Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I

IDENTIFIKASI OBAT

Disusun oleh:
KELOMPOK A-1
1. SARTIKA (G1F009001)
2. NURUL LAYYIN HARIROH (G1F009002)
3. AYU FITRYANITA (G1F009003)
4. RIZKY RAMDANIA (G1F009010)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2010
A. Judul Praktikum : Identifikasi Obat

B. Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 12 Oktober 2010

C. Tujuan Praktikum : Mampu mengidentifikasi, pemurnian, dan


pemisahan suatu senyawa obat dalam sampel
menggunakan prinsip analisis kimia kualitatif

D. Prinsip Percobaan
Analisis kualitatif, yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi
suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Walaupun analisis kualitatif
sudah banyak ditinggalkan, namun analisis kualitatif ini merupakan alikasi
prinsip-prinsip umum dan konsep-kosep dasar yang telah dipelajari dalam
kimia dasar. Analisis kualitatif senyawa obat membahas tentang identifikasi
suatu zat fokus kajiannya adalah unsur apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Untuk memudahkan dalam suatu identifikasi, sebaiknya senyawa obat yang
diidentifikasi detentukan dahulu struktur kimia organinya sehingga kita dapat
mengetahui golongan unsur, analisis gugus, unsur-unsur penyusun senyawa
(C, N, S, P atau halogen) dari senyawa obat, kemudian memudahkan kita
unruk mengetahui sifat-sifat kimia kimia seperti kelarutan (Auterhoff dan
Kovark,1978).
Identifikasi senyawa obat yang telah terekstraksi yang diperiksa
organoleptiknya meliputi bentuk, bau, rasa dan kelarutan, kemudian di
lajutkan dengan pemeriksaan pendahuluan berupa kelarutan dalam asam dan
basa, analisis unsur N, S, dan halogen. Diperiksa gugus fungsinya dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus untuk golongan senyawa tersebut
(Anonim,2010).

E. Prosedur Percobaan
1. Uji Organolepik
Pengamatan pendahuluan dengan menggunakan panca indra,
dilihat, diraba kehalusanya dengan ujung jari, dibau dan dirasakan.
Sehingga di dapat kan hasil sebagai berikut :
Nama
No. Warna Bau Rasa Kehalusan
Sampel
1. Nipagin Putih Menyengat Tidak ada Halus
Ada, tidak
2. CTM Putih terlalu Pahit Halus
menyengat
3. Amilum Putih Tidak ada Tidak ada Halus
4. Theofilin Putih Menyengat Pahit Halus
Bolus
5. Putih Bau khas Tidak ada Halus
Alba
Sulfani-
6. Putih Tidak ada Tidak ada Agak Kasar
lamid
Khas, tidak
7. Talk Putih terlalu Tidak ada Halus
menyengat
8. Hexamin Putih Bau khas Pahit Agak Kasar
Asam
9. Putih Menyengat Pahit, asam Halus
Salisilat
Paraseta-
10. Putih Menyengat Pahit Halus
mol
Nikoti-
11. Putih Menyengat Pahit Halus
namida
Sulfa-
12. Putih Tidak ada Tidak ada Halus
guanidin
Na- Kasar,
13. Putih Tidak ada Pahit, asin
benzoat granul
14. Zat L Putih Menyengat Pahit, asam Halus

2. Uji Kelarutan
Zat di coba di uji kelarutanya dengan bermacam-macam zat pelaut
baik organik maupun anoganik. Pada pecobaan kali ini, zat oraganik
yang dipakai adalah alkohol 70% sedangkan anorganinya adalah
aquades. Sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut :
No Anorganik Organik
Nama Sampel
. (Akuades) (Alkohol 70%)
1. Nipagin Larut Tidak larut
2. CTM Larut Larut
3. Amilum Larut Larut
4. Theofilin Tidak larut Larut
5. Bolus Alba Larut Larut
6. Sulfanilamid Larut Larut
7. Talk Larut Larut
8. Hexamin Larut Larut
9. Asam Salisilat Tidak larut Tidak larut
10. Parasetamol Tidak larut Tidak larut
11. Nikotinamida Larut Larut
12. Sulfaguanidin Tidak larut Tidak larut
13. Na-benzoat Larut Tidak larut
14. Zat L Tidak larut Tidak larut

