Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
menggunakan whipping cream yang dikombinasikan dengan gum arab memiliki nilai
overrun berkisar antara 18,66% - 21,22%. Pengaruh whipping cream dan gum arab
yang ditambahkan pada proporsi yang berbeda-beda terhadap overrun es krim dapat
25 P0
24 P1
23
P2
22 21.22
P3
21
19.83 P4
overrun
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
akibat peningkatan proporsi gum arab dan penurunan proporsi whipping cream . Nilai
rerata overrun es krim tertinggi diperoleh pada proporsi penggunaan gum arab dan
whipping cream (0:10) sebesar 21,22%. Dan nilai rerata overrun terendah diperoleh
56
pada proporsi penggunan gum arab dan whipping cream (9:1) sebesar 18,66%. Dan
dari analisa sidik ragam terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan (BNT ά =
krim dikarenakan dalam pembuatan es krim gum arab digunakan untuk meningkatkan
kekentalan dan viskosits Ice Cream Mix (ICM). Viskositas Ice Cream Mix (ICM)
dengan gum arab dapat meningkatkan kekentalan (viskositas) ICM sehingga semakin
membatasi mobilitas molekul air karena ruang antar partikel di dalam ICM menjadi
semakin sempit. Sempitnya ruang antar partikel menyebabkan udara yang masuk ke
dalam ICM selama agitasi semakin sedikit sehingga nilai overrun yang dihasilkan
semakin rendah
Selain itu, gum arab juga menurunkan titik beku adonan es krim meski tak
sebesar sukrosa. Penurunan titik beku ini diduga menjadi penyebab menurunnya
overrun es krim dengan semakin meningkatnya gum arab yang ditambahkan. Adonan
es krim yang tidak segera membeku akan memudahkan udara untuk masuk ke dalam
adonan es krim ketika proses pengadukan dalam Ice Cream Maker, tetapi udara yang
terperangkap tersebut juga akan mudah keluar karena adonan es krim tidak segera
dan meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk membekukan produk. Dalam
produk. Oleh karena itu jika titik beku adonan es krim semakin rendah maka adonan
es krim tidak akan cepat membeku sehingga udara yang dimasukkan akan mudah
4. 1. 2. Kecepatan Meleleh
Kecepatan meleleh menjadi salah satu parameter mutu untuk es krim. Pada
penelitian ini kecepatan meleleh diukur pada suhu ruang (29 ± 0,3oC) dengan
penggunaan kombinasi gum arab dan whipping cream pada proporsi yang berbeda-
beda berkisar antara 3,28 – 2,35 (g/menit). Kecenderungan kecepatan meleleh es krim
4 P0
3.280 P1
3 P2
Kec. Meleleh (g/menit)
0
P0 P1 P2 P3 P4
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
58
yaang nyata antar perlakuan (ά = 0,05) terhadap kecepatan meleleh es krim yang
dihasilkan.
menurun dengan semakin tingginya konsentrasi (penambahan) gum arab dan semakin
penggunaan proporsi gum arab : whipping cream (0:10) atau perlakuan kontrol yaitu
perlakuan P4, penggunaan proporsi gum arab : whipping cream (9:1) yang
beberapa faktor diantaranya adalah jumlah udara yang masuk ke dalam es krim
(overrun) dan banyaknya jaringan globula lemak yang terbentuk selama proses
pembekuan.
lemak yang ada tersebar merata dengan ukuran yang homogen dan relatif kecil,
diinginkan. Produk dengan nilai overrun atau lemak yang tinggi cenderung kecepatan
Hal ini dikarenakan es krim pada perlakuan kontrol memiliki total lemak tertinggi
dan sama sekali tidak menggunakan gum arab. Inilah yang membedakan antara es
59
krim perlakuan kontrol dengan es krim perlakuan yang lain. Gum arab merupakan
pengemulsi dan penstabil tekstur es krim. Penggunaan gum arab diharapkan mampu
memperkuat stabilitas tekstur es krim sehingga es krim tidak akan mudah mencair.
Tanpa adanya gum arab, dan hanya memanfaatkan penstabil original awal yaitu
CMC, es krim perlakuan kontrol akan memiliki kestabilan tekstur paling rendah bila
peningkatan waktu meleleh es krim sehingga kecepatan melelehnya menurun. Hal ini
cream dengan gum arab. Semakin meningkat penggunaan gum arab untuk
krim yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan gum arab merupakan hidrokoloid yang
sangat mudah larut dengan air bahkan air dingin membentuk larutan gel. Dalam
bentuk gel, gum arab memiliki kemampuan yang baik untuk mengikat air. Setelah
proses pembekuan air yang terikat dalam struktur koloid gum arab akan membeku
Selain itu, gum arab yang merupakan pengemulsi (Akoh, 1999) menyebabkan
jumlah emulsi di dalam es krim berlebihan. Menurut Pearson (2005), es krim akan
sukar meleleh apabila menggunakan pengemulsi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
lebih banyaknya air yang terikat oleh gugus hidrofilik pengemulsi dalam sistem
4. 1. 3. Total Asam
fermentasi pada produk fermentasi seperti es krim sinbiotik. Rerata total asam es krim
sinbiotik rendah lemak yang menggunakan gum arab yang diproporsikan dengan
whipping cream berkisar antara 1,42% – 1,65%. Kecenderungan pengaruh gum arab :
whipping cream yang ditambahkan pada proporsi yang berbeda-beda, terhadap total
asam produk es krim sinbiotik rendah lemak dapat dilihat pada Gambar 12.
2 P0
P1
1.8 P2
1.6525
1.6 1.59 P3
Total Asam
1.6 1.5375 P4
1.39
1.4
1.2
1
P0 P1 P2 P3 P4
Proporsi Gum Arab : Whipping Cream
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
Gambar 12. menunjukkan bahwa semakin besar proporsi gum arab dari
whipping cream, yang ditambahkan, semakin meningkat total asam es krim sinbiotik
rendah lemak meski tidak terlalu signifikan. Nilai total asam tertinggi dari produk
diperoleh dari pemakaian proporsi gum arab : whipping cream (9:1). Sedangkan nilai
total asam produk terendah diperoleh dari pemakaian gum arab : whipping cream
61
Peningkatan proporsi gum arab dapat meningkatkan total asam es krim meski
tidak signifikan dikarenakan gum arab merupakan polisakarida yang tersusun atas
acidophillus. Kedua jenis bakteri tersebut tergolong bakteri asam laktat yang mampu
Ganapathi (2007), gum arab yang tersusun salah satunya dari arabinogalactan
asam-asam organik seperti asam laktat, asam asetat, propionat, butirat. Wood (1998)
membentuk asam laktat. Produk asam-asam organik inilah yang menyebabkan nilai
Perubahan nilai total asam yang tidak terlalu signifikan dari penggunaan gum
arab : whipping cream dalam pembuatan es krim sinbiotik rendah lemak, meski
subtitusi gum arab terhadap whipping cream semakin meningkat, disebabkan oleh
whipping cream juga memiliki peran yang sama dengan gum arab. Whipping cream
mengandung beberapa komponen seperti lemak, protein, dan laktosa (Nutrition Data,
selama proses fermentasi menjadi asam-asam organik seperti asam lemak, asam
62
4. 1. 4. pH
proses akumulasi asam dalam substrat, maka akan meningkatkan keasaman substrat.
Peningkatan akumulasi asam dalam substrat ini dapat diketahui dengan penurunan pH
substrat.
penggunaan gum arab : whipping cream pada proporsi yang berbeda-beda terhadap
nilai total asam es krim sinbiotik rendah lemak, akan berbanding terbalik
krim sinbiotik rendah lemak berkisar antara 5,11 – 5,25. Kecenderungan pH es krim
sinbiotik rendah lemak yang menggunakan gum arab : whipping cream dalam
5.5 P0
P1
5.4 P2
P3
5.3 P4
5.245
pH
5.2275
5.205
5.1825
5.2
5.1125
5.1
5
P0 P1 P2 P3 P4
Proporsi Gum Arab : Whipping Cream
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
sinbiotik rendah lemak secara signifikan meski terjadi penurunan pH dengan semakin
cream. Nilai pH terbesar didapatkan dari proporsi penggunaan gum arab : whipping
cream (0:10) sebesar 5,25 dan nilai pH terkecil didapatkan pada proporsi penggunaan
Sama halnya pada kasus total asam, besarnya nilai pH dipengaruhi oleh nilai
total asam yang tertera pada produk. Semakin besar nilai total asam produk, semakin
kecil nilai pH produk tersebut. Dalam hal ini, pH dipengaruhi oleh keberadaan asam-
asam organik seperti asam laktat, asetat yang merupakan produk (metabolit) hasil
fermentasi Ice Cream Mix (ICM) oleh bakteri asam laktat probiotik, Bifidobacterium
tersusun atas galaktosa, dan menurut Wood (1998) galaktosa akan diubah menjadi
menambahkan asam laktat yang terbentuk akan menyebabkan penurunan nilai pH.
