Вы находитесь на странице: 1из 23

LAPORAN PENELITIAN

Pengaruh Konsentrasi Garam dalam


Pencelupan Serat Kapas dengan Zat Warna Direk

Oleh : Imroatun Azizah


Sekolah Tinggi TeknologiTekstil Bandung

Pendokumentasian ini didukung oleh

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Zat warna direk merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan
sulfonat sebagai gugusan pelarut.
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara
langsung.selain disebut sebagai zat warna substantive karena dapat terserap baik
oleh selulosa, zat warna direk juga sering disebut sebagai zat warna “ garam “ hal
itu dikarenakan dalam proses pencelupannya selalu harus ditambahkan garam
untuk mempercepat penyerapannya.
Kesimpulan : pada pokoknya penambahan elektrolit ( garam ) kedalam larutan
celup zat warna direk adalah untuk memperbesar jumlah zat warna yang terserap
oleh serat, meskipun zat warna akan mempunyai kepekaan yang berbeda. Semakin
besar / banyak garam yang ditambahkan maka warna yang dihasilkan dari proses
pencelupan dengan zat warna direk akan semakin tua.
Selulosa didalam larutan mempunyai muatan negative pada permukaannya, tidak
akan bias trcelup dengan zat warna direk yang juga bermuatan negative. Akan
tetapi, dengan penambahan elektrolit, maka dapat mengurangi / menghilangkan
muatan negative dalam larutan tersebut. Sehingga pada jarak yang cukup dekat,
molekul – molekul zat warna akan tertarik karena gaya – gaya van derwalls /
ikatan hydrogen yang telah dapat bekerja dengan baik.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


Masalah yang diidentifikasi pada percobaan ini adalah bagaimana pengaruh
penggunaan elektrolit terhadap warna hasil pencelupan dengan zat warna direk
yang dapat mempengaruhi ketuaan dan kekontrasan warna hasil pencucian serta
mengurangi ketidakrataan warna hasil pencucian.
Pada proses pencelupan kain kapas dengan zat warna direk, sering terjadi
kesalahan – kesalahan yang mengakibatkan warna hasil pencelupan tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Hal ini terjadi karena penggunaan resep yang salah,
seperti konsentrasi garam dapur yang kurang tepat.
Jika menginginkan warna yang muda maka konsentrasi garam dapur harus
sedikit tetapi jika menginginkan warna tua, konsentrasi garam dapur yang

2
digunakan harus lebih banyak. Selain itu, warna hasil pencelupan sering tidak rata,
hal ini biasa terjadi karena penambahan garam dapur dilakukan pada awal proses
dan dimasukkan secara langsung (tidak bertahap). Ketika garam dapur
ditambahkan bersama dengan zat warna dan bahan, daya penyerapan awal sangat
besar, sehingga zat warna yang masuk ke dalam bahan sangat besar, sedangkan
pori – pori dalam bahan atau kain kapas tidak mampu menampung semua zat
warna yang akan masuk kedalamnya. Hal inilah yang mengakibatkan ketidakrataan
warna hasil pencelupan.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
elektrolit pada proses pencelupan kain kapas dengan menggunakan zat warna
direk.
Tujuannya adalah untuk membandingkan tua mudanya hasil pencelupan
kain kapas dengan menggunakan zat warna direk yang berbeda konsentrasi
elektrolitnya.

IV. KERANGKA PEMIKIRAN


Untuk memperoleh kain dengan hasil dan kualitas yang baik, diperlukan
urutan proses yang sesuai dengan kondisi yang akan mempengaruhi kain tersebut.
Penggunaan garam dapat mempengaruhi ketuaan warna dan kerataan hasil
pencelupan. Semakin banyak pemakaian garam dapur ( elektrolit ) dalam
pencelupan, maka penyerapan zat warna semakin besar sehingga warna hasil
pencelupan tua. Begitu pula sebaliknya semakin sedikit pemakaian garam dapur
dalam pencelupan, maka zat warna semakin sedikit sehingga warna hasil
pencelupan semakin muda.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat
warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam
larutan tersebut, sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat penyerapan
ini terjadi karena reaksi eksotermik ( mengeluarkan panas ) dan keseimbangan.

