Вы находитесь на странице: 1из 21

Bagian 1: OSCILATOR

I. Pendahuluan
1. Pengertian Oscilator
Oscilator adalah suatu device yang dapat menghasilkan
keluaran gelombang sinusoida. Oscilator merupakan suatu rangkaian loop
tertutup yang sinyal inputnya didapat dari rangkaian itu sendiri dengan
memanfaatkan umpan balik positif.

2. Cara kerja Oscilator


Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa oscilator itu
dapat menghasilkan keluaran gelombang sinusoidal yang inputnya
merupakan suatu sinyal yang kecil kemudian diperkuat oleh komponen
aktif sehingga sinyal ini merupakan sinyal keluaran yang nati digunakan,
sebagian dari sinyal ini kemudia diumapan balikkan ke input sehingga
sinya akan terus kontinu dan dapat menghasilkan keluara gelombang
sinusoidal yang dikehendaki. Salah satu syarat yng harus dipenuhi agar
oscilator dapat bergetar sendiri adalah fasa yang tepat antara sinyal
keluara dengan sinyal yang dumpan balikkan, juga penguatan yang tepat
untuk diumpan balikkan. Satu yang danggap penting bahwa oscilator tidak
menciptakan energi kaena alasan demikian itu, tetapi oscilator dapat
bekerja karena adanya sumber tegangan, dan sumber tegangan inilah
yang digunakan untuk menghasilkan sinyal dengan menguahnya dari catu
searah (DC) menjadi keluaran sinusoidal (AC).

3. Simpal dan Fasa


Seperti yang telah disebutkan bahwa syarat oscilator dapat
bergetar sendiri adalah dengan memperhatikan penguatan umpanbalik
dan fasa umpan balik yang tepat. Disini akan dijelaskan secara umum.
Gambar 1 memperlihatkan sebuah sumber tegangan V in yang
menggerakkan terminal-terminal masuk dari sebuah penguat.
A V O ut
V In

G a m b a r 1 . S k e m a u m p a n b a lik

Tegangan yang diperkuat adalah:

Vout = AVin

Tegangan ini menggerakkan rangkain umpan balik yang biasanya


rangkain resonansi, rangkaian resonansi ini hanya akan memperkuat
maksimum pada satu frekuensi resonansiya saja. Lihat pada gambar 1, A
merpakan penguatan rangkaian utama, sedangkan B merupakan
penguatan rangkaian umpan balik.
Syarat lain agar oscilator dapat bergetar:

Vf = ABVin = 1

Sinyal yang akan diumpan balikkan harus sefasa dengan sinyal keluaran.

4. Tegangan Awal
Tegangan awal dari oscilator adalah tegangan mula-mula
bagi input dari oscilator agar dapat mulai diperkuat, diumpanbalikkan
sehingga mulai bergetar, seperti dituliskan di atas bahwa tidak ada input
bagi oscilator, lalu darimana tegangan ini muncul?
Setiap tahanan mengandung elektron bebas karena faktor suhu
lingkungan, elektron bebas ini bergerak secara acak dan menghasilkan
sinyal derau pada tahanan, karena keacakannya sinyal ini mempunyai
frekuensi sampai 1000 GHz. Pada saat pertama kali menyalakan oscilator
satu-satunya sinyal input bagi oscilator adalah sinyal derau tadi yang
kemudian diperkuat dan diumpan balikkan berkali-kali. Penguatan dari AB
ini akan melewati satu untuk beberapa saat, tetapi otomatis akan menjadi
turun menjadi satu.

5. AB turun menjadi Satu


Bati penguatan AB dapat turun menjadi menjadi satu dengan
beberapa cara diantaranya:
a. A yang turun, dalam hal ini sinyal diperbolehkan membesar sampai
terjadi pemotongan, ini dapat menurunkan bati penguatan di A
sampai bati penguatan AB dapat turun menjadi satu
b. B yang turun, dalam hal ini penguatan B turun sebelum terjadi
pemotongan snyal, B turun sampai AB menjadi satu
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Mula-mula penguatan AB harus lebih besar dari satu pada
frekuensi resonansinya
- Setelah tingkat keluaran yang diinginkan dicapai, AB harus turun
menjadi satu dengan menurunkan A atau B sehingga penguatan
AB menjadi satu.

