Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORITIS
humanbeing and other resources”. (Manajemen adalah suatu proses tertentu yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
dipandang sebagai:
1. Orang-orang
pemimpin-pemimpin kerja.
2. Proses
3. Sistem kekuasaan
pekerjaannya.
1717
18
dalam arti bahwa dalam manajemen terdapatnya pembagian tugas dan wewenang,
terjadi proses pengaturan kerja. Seperti yang dikemukakan oleh Moekijat (1991:6)
manajemen mengandung tiga aspek, yaitu substansi, proses, dan ‘setting’ atau
manusia sebagai manusia yang sesuai dengan fitrahnya. Upaya tersebut, bukan
tetapi suatu proses dimana manusia dapat belajar sesuai dengan kebutuhan,
18
19
Ketiga, sistem pendidikan memiliki komponen bukan manusia yang khas berupa
Kelima, hubungan manajerial antara pengelola dan personel atau orang yang
manusia.
proses manajemen lainnya. Dalam beberapa dari hal mungkin memiliki kesamaan
dengan manajemen yang lain, bahkan mengadopsi dan atau mengadaptasi teori
dan prinsip dari ilmu-ilmu lain, misalnya dari dunia bisnis, sosiologi dan
psikologi, tetapi secara hakiki tetap berbeda dari sistem manajemen dan ilmu-ilmu
lain tersebut.
19
20
diperoleh dengan efektif, efisien, dan produktif, serta sesuai dengan yang
pemberdayaan masyarakat, mau tidak mau, suka atau tidak suka, penyelenggaraan
pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan haruslah lebih banyak
lain dapat dikatakan bahwa pada tatanan organisasi sistem pendidikan nasional,
konsepsi yang sejenis dengan apa yang disebut School Based Management (SBM).
20
21
“manager-a person who manages the affairs of a business, institution, team, etc”
(manajer adalah seseorang yang memimpin semua hal dari suatu perusahaan,
Dan terminologi manajemen bila dipandang dari hirarki sistem dikenal pula
Terminologi mana yang sepadan bila kedua struktur tersebut dipadukan, akan
Jika organisasi tingkat pusat dianggap total sistem, posisi tugas pokok
21
22
manajemen taktis; Serta pada organisasi tingkat kecamatan dan kelembagaan akan
operasi riset.
meso dan tingkat mikro. Dengan istilah yang lebih populer, manajemen makro
adalah pada tingkat pusat (nasional), manajemen meso adalah pada tingkat
22
23
1988:1-2).
Fakry Gaffar (1997:2) mengartikan visi sebagai “daya pandang yang jauh,
mendalam dan luas yang merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan
amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu, dan tempat”..
Karena itu, dalam pandangannya, visi adalah kunci energi manusia, kunci atribut
dalam proses Manajemen Strategik, karena baru pada akhir-akhir ini disadari dan
ditemukan bahwa visi itu amat dominan peranannnya dalam proses pembuatan
strategi.
diletakan dalam suatu kontinuun yang utuh. Oleh karena itu, keseluruhan analisis
tidak terlepas dari pola fikir ini. Dalam konstruk berfikir ini maka kebijaksanaan
dapat diberi arti sebagai seperangkat keputusan yang mendasar dan konprehensif
yang dapat dijadikan pedoman dalam tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
23
24
arah yang harus dijadikan kiprah oleh setiap manajemen pendidikan. Sedangkan
misi adalah suatu tanggung jawab dan tugas yang diemban oleh organisasi
yang beriman dan bertaqwa. Misi dan tujuan walaupun secara teoretik berbeda
namun pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Tujuan dan misi ini diikat dan
dilandasi oleh suatu norma, suatu keyakinan yang dijadikan pegangan dan
dijadikan landasan perjuangan yang disebut nilai atau values. Nilai atau values ini
membentuk landasan yang kokoh bagi tujuan dan misi organisasi pendidikan.
