Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Purwanti Cahyaningtyastuty
08610030
Berkat semangat dan sokongan spirit dari keluarga yang berada nun jauh
dimata, Alhamdulillah Paper kecil ini bisa selesai disusun. Paper yang demi
memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Analisis Real ini mengetengahkan
tentang Supremum dan Infimum.
Penyusun
Purwanti Cahyaningtyastuty
A. Supremum dan Infimum
Di dalam bagian ini dibicarakan himpunan bilangan yang terbatas beserta sifat
– sifatnya yang berpengaruh untuk materi – materi selanjutnya.
bilangan u seperti ini disebut dengan batas atas (upper bound) dari S.
(b) Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah (bounded below) jika terdapat
bilangan w seperti ini disebut dengan batas bawah (lower bound) dari S.
(c) Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan
terbatas ke bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas
atas, sebab bilangan 2 dan sebarang bilangan lebih dari 2 merupakan batas
atas dari S. Himpunan ini tidak mempunyai batas bawah, jadi himpunan
ini tidak terbatas ke bawah. Jadi, S merupakan himpunan yang tidak
terbatas.
(a) Jika S terbatas ke atas, maka suatu bilangan u disebut supremum (batas
atas terkecil) dari S jika memenuhi kondisi berikut:
i. u merupakan batas atas S, dan
ii. jika v adalah sebarang batas atas S, maka u ≤ v .
Ditulis u = sup S .
(b) Jika S terbatas ke bawah, maka suatu bilangan u disebut infimum (batas
bawah terbesar) dari S jika memenuhi kondisi berikut:
i. w merupakan batas bawah S, dan
ii. jika t adalah sebarang batas bawah S, maka t ≤ w.
Ditulis w = inf S .
1. Himpunan terbatas
a≤k
a≥l
Teorema A.1.1
a ≤ M , dan
M −ε < a' ≤ M
(ii) m batas bawah terbesar himpunan A jika dan hanya jika
m ≤ a , dan
m ≤ a '' < m + ε
Bukti :
a ≤ M untuk ∀ a ∈ A
diperoleh M batas atas dan tidak ada batas atas M1 ( yang lain) dengan
M 1 < M . Sebab jika ada maka dengan mengambil ε=
1 M − M 1 diperoleh
(ii) Bukti untuk batas bawah terbesar sama halnya dengan pembuktian batas
atas terkecil.
Supremum himpunan A dituliskan dengan
Teorema A.1.2
Bukti :
A + B = {a + b : a ∈ A & b ∈ B} dan x + A = { x} + A .
Teorema A.1.3
Bukti :
a + b ≤ M1 + M 2
sup( A + B) ≤ M 1 + M=
2 sup( A) + sup( B)
(ii) Sebut M1 = inf (A) dan M2 = inf (B).
a + b ≥ M1 + M 2
inf( A + B) ≥ M 1 + M=
2 inf( A) + inf( B)
terbuka di kanan
4. ( a, b] = { x ∈ : a < x ≤ b} disebut selang tertutup di kanan atau selang
terbuka di kiri
[ a, ∞ ) = { x ∈ : x ≥ a}
( a, ∞ ) = { x ∈ : x > a}
( −∞, a=] { x ∈ : x ≤ a}
( −∞, a=) { x ∈ : x < a}
2. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum
Pada subbab ini dibahas beberapa akibat dari aksioma supremum.
Teorema A.2.1.
Diberikan subset tak kosong S ⊂ yang terbatas ke atas dan sebarang a ⊂ .
Didefinisikan himpunan a + S := {a + s : s ∈ S } , maka berlaku
sup (a + S ) = a + sup (S ) .
Bukti :
Jika diberikan u = sup S , maka x ≤ u untuk semua x ∈ S , sehingga
a + x ≤ a + u . Oleh karena itu, a + u merupakan batas atas dari himpunan a + S .