6. Frekuensi resonansi
Frekuensi resonansi dari rangkaian umpan balik yang
berupa resonantor LC dapat dituliskan sebagai berikut:
1
fr ≅
2π LC
II. Jenis-jenis Oscilator
1. Oscilator Jembatan-Whien
Oscilator Jembatan-Whien adalah jenis oscilator yang umum
digunakan pada frekuensi rendah sampai menengah antara 5 Hz sampai
sekitar 1 MHz, oscilator ini juga sering digunakan pada pembangkit sinyal
audio komersial. Gambar 2 memperlihatkan rangkaian oscilator
Jembatan-Whien yang umum digunakan.

+Vcc

U m p a n b a lik
P o s itif +

-
U m p a n b a lik
N e g a tif R L
-V e e

2 R '

Lam pu
R ' T u n g s te n

C R

R C

G a m b a r 2 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r
J e m b a ta n W h ie n

Lead-Lag Network
oscilator Jembatan-Whien menggunakan rangkaian umpan balik
yang disebut jaringan ketinggalan-mendahului (lead-lag network), (gambar
3). Pada frekuensi yang amat rendah, kapasitor seri dianggap terbuka
bagi sinyal masuk dan tak ada sinyal keluar, pada saat frekuensi amat
tinggi, kapasitor paralel dianggap terhubung singkat, tak ada sinyal
keluaran. Berdasarkan itu maka oscilator ini bertindak sebagai oscilator
pass-band, dimana sinyal keluaran mencapai maksimum pada nilai
tegangan keluaran tertentu (gambar 4), frekuensi ini disebut dengan
frekuensi resonansi (fr). Pada frekuensi resoansi ini pergesaran fasa
mencapai nol, pada gambar dapat dijelaskan karakteristik dari oscilator
Jembatan-Whien ini. Saat frekuensi amat rendah, sudut fasa berharga
positif dan rangkaian berlaku sebagai jaringan lead, sedangkan saat
frekuensi amat tinggi sudut fasa berharga negatif dan rangkaian berlaku
sebagai jaringan lag. Frekuensi resonansi dapat dituliskan sebagai:

1
fr =
2πf r C

R C

1 /3
R C
V in V out

f
f r

G a m b a r 3 . J a r in g a n L e a d - L a g G a m b a r 4 . K a r a k t e r i s t i k ja r i n g a n
L e a d -L a g

Cara Kerja Oscilator Jembatan-Whien


Pada saat tegangan pertama kali dinyalakan, Noise Resistor pada
jaringan Lead-Lag merupakan input dari umpan balik positif yang
kemudian diperkuat berulang kali sampai AB lebih dari satu. Pada tahap
ini jika tidak dilakukan penurunan AB menjadi satu, Oscilator tidak bekerja
seperti diharapkan, fungsi lampu tungsten disini adalah untuk menurunkan
AB menjadi satu jika sinyal keluaran telah sampai pada level yang
diharapkan. Lampu tungsten merupakan lampu dengan filamen dari
tugsten yang mempunyai resistansi R’ pada saat dingin (suhu ruangan),
pada saat lampu menerima tegangan oscilator yang levelnya
membengkak dengan AB lebih dari satu, lampu tungsten akan menjadi
sedikit panas, dan ini menaikkan resistansinya, sehingga umpan balik
negatif menjadi besar dan menurunkan AB menjadi = 1.
2. Oscilator Twin-T
Dinamakan oscilator Twin-T karena filter yang digunakan
berbentuk huruf T (gambar 5). Oscilator Twin-T ini mempunyai
karakteristik kebalikan dari Oscilator Jembatan-Whien, dimana kita dapat
melihat grafik penguatan tegangannya pada gambar 6. Pada saat
frekuensi resonansinya tegangan jatuh menjadi nol.
Gambar rangkaian oscilator Twin-T secara umum dapat dilihat pda
gambar 7.