Values, tujuan dan misi, muncul kepermukaan dari visi. Dengan kata lain values,
tujuan dan misi pada hakekatnya adalah unsur-unsur yang berkaitan erat yang
mempunyai fungsi yang tidak sama namun merupakan satu kesatuan yang utuh
Visi terbentuk dan tumbuh berkembang sebagai hasil daya fikir dan hasil
dinamika proses psikologi seseorang atau sekelompok orang. Orang ini mungkin
manager, pemimpin, baik formal maupun informal atau perorangan yang memiliki
membentuk mindset atau pola fikir tertentu. Mindset ini meletakan seluruh
24
25
Mindset ini terbentuk oleh visi, dan amatlah penting dimiliki oleh setiap
pemimpin. Karena pengaruh visi yang berjangka panjang ini, maka visi
Quigley dalam Fakry Gaffar (l997:13) berpendapat bahwa visi harus selalu
terjadi di lingkungannya. Karena itu pula visi dalam konteks ini merupakan
atribut utama seorang pemimpin. Karena itu maka tanggung jawab dan tugas
yang tepat dan cepat terhadap berbagai permasalahan dan tuntutan yang dihadapi
organisasi.
Quigley dalam Fakry Gaffar (l997:13), berpendapat bahwa terbentuknya visi itu
team inti atau core leadership team members dalam leadership Conference
planing Process (LCPP). Tahapan proses ini mencakup tiga fase kegiatan yaitu:
25
26
sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi
suatu kenyataan.
Strategik yang akhir-akhir ini banyak menarik perhatian, dan memberikan analisis
tentang keterkaitannya dengan visi. Samuel C. Cetro dan J. Paul Peter (1991:34),
berkelanjutan, berulang kembali secara sikuensial dalam satu siklus, dan unsur
pengendalian
fokus utamanya adalah menyusun misi dan objektif yang merupakan arah dan
26
27
dengan misi dan objectif yang jelas, maka strategi organisasi dengan langkah-
yang tepat untuk mewujudkan misi dan objektif itu. Kendali organisasi adalah
implementasinya itu berada pada jalur yang tepat, dan untuk menjamin bahwa
strategis, karena itu dunia bisnis dan industri berpendapat bahwa Strategic
misi itu? jawabannya adalah: visi berada dalam defenisi Strategic Management itu
sendiri. Tanpa visi, seorang manager akan sulit memahami apa yang terjadi di
lingkungannnya dengan tajam dan tepat. Tanpa misi, visi, tujuan dan values yang
sulit diterapkan tanpa merujuk kepada visi yang ada di dalam “organizational
27
28
dan bernegara.
geografis bangsa dengan aneka ragam budaya, adat istiadat, dan bahasa, menuntut
adanya isi dan pola pelaksanaan pendidikan yang tidak seragam. Keragaman
yang berbeda menuntut pula adanya isi dan pola layanan yang berbeda.
28
29
mengadaptasi teori dan prinsip dari ilmu-ilmu lain, misalnya dari sosiologi dan
psikologi, tetapi secara hakiki tetap berbeda dari sistem pengelolaan yang lain
tersebut.
pendidikan nasional.
pendidikan sesuai dengan posisinya dalam organisasi Diknas. Dalam hal ini
pengelolaan pendidikan sebagai suatu sistem dalam skala nasional. Dalam skala
29
30
pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Yang termasuk satuan
dan Peraturan Pemerintah (PP) No.73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
satuan jalur dan jenis pendidikan; Pasal 9 ayat 1 menyiratkan bahwa satuan
sekolah atau di luar sekolah. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,
Dalam PP.No.73, Bab III, pasal 3 ayat 1, bahwa “jenis pendidikan luar
sekolah.
merupakan arah baru dalam sistem pendidikan luar sekolah yang memiliki visi
30
31
yang secara ekonomi, sosial dan budaya dapat dikembangkan untuk meningkatkan
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja
mencari nafkah.
luar sekolah dalam suatu wadah terpusat yang berasal dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat PKBM memiliki banyak
31
32
fungsi, dalam hal ini Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat (2002:5) menentukan
bahwa PKBM memiliki dua fungsi yaitu fungsi utama dan fungsi pendukung.
b. Pusat jaringan informasi dan kerjasama bagi lembaga yang ada di masyarakat
32
33
pemerintah pusat, termasuk masalah pendidikan yang selama ini ditangani secara
PKBM merupakan unit organisasi tersendiri dengan tata kerja dan personil
dan tanggung jawab berat karena bertugas mencetak sumber daya manusia handal
Untuk itu, PKBM harus ditata dalam suatu sistem yang rapi melalui apa yang
dan misi yang berbeda. dari perusahaan, sehingga proses pengaturannya pun akan
berbeda pula.