3. Fluoresensi di Bawah Lampu Ultraviolet


Bentuk serbuk dalam larutan aquades dilihat dibawah lampu
ultraviolet, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
No
Nama Sampel Warna
.
1. Nipagin Putih ( - )
2. CTM Hijau ( - )
3. Amilum Putih ( - )
4. Theofilin Hijau-putih ( - )
5. Bolus Alba Hijau ( + )
6. Sulfanilamid Putih ( + )
7. Talk Putih ( - )
8. Hexamin Putih-hijau ( - )
9. Asam Salisilat Biru-hijau ( - )
10. Parasetamol Hijau-Biru ( - )
11. Nikotinamida Hijau ( - )
12. Sulfaguanidin Hijau ( - )
13. Na-benzoat Hijau ( - )
14. Zat L Biru-hijau ( - )

4. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluaan untuk mengetahui termasuk golongan apa
senyawa yang diselidiki. Dalam percobaan kali ini analisis pendahuluaan
yang dilakukan hanya analisis golongan karbohidrat, fenol/salisilat dan
anilin dengan cara :
a. Golongan Karbohidrat
Senyawa obat +¿ NaOH dipanaskan larutan warna kuning (jika
terjadi aldolkondensasi)
b. Golongan Fenol/Salisilat
Senyawa obat +¿ FeCl3  larutan warna ungu-biru
Senyawa obat +¿ etanol larutan warna kuning (fenol)
c. Golongan Anilin
Senyawa obat +¿ NaOH +¿ etanol dipanaskan larutan berbau
isonitril (bau busuk).
Dari analisis pendahuluan sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut :
No. Nama Sampel Karbohidrat Fenol Anilin
1. Nipagin x x √
2. CTM x x √
3. Amilum √ x √
4. Theofilin x x √
5. Bolus Alba x x √
6. Sulfanilamid x x √
7. Talk x x √
8. Hexamin x x x
9. Asam Salisilat x √ √
10. Parasetamol x √ √
11. Nikotinamida x x √
12. Sulfaguanidin x x √
13. Na-benzoat √ x √
14. Zat L x √ √

5. Reaksi Khusus
Reaksi khusus untuk menguji apakah reaksi yang terjadi dari suatu
senyawa obat sama dengan literatur dan khusus zat L (zat yang belul
diketarui senyawa obatnya) untuk memastikan dan menguji jenis
senyawa obat yang ada pada zat tersebut. Pada percobaan kali ini reaksi
khusus yang dilkukan hanya asam salisilat, paracetamol, amilum,
nipagin, dan sulfaguanidin dikarenakan kerebatasan kesediaan larutan uji
di laboratorium.
a. Asam Salisilat
Asam salisilat +¿ 1-2 tetes besi (III) klorida dipanaskan larutan
warna ungu.
b. Parasetamol
10 mg parasetamol dilarutkan dengan 10 ml aquades +¿ 1 tetes
larutan FeCl3  larutan warna biru.
c. Amilum
Amilum +¿ larutan yodium  larutan warna ungu
d. Nipagin
Nipagin +¿ akuades dididihkan lalu didingnkan +¿ larutan FeCl3 
larutan warna ungu  larutan warna coklat.
e. Sulfaguanidin
 Sulfaguanidin +¿ larutan NaOH, dinetralkan dengan asam +¿
larutan CuSO 4 dikocok larutan warna jingga.
 Sulfaguanin+¿ larutan NaOH  sulfaguanin tidak larut
dididihkan larutan berbau amoniak.
d. Zat L
Dengan uji khusus zat L diduga paracetamol dan asetosal karena
pada reaksi khusus zat L menunjukan seperti reaksi dibawah ini :
 Zat L dilarutkan dengan 10 ml aquades +¿ 1 tetes larutan FeCl3
 larutan warna biru (paracetamol)
 Zat L +¿ 1-2 tetes besi (III) klorida dipanaskan larutan warna
ungu (asam salisilat).

