Вы находитесь на странице: 1из 12

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS


SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM
MELESTARIKAN BURUNG

Jenis Kegiatan :
PKM Penulisan Ilmiah

Diusulkan oleh:
Gilang Fajar Ramadhan E 34103041 Angkatan 2003
Tyas Dwitiya Djuanda E 34103076 Angkatan 2003
Ruri Risnawati E 34103049 Angkatan 2003
Hendrio Fadly E 34102023 Angkatan 2002
Udi Kusdinar E 34102042 Angkatan 2002

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2006
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : KEARIFAN TRADISIONAL
MASYARAKAT SUKU DAYAK DI
SUB-DAS SIBAU TAMAN
NASIONAL BETUNG
KERIHUNDALAM MELESTARIKAN
BURUNG
2. Bidang Kegiatan : PKM Penulisan Ilmiah
3. Bidang ilmu : Pertanian
4. Tempat Pelaksanaan : Kabupaten Kapuas Hulu
5. Tahun Pelaksanaan : 2005
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, MSc.
b. NIP : 131 671 599
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
7. Mahasiswa Pelaksana :
A. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Gilanng Fajar Ramadhan
b. NRP : E34103041
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
e. Tahun angkatan : 2003

B. Anggota I
a. Nama Lengkap : Tyas Dwitya Djuanda
b. NRP : E34103076
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
e. Tahun angkatan : 2003
C. Anggota II
a. Nama Lengkap : Ruri Risnawati
b. NRP : E34103049
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
e. Tahun angkatan : 2003

D. Anggota III
a. Nama Lengkap : Hendrio Fadly
b. NRP : E34102023
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
e. Tahun angkatan : 2002

E. Anggota IV
a. Nama Lengkap : Udi Kusdinar
b. NRP : E34102042
c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata
d. Fakultas : Kehutanan
e. Tahun angkatan : 2002
KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK
DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM
MELESTARIKAN BURUNG

Gilang Fajar Ramadhan, Tyas Dwitiya Djuanda, Ruri Risnawati,


Hendrio Fadly dan Udi Kusdinar
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh
Indonesia. Tingkat ketergantungan masyarakat adat yang tinggi terhadap sumber
daya alam akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi alam termasuk
keanekaragaman burung. Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat
mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya. Tujuan penulisan
ini adalah: (1) Menganalisa keanekaragaman jenis burung di Taman Nasional
Betung Kerihun, (2) menjelaskan bentuk kearifan tradisional masyarakat Suku
Dayak di Sub-DAS Sibau, dan (3) menjelaskan ancaman terhadap kearifan serta
menganalisis cara menangkal ancaman tersebut. Pencarian data dilakukan
dengan observasi langsung berupa eksplorasi dan wawancara dengan
narasumber yang dapat dipercaya. Masyarakat Dayak Taman-Sibau menganggap
burung Enggang sebagai Tuhan yang satu. Ancaman terbesar bagi kearifan Suku
Dayak sehubungan dengan pelestarian alam adalah ekonomi, maka dibutuhkan
peranan pengelola taman nasional mengikutsertakan masyarakat Suku Dayak
dalam segala kegiatan guna meningkatkan kesejahteraan.

Kata kunci: Keanekaragaman jenis burung, masyarakat Dayak Taman-Sibau,


burung Enggang, ekonomi, pengelola taman nasional.

PENDAHULUAN
Pola kehidupan masyarakat lokal atau masyarakat adat di dalam dan di
sekitar kawasan TNBK dengan kondisi budaya (adat istiadat) dan perilaku sosial
yang spesifik memiliki interaksi yang spesifik pula dengan keberadaan
sumberdaya alam atau lingkungan di sekitarnya. Suku Dayak sebagai masyarakat
hukum adat mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya.
Mereka sering dipengaruhi oleh alam pikiran religio magis atau sakral. Religio
magis artinya percaya kepada kekuatan gaib (magis) sebagai suatu kekuatan yang
menguasai alam semesta dan seisinya dalam keadaan kesinambungan (Muslim
dan Frans 1994). Djuweng (1992) dalam Moniaga (1994) menyatakan bahwa
sumberdaya alam bagi masyarakat Dayak berfungsi sangat vital terhadap seluruh
tata kehidupan mereka. Tingkat ketergantungan masyarakat adat yang tinggi
terhadap sumberdaya alam akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi
alam salah satunya keanekaragaman burung serta kondisi sosial budaya
masyarakat itu sendiri. Sehubungan dengan perkembangan eksploitasi hutan
secara besar-besaran akan mengubah kearifan dalam pemanfaatan burung.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan ini
adalah menganalisa keanekaragaman jenis burung di TNBK, menjelaskan bentuk
2