3
Jadi, pada pencelupan terjadi tiga peristiwa penting yaitu :
 Melarutkan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna bergerak
menempel pada bahan peristiwa ini disebut migrasi.
 Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap, menempel pada bahan
peristiwa ini disebut absorbsi.
 Penyerapan zat warna dari permukaan bahan kedalam bahan, peristiwa ini
disebut dipusi, kemudian terjadi fiksasi.
Pada tahap ini diperlukan bantuan luar seperti : menaikan suhu, menambah
zat pembantu seperti garam dapur.
Berdasarkan uraian diatas maka pada percobaan ini dilakukan dengan
memvariasikan kosentrasi elektrolit yang digunakan. Dengan konsentrasi suhu dan
waktu yang ditetapkan sama untuk seluruh proses yaitu paa suhu 100oC, dengan
waktu 30 menit. Percobaan prses pencelupan ini memerlukan suasana pH yang
netral.karena kalau dalam suasana alkali,akan menghambat proses penyerapan.
Untuk mendapatkan kerataan warna dan ketuaan warna sesuai yang
diinginkan selama proses pencelupan diperlukan penambahan elektrolit yang
sesuai. Oleh karena itu untuk melihat warna hasil pencelupan dengan variasi
elektrolit ada beberapa hal yang dapat dijadikan parameter antara lain : nilai
pengamatan ketuaan warna secara visual.

V. METODE PERCOBAAN
Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1) studi pustaka
penulisan mempelajari teori yang berkaitan dengan percobaan melalui buku
dan laporan – laporan penelitian. Sehingga dapat menjadi bahan hipotesa
dan mendasari kerangka pemikiran dan penelitian.
2) Percobaan
Untuk membuktikan hipotesa dan data yang diperoleh, penulis melakukan
percobaan awal terhadap masalah yang diambil dalam skala laboraturium.
3) Pengolahan data
Data hasil percobaan selanjutnya di olah dan di analisa.
4) Penarikan kesimpulan

4
Kesimpulan diambil dari hasil pengolahan data.

VI. Diagram Alir

Kain kapas yang telah dikelantang

Proses Pencelupan :
- Zat warna Direk :X%
- NaCl : 0 – 15 g/L
- Suhu : 100o C
- Waktu : 45 - 60 Menit
- Vlot : 1 : 30

Pembilasan sebanyak 2 kali


(Suhu : Ruangan, waktu : 5 Menit)

Pengeringan

Pengujian :
Pengamatan ketuaan
warna secara visual

5
BAB II
TEORI PENDEKATAN

I. Serat Kapas
Kapas adalah salah satu jenis serat tumbuh-tumbuhan yang banyak
dipergunakan dalam industri tekstil, baik sebagai 100 % serat kapas maupun
sebagai campuran serat lainnya.
Sebagai bahan campuran serat kapas dapat memperbaiki kekurangan dari
serat lainnya seperti daya tahan panas dan daya serat air, karena kedua sifat
tersebut sangat baik pada serat kapas. Serat kapas terutama terutama tersusun dari
zat selulosa, oleh karena itu sifat kimia dan fisika serat kapas tergantung pada sifat
kimia dan fisika selulosa.
Zat-zat selain selulosa yang terdapat dalam serat kapas harus dihilangkan.
Cara menghilangkannya itu adalah dengan cara pemasakan dalam larutan NaOH.
Semua zat kecuali pigmen dan selulosa akan hilang. Pigmen dihilangkan dengan
proses pengelantangan yang menggunakan zat oksidator seperti NaOCl, CaOCl2
dan sebagainya.
1. Struktur serat kapas
a. Morfologi
 Penampang Melintang
Bentuk penampang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai
bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal.
Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian.
- Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan protein.
Adanya lilin menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan zat
pewarna. Berfungsi melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose tetapi
juga mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung lilin.
Selulose dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus yang
tidak tersusun sejajar sepanjang serat tetapi membentuk spiral mengelilingi

6
sumbu serat.

- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang merupakan bagian utama serat
kapas. Dinding ini juga merupakan lapisan benang yang halus yang
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat. Arah putarannya berubah-
ubah.
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding dinding
sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi
dari serat ke serat lain maupun sepanjang satu serat.
Gambar 1.2 berikut adalah penampang serat kapas.

Melintang Membujur

b. Komposisi kimia
1. Selulosa
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat kapas terutama
tersusun dari zat selulosa. Derajat polimerisasi selulosa serat kapas kira-
kira 10.000 dan berat molekulnya kira-kira 1.580.000.
2. Pektat
Pektat adalah suatu karbihidrat dengan berat molekul yang tinggi.
Struktur molekulnya seperti struktur molekul selulosa. Pektat terutama

7
tersusun oleh susunan linier sisa-sisa asam galakturonat dalam garam-
garam kalsium dan besi yang tidak larut.
3. Lilin
Karena adanya lilin, maka akan mengurangi gaya gesekan
sehingga kekuatan benang akan lebih rendah.
4. Zat-zat yang mengandung Protein
Zat-zat protein yang dalam kapas diduga berasal dari sisa-sisa
protoplasma kering yang tinggal dalam lumen setelah selnya mati.
5. Abu
Zat abu terutama terdiri dari garam-garam magnesium, kalsium
atau kalium pospat, sulfat atau khlorida. Garam-garam karbonat
merupakan bagian yang paling besar.
6. Pigmen dan zat lainnya.
Komposisi kimia serat kapas mentah tercantum dalam tabel
dibawah ini.
Komposisi Kimia Serat Kapas Mentah.
Macam Zat % terhadap berat kering
Selulosa 94
Protein 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat lainnya 1,7
Kandungan air 8

2. Selulosa
Selulosa merupakan bagian pokok serat kapas, oleh karena itu untuk
mengetahui mekanisme pencelupan serat kapas dengan zat warna direk
diperlukan keterangan mengenai selulosa. Zat-zat selain selulosa yang terdapat
dalam serat kapas merupakan kotoran dan harus dihilangkan karena akan
mengganggu proses pencelupan.
Kotoran tersebut dapat dihilangkan dengan proses pemasakan dalam
larutan NaOH, semua kotoran kecuali pigmen dan selulosa akan hilang
sehingga persentase kotoran dalam serat kapas menjadi sangat kecil. Pigmen
dapat dihilangkan dengan proses pengelantangan yang menggunakan oksidator
seperti NaOCl, CaOCl2 dan sebagainya.

8
a. Struktur molekul selulosa
Selulosa adalah sebuah polimer karbohidrat yang mempunyai berat
molekul yang tinggi, selulosa tersusun dari monomer d-glukosa yang
dihubungkan satu sama lain oleh suatu ikatan β – 1 – 4 glikosida, sehingga
membentuk suatu rantai yang sangat panjang. Derajat polimerisasi selulosa
serat kapas kira-kira 10.000 sedangkan berat molekulnya kira-kira
1.580.000.
Rumus empiris selulosa yang asli adalah ( C6H12O6 ) n – ( n – 1 )
H2O. tetapi oleh karena n merupakan bilangan yang sangat besar maka satu
dapat diabaikan terhadap n, sehingga rumus empiris selulosa dapat ditulis
menjadi ( C6H10O6 )n. Bagaimana ikatan antara unit-unit monomer d-
glukosa dapat terlihat dalam gambar dibawah ini.

b. Struktur fisika selulosa


Polimer selulosa tersebut kemudian bergabung satu sama lain oleh
suatu ikatan hidrogen diantara gugus-gugus hidroksil, sehingga membentuk
zat yang besar yang menyebabkan serat selulosa dapat terlihat oleh mata.
Berdasarkan penyelidikan dengan menggunakan sinar X oleh Meyer
penggabungan rantai-rantai molekul selulosa tersebut terdiri dari dua
bentuk yaitu :
1. Bagian yang berbentuk Kristalin
Bagian ini terdiri dari gabungan rantai-rantai molekul yang
tersusun secara teratur, yaitu rantai-rantai molekul tersebut sejajar satu
sama lain.