F. Data Percobaan
1. Uji Organoleptik
Nama
No. Warna Bau Rasa Kehalusan
Sampel
1. Nipagin Putih Menyengat Tidak ada Halus
Ada, tidak
2. CTM Putih terlalu Pahit Halus
menyengat
3. Amilum Putih Tidak ada Tidak ada Halus
4. Theofilin Putih Menyengat Pahit Halus
Bolus
5. Putih Bau khas Tidak ada Halus
Alba
Sulfani-
6. Putih Tidak ada Tidak ada Agak Kasar
lamid
Khas, tidak
7. Talk Putih terlalu Tidak ada Halus
menyengat
8. Hexamin Putih Bau khas Pahit Agak Kasar
Asam
9. Putih Menyengat Pahit, asam Halus
Salisilat
Paraseta-
10. Putih Menyengat Pahit Halus
mol
Nikoti-
11. Putih Menyengat Pahit Halus
namida
Sulfa-
12. Putih Tidak ada Tidak ada Halus
guanidin
Na- Kasar,
13. Putih Tidak ada Pahit, asin
benzoat granul
14. Zat L Putih Menyengat Pahit, asam Halus

2. Uji Kelarutan
No Anorganik Organik
Nama Sampel
. (Akuades) (Alkohol 70%)
1. Nipagin Larut Tidak larut
2. CTM Larut Larut
3. Amilum Larut Larut
4. Theofilin Tidak larut Larut
5. Bolus Alba Larut Larut
6. Sulfanilamid Larut Larut
7. Talk Larut Larut
8. Hexamin Larut Larut
9. Asam Salisilat Tidak larut Tidak larut
10. Parasetamol Tidak larut Tidak larut
11. Nikotinamida Larut Larut
12. Sulfaguanidin Tidak larut Tidak larut
13. Na-benzoat Larut Tidak larut
14. Zat L Tidak larut Tidak larut

3. Fluoresensi di bawah UV
No
Nama Sampel Warna
.
1. Nipagin Putih ( - )
2. CTM Hijau ( - )
3. Amilum Putih ( - )
4. Theofilin Hijau-putih ( - )
5. Bolus Alba Hijau ( + )
6. Sulfanilamid Putih ( + )
7. Talk Putih ( - )
8. Hexamin Putih-hijau ( - )
9. Asam Salisilat Biru-hijau ( - )
10. Parasetamol Hijau-Biru ( - )
11. Nikotinamida Hijau ( - )
12. Sulfaguanidin Hijau ( - )
13. Na-benzoat Hijau ( - )
14. Zat L Biru-hijau ( - )

4. Analisis Pendahuluan
No. Nama Sampel Karbohidrat Fenol Anilin
1. Nipagin x x √
2. CTM x x √
3. Amilum √ x √
4. Theofilin x x √
5. Bolus Alba x x √
6. Sulfanilamid x x √
7. Talk x x √
8. Hexamin x x x
9. Asam Salisilat x √ √
10. Parasetamol x √ √
11. Nikotinamida x x √
12. Sulfaguanidin x x √
13. Na-benzoat √ x √
14. Zat L x √ √

5. Reaksi Khusus
Hasil
No. Nama Sampel Literatur Zal L
Percobaan
1. Nipagin Violet Ungu (+)
2. Amilum Biru-ungu Biru (+)
3. Asam Salisilat Ungu Ungu (-)
Ungu kemerahan
4. Parasetamol Ungu  coklat (-)
 coklat
Jingga, bau
5. Sulfaguanidin Bau amoniak (-)
amoniak

Kesimpulan zat L:
a. Asam salisilat
b. Parasetamol
G. Diskusi
Pada analisis identifikasi obat secara kualitatif kali ini dilakukan dengan
pengujian-pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Organoleptik
Pengujian ini dilakukan dengan mengidentifikasi obat dari rasa,
bau dan warna. Tekstur kehalusan dengan ujung jari dan bentuk fisik
obat.