Sama besarnya peranan gum arab maupun whipping cream yang digunakan,
untuk dikonversi oleh kedua jenis bakteri asam laktat tersebut selama fermentasi,
4. 1. 5. Total Lemak
Total lemak menjadi parameter yang penting dari produk yang berbasis
rendah lemak seperti es krim rendah lemak. Rerata kadar lemak es krim sinbiotik
rendah lemak yang menggunakan bahan pengganti lemak berbasis gum arab yang
antara 0,89 % - 9,66%. Kecenderungan kadar lemak akibat perlakuan proporsi gum
arab dan whipping cream yang berbeda-beda disajikan pada Gambar 14.
12
9.8925 P0
P1
9
Kadar Lemak (%)
P2
P3
6 p4
3.895
2.9
3 1.9075
0.8125
0
P0 P1 P2 P3 p4
Proporsi Gum Arab : Whipping Cream
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
Gambar 14. menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi gum arab dan
semakin rendah proporsi whipping cream yang digunakan, kadar lemak es krim
semakin menurun (rendah). Penurunan kadar lemak secara drastis dan sangat nyata (ά
= 0,01) ditunjukkan pada proporsi gum arab:whipping cream dari (0:10) yang sebesar
65
9,89% ke (6:4) yang sebesar 3,9%. Hal ini bisa dihubungkan dengan perbandingan
konsentrasi gum arab terhadap whipping cream yang ditambahkan turun begitu
drastis dari (0:10) ke (6:4), serta adanya aktivitas lipolitik oleh bakteri asam laktat
(Jay, 1992).
Gum arab merupakan jenis karbohidrat yaang tak memiliki kadar lemak sama
sekali. Penambahan gum arab pada adonan es krim tidak akan mempengaruhi jumlah
lemak es krim yang dihasilkan. Oleh karena itu, bahan yang termasuk dalam faktor
kajian di penelitian ini yang paling berperan adalah whipping cream, karena whipping
cream digunakan sebagai sumber lemak susu dalam bentuk bubuk di pembuatan es
krim. Hal ini bisa dilihat dari kisaran kadar lemak es krim (Gambar 16.) yang hampir
mendekati variasi penambahan whipping cream (10%, 4%, 3%, 2%, dan 1%).
Lebih rendahnya kadar lemak hasil analisa dengan jumlah whipping cream
yang ditambahkan pada proses awal dapat dihubungkan pada kadar lemak total dalam
whipping cream yang memang tidak sama dengan berat total whipping cream itu
sendiri. Menurut Nutrition Data (2008) whipping cream mengandung lemak total
sebesar 21%. Selain itu, pada proses pembuatan es krim sinbiotik rendah lemak,
terdapat sub proses fermentasi atau inkubasi adonan es krim oleh bakteri asam laktat
aktivitas lipolitik, memecah substrat lemak yang terdapat pada adonan es krim,
menjadi asam-asam lemak bebas, sehingga kadar lemak es krim yang dihasilkan
menurun. Pernyataan ini didukung Astawan (2004) yang menyatakan bahwa lemak
susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan melalui penambahan inokulum
produk berbasis probiotik maupun sinbiotik. Pada penelitian ini jenis mikroorganisme
probiotik yang digunakan dalam pembuatan es krim sinbiotik rendah lemak ialah
bakteri yang tergolong dalam kelompok bakteri asam laktat, yakni spesies
whipping cream yang berbeda-beda dalam pembuatan es krim sinbiotik rendah lemak
mempengaruhi total bakteri asam laktat (BAL) yang dihasilkan. Total bakteri asam
laktat (BAL) es krim sinbiotik rendah lemak berkisar antara 8,76 (Log CFU/g) hingga
8,97 (Log CFU/g). Pengaruh penggunaan gum arab sebagai bahan pengganti lemak
sekaligus prebiotik, yang dikombinasikan dengan whipping cream pada proporsi yang
berbeda-beda, terhadap total bakteri asam laktat (BAL) es krim sinbiotik rendah
Gambar 15. menunjukkan bahwa proporsi gum arab yang semakin meningkat
dan proporsi whipping cream yang semakin berkurang meningkatkan total bakteri
asam laktat (BAL) yang dalam hal ini mewakili total bakteri Bifidobacterium bifidum
dan Lactobacillus acidophillus. Total BAL tertinggi didapatkan dari penggunaan gum
arab : whipping cream proporsi 9:1 sebesar 8,94 log CFU/g. Sedangkan Total BAL
terendah didapatkan dari penggunaan gum arab : whipping cream proporsi 0:10 untuk
produk kontrol sebesar 8,36 log CFU/g. Dari hasil analisa sidik ragam terdapat
9
P0
P1
8.8
8.4 8.307
8.2
8
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Keterangan :
P0 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 0 : 10) % P3 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 8 : 2) %
P1 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 6 : 4) % P4 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 9 : 1) %
P2 = Proporsi gum arab : whipping cream ( 7 : 3) %
asam laktat (BAL). Hal ini dikarenakan gum arab mengandung beberapa komponen
(Caphlin, 2008), sehingga gum arab disebut sebagai prebiotik, sebagaimana yang
disebutkan oleh Jayanata (2008) bahwa prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat
yang tidak dicerna dan tidak diserap, biasanya dalam bentuk oligosakarida dan serat
didukung dengan prebiotik. Meski tidak terjadi di dalam saluran pencernaan, gum
asam laktat dalam produk es krim sinbiotik rendah lemak. Pengunaan komponen
68
galaktosa dan oligosakarida penyusun gum arab oleh bakteri asam laktat sebagai
17) pada kisaran 5,11 – 5,25. Pada kisaran pH ini, bakteri asam laktat eksistensinya
lebih dominan dikarenakan mikroorgansime pesaing yang tidak stabil pada pH rendah
rendah lemak yang memiliki kualitas terbaik, yang selanjutnya dipilih untuk
menggunakan metode rangking (De Garmo, et. al., 1984). Dan dari metode tersebut
perlakuan P1 yakni penggunaan gum arab : whipping cream proporsi (6:4) menjadi
perlakuan terbaik pertama dengan nilai 0,533, dan perlakuan P3 yakni penggunaan
gum arab : whipping cream proporsi (8:2) menjadi perlakuan terbaik kedua dengan
nilai 0,530.
69
Parameter P1 P3 P0 P2 P4
Overrun (%) 19,83 18,9 21,22 19,02 18,66
Kec Meleleh (g/menit) 0,4055 0,417 0,391 0,426 0,448
PH 5,2275 5,183 5,245 5,205 5,113
Total Asam (%) 1,39 1,59 1,5375 1,6 1,653
Total Lemak (%) 3,895 1,908 9,8925 2,9 0,813
Total BAL (Log CFU/g) 8,91988 8,937 8,7578 8,934 8,973
Nilai Perlakuan (NP) 0,533 0,530 0,511 0,493 0,470
Urutan 1 2 3 4 5
4. 3. Uji Invivo
membantu menjalankan penelitian yang tidak bisa secara langsung dilakukan dalam
tubuh manusia dengan asumsi semua jaringan, sel-sel penyusun tubuh serta enzim-
emzim yang ada dalam tubuh hewan coba memiliki kesamaan dengan manusia
(Arrington, 1972). Pada penelitian ini digunakan hewan tikus wistar sebagai hewan
percobaan tikus yang diberi pakan standart saja (tikus control) dengan empat kali
ulangan, 4 ekor untuk percobaan tikus yang diberi pakan standart dan medium sonde
es krim probiotik (es krim kontrol) dengan empat kali ulangan, dan 4 ekor untuk
percobaan tikus yang diberi pakan standart dan medium sonde es krim sinbiotik (es
krim dengan nilai perlakuan terbaik) dengan empat kali ulangan juga. Selain meneliti
peningkatan akumulasi berat badan tikus yang dilakukan secara periodic (hari ke-0,
ke-15, dank e-30), pengujian in vivo dalam penelitian ini juga meneliti tentang
sonde es krim sinbiotik dalam saluran pencernaan tikus. Total bakteri asam laktat
70
digesta dan feses tikus, total asam digesta, ph digesta dan feses, profil asam-asam
organik SCFA digesta cukup mewakili sebagai parameter efek sinbiotik mendium
Terdapat dua jenis medium sonde yang digunakan pada pengujian invivo di
penelitian ini yaitu es krim probiotik (es krim kontrol pada pengujian sifat fisikokimia
es krim sinbiotik rendah lemak) dan es krim sinbiotik (es krim pada es krim
perlakuan terbaik pada pengujian sifat fisikokimia es krim sinbiotik rendah lemak).