2. Bagian yang berbentuk Amorf.

9
Terdiri dari gabungan rantai-rantai molekul selulosa yang
susunannya tidak beraturan. Bagian yang kristalin tidak dapat dimasuki
air atau pereaksi-pereaksikimia lainnya,sedangkan bagian amorf dapat
dimasukinya. Oleh karena itu kecepatan pencelupan selulosa tergantung
dari banyak sedu\ikitnya selulosa tersebut, mengandung bagian yang
amorf.
Gambar berikut menunjukkan struktur fisika selulosa.

Selulosa serat kapas mengandung 70 – 80 % bagian yang kristalin


dan sisanya yaitu 20 – 30 % merupakan bagian amorf.
3. Sifat-sifat serat kapas
a. Sifat Fisika
 Warna
Serat kapas berwarna putih kekuning-kuningan
 Kekuatan
Kekuatan serat kapas cukup tinggi, kekuatan dalam keadaan basah lebih
tinggi daripada kekuatan dalam keadaan kering, sehingga sangat
menguntungkan untuk proses pencelupan, karena pada proses
pencelupan akan ada tarikan-tarikan pada kain kapas tersebut
 Mulur
Mulur serat kapas 4 – 13 %
 Kandungan Air
Dalam keadaan standart, serat kapas mengandung 7 – 8,5 % air
terhadap berat kering.
 Berat Jenis
Berat jenis serat kapas 1,5 – 1,56
 Indeks Bias
Indeks bias sejajar sumbu serat 1,58.
Indeks bias melintang sumbu serat 1,53.

10
b. Sifat Kimia
 Oksidasi
Serat kapas dapat teroksidasi membentuk oksiselulosa sehingga
kekuatan serat akan turun.
 Asam
Serat kaps akan terhidrolisa oleh asam membentuk hidroselulosa.
Degradasi serat kapas akan lebih cepat didalam asam kuat dan pekat.
 Alkali
Serat kapas tahan akan alkali, alkali kuat dengan konsentrasi yang
tinggi hanya akan menggelembungkan serat. Oleh karena itu, alkali
dipergunakan untuk proses merserisasi.
 Jamur dan Bakteri
Dalam kondisi yang lembab dan temperatur yang hangat, jamur dan
bakteri akan menyerang serat kapas.

II. Zat Warna Direk


Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup selulosa secara
langsung tanpa bantuan suatu mordan.
disebut juga zat warna substantif karena dapat terserap baik oleh selulosa atau zat
warna garam karena dalam pencelupannya selalu harus ditmbah garam untuk
memperbesar penyerapan. Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat protein.
Zat warna direk yang pertama dikenal adalah congo red, ditemukan oleh Bottiger
tahun 1884.
1. Struktur Molekul Zat Warna Direk
Struktur molekul zat warna direk tersusun oleh tiga unsur pokok yaitu :
a. Gugus pembawa warna.
Gugus pembawa warna mempunyai sistim ikatan rangkap dan
tunggal berselang seling secara bergantian. Kebanyakan dalam zat warna
direk berbentuk Azo seperti mono azo,diazo, triazo dan tetra azo.

