Вы находитесь на странице: 1из 5

Para ahli membagi ringkasan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan

tingkat IQ berdasarkan tes Stanford- Binet yang telah direvisi oleh Terman dan Menu sebagai
berikut (Fudyarranro, 2002).

Tingkat Kecerdasan
(IQ)
Klasifikasi

140 – 169 Amat Superior


120 – 139 Superior
110 – 119 Rata-rata tinggi
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
70 – 79 Batas lemah mental
20 – 69 Lemah mental

Dari tabel tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan

tingkat kecerdasan manusia, yaitu:


a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior)
merentang antara IQ 140 - IQ 169;
b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 -
IQ 139;
c. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang
antara IQ 11O – IQ 119;
d. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90 –
IQ 109;
e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang

antara IQ 80 - IQ 89;
f. Kelompok batas lemah mental (bordeline defective) berada
pada 1Q 70 - 1Q 79;

g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20 - IQ 69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat mi antara lain debil, imbisil, idiot.

C. Redefinisi Kecerdasan :Pergeseran dari IQ, EQ dan SQ.

Ada kecerdasan lain yang tidak kala pentingnya, yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan
intelektual (IQ) sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional. Inilah argumen
epistemologis Goleman untuk menggeser paradigma intelligence quotient (IQ) ke arah
paradigma baru Emotional intelligence (EQ). Kira-kira awal abad ke-20, IQ menjadi isu besar.
Isu yang membidik cerdas atau tidaknya otak kita melalui tes yang populer dengan sebutan
School Aptidute Test(SAT)

Adapun ciri-ciri kecerdasan emosi ada lima, yaitu:


1.Kesadaran diri( s e l f- a w a r e n e s s ) : mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat,
dan menggunakannya untuk memandu pengambilan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan yang kuat. Unsur-unsur-elf-awareness terdiri dari:
a.Kesadaran emosi( e m o t i o n a l awareness): mengena(emosi sendiri dan efeknya)
b. Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness)
c.Percaya diri (self-confidence) keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri

2. Pengaturan diri (self-regulation) menangani emosi diri sedemikian rupa sehingga berdampak
positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran; mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi. Self- regulation mi
memiliki unsur-unsur:

a. Kendali diri(self-control): mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak;


b. Sifat dapat dipercaya(trustworthiness): memelihara norma kejujuran dan integritas;
c. Kehati-hatian (conscientiousness): bertanggung jawab atas kinerja pribadi;
d. Adaptabilitas (adaptability): keluwesan dalam menghadapi perubahan;

Inovasi(innovation): mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan


informasi-informasi baru.

3.Motivasi(motivation): menggunakan hasrat kita yang

paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil
inisiatif dan sangat efektif, serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustrasi Motivation
memiliki unsur-unsur:

a. Dorongan prestasi (achievement drive): dorongan menjadi yang lebih baik.


b. Komitmen(c ommitment) : menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga;
c. Inisiatif(initiative): kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan;
d. Optimisme (optimism): kegigihan dalam memperjuangkan sasar
4.Empati(empathy): merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami pespektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam
orang. Unsur-unsur empathy adalah :
a. Memahami orang lain (understanding other) mengindra perasaan dan perspektif orang lain
dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka;
b. Mengembangkan orang lain (developing others): merasakan kebutuhan perkembangan
orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka;
c. Orientasi pelayanan (service orientation): mengantisipasi, mengenali, dan berusaha
memenuhi
kebutuhan pelanggan
d. Memanfaatkan menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang;
e. _Kesadara politis (politicala w a r e n e s s ) : mampu membaca arus-arus emisi sebuah
kelompok dan hubungannya
5.Keterampilan sosial (social skill) menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan ketrampilan- ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam
tim, Unsur-unsur social skill adalah :
a. Pengaruh( i n fl u en c e): memiliki taktik untuk melakukan persuasi;
b. Komunikasi(c om m u n ic a t i o n ): mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan;
c. Manajemen konflik (conflict management): negosiasi dan pemecahan silang pendapat;
d. Kepemimpinan (leadership): membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang
lain;
e. Katalisator perubahan (change catalyst): memulai dan mengelola perusahaan;
f. Membangun hubungan (building bonds) menumbuhkembangkan hubungan yang bermanfaat
g. Kolaborasi dan korporasi (Collaboration and cooperation) kerja sama dengan orang lain
demi tujuan bersama Kemampuan tim (team capabilities) menciptakan sinergi kelompok dalam
memperjuangkan tujuan bersama