V O u t / V in

C C

R /2

V in V O ut

1
R R

2C

f
f r

G a m b a r 5 . J a r in g a n T w in - T G a m b a r 6 . K a r a k t e r i s t i k ja r i n g a n
T w in - T

C C

+Vcc
R /2

+
V out
-
R R

-V e e

2C

R 1

R 2

G a m b a r 7 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r T w in - T
Cara Kerja Oscilator Twin-Twin-T
Umpan balik positif diambil dari pembagi tegangan R1 (lampu) dan
R2 pada masukan tak membalik (+), sedangkan umpan balik negatif
diambil dari jaringan Twin-T. Bila daya mula-mula dinyalakan, resistansi
R1 masih berharga rendah sehingga umpan balik positif berharga
maksimum, pada saat osilasi membesar resistansi R1 naik sehingga
mengurangi umpan balik positif, pada saat umpan balik turun dan AB
menjadi sama dengan 1 maka osilasi tetap konstan, tidak naik atau turun.

3. Oscilator Pergeseran Fasa


Gambar rangkaian oscilator pergeseran fasa secara umum
dapat dilihat pada gambar 8. Jaringan umpan balik dari Oscilator ini dibuat
dari tiga buah jaringan lead yang masing-masing dapat menggeser fasa
sebanyak 60o sehingga pergeseran fasa total mencapai 180 o. Pergeseran
fasa yang melalui loop rangkaia akan sama dengan 360 0, ekivalen dengan
00, bila pada frekuensi ini AB lebih besar dari satu, osilasi mulai terjadi.
Rangkaian oscilator Pergeseran fasa yang lain menggunakan
jaringan umpan balik yang lain yaitu jaringan lag. Cara kerjanya sama
dengan jaringan lead, hanya pada jaringan lag disini jaringan
menyumbangkan 1800 pada umpan balik, sehingga fasa total pada loop
rangkaian juga tetap sama dengan 3600 atau 00.

+Vcc
C C C
-
V O ut
R R R +

-V e e

G a m b a r 8 . R a n g k a ia n u m u m o s c ila to r p e r g e s e r a n fa s a
d e n g a n ja r i n g a n L e a d ( m e n d a h u l u i )
Cara kerja Oscilator Pergeseran Fasa
Pada oscilator pergeseran fasa tidak ditemuinya adanya penurun
AB menjadi satu, hal ini disebebkan oleh adanya rangkaian penggeser
fasa menjadi 180o, bila fasa yang tergeser 180 o itu dimasukkan ke umpan
membalik (umpan balik negatif), maka ia akan mengunci oscilator untuk
bekerja pada daerah penguatan AB=1, dengan demikian oscilator akan
bekerja secara normal.

4.` Oscilator Colpitts


Oscilator Colpitts digunakan untuk mengatasi kekurangan
yang ada pada Oscilator Jembatan-Whien, dimana pada Oscilator
Jembatan-Whien frekuensi tiggi di atas 1 MHz tidak dapat dihasilkan
dengan sempurna karena pergeseran fasa yang melalui penguat.
Oscilator Colpitts dapat mengatasi kekurangan ini dengan rangkaian
jaringan LC, sehingga dapat digunakan pada frekuensi dari 1 MHz sampai
500 MHz.

+Vcc

Pengham bat R F
R 1

V O ut
C 4
C 1

C 2
R 2 R 3 C 3

G a m b a r 9 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r C o lp itts

Rangkaian oscilator Colpitts secara umum dapat dilihat pada gambar 9.


Disini digunakan komponen aktif transistor bipolar (atau dapat juga FET),
karena Op-Amp tidak dapat digunakan untuk frekuensi 500 MHz yang
diluar jangkauan Op-Amp.
Dengan menggunakan rangkaian penguat dan jaringan LC, kita
dapat mengumpan balikkan suatu sinyal dengan amplitudo dan fasa yang
tepat agar dapat mempertahankan osilasi.
Frekuensi resonansi dari rangkaian oscilator Colpitts ini dapat
dituliskan sebagai fungsi dari L dan Colpitts sebagai:

1
fr ≅
2π LC

Kondisi awal AB > 1


Atau
A > 1/B

Cara kerja Oscilator Colpitts


Pada umpan balik yang ringan (harga B kecil), harga A hanya
sedikit lebih besar dari 1/B, operasi transistor lebih mirip dengan operasi
kelas A, jika mula-mula menghidupkan daya maka osilasi mulai membesar
dan sinyal akan semakin besar pada garis beban AC. Dengan ayunan
sinyal yang semakin besar ini, operasi transistor akan bergeser ke
penguat sinyal besar, jika demikian, bati tegangan akan sedikit menurun.
Dengan demikian umpan balik menjadi ringan dan AB dapat turun menjadi
satu tanpa pemotongan sinyal yang berlebihan.
Pada umpan balik yang berat (Harga B besar), sinyal umpan balik
yang besar menggerakkan basis ke arah jenuh dan putus. Proses ini akan
mengisi kapasitor C3, yang mengakibatkan pemotongan DC negatif pada
basis dan mengubah operasi transistor dari kelas A ke kelas C.
Pemotongan negatif ini otomasti menurunkan AB menjadi 1, bila umpan
balik terlalu berat kita dapat kehilangan sebagian daya akibat kehilangan
daya-daya liar.

5. Oscilator Amstrong
Gambar 10 adalah suatau rangkaian umum oscilator
Amstrong. Pada rangkaian ini, kolektor menggerakkan resonator LC.
Sinyal umpan balik diambil dari belitan skunder kecil ke basis. Pada
transformator terjadi pergeseran fasa sebesar 180 o itu artinya fasa yang
melingari loop rangkaian itu sama dengan nol, dengan kata lain umpan
balik yang terjadi adalah positif. Bila efek pembebanan diabaikan, bagian
umpan balik adalah:

B≈M/L

dimana M adalah induktansi bersama dan L induktansi primer. Agar


oscilator Amstrong bekerja, bati tegangan harus lebih besar dari 1/B.

+Vcc

Pengham bat R F
R 1

C 1

C 4
C 2 L

R 2 R 3 C 3

G a m b a r 1 0 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r A m s tr o n g

Cara kerja Oscilator Amstrong


Rangkaian Oscilator Amstrong tak beda jauh dengan rangkaian
Oscilator Colpitts, satu-satunya perbedaan oscilator Amstrong ini
terdapatnya transformator pembalik fasa 180 0 dan juga bertugas
mempertahankan osilasi bekerja pada keadaan normal. Cara kerjanya
sama dengan cara kerja oscilator Colpitts,

6. Oscilator Hartley
Gambar 11 adalah contoh dari oscilator Hartley. Bila
resonator LC mengalami resonansi, arus yang melingkar akan melalui L 1
yang dipasang seri dengan L2. Jadi harga L ekivalennya adalah L1+L2.

+Vcc

P engham bat R F
R 1

C 1

C 4
C 2 L1

L2
R 2 R 3 C 3

G a m b a r 1 1 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r H a r tle y

Pada oscilator Hartley, tegangan umpan balik dikembangkan oleh


pembagi tegangan induktansi L1 dan L2. Karena tegangan yang muncul
melintasi L1 dan tegangan umpan balik melintas L 2, maka bagian umpan
baliknya adalah:

B ≈ L2 / L1

Osilasi dapat terjadi dengan bati tegangan lebih besar dari 1/B dengan
mengabaikan pembebanan oleh basis.
7. Oscilator Clapp
Oscilator Clapp pada gambar 12 merupakan perbaikan dari
Oscilator Colpitts. Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan sinyal
umpan balik seperti sebelumnya. Sebuah kapasitor tambahan C 3 dipasang
seri dengan induktor. Karena arus resonator melingkar mengalir melalui
C1, C2 dan C3 maka kapasitansi total untuk perhitungan frekuensi
resonansi adalah:

1
C=
1 / C1 +1 / C2 +1 / C3

+Vcc

Pengham bat R F
R 1

C 1 L1

C 3
R 2 R 3 C

C 2

G a m b a r 1 2 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r C la p p

Pada Oscilator Clapp, C3 jauh lebih kecil dari harga C 1 dan C2.
Akibatnya C hampir sama dengan C3, frekuensi resonansi diberikan oleh:

1
fr ≅
2π LC3

Keunggulan dari oscilator Clapp dibanding dengan Oscilator


Colpitts adaalah tidak tergantunganya frekuensi oscilator Clapp terhadap
kapasitansi liar dan kapasitansi transistor, dengan demikian frekuensi
menjadi lebih stabil.