2. Uji Kelarutan
Pengujian ini dilakukan dengan mencoba melarutkan bahan obat
menggunakan bermacam-macam pelarut baik organik (menggunakan
akuades) atau pelarut anorganik (menggunakan etanol 70%).

3. Uji Fluoresensi
Sediaan serbuk dilarutkan dengan akuades kemudian dilihat di
bawah lampu UV warna yang muncul dari masing-masing larutan zat
diamati dan dicatat.

4. Analisis Pendahuluan
Percobaan pendahuluan kimia meliputi kelarutannya dalam asam
dan basa. Pada analisis unsur diperiksa kehadiran nitrogen, sulfur dan
halogen. Berikut adalah analisis pendahuluan yang dilakukan terhadap
beberapa bahan obat:
a. Nipagin : termasuk golongan aniline karena jika ditambahkan NaOH
dan etanol dan dipanaskan akan tercium bau busuk.
b. CTM : tidak termasuk golongan karbohidrat, fenol atau salisilat
karena tidak menunjukan perubahan jika ditambahkan NaOH, FeCl3
ataupun etanol.
c. Amilum : ditambah larutan NaOH kemudian dipanaskan, maka akan
terbentuk warna kuning. Hal tersebut menunjukkan amilum
termasuk golongan karbohidrat.
d. Theofilin : termasuk golongan anilin karena jika ditambahkan NaOH
dan etanol dan dipanaskan akan tercium bau busuk.
e. Bolus alba : ditambah NaOH dan etanol kemudian dipanaskan akan
menunjukkan berbau busuk hal ini menunjukkan bahwa bolus alba
termasuk golongan anilin.
f. Sulfanilamid : ditambah NaOH dan etanol kemudian dipanaskan
akan menunjukkan berbau busuk hal ini menunjukkan bahwa
sulfanilamid termasuk golongan anilin.
g. Talk : ditambah NaOH dan etanol kemudian dipanaskan akan
menunjukkan berbau busuk hal ini menunjukkan bahwa talk
termasuk golongan anilin.
h. Hexamin : bila ditambah NaOH dan etanol akan tercium bau gas
atau bau formaldehid.
i. Asam salisilat : termasuk dalam golongan salisilat dan aniline karena
bila senyawa ditambahkan FeCl3 akan terjadi warna ungu biru dan
jika ditambahkan NaOH dan etanol akan tercium bau busuk.
j. Parasetamol : zat ini termasuk dalam golongan aniline yang
diidentifikasi dengan cara, zat ditambah NaOH dan ethanol
kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi karena dapat
menurunkan energi aktivasi sehingga akan tercium bau busuk
menandakan adanya turunan amina aromatis. Termasuk golongan
fenol juga karena jika ditambahkan FeCl3 berubah warna ungu-biru.
k. Nikotinamida : bila ditambah NaOH dan etanol kemudian
dipanaskan akan tercium bau busuk. Namun, prosedur identifikasi
yang seharusnya dilakukan untuk bahan ini adalah dengan didihkan
sebanyak 100 mg dengan 1 ml natrium hidroksida 2 N maka akan
tercium bau amoniak.
l. Sulfaguanidin : Untuk mengidentifikasi bahan senyawa ini adalah
dengan cara ditambah NaOH encer kemudian dinetralkan dengan
asam, disini menggunakan HCl encer, dan ditambah larutan CuSO 4
dan kocok, amati warna yang terjadi. Apabila zat ini ditambah
NaOH tidak larut lalu didihkan maka akan tercium bau amoniak.
m. Natrium benzoate : tidak termasuk golongan fenol maupun salisilat,
karena bila ditambah akuades kemudian dapanaskan dan setelah
dingin ditambah FeCl3 menghasilkan endapan kuning kecoklatan.