11
b. Gugus yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
Menurut F.L.Rose gugus ini terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Gugus yang mempunyai elektron “Lonepair” dan berbentuk pemberi
elektron.
contoh : -N=N- , H-O- , NH2 , NHR.
2. Gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat. Gugus ini bertindak sebagai pemberi hidrogen.
c. Gugus Pelarut
Ialah yang menyebabkan zat warna larut dalam suatu zat pelarut
tertentu, misalnya dalam air.
contoh : SO3Na , COONa
Disamping memiliki gugus-gugus tersebut diatas, zat warna direk
harus mempunyai persyaratan-persyaratan lainnya agar substantif terhadap
serat.
Syarat-syarat yang dimaksudkan itu ialah :
1. Inti-inti aromatiknya harus terletak dalam satu bidang.
2. Molekul-molekul harus berbentuk linier.
3. Ada sistim konyugasi ganda yang dengan resonansi akan
mempermudah terbentuknya susunan “coplanar”, sehingga akibatnya
mempermudah terjadinya ikatan hidrogen pada ujung sistim konyugasi.

12
2. Penggolongan Zat Warna Direk
Menurut Society of Dryer and Colourist zat warna direk dapat
digolongkan dalam tiga golongan yaitu :
a. Golongan A
Yakni zat warna yang tanpa penambahan garam mempunyai daya
serap yang baik dan daya perataan yang tinggi. Pada permulaan pencelupan
mungkin diperoleh hasil yang tidak rata, tetapi hal ini dpat diperbaiki
dengan pendidihan.
Contoh dalam tabel berikut adalah zat wrna direk golongan A yang
dipakai mencelup rayon 30 menit, suhu 90 C dan perbandingan larutan
1:10.
Zat Warna Persentase Penyerapan dengan variasi garam

0% 0,1% 0,5% 1% 5%
Beranil F. 75 81 89 93 100
Bordeau X4BL
Cholorarol 54 66 77 82 95
F.Black BKS
Diazo Brill 70 74 82 86 94
Orange G.R
Peramine E Red F 66 68 68 93 100

Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 239
b. Golongan B
Yakni zat warna tanpa garam mempunyai daya serap dan dya perata
yang rendah.
Penambahan garam dalam pencelupan dengan zat wrn ini harus
dilakukan berhati-hati, sebab penambhan gram yang terlalu cepat akan
menghasilkan celupan yang tidak rata.
Bila pada permulan penceluo\pan diperoleh warna yang tidak rata,
akan sukar untuk diperbaiki.
Tabel berikut menunjukkan contoh zat warna direk golongan B
yang dipakai dalam pencelupan rayon seperti contoh golongan A.

13
Contoh zat warna direk golongan B :
Zat Warna Persentase Penyerapan dengan variasi garam

0% 0,1% 0,5% 1% 5%
Benzanil 12 29 43 57 85
F.Brown 3RL
Cholorarol 0 5 42 68 94
Blue B 525
Diphenil Blue 30 45 66 84 94
M2B 300
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 240
c. Golongan C
Yakni zat warna yang tanpa garam memounyai daya serap yang
baik tapi daya peratanya rendah.
Pencelupan dengan zat warna golongan ini harus dilakukan dengan
pengontrolan temperatur. Tabel berikut ini menunjukkan contoh zat warna
direk golongan C yang dipakai dalam pencelupan rayon seperti golongan A
dan B.
Contoh zat warna direk golongan C :
Zat Warna Persentase Penyerapan dengan variasi garam

0% 0,1% 0,5% 1% 5%
Benzo purpurin 82 94 100 100 100
4 B 180
Diphenil Brill 56 72 89 93 100
Blue FF 165
Paramine 46 52 73 82 93
Black BH 240
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 241