8. Oscilator Crystal
Oscilator kristal digunakan apabila membutuhkan oscilator
dengan frekuensi yang sangat stabil dan kritis. Umumnya dugunakan
oscilator kristal kuarsa. Kristal ekivalen dengan suatau induktor besar
yang paralel dengan sebuah kapasitor kecil, nilai induktansi kristal
sedemikian besarnya, sehingga nilai-nilai kapasitansi liar dan kapasitansi
transistor hampir sama sekali tidak mempengaruhi frekuensi diri kristal.
Karakteristik kristal yang khas yang adalah adanya sifat Piezzo
Electric, artinya suatau kristal dapat bergetar dengan frekuensi tertentu
apabila dilintasi tegangan ac padanya, dan sebaliknya, bila dipaksa untuk
bergetar maka ia akan mengeluarkan tegangan ac yang sama. Sifat yang
terakhir ini digunakan pada oscilator. Pada penerapannya, kristal didapat
dari garam Rochelle atau Tourmaline. Garam tersebut diiris sedemikian
rupa dengan amat sangat tipis, tebal atau tipisnya irisan disesuaikan
dengan kebutuhan frekuensi yang ingin dihasilkannya, semakin tipis suatu
irisan kristal, semakin besar frekuensi yang didapat. Irisan ini kemudian di
tempelkan diantara dua lempeng logam.

+Vcc

Pengham bat R F
R 1

C 3
C 1

K r is ta l
R 2 R 3 C

C 2

G a m b a r 1 3 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r K r is ta l
je n i s C o l p i t t s
Cara kerja Osilator Kristal
Gambar 13 memperlihatkan sebuah oscilator kristal Colpitts.
Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan tegangan umpan balik untuk
basis transistor. Kristal berlaku sebagai sebuah induktor yang beresonansi
dengan C1 dan C2. Frekuensi resonansi ini ada diantara harga-harga
resonansi seri dan paralel.
Kristal dapat digambarkan sebagai rangkaian ekivalen berikut:

C m = C m
C s

G a m b a r 1 4 . E k iv a le n s i K r is ta l

Resonansi yang terjadi pada kristal dapat dituliskan dengan dua


keadaan yait resonansi paralel dan resonansi seri.

Resonansi Paralel diberikan oleh:

1
fs =
2π LC s

Resonansi seri diberikan oleh:

1
fp =
2π LC simpal

Dengan

CmC s
C simpal =
Cm + C s
Bagian 2: MULTIVIBRATOR

I. Pendahuluan
1. Pengertian Multivibrator
Multivibrator hampir mirip dengan osilator dengan beberapa
perbedaan yang nyata. Diantaranya bentuk keluaran yang dihasilkannya,
konvigurasi rangkaian serta cara kerjanya. Umunya kesamaan
multivibrator dengan osilator adalah sama-sama mengeluarkan denyut,
kalau pada oscilator mengeluarkan denyut AC sinusoidal, maka pada
multivibrator dapat menghasilkan denyut AC atau DC berbentuk pulsa
segi empat. Multivibrator sering digunakan sebagai pewaktu karena batas-
batas pulsanya yang jelas antara keadaan ada dan tiada atau nol dan satu
jika kita representasikan sebagai kode biner.

2. Konsep Dasar
Salah satu perbedaan multivibrator dengan osilator jika
ditinjau dari cara kerja serta keluarannya adalah analog dan digital. Pada
osilator orang mengaitkannya dengan analog sedangkan pada
multivibrator orang mengaitkannya dengan digital. Dari segi komponen
yang digunakan untuk membangun sebuah osilator dengan multivibrator
adalah sama, yaitu sama-sama menggunakan transistor atau FET.
Dalam multivibrator yang berkaitan dengan digital, kita mengenal
adanya komponen baru yang disebut Gate (Gerbang), dimana gate ini
adalah komponen utamanya device digital, dan gate ini biasanya
mempunyai lebih dari satu input (kecuali gate NOT) dengan satu keluaran.
Sebenarnya gate ini sendiri tersusun dari komponen analog yaitu
transistor atau FET. Transistor-transistor yang disusun dalam gate
membentuk fungsi on-off atau pensakelaran hidup dan mati. Jadi dalam
gate itu transistor dibuat menjadi saturasi (jenuh) atau cutoff (mati) sesuai
dengan keadaan inputnya. Penyusunan multivibrator ini tentu
menggunakan gate-gate tersebut, sama seperti osilator, multivibrator tidak
mempunyai input tetapi mempunyai output, kalau pada osilator input
diambil dari tegangan noise pada resistor umpan baliknya, maka pada
multivibrator input diambil dari rangkaian itu sendiri.