33
34
fungsi tersebut hanya merupakan bagian dari fungsi manajemen karena masih
banyak fungsi lain yang dikemukakan para ahli serta dapat diterapkan dalam
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Tetapi dari sekian banyak fungsi
manajemen yang dikemukakan para ahli, ketiga fungsi tersebut merupakan fungsi
proses manajemen karena tanpa perencanaan tujuan suatu kegiatan akan sulit
34
35
kontribusi dari manajemen yang belum kuat. Aspek yang menonjol kelemahannya
Sistem pendidikan kita masih terlalu dipengaruhi oleh politik. Karena itu
sangat terasa bahwa sistem pendidikan kita tidak responsif terhadap berbagai
Kurangnya sikap profesional, lemahnya sikap hidup yang rasional dan kemauan
produktivitas kerja rendah dan akibatnya produksi sistem juga rendah. Persoalan
masih belum pada pembelajaran anak didik. Berbagai hal di atas secara perlahan-
lahan berkembang menjadi sikap hidup personil dalam manajemen dan bilamana
merisaukan. Mutu atau kualitas pendidikan adalah sentral karena pendidikan yang
35
36
standar hasil yang ditentukan bersama dan telah menjadi konsensus bersama
sesuai dengan level, jenjang dan jenis pendidikan. Kualitas dalam konteks ini
merupakan hasil proses yang panjang dan sangat kompleks, karena faktor-faktor
yang terlibat di dalamnya juga sangat kompleks. Faktor-faktor itu antara lain:
teknologi dan evaluasi. Pendidikan yang berkualitas memang harus ditunjang oleh
a. Perencanaan
suatu tahap yang harus dilewati sebelum melangkah ke tahap berikutnya, karena
melalui proses ini dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui proses
dengan dugaan masa yang akan datang yang akan diikuti dengan tindakan
36
37
program kegiatan layanan; dan (4) Menyusun program kerja tahunan PKBM.
b. Pengorganisasian
menciptakan hubungan yang baik antar tiap bagian sehingga mampu melahirkan
koordinasi yang baik antara atasan dengan bawahan dalam suatu organisasi.
37
38
sebagai: (1) Menyiapkan dan menggerakkan sumber daya yang teridentifikasi; (2)
Mengkaji dan menata sumber daya yang akan dimanfaatkan sesuai dengan
c. Pelaksanaan Pembelajaran
pasar, di samping itu warga belajar yang ada di dalam PKBM tidak dibatasi oleh
19) adalah: (1) Memotivasi warga belajar, (2) Mengadakan dan atau
mengembangkan bahan belajar pokok bagi warga belajar dan bahan pengajaran
pokok bagi tutor/ nara sumber; (3) Melaksanakan proses belajar mengajar; dan (4)
38
39
penyelenggaraan PKBM.
bangsa yang sedang berkembang. Hal ini membawa implikasi bahwa proses
Dalam hal ini penulis memandang bahwa PKBM merupakan sub sistem dari
formal, khususnya PKBM, akan banyak bergantung kepada berbagai faktor, baik
dari dalam sistem kelembagaan itu sendiri maupun faktor-faktor dari luar sistem
PKBM. Salah satu faktor kunci (the key factor) yang berasal dari "internal
system" PKBM adalah para pengelola. Hal ini disebabkan oleh fungsi dan
39
40
peranan pengelola sebagai manajer organisasi adalah "the key person" yang
kelembagaan.