Akibatnya sup(a + S ) ≤ a + u . Selanjutnya, misalkan v adalah sebarang batas atas
a + S , maka a + x ≤ v untuk semua x ∈ S . Akibatnya x ≤ v − a untuk semua
x ∈ S , sehingga v − a merupakan batas atas S. Oleh karena itu,=
u sup S ≤ v − a .
Karena v adalah sebarang batas atas a + S , maka dengan mengganti v dengan u =
sup S , diperoleh a + u ∈ sup ( a + S ) . Di lain pihak diketahui sup ( a + S ) ∈ a + u .
Teorema A.2.2
Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas dan sebarang bilangan real a
=
> 0 . Didefinisikan himpunan aS : {as : s ∈ S } , maka berlaku
inf (aS ) = a inf (S ) .
Bukti :
Tulis u = inf aS dan v = inf S . Akan dibuktikan bahwa u = av . Karena u = inf
aS , maka u ≤ as , untuk setiap s ∈ S . Karena v = inf S , maka v ≤ s untuk setiap
s ∈ S . Akibatnya av ≤ as untuk setiap s ∈ S . Berarti av merupakan batas bawah
aS. Karena u batas bawah terbesar aS, maka av ≤ u . Karena u ≤ as untuk setiap
s∈S ,
u
maka diperoleh ≤ s untuk setiap s ∈ S (sebab a > 0 ).
a
u
Karena v = inf S , maka ≤ v yang berakibat u ≤ av . Di lain pihak diketahui
a
av ≤ u . Akibatnya u = av .
Teorema A.2.3
Jika A dan B subset tak kosong ℝ dan memenuhi a ≤ b untuk semua a∈ A dan
b∈B , maka
sup A ≤ inf B
Bukti :
Diambil sebarang b∈B , maka a ≤ b untuk semua a∈ A . Artinya bahwa b
merupakan batas atas A, sehingga sup A ≤ b . Selanjutnya, karena berlaku untuk
semua b∈B , maka sup A merupakan batas bawah B. Akibatnya diperoleh bahwa
sup A ≤ inf B .
an = f ( n )
(i) Jumlah (addition, sum) dua barisan {an } dan {bn } adalah suatu barisan
ke-n.
Jadi
k {an } = {kan }
(iii) Hasil ganda (product) dua barisan bilangan nyata {an } dan {bn } adalah
an
nyata {bn } adalah suatu barisan bilangan nyata dengan sebagai
bn
{an } = an
{bn } bn
Definisi B.1.3.
Barisan {an } dikatakan konvergen untuk n → ∞ jika terdapat bilangan nyata a
sehingga untuk ∀ bilangan nyata ε > 0 terdapat bilangan asli n0 dan jika
nilangan asli n ≥ n0 berakibat
an − a < ε
Barisan yang dimaksud di dalam Definisi B.4. juga dikatakan kovergen ke a atau
berlimit a untuk n → ∞ dan dituliskan dengan
lim an = a atau lim an − a =
0
n →∞ n →∞
Dalam hal ini a disebut limit barisan {an } . Barisan bilangan nyata {an } dikatakan
Untuk ∀ n, atau dengan kata lain {an } = {a1 , a2 ,..} merupakan himpunan terbatas.
Teorema B.1.1
Setiap barisan bilangan nyata yang konvergen terbatas.
Bukti :
Diambil sebarang bilangan nyata {an } yang konvergen. Jadi ada bilangan nyata k
sehingga untuk ∀ bilangan nyata ε > 0 terdapat bilangan asli n0 dan jika bilangan
asli n ≥ n0 berakibat
an − k < ε
{
M = maks a1 , a2 ,.., an0 −1 , k + ε }
Mudah dipahami bahwa:
an ≤ M
Teorema B.1.2.
Jika bilangan nyata {an } konvergen untuk n → ∞ limitnya tunggal
Bukti :
Andaikan {an } mempunyai limit k dan a. Jadi untuk sebarang bilangan nyata
k − a ≤ an − a + k − an ≤ an − k + an − a
ε ε
< + ε
=
2 2
Teorema B.1.3.