II. Jenis Multivibrator yang Umum


1. Bistabile Multivibrator
a) Konsep Dasar
Kita membahas multivibrator bistabile atau multivibrator dua
keadaan karena merupakan multivibrator yang paling sederhana
konsepnya serta rangkaianya. Untuk memahaminya kita tinjau rangkaian
analog (gambar 1) yang menyusun gerbang NOT berikut.

+VC C

R C

O u tp u t
R B
In p u t

G a m b a r 1 . R a n g k a ia n d a s a r g e r b a n g N O T

Pada gambar tersebut input merupakan tegangan DC dari 0V ke


5V yang direpresentasikan sebagai ‘0’ dan ‘1’. VCC menggunakan
tegangan DC 5V. Apabila pada masukan tidak diberikan tegangan atau
0V, transistor dalam keadaan mati (cuttoff), dalam RC tidak mengalir arus
sehingga seluruh tegangan VCC akan jatuh ke Output. Apabila input
diberikan 5V, transistor akan jenuh (saturasi), tegangan VCC dialirkan
melalui RC ke tanah, sehingga dapat dikatakan bahwa Output tidak
bertegangan atau 0V.

b) Cara Kerja
Kita tinjau lagi rangkaian Multivibrator Bistabile dasar berikut
pada gambar 2 yang merupakan penggabungan dari 2 gerbang NOT.
Masing-masing input dari gerbang NOT tersebut merupakan otuput dari
gerbang NOT yang lain.

+VC C

R C R C
C 1 C 2
Q ' Q
R B R B

G a m b a r 2 . R a n g k a ia n d a s a r m u ltiv ib r a to r

Setiap kolektor menggerakkan basis yang berlawanan melalui RB


yang diambil dari C1 dan C2. Pertama kali rangkaian dinyalakan maka
pada rangkaian ini hanya ada 2 keadaan, transistor kanan jenuh kiri putus
atau transistor kanan putus kiri jenuh. Misalnya pertamakali transistor
kanan putus, sehingga tegangan pada Q = 0V. Kapasitor C 1 yang
menggerakkan basis transistor kanan akan diisi sedangkan C2
dikosongkan. Pada suatu saat tegangan C 1 akan penuh dan meniadakan
tegangan pada RB transistor kanan, sehingga transistor kanan menjadi
cuttoff. Pada saat ini C2 memulai pengisian, transistor kiri akan mengalami
saturasi sehingga C1 dikosongkan, apabila pengisian C2 telah selesai,
maka transistor kiri akan cuttoff kembali. Demikian seterusnya sehingga
keluaran Q merupakan pulsa-pulsa positif segiempat. Keluaran Q’
ekivalen dengan komplemen dari Q.

2. Monostabile Multivibrator (One-shot)


a) Konsep Dasar
Monostabile multivibrator atau One-shot merupakan
perkembangan dari bistabile multivibrator, dengan output salah satu
gelombangnya Q atau Q’ dihubungkan dengan kapasitor ke input gerbang
yang lainnya. Akibatnya, output akan tetap berada dalam satu keadaan
saja. Jika rangkaian dipaksa untuk pindah ke keadaan yang lain dengan
memberikan pulsa input, beberapa saat kemudian ia kembali ke keadaan
semula. Waktu yang diperlukan bergantung kepada harga kapasitor yang
digunakan serta parameter-parameter gerbang. Penggunaan multivibrator
monostabil untuk membangkitkan pulsa yang dapat diatur lebar dan
polaritasnya.
Multivibrator monostabil untuk rangkaian lepas agak sulit
diterapkan karena kita harus mengetahui arus input dengan tepat karena
kita tidak bisa menentukan level input yang dapat diterima tanpanya.
Dipasaran tersedia kemasan IC khusus monostabile multivibrator,
sehingga dalam penerapannya lebih mudah diaplikasikan.

b) Karakteristik Multivibrator Monostabil


1) Input
One-shot dapat dipicu oleh tepi pulsa positif Q atau tepi pulsa
negatif Q’ pada inputnya. Lebar pulsa minimum yang diperbolehkan
berkisar 25 – 100 ns. Sering digunakan lebih dari satu input agar one-shot
dapat dipicu oleh lebih dari satu sinyal, atau dapat digunakan untuk
mencegah pemicuan dimana input yang satu mencegah pemicuan oleh
input yang lainnya. Contoh jenis one-shot yang populer ada 4 jenis seperti
pada gambar 3a – 3d dibawah.