D. Experiential Learning

Tujuan akhir dari proses belajar dan mengajar adalah siswa memiliki ketrampilan transfer of
learning, sehingga diharapkan ke situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
1. Konsep Dasar

Experiential Learning Theory (ELT), yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran
(experiential learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar tahun 1980-an

Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu 1) mengubah
struktur kognitif siswa, 2) mengubah sikap siswa dan 3) memperluas ketrampilan siswa yang
telah ada.

2. Prosedur Experiential Learning

Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu 1) tahapan
pengalaman nyata, 2) tahapan observasi, 3) tahapan konseptualisasi, dan 4) tahapan
implementasi.

David Kolb membagi gaya belajar seseorang menjadi empat kategori, yaitu :

1. Converger, Pelajar tipe ini lebih suka belajar bila menghadapi soal yang mempunyai jawab
tertentu. Bila mereka menghadapi tugas atau masalah mereka segera berusaha menemukan
jawaban yang tepat. Kemampuan

utama mereka adalah AC dan AE. Orang tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi
benda daripada manusia.

2. Diverger. Pelajar dengan tipe ini lebih mengutamakan CE dan RO, kebalikan dari
converger, kekuatan mereka terletak pada kemampuan imajinasi mereka.

3. Assimilation, cara belajar berkelompok ini terutama bersifat AC dan RO. Mereka sesuatu
yang utuh. Tipe ini tidak tertarik pada manusia tetapi lebih tertarik pada konsep yang abstrak.

4. Accomodator. Tipe ini bertentangan dengan assimilator yang lebih berminat pada
pengembangan konsep, orang bertipe ini lebih berminat pada hal-hal yang kongkret (CE) dan
eksperimen aktif (AE). Kelebihan dari kelompok ini adalah kemampuan dalam menyesuaikan
diri dengan situasi yang baru. Memiliki intuitif, dan sering menggunakan trial dan error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak dan bila dihadapkan dengan
teori yang tidak sesuai dengan fakta mereka cenderung mengabaikannya.

3. Experiential Learning dan Model belajar lainnya.

Pada proses dalam experiential learning merupakan kegiatan merumuskan sebuah tindakan,
mengujinya, menilai hasil dan memperoleh feedback, merefleksikan, mengubah dan
mendefinisikan kembali sebuah tindakan berdasarkan prinsip yang harus dipahami dan diikuti.
Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada teori Kurt Lewin berikut :

1. Experiential learning yang efektif akan mempengaruhi cara berpikir siswa, sikap dan nilai-
nilai, persepsi dan perilaku siswa

2. Siswa lebih mempercayai pengetahuan yang mereka temukan sendiri daripada pengetahuan
yang diberikan orang lain.

3. Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif
4. Perubahan hendaknya tidak terpisah-pisah antara kognitif afektif dan perilaku, tetapi secara
holistik.
5. Experiential learning, lebih dari sekadar memberi informasi untuk mengubah kognitif, afektif,
maupun perilaku.

6. Pengubahan persepsi tentang diri sendiri dan lingkungan sangat diperlukan sebelum melakukan
pengubahan pada kognitif, afektif, dan perilaku.

7. Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif, dan perilaku tidak berubah.