Jika {an } dan {bn } masing – masing barisan bilangan nyata yang konvergen,
=
(ii) lim α an α=
lim an α an ,
n →∞ n →∞
a an lim an a
(iv) Apabila b, bn ≠ 0, ∀n , maka n kurang dari lim
= =
n →∞
n →∞ b
bn n lim bn b
n →∞
Bukti :
Untuk (iii).
lim an = a dan lim bn = b
n →∞ n →∞
Maka untuk ∀ bilangan ε > 0 dapat dipilih bilangan asli n’ dan n” sehingga
(a) Untuk ∀ bilangan asli n ≥ n ' berakibat
ε
an − a <
2 ( M b + 1)
≤ bn an − a + a bn − b
< M b an − a + a bn − b
ε ε
< Mb +a
2 ( M b + 1) 2 { a + 1}
ε ε
< + ε
=
2 2
Definisi barisan di atas hanyalah untuk menguji apakah suatu titik merupakan
limit barisan atau bukan. Sehingga dengan mengambil pernyataan kontraposisi
dari definisi diperoleh, Bilangan t bukan limit dari barisan X = ( x n ) jika terdapat
X konvergen ke x
(a) Untuk setiap lingkungan ε dari x (Vε ( x ) ) , terdapat bilangan asli K(ε)
(Vε ( x ) ) .
(b) Untuk setiap ε>0, terdapat bilangan asli K(ε) sehingga untuk ∀ n ≥ K ( ε ) ,
2. Barisan Monoton
Berikut ini diberikan pengertian mengenai barisan naik dan turun
monoton.
Definisi B.2.1.
Diberikan barisan bilangan real X = (xn ) .
(i) Barisan X dikatakan naik (increasing) jika xn ≤ xn +1 untuk semua n ∈ N .
(ii) Barisan X dikatakan naik tegas (strictly increasing) jika xn < xn +1 untuk
semua n ∈ N .
(iii) Barisan X dikatakan turun (decreasing) jika xn ≥ xn +1 untuk semua n ∈ N .
(iv) Barisan X dikatakan turun tegas (strictly decreasing) jika xn > xn +1 untuk
semua n ∈ N .
3. Barisan Bagian
Pada bagian ini akan diberikan konsep barisan bagian (subsequences) dari suatu
barisan bilangan real.
Definisi B.3.1.
Diberikan barisan bilangan real X = ( xn ) dan diberikan barisan
bilangan asli naik tegas n1 < n2 < .. < nk < .. Barisan X ' = ( xnk ) dengan
(
( xnk ) = xn1 , xn2 ,..., xnk ,... )
disebut dengan barisan bagian atau sub barisan (subsequences) dari X.
4. Barisan Cauchy
Definisi B.4.1.
Barisan bilangan real X = (xn ) disebut barisan Cauchy jika untuk
setiap e > 0 terdapat H (ε ) ∈ N sedemikian hingga untuk setiap n, m ∈ N dengan
n, m ≥ H ( ε ) , berlaku xn − xm < ε .
Contoh :
1
Barisan merupakan barisan Cauchy.
n
2
=
Jika diberikan e > 0 , dapat dipilih H H ( ε ) ∈ N sedemikian hingga H > .
ε
1 1 ε
Maka jika n,m ³ H , diperoleh ≤ < dan dengan cara yang sama diperoleh
n H 2
1 ε
< . Oleh karena itu, jika n,m ³ H(e ) , maka
m 2
1 1 1 1 ε ε
− ≤ + < + =ε
n m n m 2 2
1
Karena berlaku untuk sebarang e > 0 , maka dapat disimpulkan bahwa
n
merupakan barisan Cauchy.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi Rahayu S.Si, Pipit. Hand Out Kuliah Pengantar Analisis Real. Fakultas
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Darmawijaya, Prof.Dr. Soeparna. Pengantar Analisis Real. Fakultas
Matematika dan IPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
//http.Gatutis.staff.fkip.uns.ac.id