ibn. Abd. Bar.).
Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa manusia sebagai mahkluk berakal dituntut
untuk mecari ilmu sepanjang hidupnya melalui proses pendidikan. Sebab dalam Islam
11
dinyatakan bahwa mereka yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda, sebagaimana
Artinya: “Katakanlah (ya Muhammad), tidaklah sama orang yang berilmu dan orang
yang tidak berilmu! Sesunggunyalah yang memiliki akal pikiranlah yang
dapat menerima pelajaran. Q.S. Ar. Zumar 9).
perbedaan bagi manusia sebagai mahkluk yang berakal yang memfungsikan akalnya
secara optimal dengan yang tidak, bagi manusia yang memiliki ilmu akan ditinggikan
derajatnya dibandingkan dengan mereka yang tak berilmu. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah:
dapat dipikirkan dan diolah oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan untuk
memperkuat imannya, kecuali oleh orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya,
Artinya: “ Itulah berbagai contoh perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia,
tidak ada yang dapat memikirkannya (untuk kepentingan hidupnya),
kecuali orang yang berilmu”, (QS. Al-Ankabut 43).
terbesar yang membuat manusia itu mulia, karena memiliki ilmu dan menggunakan
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang sebagai mhkluk yang berakal.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, beberapa ayat menyatakan:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka…”(Q.S. At-Tahrim 6)17
Asy-Syu’ara; 214).18
bearlangsung seumur hidup. Hal ini agar manusia dapat memperoleh kesejahteraan
17
Al-Qur’an, Surat At-Tahrim : 6
18
Al-Qur’an, Surat Asyi Syuro : 214
13
yang harus diutamakan yang di awali dari pemeliharaan diri, keluarga, dan
pendidikan yang paling utama, yaitu dimana anak-anak mulai mengenal dunia
cara mengucapkan kata-kata seperti mama, papa, kakak, adik dan lailn-lain, sampai
pada mengenal dunia sekitarnya. Sehingga keluarga memiliki peran yang cukup besar
yang berjenjang dan memiliki aturan dan disiplin yang ketat, dimana para peserta
didik diberikan pengetahuan dan dibekali keterampilan sesuai dengan program studi
pada peserta didiknya untuk dapat bekerja secara fropesional sesuai dengan
merupakan tuntutan bagi kehidupan yang berakal. Hal ini sejalan dengan ajaran
14
agama dengan mewajibkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, hal ini agar
tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungann pada masa sekarang dan
endidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun
anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di
dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan
educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan
atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti pengolahan, mengolah,
mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa
pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan
jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.
Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek
afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya
tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan
dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut
Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah
memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa
15
pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya
harus lebih luas.
This entry was posted on Friday, January 29th, 2010 at 12:47 pm and is filed under PENDIDIKAN.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or
trackback from your own site.
(http://nuraelpidia.student.umm.ac.id/2010/01/29/arti-pendidikan/) akses 15
november 07.35wib
F. Kesimpulan
berikut:
seseorang atau sekelompok orang baik secara formal, imformal dan non formal
orang yang berilmu, bermoral dan memiliki keterampilan yang dapat diabdikan
kepada masyarakat, bangsa dan Negara di masa sekarang dan yang akan datang.
sekolah, dan pendidikan non formal dilakukan oleh masyarakat. Ketiga pusat
pendidikan tersebut merupakan jalur pendidikan yang penting dan strategis dalam
16
upaya meningkatkan harkat martabat manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam
sepanjang hayat dan merupakan kewajiban bagi setiap manusia tanpa mengenal
DAFTAR PUSTAKA
Ebenstein, William, 1960. The Great Political Thinkers: Plato to Pressent, New
York: Holt Remhart and Wusroh,
Karabel, Jerome, and A.P. Halsey, 1977, Power and Ideology in Education, New
York: Oxford University Press,
Langeveld, M.j. , Tth. Diklat Pedagogik HMI, Com, SPF GAMA, Yogyakarta: Gama,
Nawawi, Hadari, 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Gunung
Agung,
Suriasumantri, Jujun S., 995, Filsafat Ilmu: Sebuah Penngantar Populer, Jakarta:
Sinar Harapan,
Syaib, Akhmad, 1964, Ushul Anakdi Al-Adah, Kairo: Maktabah An-Nahdhah Al-
Mistiah,
Yahya, Muchtar, dan Nasruddi Thoha. 1941. Fannuttarbiyah, Padang Panjang: Al-
Maktah Al-Tarbiyah,