kearifan masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau, menjelaskan ancaman


terhadap kearifan serta menganalisa cara menangkal ancaman.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Lokasi pengamatan burung bertempat di Sub-DAS Sibau TNBK, Kabupaten
Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat yang meliputi jalur sepanjang sungai
dan lokasi di dalam hutan/bukit. Daerah yang termasuk lokasi pengamatan
meliputi Sungai Sibau, Sungai Apyang, Sungai Menyakan, Anak Sungai Sibau,
Bukit Apyang, dan Bukit Menyakan Hulu. Sedangkan lokasi wawancara
bertempat di Nangapotan, Sibau TNBK. Kegiatan pengamatan burung
berlangsung dari tanggal 6-8 Juli 2005, dan kegiatan wawancara berlangsung dari
tanggal 9-10 Juli 2005.
112.45 113.00 113.155 113.30

LOKASI
PENGAMATAN
BURUNG
DI SUB-DAS SIBAU
TAMAN NASIONAL
BETUNG KERIHUN

01.15

Lokasi
Pengamatan

Batas taman
nasional

Sungai

01.00 Ibu kota


kabupaten

Gambar 1. Lokasi Pengamatan Burung di Sub-DAS Sibau, TN Betung Kerihun

Alat dan Bahan


Objek pengamatan ini mencakup seluruh jenis burung yang terdapat di Sub-
DAS Sibau dan masyarakat Suku Dayak di Nangapotan. Peralatan yang
digunakan adalah : Binokuler, Buku Panduan Lapang: Pengenalan Jenis Burung
di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan oleh MacKinnon et al. 1998, kamera
foto, tape recorder, handycam, chronometer (pengukur waktu), tally sheet, alat
tulis menulis.

Metode Pengambilan Data


Seluruh data burung diambil dengan menggunakan metode jalur dan
pengamatan titik (Bibby et al. 1998). Sebanyak 2 jalur dibuat di hutan atau bukit,
dan 4 jalur menggunakan aliran sungai. Panjang masing-masing jalur 500 m.
Seluruh titik pengamatan diletakkan di dalam jalur dengan jumlah 10 titik pada
3

setiap jalur. Jarak antar titik sepanjang 50 meter dengan radius pengamatan 25 m.
Pengamatan dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi pada pukul 07.00-11.00
WIB dan sore hari pada pukul 14.00-17.00 WIB.
Data mengenai kearifan tradisional masyarakat Suku Dayak diambil dengan
cara wawancara, yaitu dengan cara mengunjungi secara langsung orang-orang
yang dituakan (Kepala Desa, Ketua Adat dan Ketua RT) dan anggota masyarakat
yang dianggap mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat (informan). Jumlah
responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang dengan umur diatas 25 tahun
dari dua desa yang berada di Sub-DAS Sibau yaitu Nanga Potan dan Tanjung
Lasa (Tabel 1). Wawancara dilaksanakan pada sore hari (pukul 15.00-17.00 WIB)
dan malam hari (pukul 20.00-22.00 WIB), dengan cara semi terstruktur.
Tabel 1. Rincian Jumlah Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin dan
Jabatan/Status dalam Masyarakat
Jenis
Umur (tahun) Jabatan/Status
Kelamin
Lokasi
Kepala Kepala Ketua Lain-
25-35 >35 ♂ ♀
Desa Adat RT lain
Nanga
15 7 16 6 0 1 1 20
Potan
Tanjung
5 3 6 2 1 0 0 7
Lasa
Total 20 10 22 8 1 1 1 27
Keterangan: ♂ = Laki-laki; ♀ = Perempuan

Analisis Data
Kelimpahan burung (Pi)
Kelimpahan burung merupakan total jumlah individu burung yang
ditemukan selama pengamatan. Perhitungan jumlah dari setiap jenis burung yang
ada dengan menggunakan rumus menurut van Balen (1984). Penentuan nilai
kelimpahan ini untuk mengetahui atau menetapkan jenis-jenis burung yang
melimpah (banyak) atau tidak.
Pi = Jumlah Burung spesies ke-i _
Jumlah total burung