14
III.Pencelupan Kapas dengan Zat Warna Direk
Pencelupan adalah proses pemberian warna yang merata pada suatu bahan
dan keadaannya kurang lebih permanen, dan sebagai bahan pewarna digunakan zat
warna.
Mekanisme Pencelupan
Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke dalam
serat terjadi secara bertahap :
1. Difusi zat warna dalam larutan
Didalam larutan zat warna direk berbentuk molekul tunggal dan
beragregat. Molekul-molekul ini dalam keadaan gerak dan tidak mempunyai
arah tertentu. Gerakan secara terarah akan terjadi jika ada gaya penggeraknya.
Gaya penggerak ini dapat disebabkan karena adanya gradien konsentrasi dalam
larutan atau perbedaan pontensial elektro statik dibagian-bagian tertentu di
dalam larutan. Gerakan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi
tersebut disebut difusi.
Difusi merupakan proses pemindahan dengan adanya proses difusi
maka akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan yang
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat
serat dalam larutan cenderung bermuatan negatif, demikian pula zat
warna direk dalam larutan juga bermuatan negatif. Dengan demikian akan
terjadi gaya tlak menolak antara zat warna dengan serat.
Agar zat warna dapat menempel pada permukaan serat, maka zat warna
harus dapat melampaui beberapa rintangan, yaitu :
a. Rintangan muatan adalah rintangan yang dialami oleh butir zat
warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena adanya gaya tolak
menolak antara butir zat warna dengan serat.
b. Rintangan entropi adalah rintangan yang dialami oleh butir zat
warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena pengarahan
molekul zat warna kurang. Posisi butir zat warna direk dipermukaan serat
harus sejajar dengan sumbu serat.

15
3. Difusi zat warna ke dalam serat
Adsorpsi zat warna pada permukaan serat menyebabkan konsentrasi
dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan di dalam serat konsentrasi mula-
mula adalah nol. Apabila butir-butir zat warna tersebut mempunyai energi
untuk masuk ke dalam serat maka akan terjadi proses pemindahan zat warna
dari permukaan serat ke dalam serat.
Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau agregat
kecil masuk ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan panas serta
mengembangnya kapas, maka butir-butir zat warna akan masuk lebih cepat dan
bermigrasi ke bagian kristalin lewat antar molekul selulosa.
4. Ikatan zat warna dengan serat
Setelah berada dalam serat, kemudian zat warna tersebut mengadakan
ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus-gugus yang
bertindak sebagai pembri elektron atau gugus-gugus yang mengandung
hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen dalam zat warna dengan
gugus-gugus hidroksil didalam serat.
Ikatan hidrogen antara serat dengan zat warna terjadi dalam dua bentuk,
yaitu :
a. Bentuk ikatan anatara gugus hidroksil serat dengan gugus pemberi
elektron dalam zat warna. Dalam hal ini gugus hidroksil serat akan
bertindak sebagai pemberi hidrogen.
b. Bentuk ikatan antara gugus hidroksil serat dengan gugus yang
mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen yang
terdapat pada warna. Dalam hal ini unsur oksigen dari gugus hidroksil serat
akan bertindak sebagai pemberi elektron dan gugus zat warna sebagai
pemberi hidrogen.
R N H O Sel R N HO sel

H H N R
Disamping ikatan hidrogen, dapat pula terjadi ikatan ” Van der Waals ”.
Ikatan ”Van der Waals” antara selulosa dengan zat warna telah diteliti oleh
deal, yaitu karena adanya ikatan rangkap yang berkonyugasi dimana ujung dari

16
ikatan rangkap yang berkonyugasi saling tarik menarik dengan gugus hidroksil
selulosa.
IV. Pengaruh NaCl terhadap Pencelupan serat kapas dengan Zat Warna
Direk
Adanya NaCl dalam larutan celup akan memperbesar penyerapan zat warna
oleh selulosa. Selulosa didalam larutan mempunyai muatan negatif dan akan
menolak anion zat warna. Adanya elektrolit akan mengurangi muatan negatif
tersebut, sehingga butir zat warna akan tertarik oleh serat karena gaya-gay Van der
Waal atau ikatan hidrogen telah bekerja dengan baik.
Disamping itu NaCl akan mengurangi ionisasi butier zat warna, sehingga
diharapkan larutan celup lebih banyak mengandung butir zat warna yang
membentuk molekul tunggal atau agregat, karena yang terserap selulosa adalah
butir zat warna yang berbentuk seperti tersebut diatas.
Dengan adanya NaCl tersebut maka disamping mempercepat penyerapan
juga akan memperbesar jumlah zat warna yang terserap, sehingga diperoleh warna
yang lebih tua.
Zat warna golongan A dan C tidak begitu peka terhadap garam. Pencelupan
dengan zat warna ini dapat mencelup tua tanpa adanya garam.
Zat warna B sangat peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna
golongan ini akan memberikan warna yang sangat muda tanpa adanya garam.
Zat warna dengan gugus sulponat sedikit dapat mencelup selulosa dengan
warna tua tanpa garam. Zat warna dengan gugus sulfonat banyak hanya
memberikan noda tanpa adanya garam.