Medium sonde yang berisi es krim probiotik ini digunakan pada formula 1 (F1),
dimana tikus wistar diberikan pakan standart bersama medium sonde es krim
probiotik. Sedangkan medium sonde yang isinya es krim sinbiotik, digunakan pada
formula 2 (F2), yang diberikan setelah tikus diberi makan pakan standart.
Formulasi Keterangan
Pakan
Kontrol Pakan Standart (Tanpa Medium Sonde)
Formula 1 Pakan Standart + Medium Sonde Es Krim Probiotik
Formula 2 Pakan Standart + Medium Sonde Es Krim Sinbiotik
Rendah Lemak
Tikus yang hanya diberi pakan standart saja disebut tikus kontrol (K). Tikus
kontrol dalam penelitian ini digunakan sebagai perwakilan tikus yang tidak
lemak pada pengujian hari ke-30, sehingga digesta dan fesesnya bisa dianggap sama
dengan digesta dan feses tikus wistar pada hari ke-1 meski setelah 30 hari
71
pengamatan.
Dan berikut adalah data analisa total BAL, total asam, pH, dan totak gula
dari medium sonde yang digunakan pada pengujian in vivo di penelitian ini.
2) terhadap berat badan tikus dinyatakan sebagai akumulasi peningkatan berat badan
tikus. Akumulasi ini diperoleh dari selisih antara berat badan tikus setelah diberi
perlakuan selama 30 hari dengan sebelum diberi formula perlakuan. Berat badan tiap
kelompok tikus ditimbang setiap 10 hari sekali. Penimbangan dilakukan setelah akhir
diberikan selama masa adaptasi yaitu 10 hari. Kurva rerata akumulasi peningkatan
berat badan tikus selama 30 hari pemberian formula perlakukan tercantum pada
gambar 16.
72
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
pengamatan, rerata berat badan semua kelompok tikus mengalami peningkatan. Akan
tetapi berat badan tikus berbeda-beda tergantung formula pakan. Dan berdasarkan uji
BNT, nilai rerata akumulasi berat badan tikus baik di hari ke-0, hari ke-10, hari ke-20,
hari ke-30 pengamatan tidak ada yang memiliki perbedaan yang nyata. Rerata
73
akumulasi peningkatan berat badan tikus tiap 10 hari sekali tersaji pada tabel 14.
Dari Gambar 16. dan Tabel 14. dapat diketahui bahwa berat badan tikus
yang berbeda-beda selama 30 hari. Rerata akumulasi peningkatan berat badan tikus
dari hari ke-0 pengamatan hingga hari ke-30 pengamatan nilainya berbeda tergantung
Tikus yang diberi perlakuan formula pakan standar dan es krim sinbiotik
(Formula 2/F2), rerata akumulasi berat badannya terendah bila dibandingkan dengan
tikus yang diberi dua perlakuan yang lain (Kontrol dan F1). Hal ini disebabkan
karena pada formula pakan 3 (F3) dipakai medium sonde yaitu es krim sinbiotik,
selain pakan standar tikus. Adanya sifat fungsional sinbiotik, yaitu kombinasi dari
pencernaan tikus bekerja lebih baik daripada tikus-tikus yang diberi dua perlakuan
lainnya (Kontrol dan F2). Dari Tabel 14. diketahui bahwa total BAL medium sonde
untuk Formula 2, tertinggi dibandingkan untuk formula 1. Bakteri asam laktat yang
berperan sebagai probiotik. Sesuai manfaat kesehatan dari probiotik menurut Jayanata
(2002) yaitu menjaga kesehatan saluran pencernaan manusia dan mamalia dengan
Rerata akumulasi berat badan tikus yang diberi perlakuan formula 1 (pakan
standar dan es krim probiotik) memiliki nilai rerata akumulasi berat badan tertinggi
bila dibandingkan dengan dua perlakuan yang lain (Kontrol dan F2). Hal ini
74
Meski memiliki sifat fungsional probiotik yang mampu menjaga kesehatan saluran
baik, yang membuat berat badan tikus tidak akan meningkat drastis, namun es krim
probiotik tidak diformulasi juga dengan prebiotik gum arab seperti pada medium
sonde untuk Formula 2 (F2). Es krim probiotik (tanpa prebiotik gum arab) memiliki
total BAL (probiotik) lebih rendah bila dibandingkan Es krim sinbiotik (medium
sonde untuk Formula 2) karena alasan prebiotik gum arab yang mampu menjaga
viabilitas dan meningkatkan jumlah bakteri asam laktat (BA:). Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 17. Lebih rendahnya total BAL inilah yang menyebabkan sistem
pencernaan tikus yang diberi pakan dengan formula1 tidak lebih baik dari sistem
pencernaan dan pengeluaran tikus yang diberi pakan dengan formula 2. Selain itu,
karena jumlah bakteri asam laktat (BAL) yang lebih rendah dari es krim sinbiotik,
jumlah komponen lemak dan gula yang terdapat di es krim probiotik pun pasti lebih
tinggi dibandingkan dengan es krim sinbiotik, yang juga dapat dilihat pada Tabel 17.
Komponen lemak dan gula inilah yang turut meningkatkan berat badan tikus yang
Gum arab dalam es krim sinbiotik rendah lemak yang digunakan sebagai
medium sonde pada formula pakan 2 (F2) merupakan salah satu serat pangan.
selulosa dan guar gum serta _-glukan menurunkan absorpsi kolesterol sebaliknya
psyllium tidak menurunkan absorpsi kolesterol. Oleh karena itu disimpulkan bahwa
belum sepenuhnya dipahami. Serat makanan yang viscous juga menurunkan absorpsi
triasilgliserol (Tensiska, 2008). Hal tersebut dapat mempengaruhi berat badan tikus
yang mengkonsumsi medium sonde dalam formula Pakan 2 (F2) karena serat pangan
seperti gum arab berpengaruh pada metabolisme dan penyerapan lemak, kolesterol,
dan triasilgliserol. Itu kenapa tikus yang mengkonsumsi formula pakan 2 (F2) dengan
medium sonde es krim sinbiotik rendah lemak berbasis gum arab memiliki nilai
sinbiotik rendah lemak. Efek sinbiotik terjadi karena sinergi dari prebiotik yang
Hasil sinergi dari prebiotik dan probiotik salah satunya produksi asam lemak rantai
pendek (SCFA), Analisa yang dilakukan pada digesta tikus meliputi total BAL, total
Analisa Total BAL digesta dilakukan untuk mengetahui jumlah dan viabilitas
BAL pada saluran pencernaan tikus, khususnya bagian usus besar. Digesta yang
diambil merupakan digesta pada caecum, yaitu organ pertemuan usus halus dengan
usus besar.
Rerata total BAL digesta berkisar antara 5,48x108 – 9,78x108 CFU/g. Rerata
total BAL pada digesta lebih tinggi dibanding feses pada hari ke-20 (3,58x106)
5,8x107 CFU/g ). Tingginya BAL digesta diduga karena sampel yang diambil berasal
76
dari digesta caecum. Caecum merupakan pertemuan usus halus dengan usus besar.
Sedangkan feses merupakan digesta yang telah melalui kolon sehingga jumlah BAL
sebagian besar karbohidrat yang lolos hingga penerimaan bagian bawah akan
penambahan es krim sinbiotik terhadap total BAL Digesta dapat dilihat pada Gambar
17.