Indeks keanekaragaman jenis (H’)


Kekayaan jenis burung ditentukan dengan menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus :
H’ = - ∑ pi ln pi
Keterangan: H’ = indeks keanekaragaman jenis
pi = proporsi nilai penting
ln = logaritma natural

HASIL PENELITIAN
Kekayaan Jenis Burung
Sejumlah 93 jenis burung dari 31 suku dan 67 marga dijumpai di Sub-DAS
Sibau TNBK, dengan jumlah total 660 individu (Tabel 2) dan nilai indeks
keanekaragaman jenis (H’) sebesar 3,77 dan kemerataan jenis (E) sebesar 0.83.
Dari seluruh jenis tersebut, terdapat 39 jenis burung yang merupakan
catatan baru (new record) untuk kawasan Sub-DAS Sibau, meskipun bukan
4

catatan baru untuk TNBK. Seluruh jenis yang dijumpai pada kegiatan ini,
sebelumnya sudah pernah tercatat ditemukan pada wilayah DAS lain yang
termasuk kawasan TNBK.
Tabel 2. Kekayaan Jenis Burung di Sub-DAS Sibau TNBK
No Nama Jenis Burung ∑
Nama Ilmiah Nama Indonesia
Suku Ardeidae
1 Egretta garzetta * Kuntul kecil 1
Suku Accipitridae
2 Haliastur indus Elang bondol 4
3 Spilornis cheela Elang-ular bido 2
4 Ictinaetus malayensis Elang hitam 2
5 Spizaetus cirrhatus * Elang brontok 2
Suku Phasianidae
6 Argusianus argus Kuau raja 6
Suku Rallidae
7 Amaurornis phoenicurus * Kareo padi 1
Suku Psittacidae
8 Psittinus cyanurus * Nuri tanau 2
Suku Cuculidae
9 Cacomantis merulinus * Wiwik kelabu 2
10 Phaenicophaeus curvirostris Kadalan birah 2
11 Centropus bengalensis * Bubut alang-alang 2
Suku Strigidae
12 Ketupa ketupu * Beluk ketupa 1
Suku Apodidae
13 Collocalia fuciphaga Walet sarang putih 100
14 Cypsiurus balasiensis * Walet-palem asia 80
Suku Hemiprocnidae
15 Hemiprocne comata Tepekong rangkang 50
Suku Trogonidae
16 Harpactes kasumba * Luntur kasumba 2
17 Harpactes whiteheadi * Luntur kalimantan 1
Suku Alcedinidae
18 Alcedo meninting Raja-udang meninting 10
19 Alcedo euryzona Raja-udang kalung-biru 3
20 Ceyx erithacus * Udang api 1
21 Pelargopsis capensis Pekaka emas 10
22 Halcyon pileata * Cekakak cina 2
Suku Meropidae
23 Nyctyornis amictus Cirik-cirik kumbang 1
Suku Bucerotidae
24 Anorrhinus galeritus * Enggang klihingan 5
25 Aceros comatus Enggang jambul 4
26 Anthracoceros malayanus Kangkareng hitam 10
27 Anthracoceros albirostris Kangkareng perut-putih 5
28 Buceros rhinoceros Rangkong badak 2
29 Buceros vigil Rangkong gading 8
5