17
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

I. Percobaan
Maksud Dan Tujuan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh elektrolit
pada proses pencelupan kain kapas dengan menggunakan zat warna direk.
Tujuannya adalah untuk membandingkan tua mudanya hasil pencelupan kain kapas
dengan menggunakan zat warna direk yang berbeda konsentrasi elektrolitnya.
Alat dan Bahan
Alat
- Piala Gelas
- Gelas Ukur
- Timbangan Elektrik
- Bunsen + Kasa + Kaki tiga
Bahan
- Zat Warna Direk
- Garam Dapur / garam glauber
Resep
Zat Warna :X%
Garam Dapur / Garam Glauber : 0 – 5 g/L
Suhu :100o C
Waktu : 45 – 60 Menit
Skema Proses
Zat warna direk 100oC
Garam dapur

40OC

18
0 10 20 30 90 menit

Prosedur
1 Melarutkan Zat Warna
Zat warna direk dibuat pasta dengan air dingin dan sedikit zat pembasah, kemudian
ditambah air panas sampai larut.
2. Cara Pencelupan
- Zat warna direk yang telah larut dimasukkan kedalam larutan celup pada suhu
40oC.
- Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit.
- Garam dapur atau garam glauber dimasukkan dan suhu dinaikkan perlahan
lahan sampai mendidih. Pencelupan diteruskan selama 45 – 60 menit.
- Setelah selesai bahan diangkat dan dicuci bersih.

II. Pengujian
Pengamatan Ketuaan Warna Secara Visual
a) Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketuaan warna hasil proses pencelupan yang
dilakukan oleh pengamat yang jumlahnya dibatasi.
b) Alat dan bahan
- Contoh uji
- Lembar hasil pengamatan
- Pensil
c) Prinsip Pengujian
Pengujian pengamatan visual ini dilakukan oleh lima orang pengamat. Pengamat
melakukan pengamatannya tanpa tekanan atau bujukan dari pihak lain, kecuali penjelasan
arti dari penulis. Dengan menggunakan metode perangkingan terhadap kain contoh uji
didapatkan kain dengan hasil yang optimum.
d) Cara kerja
- Contoh uji disiapkan berukuran 10 x 15 cm dan diberi label huruf secara acak tanpa
diketahui oleh calon pengamat.
- Pengamat berjumlah lima orang dan melakukan pengamatan secara perorangan dan
terpisah.

19
- Pengamat melakukan pengamatan terhadap warna dari kain kapas dan menentukan
rangking.

e) Evaluasi
Nilai hasil pengamatan visual dari lima orang pengamat dijumlahkan dan dirangking
secara ulang sesuai dengan variasi. Hasil nilai dijumlahkan sehingga diperoleh hasil akhir.
Jumlah nilai yang paling besar merupakan ketuaan warna yang optimum dan paling baik.
Rangking untuk ketuaan adalah 1 – 4, dengan rangking 1 untuk ketuaan warna yang paling
baik dengan nilai 20 dan rangking 4 untuk ketuaan warna yang kurang baik dengan nilai 6.
f) Data Pengujiaan
Resep
Total
Kadar Orang 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Rangking
nilai
NaCl
Golongan A
0 g/l 3 2 2 3 4 13 4
5 g/l 4 3 3 2 3 15 3
10 g/l 3 3 4 3 4 17 2
15 g/l 4 3 3 4 4 18 1
Golongan B
0 g/l 1 2 1 1 1 6 4
5 g/l 2 1 3 2 2 10 3
10 g/l 3 3 2 4 3 15 2
15 g/l 4 4 4 3 4 20 1
Golongan C
0 g/l 3 3 2 2 2 12 4
5 g/l 3 3 3 3 2 14 3
10 g/l 4 2 4 4 3 17 2
15 g/l 4 3 4 4 4 18 1