8.500
8.000
7.500
7.000
6.500
6.000
K F1 F2
Formula Pakan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
77
jumlah BAL tertinggi (9,78x108 CFU/g). Total BAL digesta tikus yang diberi
perlakuan pakan standar (kontrol) memiliki jumlah BAL terendah. Tikus yang diberi
BAL digesta lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. (konsumsi pakan standar).
Fenomena ini diduga karena adanya isolat probiotik yakni bakteri asam laktat
probiotik dalam es krim. . Ketersediaan asupan probiotik dari pakan tambahan tikus,
pencernaan tikus yang terdiri dari golongan bakteri asam laktat (BAL).
Jumlah BAL pada formula 1 lebih rendah dibandingkan Formula 2 , hal ini
disebabkan tidak ada penambahan prebiotik gum arab seperti pada formula 2. Pada
formula 2 diduga terjadi efek sinergis dari pretiotik gum arab dengan isolat probiotik
yang digunakan dalam pencernaan. Menurut Suskovic et al., (2001) efek sinbiotik
pada feses dan usus pada pengujian in vivo yang menggunakan subyek manusia
maupun hewan.
produksi asam atau akumulasi asam pada digesta tikus setelah mengalami pengujian
secara invivo dengan memberikan perlakuan pakan yang berbeda (pakan standar,
78
pakan standar dengan es krim kontrol, dan pakan standar dengan es krim sinbiotik).
Dan dari data yang dihasilkan, rerata nilai total asam digesta tikus berkisar antara
0,108 % - 0,155% asam laktat. Penurunan pemberian es krim sinbiotik terhadap nilai
0.11
0.100
K
F1
F2
0.000
K F1 F2
Formula Pakan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
penambahan es krim sinbiotik rendah lemak (adanya gum arab) memiliki total asam
probiotik rendah lemak (es krim kontrol/tanpa penambahan gum arab) dan formulasi
pakan standart saja, nilai total asamnya secara berurutan berada di urutan ke-2 dan ke-
3 (0,143% dan 0,108%). Walaupun begitu antar perlakuan tersebut tidak ditemukan
dengan es krim sinbiotik rendah lemak (F2) memiliki nilai total asam tertinggi
(0,155%) dikarenakan pada es krim rendah lemak yang diberikan kepada tikus wistar
melalui metode sonde, formulasinya terdapat gum arab, salah satu serat pangan yang
bersifat prebiotik. Gum arab tersusun sebagian besar dari arabinogalaktan dan
Menurut Suskovic et al., (2002), gum arab juga memiliki efek bifidogenik, yaitu
nantinya akan dihasilkan asam-asam organik seperti salah satunya adalah asam
laktat..
Berdasarkan pernyataan tersebut, pada penelitian ini gum arab yang terdapat
dalam es krim sinbiotik rendah lemak berperan dalam dua bentuk. Peran pertamanya,
gum arab yang sebagian besar sudah difermentasi oleh bakteri asam laktat
rendah lemak yang dikonsumsi tikus saat pengujian invivo. Penambahan zat asam-
asam organik dari luar (pakan), dapat meningkatkan total asam saluran pencernaan (di
digesta) tikus wistar. Selain itu gum arab juga turut mendukung viabilitas bakteri
asam laktat (probiotik) dalam es krim yang dikonsumsi tikus wistar sehingga populasi
bakteri asam laktat (probiotik) dalam saluran pencernaan tikus (digesta tikus)
meningkat, yang berpengaruh pula pada peningkatan total asam digesta tikus. Peran
keduanya, gum arab yang kemungkinan belum terfementasi sempurna pada proses
80
fermentasi es krim, dan komponen serat prebiotiknya masih utuh saat masuk ke
saluran pencernaan tikus, berperan sebagai “serat prebiotik utuh” yang dapat menjadi
asam-asam organik. Hal inilah yang memicu peningkatan total asam digesta (saluran
pencernaan) tikus.
probiotik (es krim kontrol) memiliki nilai total asam digesta pada urutan kedua
(0,143%). Hal ini dikarenakan, es krim kontrol hanya mengandung isolat probiotik
hidup saja, tanpa adanya gum arab sebagai prebiotik. Adanya isolat probiotik jenis
bakteri asam laktat pada es krim kontrol cukup berkontribusi pada peningkatan total
asam, namun tidak sebesar formula 2. Bakteri asam laktat (BAL) berperan dalam
memproduksi asam-asam laktat pada es krim yang dikonsumsi tikus. Hal itu
membuat asam di saluran pencernaan tikus ikut meningkat beberapa persen. Selain
itu bakteri asam laktat yang terbawa dan hidup di saluran pencernaan tikus akan
membuat jumlah bakteri asam laktat (BAL) di saluran pencernaan tikus bertambah.
Produksi asam-asam laktat dan asam-asam organik lainnya dari bakteri tersebut di
dalam es krim baik pada Formula 1 dan Formula 2 yang dikonsumsi tikus, juga turut
berperan dalam peningkatan total asam. Bifidobacterium bifidum salah satu jenis
bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan dalam pembuatan es krim, dapat memecah
Formula 3 yang terdiri dari pakan standart saja, memiliki total asam terendah.
Nilai total asam digesta tikus yang dihasilkan dari Formula 3 ini menyiratkan nilai
81
total asam normal tikus yang tidak mengkonsumsi probiotik atau sinbiotik (probiotik
dan prebiotik).
pemberian formula perlakuan pakan dengan atau tanpa penambahan es krim sinbiotik
6.100 5.943
5.900
5.700
5.500
K F1 F2
Formula Pakan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
terendah pada formula 2 (F2). Rerata nilal pH digesta tikus semua formula perlakuan
82
berkisar antara 5,943-6,555. Rerata pH digesta secara umum lebih rendah dibanding
pH feses pada hari ke-30 yaitu 6,13 – 6,41 (Tabel 20). Penyebabnya diduga karena
sampel yang diambil berasal dari digesta caecum. Caecum merupakan organ
pencernaan usus halus dengan usus besar Sedangkan feses merupahn digesta yang
rendah dibanding "transverse colon" maupun "Distal colon". Kondisi pada caecum
tercerna, menjadi senyawa asam. Sedangkan pada distal kolon, lebih banyak aktivitas
rendah. Penyebab digesta pada caecum yaitu adanya fermentasi serat oleh mikrobia
Pernyataan ini senada dengan Gibson et al., (2006) bahwa nilai pH caecum manusia
memproduksi asam-asam organik untuk menjaga pH kolon agar tetap asam yang
and Dobrogosz (1990 dalam yang 2000) babwa, fermentasi BAL ditandai dengan
pangan). Pada Perlakuan kontrol, tikus percobaan tidak mendapatkan asupan medium
fermentasi bekatul. Populasi BAL diduga dipengaruhi oleh ketersediaan serat bekatul
prebiotik selama 20 hari pada tikus dapat menurunkan 0,4 unit pH feses.
83
yakni berkisar 6,253. Hal ini berkorelasi dengan jumlah BAL digesta Formula 1 yang
asam - asam organik lebih tinggi. Akumulasi asam yang dihasilkan dari proses
Fenomena ini disebabkan jumlah BAL digesta Formula 1 (Tabel 15) lebih rendah
menunjukkan nilai pH digesta yang paling rendah dibanding formula lainnya yaitu
sebesar 5,943. Hal ini sesuai dengan hasil analisa total BAL (Tabel 15) yang
menunjukkan perlakuan Formula 2 memliki jumlah BAL. digesta tertinggi (9,78x 108
CFU/g). Sejalan dengan pertumbuhan pada bakteri maka akan terjadi penurunan pH
lingkungan yang disebabkan oleh asam organik yang dihasilkan akibat metabolisme
mikroba dalam usus, diantaranya asam laktat. Senyawa ini akan mengkondisikan pH
Asam lemak rantai pendek (SCFA) merupakan asam - asam hasil fermentasi
serat pangan (prebiotik) oleh probiotik dalam usus besar. SCFA tersebut diantaranya
asam asetat, propionat dan butirat. Rerata nilai SCFA dapat pada Gambar 20.