Tabel 2 Lanjutan
No Nama Jenis Burung ∑
Nama Ilmiah Nama Indonesia
Suku Capitonidae
30 Megalaima chrysopogon Takur gedang 2
31 Megalaima henricii * Takur topi-emas 5
32 Megalaima australis Takur tenggeret 4
Suku Indicatoridae
33 Indicator archipelagicus * Pemandu-lebah asia 10
Suku Picidae
34 Sasia abnormis Tukik tikus 1
35 Picus miniaceus Pelatuk merah 2
36 Meiglyptes tristis Caladi batu 1
37 Mulleripicus pulverulentus * Pelatuk kelabu-besar 1
38 Hemicircus concretus * Caladi tikotok 1
39 Reinwardtipicus validus * Pelatuk kundang 1
Suku Eurylaimidae
40 Cymbirhynchus macrorhynchos Sempur-hujan sungai 8
41 Eurylaimus javanicus Sempur-hujan rimba 2
42 Eurylaymus ochromalus Sempur-hujan darat 2
Suku Campephagidae
43 Hemipus hirundinaceus * Jingjing batu 6
44 Pericrocotus flammeus * Sepah hutan 20
Suku Chloropseidae
45 Aegithina viridissima * Cipoh jantung 12
46 Chloropsis cyanopogon * Cica daun kecil 8
47 Chloropsis sonnerati * Cica-daun besar 8
48 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru 8
Suku Pycnonotidae
49 Pycnonotus simplex Merbah corok-corok 5
50 Pycnonotus brunneus * Merbah mata-merah 3
51 Tricholestes criniger * Brinji rambut-tunggir 3
Suku Dicruridae
52 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu 2
53 Dicrucus paradiseus Srigunting batu 2
Suku Corvidae
54 Corvus enca Gagak hutan 3
55 Pityriasis gymnocephala * Tiong-batu kalimantan 11
Suku Sittidae
56 Sitta frontalis Munguk beledu 1
Suku Timaliidae
57 Pellorneum pyrrogenis * Pelanduk bukit 6
58 Malacocincla sepiarium Pelanduk semak 10
59 Malacopteron magnum Asi besar 5
60 Stachyris poliocephala * Tepus kepala-kelabu 3
61 Stachyris maculata Tepus tunggir-merah 3
62 Stachyris leucotis * Tepus telinga-putih 4
6

Tabel 2 Lanjutan
No Nama Jenis Burung ∑
Nama Ilmiah Nama Indonesia
63 Alcippe brunneicauda * Wergan cokelat 3
Suku Turdidae
64 Copsychus saularis Kucica kampung 6
65 Copsychus malabaricus Kucica hutan 4
66 Enicurus ruficapillus Meninting cegar 7
67 Enicurus leschenaulti * Meninting besar 13
68 Monticola solitarius * Murai-batu tarung 4
Suku Silviidae
69 Orthotomus atrogularis Cinenen belukar 7
70 Orthotomus sericeus Cinenen merah 5
Suku Muscicapidae
Sikatan-rimba dada-
71 Rhinomyas ruficauda 3
kelabu
72 Muscicapa griseisticta Sikatan burik 3
73 Eumyias indigo * Sikatan ninon 3
74 Cyornis unicolor * Sikatan biru-muda 7
75 Cyornis caerulatus * Sikatan biru-langit 6
76 Cyornis superbus Sikatan kalimantan 5
77 Cyornis turcosus Sikatan melayu 3
78 Rhipidura javanica * Kipasan belang 2
79 Hypothymis azurea Kehicap ranting 3
80 Terpsiphone paradisi Seriwang asia 7
Suku Sturnidae
81 Gracula religiosa Tiong emas 5
Suku Nectariniidae
82 Anthreptes simplex * Burung-madu polos 7
83 Anthreptes malacensis * Burung-madu kelapa 7
84 Nectarinia sperata Burung-madu pengantin 3
85 Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti 15
86 Arachnothera longirostra Pijantung kecil 10
87 Arachnothera flavigaster Pijantung tasmak 3
88 Arachnothera chrysogenys Pijantung telinga-kuning 4
Suku Dicacidae
89 Prionochilus thoracicus Pentis kumbang 2
90 Prionochilus percussus Pentis pelangi 5
91 Dicaeum trigonostigma Cabai bunga-api 2
92 Dicaeum cruentatum * Cabai merah 3
Suku Ploceida
93 Lonchura fuscans Bondol kalimantan 20

Keterangan : (*): New Record untuk Sub-DAS Sibau


7

Terdapat juga variasi indek keanekaragaman jenis pada setiap lokasi (Tabel
3).
Tabel 3. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung pada setiap lokasi
pengamatan di Sub-DAS Sibau, Taman Nasional Betung Kerihun
No Lokasi H
1. Sungai Sibau 2.2392
2. Sungai Apyang 2.8311
3. Sungai Menyakan 2.8897
4. Anak Sungai Sibau 1.8581
5. Bukit Apyang 3.5129
6. Bukit Menyakan Hulu 2.3983