BAB IV

20
DISKUSI

Adanya garam dapur akan mengurangi muatan negatif permukaan serat atau butir
zat warna sehingga akan mempercepat dan memperbesar jumlah zat warna yang terserap
oleh serat.
Zat warna Direk golongan A dan C tidak begitu peka terhadap garam.Penambahan
5 – 10 g/l garam dapur sudah cukup memberikan warna tua.Penambahan garam dapur
selebihnya tidak begitu keliatan lagi penambahan tua.Zat warna direk golongan B sangat
peka terhadap garam.Pencelupan dengan zat warna ini akan mencelup sangat muda tanpa
penambahan garam.Penambahan garam sampai 15 g/l masih menambah ketuaan warna.
Dalam praktiknya penambahan garam tidak boleh dilakukan sekaligus melainkan harus
bertahap dan sebaiknya dimasukkan setelah beberapa menit bahan terendam zat warna
untuk mencegah terjadinya ketidakrataan hasil pencelupan.
Dari hasil pengamatan secara visual tersebut dapat diartikan bahwa garam dapur
yang digunakan sangat berpengaruh terhadap banyaknya zat warna yang masuk terserap
kedalam bahan / kain kapas tanpa mengubah konsentrasi zat warna yang digunakan.
Selain berfungsi untuk menambah daya serap kain kapas terhadap zat warna, garam dapur
juga berfungsi untuk mempercepat proses penyerapan kain kapas terhadap zat warna
sehingga sering disebut sebagai zat katalis.
Akan tetapi, garam dapur akan bekerja dengan sangat baik bila didukung dengan
suasana tertentu seperti suhu.Dengan suhu yang tinggi (suhu mendidih), maka reaksi akan
berjalan lancar sehingga hasil pencelupan menjadi baik,sesuai dengan yang diinginkan.

BAB V

21
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan terhadap variasi penggunaan garam
dapur dalam pencelupan kain kapas dengan zat warna direk kayarus red dan
pengaruhnya terhadap ketuaan warna hasil pencelupan ,maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Garam dapur memiliki pengaruh terhadap proses pencelupan kain kapas dengan
zat warna direk,kenaikkan konsentrasi garam dapur dalam larutan
celup,menyebabkan beda warna semakin besar, yaitu ketuaan warna semakin
meningkat.
2) Suhu larutan juga memiliki pengaruh terhadap kinerja elektrolit (garam dapur)
dalam proses pencelupan.Dengan kenaikkan suhu larutan,maka elektrolit dapat
bekerja dengan cepat sehingga proses penyerapan berjalan lebih cepat.

5.2. Saran
1) Agar lebih efisien dan ekonomis,apabila menginginkan warna tua pada hasil
pencelupan kain kapas dengan zat warna direk, maka sebaiknya menaikkan
konsentrasi garam dapur yang digunakan tanpa menaikkan konsentrasi zat warna
yang digunakan sehingga lebih ekonomis dan hemat.
2) Penambahan gapram dapur kedalam larutan celup sebaiknya dilakukan beberapa
saat setelah kain terendam pada larutan celup,agar zat warna masuk secara teratur
dan perlahan sehingga didapat hasil pencelupan yang rata dan maksimum.

DAFTAR PUSTAKA

22
Soeprijono,p.,et al.,serat-serat tekstil,textbook ITT,1973
Rasjid,Djupri,et al.,eknologi pengelantangan, pencelupan dan pencapan.Textbook
ITT,1973
Trotman,E.R,.Dyeing and chemical Technology of Textile fibres,fourth
edition,London,1970
Vickerstaff,T.Phycical chemistry of Dyeing Olver and Dyes,London,1950
www.google.com/serat kapas

23

Вам также может понравиться