Tuhan menciptakan kita seturut dengan kehendak-Nya dan kita diciptakan
baik adanya. Sebagai manusia, wajar jika kita ingin tampil sebaik mungkin entah itu dari segi penampilan luar, dari segi intelektualnya, dari segi rohaninya, maupun dari segi-segi lainnya yang membuat kita sebagai manusia terlihat baik di mata manusia yang lain. Saya pun sebagai seorang manusia yang dalam hal ini adalah seorang pemuda yang masih duduk di bangku kuliah, tentunya ingin terlihat baik di mata orang lain, baik itu teman-teman, rekan kerja, bahkan di dalam keluarga besar yang ada dalam lingkungan keluarga saya. Saya pernah berpikir bahwa saya haruslah selalu terlihat baik saat membaur di komunitas yang saya ikuti dan pastinya di dalam kehidupan saya di masyarakat. Kadang itu menjadi beban tersendiri yang membuat saya selalu berpikir bahwa jika saya terlihat kurang baik atau kurang menarik, hal itu mempengaruhi kehidupan saya. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya saya sampai pada suatu titik di mana saya tersadar bahwa penampilan luar ataupun yang bias dilihat oleh mata manusia itu bukanlah factor yang utama dalam berhubungan dengan orang lain yang dalam hal ini adalah hubungan social saya dengan teman-teman kampus, dengan rekan- rekan kerja, serta dengan orang-orang yang mengenal saya. Ada kata-kata dalam bahasa Inggris yang itu membuat saya semakin yakin bahwa yang terpenting adalah diri kita apa adanya dan bagaimana pembawaan diri kita secara keseluruhan. Kata-kata itu adalah, “Beautiful without smart and kind are nothing”. Kata-kata tersebut membuka pikiran dan hati saya bahwa kita harus menerima diri kita apa adanya dan mengembangakan pikiran serta hati kita, tidak terbatas pada penampilan kita secara fisik. Sebagai contoh, saya bukanlah seseorang dengan penampilan luar yang menarik, bahkan mungkin saya juga ada kelainan yang terdapat pada salah satu anggota tubuh saya. Namun setiap saya merasa ingin dikalahkan dengan keterbatasan saya, saya kembali berpikir bahwa penampilan luar bukanlah segalanya dan bukanlah factor yang menakutkan yang dapat menghalangi saya dalam berkarya dan menjalani kehidupan ini. Kita haruslah percaya dan bersyukur kepada Tuhan karena DIA telah meberikan kita segala sesuatu yang itu memang kita butuhkan. Walau dalam kenyataannya sebagai manusia, saya merasa kekurangan-kekurangan saya membuat saya terlihat tidak sempurna dan membuat saya lemah, bahkan malu serta minder. Namun saya terus mencoba berpikir positif bahwa saya tidak boleh dikendalikan oleh keterbatasan saya. Saya yang harusnya mengendalikannya dan membuatnya menjadi suatu hal yang berharga dalam hidup saya. Sulit memang untuk melakukannya dalam kenyataan, karena penerimaan diri adalah suatu proses yang panjang, bukan singkat dan instan. Kadang saya berpikir, mengapa saya seperti ini? Mengapa saya dilahirkan dengan kekurangan serta kelemahan yang seperti ini? Namun ketika saya memikirkan hal itu, saya selalu membawanya dalam doa dan dalam doa tersebut Tuhan selalu bilang bahwa saya diciptakan seperti ini karena Tuhan tahu yang terbaik untuk saya dan Tuhan selalu meberikan yang terbaik. Proses penerimaan diri merupakan suatu proses panjang, harus merasakan suatu sakit atau kepedihan, dan kita juga harus mau dan tidak malu untuk mengakui bahwa inilah diri kita. Inilah diri kita apa adanya, apa adanya bukan berarti kita dengan segala kekurangan kita, namun apa adanya adalah kita dengan segala anugerah dari Tuhan dan kita dengan segala hal yang kita punyai. Untuk itu, mari kita belajar untuk terus memahami diri kita dan akhirnya kita dapat berdamai dengan diri kita pribadi dan dapat menjadi sahabat jiwa kita. Yakinlah bahwa kita diciptakan Tuhan istimewa dan luar biasa, karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita anak-anak-Nya.
“Teruslah bertanya dan berkomunikasi dengan hati dan jiwamu, karena
kamu akan menemukan siapa kamu dan begitu luar biasanya dirimu” [Vincensius Yudhistira Lindung Setiyana]