##Pengalaman belajar adalah proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. [1] Aristoteles
pernah berkata, "Untuk hal-hal yang harus kita pelajari sebelum kita dapat melakukannya, kita
belajar dengan melakukan mereka" [2] David A. Kolb membantu mempopulerkan gagasan
pengalaman belajar menggambar berat pada karya John. Dewey dan Piaget Jean. Karyanya pada
pengalaman belajar telah memberikan kontribusi yang besar untuk memperluas filsafat pendidikan
pengalaman.

Pengalaman belajar adalah belajar melalui refleksi pada lakukan, yang seringkali dibandingkan
dengan belajar hafalan atau didaktik. Pengalaman belajar berhubungan dengan, tetapi tidak sama
dengan, pengalaman pendidikan, pembelajaran tindakan, belajar petualangan, pilihan bebas belajar,
pembelajaran kooperatif, dan pelayanan belajar. Walaupun ada hubungan dan koneksi antara semua
teori-teori pendidikan, yang penting mereka juga Istilah dipisahkan dengan makna yang
terpisah. [3]

Pengalaman belajar berfokus pada proses belajar bagi individu (tidak seperti pengalaman
pendidikan, yang berfokus pada proses transaktif antara guru dan pelajar). Contoh pengalaman
belajar akan kebun binatang dan belajar melalui observasi dan interaksi dengan lingkungan kebun
binatang, yang bertentangan dengan membaca tentang binatang dari buku. Jadi, satu membuat
penemuan dan percobaan dengan pengetahuan langsung, bukannya mendengar atau membaca
tentang pengalaman orang lain '.

Pengalaman belajar tidak membutuhkan guru dan berhubungan hanya untuk proses pembuatan
makna pengalaman langsung individu. Namun, meski memperoleh pengetahuan merupakan proses
yang melekat yang terjadi secara alami, untuk pengalaman belajar asli terjadi, harus ada unsur-
unsur tertentu. Menurut David Kolb, seorang ahli teori pendidikan Amerika, pengetahuan secara
terus menerus baik yang diperoleh melalui pengalaman pribadi dan lingkungan. [4] Dia
menyatakan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan asli dari suatu pengalaman, kemampuan
tertentu disyaratkan:

1. pelajar harus bersedia secara aktif terlibat dalam pengalaman;


2. pelajar harus mampu merefleksikan pengalaman;
3. pelajar harus memiliki dan menggunakan kemampuan analisis untuk konsep pengalaman; dan
4. pelajar harus memiliki pengambilan keputusan dan pemecahan masalah keterampilan untuk
menggunakan ide-ide baru yang diperoleh dari pengalaman. University of Texas Learning Center -
Handout

Untuk para pelajar dewasa khususnya, pengalaman menjadi buku pelajaran "hidup" yang mereka
dapat lihat [5]. Namun, seperti John Dewey mengatakan, pengalaman belajar sering bisa
menyebabkan "salah pengalaman edukatif" [. 6] Dengan kata lain, pengalaman tidak otomatis
menyamakan belajar. Contoh klasik dari hal ini adalah pengalaman kuliah banyak mahasiswa di
lingkungan pendidikan formal. Sementara isi kursus mungkin "fisika" pembelajaran pengalaman
menjadi "Aku benci fisika." Lebih disukai, siswa seharusnya belajar "Aku benci
kuliah." Pengalaman belajar sehingga dapat menjadi masalah sebagai generalisasi atau makna
mungkin keliru. Tanpa kontinuitas dan interaksi, pengalaman sebenarnya dapat mendistorsi
pertumbuhan pendidikan dan menonaktifkan seorang pelajar dinyatakan mampu.Ada banyak
contoh-contoh ini dalam prasangka, stereotip, dan bidang terkait lainnya.
Pelaksanaan

Pengalaman belajar dapat menjadi metode pendidikan yang sangat efektif. Ini melibatkan pelajar di
tingkat yang lebih pribadi dengan mengatasi kebutuhan dan keinginan individu.Experiential
learning memerlukan kualitas seperti inisiatif diri dan evaluasi diri. Untuk pengalaman belajar
menjadi benar-benar efektif, harus menggunakan seluruh roda pembelajaran, dari penetapan tujuan,
untuk bereksperimen dan mengamati, untuk meninjau, dan akhirnya perencanaan tindakan. Proses
lengkap memungkinkan seseorang untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan sama
sekali cara berpikir yang baru.