5. Reaksi Khusus
a. Nipagin : diidentifikasi dengan cara ditambah akuades kemudian
dipanaskan setelah itu dibiarkan sampai dingin lalu FeCl3 maka akan
memberikan hasil berupa warna ungu dan lama-kelamaan akan
berubah menjadi warna coklat.
b. Amylum : diidentifikasi dengan menambahkan larutan yodium maka
akan terbentuk warna ungu.
c. Asam salisilat : ditambahkan 1-2 tetes besi (III) klorida dan
dipanaskan akan berubah warna menjadi warna violet.
d. Parasetamol : sejumlah zat dilarutkan dalam akuadest dan ditambah
1 tetes larutan FeCl3, akan berubah warna biru violet.
e. Sulfaguanidin : zat ditambah larutan NaOH kemudian dinetralkan
dengan HCl, ditambah larutan CuSO4 dan dikocok agar homogen,
kemudian akan terbentuk endapan putih dan larut biru. Hal ini
menunjukkan sulfaguanidin termasuk golongan sulfa.
Kendala- kendala dalam praktikum :
1. Kurangnya alat yang disediakan, seperti tabung reaksi. jadi memakan
waktu yang lebih lama pada praktikum kali ini.
2. Tidak tersedianya semua bahan yang dibutuhkan, sehingga tidak semua
uji kita lakukan karena keterbatasan bahan tersebut.

Monografi Obat
a. Nipagin

Nipagin memiliki rumus kimia


berupa C8H8O3 dengan berat molekul
sebesar 152,2 gr/mol. Pemeriannya
serbuk hablur halus, putih, hampir
tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut
dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol panas dan 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.titik leburnya antara 125o-128o C.

b. CTM

Klorfeniramina maleat
memiliki rumus molekul
C16H19ClN2C4H4O4 dan berat
molekul 390,87 gr/mol.
Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C16H19ClN2C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa pahit. Larutan
mempunyai pH antara 4 dan 5. Mudah larut dalam air, larut dalam etanol
dan dalam kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzena.Titik
leburnya antara 130o-135o C. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup
rapat tidak tembus cahaya. Khasiatnya sebagai antihistamin.

c. Amilum
Pemeriksaan organoleptik amilum berupa bubuk putih, tidak berasa
dan tidak berbau. Kelarutan amilum yaitu praktis tidak larut dalam air
dingin dan etanol. Pada amilum ada dua macam ikatan glikosidik karena
amilum mempunyai dua komponen., yaitu α-amilosa dan amilopektin.
Monomer-monomer glukosa pada α-amilosa dihubungkan oleh ikatan 1,4
α-glikosidik, sedangkan pada amilopektin, yang merupakan rantai cabang
amilim, ikatannya adalah 1,6 α-glikosidik.

d. Theofilin

Theofilin memiliki rumus


molekul C7H8N4O2 dan berat
molekul 198,18 gr/mol.
Mengandung satu molekul air
hidrat atau anhidrat serta tidak
kurang dari 97,0% dan tidak lebih
dari 102,0% C7H8N4O2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di
udara. Theofilin sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air
panas, mudah larut dalam larutan alkil hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter. Titik leburnya antara 270-274 oC. Sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup rapat tidak tembus cahaya. Khasiatnya untuk spasmolitikum
bronkial.
e. Bolus Alba
Bolus alba atau kaolin ringan adalah alauminium silikat hidrat
alam, bebas dari sebagian besar cemaran dengan cara elutriasi dan
dikeringkan, mengandung zat pendispersi yang sesuai. Pemeriannya
serbuk, putih, ringan, tidak mengandung butiran kasar, tidak atau hampir
tidak berbau. Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam mineral.
Sebaikny disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya sebagai bahan
tambahan (penyerap).