+ +

R R
C C

A1
Q A2 Q

A 9602 74121
B B

Q ' Q '

R R

R ' R '

(a ) (b )
+ +

R R
C C

d e la y
Q Q
A A
B 74123 8853
B

Q ' Q '

R R

R ' R '

(c ) (d )

G a m b a r 3 . E m p a t je n is O n e - s h o t y a n g u m u m
d ig u n a k a n p a d a m u ltiv ib r a to r m o n o s ta b il

2) Pemicuan kembali
Sebagian besar monostabil akan memulai delay baru apalagi dipicu
lagi pada saat pulsa output belum habis, ada beberapa IC monostabil
diataranya 9062, 74123, 8853, CMOS 4098 yang dapat dipicu kembali,
pemicuan kembali ini menyebabkan pulsa output dapat bertambah lebar.
Jenis 74121 tidak dapat dipicu kembali, karena ia mengabaikan
perubahan input pada saat pulsa output berlangsung.

3) Kemampuan reset
Input reset pada sebagian besar monostabil mempunyai prioritas
tinggi, jika reset diaktifkan walau sesaat, pulsa output akan langsung
selesai, tidak tergantung pada input lainnya. Input reset juga berguna
mencegah munculnya pulsa output pada saat menyalakan catu.

4) Lebar pulsa
Monostabil baku dapat menghasilkan lebar pulsa 40ns hingga
beberapa ms, yang ditentukan oleh penggunaan nilai kapasitor dan
resistor luar.
c) Cara kerja Monostabile Multivibrator
Dalam membahas cara kerjanya kita kembali ke rangkaian
dasar, ditambah beberapa Op-amp didalamnya yang membentuk
multivibrator monostabil (gambar 4).

+ VC C

5k

6 +

C 5 -
S Q

5k

R Q ' V out
4 + 3

P E M IC U -
2
5k

G a m b a r 4 . M u ltiv ib r a to r M o n o s ta b il

+ VC C P E M IC U

+ 1 /3 V C C

+ 3 /2 V C C

0 AM BAN G

+ VC C

0 KELU AR AN

G a m b a r 5 . B e tu k k e lu a r a n y a n g u m u m d a r i
m u ltiv ib r a to r m o n o s ta b il
Bila masukan pemicu lebih rendah daripada +1/3 V CC, pembanding
yang di bawah mempunyai keluaran tinggi dan mereset flip-flop sehingga
Q menjadi rendah, keadaan ini menyebabkan transistor cuttoff, sehingga
kapasitor mulai diisi. Pada saat tegangan kapasitor sedikit lebih besar dari
+2VCC/3, pembanding yang di atas mempunyai keluaran tinggi yang
menset flip-flop sehingga Q menjadi tinggi yang menyebabkan transistor
saturasi, hal ini menyebabkan kapasitor dikosongkan dengan cepat.
Gambar 5 memperlihatkan bentuk-bentuk gelombang yang umum,
masukan pemicu berbentuk pulsa sempit dengan harga +V CC. Pulsa ini
harus turun sampai +1/3 V CC untuk mereset flip-flop dan mengisi kapasitor.
Bila tegangan ambang sedikit lebih besar daripada +2V CC/3, flip-flop di set,
keadaan ini menjenuhkan transistor dan mengosongkan kapasitor sehinga
kita memperoleh satu pulsa keluaran persegi.
Kapasitor C harus diisi melalui resitansi R. Makin besar tetapan
waktu RC, makin lama bagi tegangan kapasitor untuk mencapai +2V CC/3.
Dengan kata lain, tetapan waktu RC mengendalikan lebar pulsa keluaran.

Catatan buat ayus:


Hey … udah siap nih, gimana??? Mau minta ketikin lagi
… loe jangan suka malas ya yus, ntar keterusan lho
heheheh…jangan marah lho

Вам также может понравиться