84
Gambar 20. Diagram Rerata Konsentrasi SCFA Digesta Tikus Selama 30 hari
Pemberian Formula Perlakuan
Tabel 15. Diagram Rerata Konsentrasi SCFA Digesta Tikus Selama 30 hari
Pemberian Formula Perlakuan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
Dari Gambar 20. diketahui bahwa pemberian formulasi pakan yang berbeda-
beda mempengaruhi jumlah total asam organik (SCFA) digesta tikus yang berkisar
antara 9,51 mg/g – 12,20 mg/g. Tikus yang diberikan pakan dengan formulasi pakan
standart dan es krim sinbiotik (F2) memiliki nilai total asam organik (SCFA) tertinggi
yaitu sebesar 12,20 mg/g. Sedangkan total asam digesta tikus yang diberi pakan
85
standart saja tanpa penambahan es krim sinbiotik atau es krim probiotik, yang
merupakan tikus perlakuan kontrol, nilai total asam digestanya terendah yaitu sebesar
9,51 mg/g.
Faktor yang menyebabkan tikus yang diberikan formula pakan yang terdiri
dari pakan standart dan es krim sinbiotik dengan metode sonde, F2, memiliki total
asam organik (SCFA) tertinggi (12,20 mg/g) pada penelitian invivo ini adalah adanya
formula pakan F2 dengan F1 (pakan + es krim probiotik/es krim kontrol) dan dengan
organik (SCFA) lebih tinggi dikarenakan adanya kombinasi probiotik dan prebiotik
yang terformulasi dalam es krim. Probiotik yang dimaksud adalah adanya isolat-isolat
bakteri asam laktat (BAL) dalam es krim, sedangkan prebiotiknya adalah gum arab
yang juga digunakan sebagai bahan pengganti lemak (fat replacer) dalam es krim.
Efek probiotik dari es krim sinbiotik yang dikonsumsi tikus selain pakan
standart ditunjukkan dengan jumlah total bakteri asam laktat (BAL) digesta tikus
yang lebih besar daripada total BAL digesta tikus dengan perlakuan Formula Pakan
Kontrol (tanpa penambahan es krim sinbiotik). Hal ini menyebabkan jumlah isolat
ada isolat probiotik indigenus. Jumlah probiotik yang lebih besar dalam usus besar
pangan seperti gum arab akan lebih besar juga, sehingga asam-asam organik yang
Adanya prebiotik yaitu gum arab yang dikonsumsi tikus dalam es krim, turut
berkontribusi pada peningkatan total asam organik (SCFA) yang dihasilkan. Menurt
86
Suskovic et al., (2001) prebiotik pada umumnya meningkatka produksi asam laktat
SCFA.
galaktosidase, yang mampu memecah komponen gum arab (yang sebagian besar
galaktosa, arabinosa, dan asam aronat. Senyawa ini kemudian difermentasi melalui
glikolisis menjadi piruvat yang seterusnya menjadi SCFA dan metabolit yang lain
maupun Formula 2. Perlakuan kontrol merupakan kelompok tikus yang diberi pakan
SCFA paling rendah. Hal ini diduga karena ketidaktersediaan serat yang berpotensi
menghasilkan SCFA diduga karena adanya fermentasi dari pakan standar oleh
mikroflora pencernaan, khususnya bagian usus besar. Pakan standart yang digunakan
(Kaselia), dan lemak (minyak kedelai). Menurut Annonymous (2005) SCFA dapat
dibentuk dari fermentasi karbohidrat, lemak maupun protein oleh bakteri usus besar.
reaksi asam asetat : Propionat : butirat yaitu 62 : 26 : 12. Cumming, 1987 dalam
Khattak (2002) menyatakan bahwa kisaran perbadingan molar asam asetat > asam
propionat > asam butirat yaitu 60 : 25 : 15, Menurut Topping dan Clitfon (2001),
secara umum persamaan reaksi fermentasi karbohidrat (heksosa) menjadi SCFA alam
additional bakteri.
Pada pencernaan manusia dewasa, produksi SCFA juga seiring dengan produksi lain
Profil SCFA diduga dipengaruhi oleh jenis serat (prebiotik) yang memasuki
serat baik jumlah maupun jenisnya. Menurut Topping dan Diton (2001) kecepatan
pembentukan SCFA dipengaruhi oleh jenis asetat yang terfermentasi pada kolon.
Beberapa studi telah menunujukkan hasil SCFA pada sumber serat "brain' (wheat,
selulosa, glukosa, guar gum, pektin, Selulosa merupakan serat yang memiliki
kecepatan fermentasi rendah pada kolon. Semakin cepat asetat terfermentasi akan
pada fermentasi "wheat" dan "oat. Brate" (64 : 15 : 40). Molar SCFA pada fermentasi
pektin (80 : 12 : 3), sedang dari molar untuk pati (62 : 15 : 23). Jenis NSP yang lain
(Polisaiarida non pati) memiliki rasio molar (63 : 22 : 8). Selain dipengaruhi oleh
88
sumber serat yang terfermentasi, produksi SCFA diduga dipengaruhi oleh lokasi
fermentasi serat pada pencernaan. Menurut Topping dan Difton (2001) caecum
merupakan daerah atau lokasi pada pencernaan yang menghasilkan SCFA tertinggi.
Jumlah SCFA pada caecum lebih tinggi dibanding pada transverse kolon maupun
distal kolon.
a. Asam Asetat
Pada Tabel 16 terlihat bahwa kandungan SCFA tertinggi adalah asam asetat,
kemudian berturut - turut diikuti asam propionat dan butirat. Kandungan asam asetat
paling tinggi dibanding SCFA yang lain (propionat dani butirat) diduga karena
metabolismenya lebih meningkat dari kedua senyawa SCFA yang lain. Menurut
Wollin et al, (1999) pembentukan asam asetat melalui metabolisme glukosa menjadi
asam propionat melalui 2 senyawa antara yaitu oksaloasetat dan suksinat. Hasil
penggabungan 2 senyawa asetil - COA dari 2 senyawa piruvat akan membentuk asam
butirat.
tubuh manusia dan hewan. Fardiaz (1990) menyatakan asetil-CoA rnerupakan salah
homofermentatif melalui jalur glukolis (EMP) akan terjadi produksi asam phuvat oleh
NADH2 menjadi asam laktat. Asam asetat dapat terbentuk dari fermentasi karbohidrat
oleh bakteri asam laktat (BAL) heterofermentatif. Noor (1990) menyatakan semua
asam amino pembentuk piruvat dapat dikonversi menjadi asam-CoA. Asam amino
pembentuk piruvat diantaranya alanin, sistein, sistim, glisin, serin dan threonin. Asam
89
amino yang secara langsumg dapat membentuk asetil-CoA tanpa melalui piruvat
yaitu lisin dari leusin. Asam-asam amino esensial ini banyak terdapat pada bekatul
(Annonymous , 1999).
Menurut Pelezar dan Chan (1986) jalur pembentukan asam asetat meliputi
Perubahan senyawa padat menjadi asetat dapat melalui 2 cara. Pertama, piruvat
diubah langsung menjadi asam asetat dan asam format. Kedua perubahan melalui
K
8 7.32
6.61 F1
5.71
6 F2
0
K F1 F2
Formula Pakan
Gambar 21. Pengaruh formula pakan terhadap total asam asetat digesta
tikus
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
90
Rerata kandungan asam asetat tertinggi dari digesta tikus adalah perlakuan
formula 2 (F2) dengan nilai sebesar 7,32 mg/g, sedangkan terendah pada kontrol
(5,71 mg/g). Menurut Tungland (2002), asam asetat di dalam tubuh dihasilkan dari
fermentasi polisakarida non pati. Selanjutnya asam asetat diserap oleh pembuluh
lemak darah produksi dengan adanya penghambat lipolisisi jaringan adiposa oleh
asetat..
b. Asam Propionat
perlakuan formula 2 (F2) dengan nilai sebesar 3,03 mg/g, sedangkan terendah pada
kontrol sebesar 2.35 mg/g.. Menurut Pelezar dan Chan (1986) jalur pembentukan
asam propionat meliputi tahap pemecahan karbobidrat menjadi glukosa setelah itu
diubah menjadi asam piruvat. Setelah terbentuk piruvat, akan diubah menjadi
senyawa antara asam suksinat, yang kemudian akan terbentuk asam propionat dan
CO2.