segala kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam
keterampilan (skills) dan wawasan (vision) yang dimiliki oleh pengelola PKBM
diharapkan secara efektif. Setiap peran ataupun tugas yang harus dilaksanakan
sumber daya yang memadai. Sumber daya yang dimaksud meliputi kurikulum dan
40
41
masyarakat. Dalam pengelolaan sumber daya tersebut secara efektif dan efisien
menggolongkan tugas pengelola PKBM ke dalam lima macam yaitu: (1) program
pengajaran; (2) membina staf; (3) membina dan mengelola warga belajar; (4)
pengelola PKBM dalam dua katagori, yaitu: (1) kompetensi personal dan (2)
41
42
kakan lima fungsi pengelola PKBM dalam satu jabatan yang saling berkaitan dan
organisasi formal yang memiliki struktur organisasi tersendiri, dengan tata kerja
dan personil khusus yang terlibat di dalamnya. Pengelola PKBM adalah manajer
peraturan dan ketentuan yang ditetapkan instansi yang lebih tinggi untuk
dilaksanakan oleh personil PKBM; (2) Merencanakan dan menetapkan target dan
dan menetapkan personil yang terlibat dalam kegiatan PKBM; (4) Menetapkan
tugas dan rincian pekerjaan bagi setiap personil yang terlibat; (5) Mendelegasikan
42
43
sebagian tugas dan wewenangnya kepada personil yang terlibat; (6) Mengawasi
manajerial sehari-hari.
1. Pengembangan Akademik/Pengajaran
belajar dan tutor; (2) Pengembangan strategi belajar mengajar yang efektif; (3)
proses belajar mengajar; (4) Pengembangan sistem evaluasi hasil belajar dan
43
44
PKBM akan berkaitan dengan sejumlah bidang garapan yang harus dikelola, dan
proses.
instansi yang lebih tinggi untuk dilaksanakan oleh personil PKBM; (2)
periode tertentu; (3) Mengatur dan menetapkan personil yang terlibat dalam
kegiatan PKBM; (4) Menetapkan tugas dan rincian pekerjaan bagi setiap
44
45
instansi atasannya secara periodik; (8) Memecahkan masalah yang dihadapi dalam
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan PKBM; (2) Menyadarkan dan
Mengantisipasi dan memecahkan masalah secara dini dalam setiap masalah yang
untuk perbaikan situasi dan kondisi proses belajar mengajar; (2) Mengadakan
tutor untuk meningkatkan profesi tutor; (4) Menyediakan waktu dan pelayanan
45
46
bagi tutor secara profesional dalam pemecahan masalah PBM; (5) Menyediakan
dukungan dan suasana kondusif bagi tutor dalam perbaikan dan peningkatan
mutu PBM; (6) Mengembangkan staf yang berencana dan terarah; (7)
Melaksanakan kerja sama dengan tutor untuk mengevaluasi hasil belajar secara
komprehensif; (8) Menciptakan "team work" yang dinamis dan profesional; (9)
dan memotivasi staf dan dirinya sendiri untuk mengembangkan kreativitas yang
dianggap perlu; (3) Menciptakan situasi organisasi yang kondusif bagi tutor/staf
untuk mencoba sesuatu yang baru dan dianggap efektif; (4) Memotivasi tutor/staf
dan dirinya sendiri untuk berani mengambil resiko; (5) Menciptakan suasana
terbuka dan komunikasi "open minded" dengan semua pihak yang terlibat dengan
dan profesional.
46
47
sumber daya yang ada untuk mengadakan pembinaan profesional terhadap para
pengelola PKBM dasar pada masa yang akan datang, perlu adanya identifikasi
yang valid tentang pembinaan yang dilakukan terhadap pengelola PKBM dasar
dalam melaksanakan tugasnya yang sejalan dengan peran dan fungsi PKBM dasar
secara keseluruhan.