Kearifan Tradisional Masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau


Masyarakat Dayak Taman-Sibau mewujudkan kepercayaannya dengan
mengangkat suatu jenis fauna tertentu sebagai lambang masyarakat mereka dan
dijadikan sebagai ciri khas kesukuan mereka. Fauna yang menjadi lambang bagi
masyarakat Dayak Taman-Sibau adalah burung Enggang (Indonesia: Rangkong
Badak, nama ilmiah: Buceros rhinoceros) yang melambangkan kegagahan,
kemakmuran, kejayaan dan alat komunikasi dengan para leluhur.
Selain burung Enggang, terdapat pula burung-burung penanda: (1) Sasia
abnormis (ketupung: nama daerah) yang apabila terdengar suaranya satu kali
menandakan musibah sedangkan lebih dari dua kali menandakan kesenangan;
berguna saat bepergian, (2) Harpactes whiteheadi dan Harpactes kasumba
(beragai) yang melambangkan fenomena alam, ketika bersuara menandakan akan
turun hujan, (3) Terpsiphone paradisi (Seriwang asia: nama Indonesia), yang
dipercaya apabila bertemu dengan burung ini akan mendapatkan musibah.

PEMBAHASAN
Kekayaan Jenis Burung
Penemuan jenis burung sebanyak 93 jenis burung dengan 39 jenis sebagai
catatan baru (new record) untuk kawasan Sub-DAS Sibau merupakan sebuah
penemuan yang menunjukkan bahwa kawasan ini sangat kaya akan
keanekaragaman jenis burung. Sebelumnya di Sub-DAS Sibau tercatat 149 jenis
burung (Taman Nasional Betung Kerihun, 2000). Hanya 54 jenis saja yang
tercatat kembali dalam kegiatan pengamatan kali ini, atau 36,24% dari catatan
sebelumnya.
Bila dibandingkan dengan jumlah jenis burung yang tercatat di TN Betung
Kerihun sebanyak 301 jenis burung (Taman Nasional Betung Kerihun, 2000)
maka pengamatan ini menemukan 30,90%. Namun apabila dibandingkan dengan
jumlah jenis burung di Indonesia, pengamatan ini hanya menemukan 6,07% saja.
Nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang didapatkan menunjukkan bahwa
kawasan tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,77 jika
dibandingkan dengan penelitian di tempat lain. HIMAKOVA (2004) mendapatkan
nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,4-3,4 untuk beberapa lokasi pengamatan di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Propinsi Lampung. Wisnubudi (2004)
mendapatkan indeks keanekaragaman 3,4-3,9 untuk beberapa jalur pengamatan di
Taman Nasional Gunung Halimun Propinsi Jawa Barat.
8

Kearifan Tradisional Masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau


Masyarakat Dayak merupakan masyarakat yang percaya terhadap kekuatan
magis dan supranatural. Hampir seluruh aspek kehidupan mereka terkait dengan
kekuatan-kekuatan magis tersebut. Mulai dari ketika mereka akan pergi berladang
hingga pada berbagai upacara adat yang mereka lakukan. Pada dasarnya mereka
memiliki kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme. Tuhan tertinggi yang
satu, yang mendiami dunia “atas” dilambangkan oleh burung Enggang sebagai
manifestasi dari keberadaan hutan. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi hutan
dan kehidupan alam lainnya di sekitar masyarakat pedalaman adalah suatu
jaminan bagi keberadaan dan keberlanjutan hidup mereka.
Salah satu hal yang menyebabkan Suku Dayak menjadi cukup dikenal oleh
banyak orang, tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri, yakni karena
kebudayaannya yang cukup unik yang salah satunya tercermin dalam aspek
agama dan kepercayaan yang mereka yakini. Agama dan kepercayaan yang
mereka yakini penuh dengan berbagai hal yang berbau mistik dan magis. Hal-hal
yang berkaitan dengan kemistikan dan kemagisan tersebut banyak yang
berhubungan dengan aktivitas, kebiasaan serta pola perilaku harian. Selain itu
juga tercermin dalam berbagai upacara serta ritual adat yang mereka lakukan.