91
F1
2
F2
0
K F1 F2
Formula Pakan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
utama sintesa glukosa di dalam sel (glukoneogenesis). Kok et al., (1996) dalam
Tungland (2002) asam propionat hasil fermentasi mampu menurunkan sintesa asam
1emak pada tubuh melalui penghambatan aktivitas enzim utamanya yaitu gliserol 3
fosfat acyltransferase dan fatty acid sintetase. Ketika asam. propionat diserap o!eh
tubuh, maka tubuh akan menggunakannya untuk reaksi glukoneogenesis atau untuk
c. Asam Butirat
Rerata kandungan asam butirat tertinggi dari digesta tikus adalah perlakuan
formula 2 (F2) dengan nilai sebesar 1,66 m/g, sedangkan terendah pada kontrol
sekitar 1,04 mg/g. Menurut Pelezar dan Chan ((986) jalur pembentukan asam butirat
meliputi tahap pemecahan karbohidrat menjadi glukoba, setelah itu menjadi piruvat.
Sebelum terbentuk asam butirat melalui 2 senyawa antara yaitu berturut-turut asetil –
3 F1
2 1.63 1.66 F2
1.04
1
0
K F1 F2
Formula Pakan
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
usus besar. Asam butirat mampu menstimulasi pertumbuhan sel (Wasan dan
Coodland 1996 dalam Tungland.(2002), menyediakan sumber energi utama bagi sel
93
usus besar, mempunyai peranan penting dalam menkan radang usus. Serta mencegah
tumbuhnya tumor ganas (antitumor) yang meliputi induksi terhadap penyebaran sel
Analisa feses pada tikus bertujuan untuk mengetahui viabilitas bakteri asam
laktat (BAL) pada saluran pencernaan tikus. Feses yang dianalisa merupakan feses
segar atau baru. Hasil yang diperoleh dari analisa feses merupakan proyeksi dari
keadaan saluran pencernaan (digesta caecum). Analisa yang dilakukan pada feses
Rerata total bakteri asam laktat (BAL) feses tikus setelah pemberian
formula pakan selama 30 hari berkisar antara 8,735 Log CFU/g (5,48 x 108CFU/g) -
8,935 Log CFU/g (9,78x108 CFU/g) , yang dapat dilihat pada Gambar 24.
94
9.05
8.98
9.00
Keterangan :
Formula 1 = Pakan standar + Es Krim Kontrol (Tanpa Penambahan Gum
Arab)
Formula 2 = Pakan standar + Es Krim Perlakuan Terbaik (Ada Penamabahan
Gum Arab 6%)
Kontrol = Pakan standar tikus (AIN-93M)
pakan standart dengan es krim sinbiotik (F2) memiliki nilai total bakteri asam laktat
(BAL) tertinggi yaitu sebesar 8,983 Log CFU/g (9,78x108 CFU/g), yang kemudian
diikuti oleh formula pakan standart dengan es krim probiotik (es krim kontrol)
sebesar 6,35 x108 CFU/g, dan yang terendah formula pakan standart saja (kontrol)
dengan total BAL sebesar 8,735 Log CFU/g (5,48 x 108 CFU/g).
Total BAL feses tikus yang diberi perlakuan pakan standart saja (Kontrol)
memiliki jumlah BAL terendah yaitu sebesar 8,735 Log CFU/g (5,48 x 108 CFU/g)
diduga karena tikus dengan perlakuan tersebut tidak mendapatkan asupan yang
95
saluran pencernaan tikus, yang dikorelasika dengan ketersediaan prebiotik gum arab.
seperti gum arab yang kaya akan arabinogalaktan dan galaktooligosakarida tak
Tikus yang diberi perlakuan pakan dengan pakan standart dan es krim
probiotik (es krim kontrol) (F1) memiliki jumlah BAL pada urutan kedua dari ketiga
perlakuan. Pada perlakuan ini, selain pakan standart tikus hanya diberi asupan es krim
probiotik tanpa prebiotik seperti pada perlakuan formula 3 (F3). Asupan yang
mengandung isolat probiotik hidup dari es krim ini diduga menambah jumlah
probiotik dalam saluran pencernaan tikus, yang kemudian ikut terbawa kotoran dalam
feses tikus.
Tikus yang diberi perlakuan pakan dengan pakan standart dan es krim
sinbiotik (F3) memiliki nilai jumlah BAL tertinggi. Hal ini karena terdapatnya
probiotik sekaligus prebiotik gum arab dalam es krim sinbiotik. Tikus yang mendapat
asupan probiotik tambahan dari pakan akan membuat jumlah probiotik khususnya
Ketersedian asupan prebiotik gum arab juga berperan mampu menstimulasi BAL
dalam usus besar. Menurut Matteuzi et al., (2003) pemberian pakan yang
mengandung serat pangan seperti gum arab (prebiotik) selama 20 hari atau lebih pada
tikus. Efek ini berpengaruh terhadap meningkatnya mikrobia anaerob dan genus
Lactobacillus.
fermentasi kolonik oleh mikroba yang mengakumulasi asam organik. Rerata pH feses
tikus pada penelitian invino ini berkisar antara 6,13 – 6,41. Penurunan derajat
keasaman (pH) feses tikus akibat pemberian formula pakan (pakan standart, pakan
standart + es krim probiotik, dan pakan standart + es krim sinbiotik) dapat dilihat
K
6.8
F1
6.61 F2
6.6 6.55
pH
6.51
6.47
6.41
6.4 6.34
6.27 6.25
6.2 6.14
6
1 15 30
Hari Ke -
Dari Gambar 25. diketahui bahwa feses tikus yang diberi perlakuan formula
97
pakan standart saja (Kontrol) memiliki nilai pH tertinggi (6,41). Nilai pH feses tikus
yang diberikan perlakuan formula pakan standart dengan es krim probiotik kontrol
(F1) berada di urutan kedua (6,253). Sedangkan feses tikus yang diberikan perlakuan
formula pakan standart dengan es krim sinbiotik (F2) memiliki nilai pH terendah
(6,13). Berdasarkan uji beda nyata tidak ditemukan perbedaan yang sangat nyata
antar perlakuan.
Nilai pH feses tikus pada perlakuan formula pakan standart saja paling tinggi
pakan standart saja tidak mendapatkan asupan probiotik maupun prebiotik gum arab.
kolon agar tetap asam yang mendukung pertumbuhan dan aktifitasnya. Ketersediaan
terjadinya penurunan pH. Menurut Matteuzi et al., (2003) konsumsi prebiotik selama
20 hari atau lebih pada tikus dapat menurunkan 0,4 unit pH feses.
yakni berkisar 6,253. Hal ini berkorelasi dengan jumlah BAL, feses formula 1 yang
perlakuan yang lainnya, yaitu sebesar 6,13. Hal ini sesuai dengan nilai total BAL
feses pada perlakuan pakan formula 2 (F2) tertinggi. Sejalan dengan pertumbuhan sel
bakteri maka akan terjadi penurunan pH lingkungan yang disebabkan oleh asam
organik yang dihasilkan akibat metabolisme mikroba dalam usus, diantaranya asam
98
laktat. Senyawa ini akan mengkondisikan pH kolon alami yang asam. Sesuai
sinbiotik dari es krim sinbiotik rendah lemak berbasis gum arab. Pemilihan perlakuan
terbaik menggunakan metode rangking (De Garmo, et. al., 1984). Dan dari metode
tersebut perlakuan pakan Formula 2 (F2) yang menggunakan pakan standart dengan
es krim sinbiotik, menjadi perlakuan formula pakan terbaik pertama dengan nilai
BAL Digesta Tikus, Total pH Digesta Tikus, total asam digesta tikus, Total SCFA
digesta tikus, total BAL feses tikus, dan total pH Feses tikus.