47
48
direncanakan. Proses inovatif yang telah dibahas tadi, untuk pengelola PKBM
dapat dijadikan dasar untuk menjadikan PKBM yang reformis dalam mengadakan
PKBM akan tergantung kepada kreativitas para pengelola PKBM, baik dalam
merencanakan PKBM yang kreatif. Oleh karena itu adanya kesatuan sikap
terhadap inovasi dari semua personil yang terlibat dalam pengelolaan PKBM
sangat penting untuk menciptakan ide-ide untuk munculnya PKBM gaya baru.
tidak menyenangi keadaan yang tetap yang sedang berjalan sekarang; (2) tidak
senang kembali ke masa lalu; (3) berorientasi ke masa depan; (4) menetapkan
keinginan yang perlu untuk masa yang akan datang; (5) tidak puas dengan hasil
sekarang; (6) mengharapkan masa depan akan lebih baik, dan percaya bahwa
dengan penuh tanggung jawab; (9) beranggapan bahwa setiap komponen dalam
48
49
a. Latihan-latihan
lembaga lain di luar PKBM. Isi latihan agar bervariasi untuk mendapatkan
pengalaman yang berarti sebagai bahan untuk penampilan kerja yang kreatif;
b. Saresehan (Brainstorming)
Saresehan dapat pula disebut sumbang saran. Setiap personil PKBM dalam
penjelasan persoalan yang dihadapi PKBM; (b) Merumuskan persoalan agar jelas
idea yang dianggap baru; dan (e) Menilai bersama idea yang mungkin
dilaksanakan.
c. Pemecahan Masalah
yang ia hadapi dari masalah yang mereka alami. Selanjutnya setiap personil
49
50
yang digabungkan, maka diperlukan para pengelola PKBM yang memiliki kiat-
PKBM, dan dibantu oleh struktur administratif yang memberi kemudahan dalam
proses kreatif. Idea-idea diharapkan muncul dari sejumlah tutor, wakil pengelola
PKBM, pengelola PKBM, dan pejabat lain yang dapat memberikan sumbangan
b. Departementalisasi
pengabdian atau hubungan PKBM dengan masyarakat, dan kelompok lain yang
dipandang perlu. Kemudian, setiap kelompok atau unit kegiatan tersebut diberi
50
51
anggota agar menyiapkan diri untuk berfikir kreatif; (2) Setiap anggota harus
ada pertukaran ide dan saling mereaksi pikiran satu sama lain dalam suasana yang
saling menghargai; (4) Ide-ide sebagai hasil proses kreatif dari setiap kelompok
koordinatif sebagai bahan untuk team perencana; (5) Team perencana terdiri atas
koordinator beserta staf, para ahli yang sesuai dengan bidangnya dan dimana
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang ada kaitannya, baik secara teoritik
maupun secara empirik. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang dianggap
51
52
pembinaan pengelola PKBM yang dilaksanakan Penilik PLS masih jauh dari yang
diharapkan karena profil Penilik sendiri belum dapat menjadi motivator dan
PKBM dalam mengikuti proses pembinaan pun sangat bervariasi. Akibatnya, para
dalam bentuk program yang terencana, terorganisir dan terkendali. Hal ini
rendah.
antara lain oleh Sedarmayanti (1995), yang menyatakan kaitan dengan kriteria
52
53
dikendalikan dengan seksama pun belum tentu berhasil dengan efektif, karena
salah satu faktor yang turut pula menentukan adalah sikap dan kreativitas dalam
mengikuti pelatihan.
naan tugas pokok pengelola PKBM, adalah produktivitas kerjanya yang sangat
berhubungan erat dengan hasil pelatihan yang telah diikutinya. Koefisien korelasi
sebesar 0,83 atau dengan kata lain 69,67% hasil pelatihan memberikan kontribusi
kemampuan apa saja yang paling dominan mempengaruhi kinerja para pengelola
PKBM.
atau kemauan individu itu sendiri. Individu yang mempunyai kebutuhan akan
prestasi yang tinggi, mempunyai motivasi yang kuat terhadap pekerjaan yang
53
54
Teori Mc.Clelland yang menemukan kebutuhan yang kuat pada individu akan
keinginan untuk mencapai prestasi. Individu dengan kebutuhan akan prestasi yang
pekerjaan rutin yang tidak bersaing, sedangkan individu dengan kebutuhan akan
prestasi yang rendah cenderung untuk tidak berhasil baik pada keadaan yang
menantang dan bersaing. Di samping itu harus pula diperhitungkan faktor latar
belakang dan kelas sosial dimana ia berada sebagai faktor yang menentukan
54