Ancaman Terhadap Kearifan dan Cara Menangkalnya


Ancaman terbesar yang paling mengancam kearifan tradisional Suku
Dayak Taman-Sibau terhadap kekayaan burung di alam adalah keadaan ekonomi
masyarakat Dayak Taman-Sibau. Hal ini dipacu oleh kebiasaan atau mata
pencaharian Dayak Taman-Sibau yang menggantungkan hidupnya pada alam,
yaitu melalui berladang dan berburu mamalia untuk dikonsumsi seperti babi dan
kijang muncak. Keadaan masyarakat Dayak Taman-Sibau saat ini mengalami
kemunduran akibat tekanan masyarakat luar yang melakukan pembalakan hutan
secara liar sehingga menghilangkan mata pencaharian Suku Dayak Taman-Sibau
yang selama ini dijadikan pegangan hidup mereka. Selain itu masuk pula
kebiasaan-kebiasaan baru yang dibawa oleh para transmigran, terutama
transmigran asal Pulau Jawa. Mereka memiliki minat yang sangat tinggi terhadap
burung baik untuk dipelihara dalam kandang maupun untuk dikonsumsi. Hal ini
akan mengancam kearifan tradisional Suku Dayak Taman-Sibau. Sering
terlihatnya para pemburu burung dari luar kawasan diduga akan menimbulkan
minat berburu yang serupa pada masyarakat Dayak Taman-Sibau.
Adanya desakan ekonomi dan tekanan serta pengaruh masyarakat luar
akan mengubah mata pencaharian utama Suku Dayak Taman-Sibau yakni
berladang berubah menjadi berburu, terutama berburu burung yang terbilang
mudah dan memiliki harga jual yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga
kayu di pasaran. Kenyataan seperti itu akan menyebabkan keanekaragaman jenis
burung di Sub-DAS Sibau terancam dan cenderung menurun.
Keanekaragaman jenis burung di Sub-DAS Sibau akan terjaga apabila
kearifan Suku Dayak Taman-Sibau terhadap alam, terutama menjaga kekayaan
jenis burung, dapat dilestarikan. Oleh karenanya, pihak pengelola TNBK perlu
mengikutsertakan masyarakat Dayak Taman-Sibau dalam seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan pelestarian alam guna menambah penghasilan masyarakat.
Selain itu juga perlu diadakan penyuluhan maupun lokakarya yang mengingatkan
bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari alam.
9

KESIMPULAN
Keanekaragaman jenis burung di Sub-DAS Sibau cukup tinggi yaitu
ditunjukkan dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 3,77 dan penemuan 93
jenis burung dari 31 suku. Terdapat 39 jenis burung yang merupakan catatan baru
(new records) untuk Sub-DAS Sibau TNBK. Burung Enggang dilambangkan
sebagai Tuhan yang satu, sehingga burung merupakan unsur utama dalam
kehidupan masyarakat Dayak Taman-Sibau. Ancaman terbesar dalam kehidupan
arif masyarakat Dayak Taman-Sibau adalah ekonomi. Oleh karenanya dibutuhkan
peran pengelola TNBK guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Dayak
Taman–Sibau.

DAFTAR PUSTAKA
van Balen, B. (1984). Bird Counts And Bird Observation in The Neighbourhood
of Bogor. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan.
Wageningen, The Netherlands.
Bibby, C., Jones, M. dan Marsden, S. (1998) Expedition Field Techniques Birds
Surveys. Expedition Advisor Centre. London, UK.
HIMAKOVA. (2004). Laporan Kegiatan Studi Konservasi Lingkungan
[SURILI]: Eksplorasi Ilmiah Keanekaragaman Hayati Satwa Indikator Kesehatan
Lingkungan Hutan dan Tumbuhan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Lampung. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB,
Bogor.
MacKinnon, J., Phillipps, K. dan van Balen, B. (1998). Seri Panduan Lapangan
Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife International-
Indonesia Program–Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Cibinong.
Muslim, I.A. dan Frans, S.J.E. (1994). Makna dan Kekuatan Simbol Adat Pada
Masyarakat Dayak: Di Kalimantan Barat Ditinjau Dari Pengelompokan Budaya.
LP3S-Institute of Dayakology Research and Development-Gramedia Widiasarana.
Indonesia.
Moniaga, S. (1994). Pengetahuan Masyarakat Dayak Sebagai Alternatif dalam
Penanganan Permasalahan Kerusakan Sumber Daya Alam di Kalimantan: Suatu
Kebutuhan Mendesak. LP3S-Institute of Dayakology Research and Development-
Gramedia Widiasarana. Indonesia.
Taman Nasional Betung Kerihun. (2000). Rencana Pengelolaan Taman Nasional
(RPTN) Betung Kerihun Periode 2000-2024 (Buku I). Balai Taman Nasional
Betung Kerihun. Putussibau.
Wisnubudi, G. (2004). Keanekaragaman Dan Kelimpahan Jenis Avifauna Untuk
Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Taman Nasional Gunung Halimun
Jawa Barat. Tesis tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Вам также может понравиться