Parameter F2 F1 K
Tot. BAL Digesta (Log CFU/g) 8,895 8,7325 8,5475
PH Digesta Tikus 5,9425 6,2525 6,555
Tot. Asam Digesta Tikus (%) 0,155 0,1425 0,1075
Tot. Asam Asetat Digesta Tikus (mg/g) 7,322603 6,6085 5,7099
Tot. Asam Propionat Digesta Tikus (mg/g) 3,214661 3,01953 2,7614
Tot. Asam Butirat Digesta Tikus (mg/g) 1,248388 1,22304 1,0411
Total BAL Feses Tikus (Log CFU/g) 8,985 8,785 8,7325
PH Feses Tikus 6,13 6,25333 6,41
Nilai Perlakuan Terbaik 0,575 0,536 0,502
Perlakuan Terbaik 1 2 3
99
5. 1. Kesimpulan
menunjukkan bahwa penggunaan gum arab sebagai bahan pengganti lemak dan
overrun dan kecepatan meleleh es krim sinbiotik rendah lemak (ά = 0,05), serta
berpengaruh sangat nyata terhadap total lemak dan total bakteri asam laktat (BAL)
ini tidak berpengaruh nyata (tidak berpengaruh secara signifikan) terhadap total asam
Es krim pada perlakuan P1, yang menggunakan proporsi gum arab : whipping
cream (6:4) merupakan perlakuan terbaik dengan overrun sebesar 19,83% , kecepatan
meleleh sebesar 2,45 g/menit , total asam sebesar 1,4 % , pH sebesar 5,22 , total
lemak sebesar 3,9% , dan total bakteri asam laktat (BAL) sebesar 6,66x108 CFU/g.
bahwa jenis formula perlakuan yang diberikan pada kelompok tikus memberikan
nyata pada total bakteri asam laktat (BAL) digesta, asam butirat digesta dan total
BAL Feses (ά = 0,05), serta berpengaruh sangat nyata pada pH digesta tikus, asam
asetat digesta , asam propionat digesta (ά = 0,01). Akan tetapi formula-formula pakan
tikus tidak berpengaruh nyata terhadap total asam digesta dan pH digesta tikus.
100
perlakuan terbaik dengan total BAL digesta , total asam digesta , pH digesta, total
SCFA (asam asetat mg/g, asam propionat mg/g, asam butirat mg/g), total BAL
perlakuan terbaik dengan total BAL digesta 9,78x108 , total asam digesta 0,155% ,
pH digesta 6,55, total SCFA 12,20 mg/g (asam asetat 7,32 mg/g, asam propionat 3,03
8
mg/g, asam butirat 1,66 mg/g), total BAL feses tikus 9,78x10 CFU/g , pH feses tikus
6,41.
5. 2. Saran
1. Perlu dicari bahan alternatif lain selain gum arab sebagai bahan pengganti
lemak dan prebiotik untuk aplikasi pembuatan es krim sinbiotik rendah lemak
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh gum arab sebagai
(suhu rendah).
1. Perlu dilakukan pengujian in vivo dalam jangka yang lebih lama dari
penelitian ini. Misalkan hingga hari ke-30 yang bisa meliputi 3 fase penelitian
(fase pengujian awal di hari ke-0, fase pengujian perlakuan di hari ke-30, dan
mengetahui lebih lanjut efek dari perlakuan, serta efek setelah perlakuan tidak
101
lagi diberikan).
es krim sinbiotik rendah lemak pada penelitian ini terhadap kolesterol dan
gula darah.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arrington, L. R and Shirley, R.L. 2002. Utilization of Inorganic Ortho, Meta, and
Pyrophosphates by Lambs and Cellulolytic Rumen Microorganisms In
Vitro. J Anim Sci. 24:355-363
Buckle, et. al., Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Clark D. 1994. Fat replacers and fat substitutes. Food Technol. 48(12): 86.
Eckles, E.H., W.B. Combs and H. Macy. 1984. Milk and and Milk Product. Mc
Graw Hill Book Co Inc. New York
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisa Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Giese J. 1996. Fats, oils, and fat replacers. Food Technol. 50(4): 78-84.
Glicksman M. 1991. Hydrocolloids and the search for the “oily grail”. Food
Technol., 45(10): 94-102
"##$% %&'()'&
*&+,'-('+
# "./ &&& -&'&0 #(
++.11222#'*.&1&'(1'(&+
Gibson GR, Roberfroid MB. 2008. Dietary modulation of the human colonic
microflora: introducing the concept of prebiotics. J Nutr 125:1401–12.
Gibson GR, Beatty EB, Wang X. 1995. Cummings JH. Selective stimulation of
bifidobacteria in the human colon by oligofructose and inulin.
Gastroenterology 1995;108:975–82
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya. Cetakan Pertama. Liberty. Yogyakarta.
104
Hatchwell LC. 1994. Overcoming flavor challenges in lowfat frozen desserts. Food
Technol. 48(2): 98-102.
Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknik. Reproduksi flewan Betina Domestik.
Terjemahan: Putra H. ITB dan Univ Udayana, Bandung.
Jay, M. James. 1992. Modern Food Microbiology. 6th Edition. Modern Asia Editor.
New York
Jeremiah, L.E. 1996. Freezing Effect on of Food Quality. Marcell Decker Inc. New
York
Jones SA. 1996. Physical, chemical and sensory aspects of fat replacement. In:
Roller S, Jones SA. editors. Handbook of fat replacers. Boca Raton: CRC
Press. P 3-26.
105
Klahorst SJ. 1997. Ice cream: combination chemistry. Food Prod. Des. August.
Available from:
(http://www.foodproductdesign.com/archive/1997/0897AP.html)
Kuntz LA. 1996. Where is fat reduction going? Food Prod. Des. March, 24-47.
Available from
(http://www.foodproductdesign.com/archive/1996/0396CS.html)
LaBarge RG. 1988. The search for a low-calorie oil. Food Technol. 42(1): 84-90.
Marshall RT. 1991. Fat in ice cream. Dairy Field. 74: 32.
Marshall RT, Arbuckle WS. 1996. Ice Cream, 5th ed. Chapman and Hall, New York,
NY. 349 p.
Marshall RT, Goff HD. 2003. Formulating and manufacturing ice cream and
other frozen desserts. Food Technol. 57(5): 32-45.
Marshall RT, Goff HD, Hartel RW. 2003a. Chapter 2. Composition and properties. In
”Ice cream”, 6th ed. Kluwer Academic/Plenum Publishers, NY. p 11-50.
Marshall, RT, Goff, HD, Hartel RW. 2003b. Chapter 3. Ice Cream Ingredients. In
”Ice cream”, 6th ed. Kluwer Academic/Plenum Publishers, NY. p 51-86.
Matteuzi D., Swennen E., Rossi M., Hartman T., Lebet V., 2004. Prebiotic effects of
a wheat germ preperation in human healthy subjects. Food Microbiol. 21,
119-124
Purwati, S. 1999. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Sumber Gula Terhadap Sifat
Fisik, Kimia dan Organoleptik Soygurt. Skripsi. Fakultas Teknologi
106
Salminen, S. and A.V. Wright. (Ed). 1998. Lactid Acid Bacteria Microbiology and
Functional Aspects. Marcel Decker Inc. London
Sandrou DK, Arvanitoyannis IS. 2000. Low-fat/calorie foods: current state and
perspectives. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 40(5): 427-47.
Scardovi, V. Genus Bifidobacterium in Peter, S., Mair N., Sharpe M.E., Holt J. G.,
eds. Bergey's Manual of Systematic Bacteriology, Vol 2. Baltimore. William
and Wilikins, 1986: 1418-1435
Tranggono, dkk. 1989. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta
Webb, B. and E. O. Whitties. 1970. By Product From Milk. The AVI Publishing
107
kemudian ditimbang
l Wadah es krim disiapkan lagi dengan wadah yang sama dan ditimbang
l ICM yang telah diolah dimasukkan dalam wadah tersebut dan dibekukan
Berat Es Krim
l Diambil sebagian es krim dari “ice cream maker” dengan menggunakan skop
lebih 100 gram) dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dibekukan
l Sampel dari “freezer” diambil dan diletakkan pada suhu kamar dan dibiarkan
dianalisis statistik.
109
• Tabung reaksi yang berisi larutan pengencer steril ditandai I, II dan III, dan
mL larutan pengencer.
rantainya.
• Medium steril bersuhu 40°C dituang ke dalam setiap cawan petri, kemudian
45 ml larutan pengencer.
110
§ Standarisasi pH meter
pH buffer
§ Penetapan pH
dengan aquades)
• Dititrasi dengan larutan 0,1 N NaOH sampai warna larutan berubah menjadi
Keterangan:
pengujian
o Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga tanda akhir titrasi (TAT)
ml liter x N NaOH
Acidity = x9
bobot sample
• Botol Babcock dipasang dalam sentrifuge dan jangan lupa botol Babcock
menit.
• Ditambahkan air panas (60°C) sampai labu dari botol Babcock terisi penuh.
panas lagi sampai lemak cair terletak dalam leher botol (kolom) yang
• Botol dimasukkan dalam air hangat (55-60°C) selama 3 menit atau lebih.
pemanas.