f. Sulfanilamid
Sulfanilamide mempunyai berat molekul 172,21 gr/mol dan
mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8N2O2S, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Pemeriannya hablur, serbuk hablur atau butiran,
putih, tidak berbau, rasa agak pahit kemudian manis. Larut dalam 200
bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam etanol 95%, sangat sukar larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzene, mudah larut dalam aseton, larut dalam gliserol, dalam
asam klorida dan dalam alkali hidroksida. Titik leburnya antara 164,5o-
167o C. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung
cahaya. Khasiatnya sebagai antibakteri.

g. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminum silikat. Pemeriannya serbuk hablur sangat
halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan
bebas butiran. Tidak larut dalam hampir semua pelarut. Sebaknya
disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya sebagai zat tambahan.

h. Hexamin
Hexamin mempunyai berat molekul 140,19 gr/mol dan
mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H12N4 dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan di atas fosforpentoksida selama 4 jam. Pemeriannya
hablur, mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
tidak membakar dan manis kemudian agak pahit. Jika dipanaskan pada
suhu lebih kurang 260o C menyublim. Larut dalam 1,5 bagian air, dalam
12,5 ml etanol 95% dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform.
Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk
antiseptik saluran kemih.

i. Asam Salisilat

Asam salisilat mempunyai berat molekul


138,12 gr/mol dan mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H6O3,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk
hablur halus, putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk
sintesis warna putih, tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami
dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip
etanol. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
larut dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam kloroform. Berat molekulnya 138,1 gram/mol dan memiliki titik
lebur antara 158-161ºC. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik.
Khasiatnya untuk keratolitikum dan anti fungi.
j. Parasetamol

Parasetamol mempunyai
berat molekul 151,16 gr/mol dan
mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung
terhadap zat anhidrat. Pemeriannya serbuk hablur, putih, tidak berbau,
rasa sedikit pahit. Kelarutannya larut dalam air endidih dan dalam
natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Titik leburnya antara
168o-172o C. Sebaiknya disimpan di dalam wadah tertutup rapat tidak
tembus cahaya. Khasiatnya untuk antipeuretik dan analgetik.

k. Natrium Benzoat

Na- benzoat mempunyai berat molekul 144,11


gr/mol dan mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriannya
berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau praktis tidak berbau, dan stabil di udara. Kelarutnya
mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%. Sebaiknya na-benzoat
disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk zat
pengawet.

l. Nikotinamid

Nikotinamida
mempunyai berat
molekul 122,13
gr/mol dan
mengandung tidak
kurang dari 98,5%
dan tidak lebih dari
101,0% C6H6N2O,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannya serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa pahit. Mudah
larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam gliserol. Titik leburnya
antara 128o-131o C. sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Khasiatnya untuk antipelagra.

m. Sulfaguanidin

Sulfaguanidin memiliki
berat molekul 232,26 gr/mol
dan mengandung tidak kurang
dari 99,0% C7H10N4O2S,
dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemeriannya
hablur atau serbuk, putih, tidak berba atau hampir tidak berbau, oleh
pengaruh cahaya lambat laun warna berubah menjadi gelap. Mudah larut
dalam air mendidih dan dalam asam mineral encer, sukar larut dalam
etanol 95% dan dalam aseton, sangat sukar larut dalam air, praktis tidak
larut dalam larutan alkali hidroksida. Suhu leburnya antara 190-192,5 oC
dengan berat molekul 232,2 gr/mol. Sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Khasiatnya sebagai antibakteri.

H. Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Anonim. 2010. Konsep Dasar Analisis Kualitatif. www.dokterkimia.com.
Diakses tanggal 9 Oktober 2010.
Autherhoff, H. dan Kovark. 1987. Identifikasi Obat Terbitan ke-empat. ITB :
Bandung.

Вам также может понравиться