Permainan sederhana, seperti hopscotch, bisa mengajarkan banyak keterampilan akademik dan
sosial yang sangat berharga, seperti manajemen tim, komunikasi, dan kepemimpinan.Alasan
mengapa permainan yang populer sebagai teknik pembelajaran pengalaman adalah karena faktor
menyenangkan "" - pembelajaran melalui menyenangkan membantu para pelajar untuk
mempertahankan pelajaran untuk jangka waktu lebih lama.

Kebanyakan pendidik memahami pengalaman memainkan peran penting dalam proses


pembelajaran. Sebuah suasana belajar yang menyenangkan, dengan banyak tawa dan menghormati
kemampuan para pelajar, juga menumbuhkan suatu lingkungan belajar yang efektif
pengalaman. Sangat penting bahwa individu didorong untuk secara langsung melibatkan diri dalam
pengalaman tersebut, agar mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan
baru dan menyimpan informasi untuk waktu yang lama. Seperti dinyatakan oleh filsuf Cina kuno,
Konfusius, "[] t ela saya dan saya akan lupa, tunjukkan dan aku mungkin ingat, libatkan saya dan
saya akan mengerti" [. Perlu kutipan]

Menurut D'Jungle Orang Experiential Belajar Konsultan Malaysia, pengalaman belajar adalah
tentang membuat suatu pengalaman di mana belajar dapat difasilitasi. Bagaimana Anda
menciptakan pengalaman belajar yang dikarang dengan baik? Kuncinya terletak pada fasilitator dan
bagaimana ia memfasilitasi proses pembelajaran. Seorang fasilitator yang sangat baik percaya pada
kredo: "Anda mengajar beberapa dengan apa yang Anda katakan, mengajar lebih menurut apa yang
Anda lakukan, tapi kebanyakan dari semua, Anda mengajar paling oleh siapa Anda." Dan ketika
sedang pengalaman pembelajar yang paling penting untuk proses pembelajaran, juga penting untuk
tidak melupakan kekayaan pengalaman fasilitator yang baik juga membawa kepada situasi.

Sebuah pengalaman fasilitator yang efektif adalah orang yang bergairah tentang kerjanya dan
mampu membenamkan peserta benar-benar dalam situasi pembelajaran, yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru dari rekan-rekan mereka dan lingkungan
diciptakan. Para fasilitator merangsang imajinasi, peserta tetap mengaitkan pada pengalaman.

Sudbury Model sekolah pendidikan demokratis menyatakan bahwa banyak belajar terjadi di
sekolah mereka, termasuk nilai-nilai, keadilan, demokrasi, seni dan kerajinan, profesi, dan mata
pelajaran akademis sering, dilakukan dengan belajar melalui pengalaman.

Perbandingan

Pengalaman belajar yang paling mudah dibandingkan dengan belajar akademik, proses untuk
mendapatkan informasi melalui studi subjek tanpa perlu pengalaman langsung. Sedangkan dimensi
pengalaman belajar adalah analisis, inisiatif, dan perendaman, dimensi akademik belajar belajar
belajar konstruktif dan reproduksi. [11] Meskipun kedua metode bertujuan untuk menanamkan
pengetahuan baru di pelajar, belajar akademik melakukannya melalui kelas yang lebih
abstrak, berdasarkan teknik, sedangkan pengalaman belajar secara aktif melibatkan para pelajar
dalam pengalaman konkret.

Вам также может понравиться