• Diambil dan dikeringkan botol dan kolom lemak diukur dari ujung bawah
• Pereaksi
(1 mL = 0,2 mg glukosa).
• Cara Kerja
o Dipipet ke dalam tabung reaksi 0,0 (blanko); 0.2; 0.4; 0.6; 0.8; 1.0 mL
nm.
114
glukosa.
chromosorb WAW. Suhu kolom 1300 C, suhu injector 220°c, tekanan gas
nitrogen 0,98.
l Dikelompokkan parameter
NE = Np – Ntj
Ntb – Ntj
115
Keterangan:
Untuk parameter dengan rerata semakin besar semakin baik, maka nilai
terendah sebagai salah nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik.
Sebaliknya untuk parameter dengan nilai semakin kecil semakin baik, maka
nilai tertinggi sebagai nilai terjelek dan nilai terendah sebagai nilai terbaik.
Nilai produk diperoleh dari perkalian Nilai Efektivitas dengan bobot nilai.
Wadah yang digunakan untuk Fermentasi Campuran Es Krim yang sudah diberi
Kultur Starter Campuran dalam
Wadah Steril
Produk Es Krim Sinbiotik Rendah Lemak Berbasis Gum Arab setelah Proses
Pembuihan di Ice Cream Maker (Es Krim yang menggunakan gum arab 9%)
Berat Es Krim
[B2 – B1]
P U B1 B2 [B2-B1] [B1] Overrun
I 200 241,76 41,76 0,2088 20,88
II 200 236,52 36,52 0,1826 18,26
III 200 245,24 45,24 0,2262 22,62
PO IV 200 246,24 46,24 0,2312 23,12
I 200 239,64 39,64 0,1982 19,82
II 200 240,44 40,44 0,2022 20,22
III 200 241,64 41,64 0,2082 20,82
P1 IV 200 236,92 36,92 0,1846 18,46
I 200 237,96 37,96 0,1898 18,98
II 200 238,56 38,56 0,1928 19,28
III 200 237,8 37,8 0,1890 18,9
P2 IV 200 237,84 37,84 0,1892 18,92
I 200 237,28 37,28 0,1864 18,64
II 200 239,36 39,36 0,1968 19,68
III 200 237,12 37,12 0,1856 18,56
P3 IV 200 237,44 37,44 0,1872 18,72
I 200 238,56 38,56 0,1928 19,28
II 200 237,28 37,28 0,1864 18,64
III 200 236,52 36,52 0,1826 18,26
P4 IV 200 236,88 36,88 0,1844 18,44
120
Total Asam
N x Be x FP x V
P U B (g) N NaOH (N) Be As Laktat FP V NaOH (ml) B
I 8 0,1 90,8 0,1 14,27 1,62
II 8 0,1 90,8 0,1 13,92 1,58
III 8 0,1 90,8 0,1 12,78 1,45
PO IV 8 0,1 90,8 0,1 13,22 1,5
I 8 0,1 90,8 0,1 12,16 1,38
II 8 0,1 90,8 0,1 12,51 1,42
III 8 0,1 90,8 0,1 11,81 1,34
P1 IV 8 0,1 90,8 0,1 12,51 1,42
I 8 0,1 90,8 0,1 15,15 1,72
II 8 0,1 90,8 0,1 14,8 1,68
III 8 0,1 90,8 0,1 12,16 1,38
P2 IV 8 0,1 90,8 0,1 14,27 1,62
I 8 0,1 90,8 0,1 12,69 1,44
II 8 0,1 90,8 0,1 14,27 1,62
III 8 0,1 90,8 0,1 16,04 1,82
P3 IV 8 0,1 90,8 0,1 13,04 1,48
I 8 0,1 90,8 0,1 13,04 1,48
II 8 0,1 90,8 0,1 15,86 1,8
III 8 0,1 90,8 0,1 14,54 1,65
P4 IV 8 0,1 90,8 0,1 14,8 1,68
122
10 10 10 B
P U A B C SPC SPC Keterangan A
I 64 26 2 640000000 6,40E+008 > 30 - < 300 hanya A
II 53 34 4 530000000 5,30E+008 B/A > 2 sehingga yg dipakai A 6,42
III 44 13 2 440000000 4,40E+008 > 30 - < 300 hanya A
PO IV 72 24 5 720000000 7,20E+008 > 30 - < 300 hanya A
I 69 14 9 690000000 6,90E+008 > 30 - < 300 hanya A
II 84 9 2 840000000 8,40E+008 > 30 - < 300 hanya A
III 77 22 5 770000000 7,70E+008 > 30 - < 300 hanya A
P1 IV 88 18 12 880000000 8,80E+008 > 30 - < 300 hanya A
I 72 32 15 720000000 7,20E+008 B/A > 2 sehingga yg dipakai A 4,44
II 112 39 6 1120000000 1,12E+009 B/A > 2 sehingga yg dipakai A 3,48
III 99 31 8 990000000 9,90E+008 B/A > 2 sehingga yg dipakai A 3,13
P2 IV 68 14 23 680000000 6,80E+008 > 30 - < 300 hanya A
I 90 9 14 900000000 9,00E+008 > 30 - < 300 hanya A
II 57 12 16 570000000 5,70E+008 > 30 - < 300 hanya A
III 132 28 24 1320000000 1,32E+009 > 30 - < 300 hanya A
P3 IV 83 19 12 830000000 8,30E+008 > 30 - < 300 hanya A
I 94 12 16 940000000 9,40E+008 > 30 - < 300 hanya A
II 76 21 12 760000000 7,60E+008 > 30 - < 300 hanya A
III 115 34 22 1150000000 1,15E+009 B/A > 2 sehingga yg dipakai A 2,96
Total Asam
N x Be x FP x V
P U B (g) N NaOH (N) Be Asam Laktat FP V NaOH (ml) B
I 8 0,1 90,8 0,1 0,7 0,08
II 8 0,1 90,8 0,1 1,06 0,12
III 8 0,1 90,8 0,1 1,32 0,15
PO IV 8 0,1 90,8 0,1 0,7 0,08
I 8 0,1 90,8 0,1 1,32 0,15
II 8 0,1 90,8 0,1 1,23 0,14
III 8 0,1 90,8 0,1 1,67 0,19
P1 IV 8 0,1 90,8 0,1 0,79 0,09
I 8 0,1 90,8 0,1 1,32 0,15
II 8 0,1 90,8 0,1 1,67 0,19
III 8 0,1 90,8 0,1 1,41 0,16
123
10 10 10
P U A B C SPC SPC Keterangan Log SPC
I 35 11 3 350000000 3,50E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,54
II 42 5 2 420000000 4,20E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,62
III 33 18 2 330000000 3,30E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,52
PO IV 32 4 3 320000000 3,20E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,51
I 55 15 1 550000000 5,50E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,74
II 64 9 2 640000000 6,40E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,81
III 59 10 5 590000000 5,90E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,77
P1 IV 72 16 3 720000000 7,20E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,86
I 66 4 1 660000000 6,60E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,82
II 84 8 5 840000000 8,40E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,92
III 62 19 1 620000000 6,20E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,79
10 10 10
P U A B C SPC SPC Keterangan Log SPC
I 58 7 2 580000000 5,80E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,76
II 44 5 1 440000000 4,40E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,64
III 55 13 4 550000000 5,50E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,74
PO IV 62 16 1 620000000 6,20E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,79
I 74 3 1 740000000 7,40E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,87
II 85 11 2 850000000 8,50E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,93
III 38 5 5 380000000 3,80E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,58
P1 IV 57 17 3 570000000 5,70E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,76
I 99 21 1 990000000 9,90E+008 > 30 - < 300 hanya A 9
II 75 8 2 750000000 7,50E+008 > 30 - < 300 hanya A 8,88
124
1. Data Analisa Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Es Krim
Sinbiotik Rendah Lemak
1. 1. Overrun
Aa Aa Aa Aa Bb 1,26 1,69
P4 P3 P2 P1 P0
125
P0 18,66 a
0,24
P1 18,9 a
0,12 0,36
P3 19,02 a
0,81 1,17
P2 19,83 a <1,69
1,39 2,56
P4 21,22 b >1,69
1. 2. Kecepatan Meleleh
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
P0 4,348 3,571 2,500 2,703 13,12 3,28
P1 2,326 2,500 2,326 2,632 9,78 2,45
P2 2,500 2,381 2,273 2,381 9,53 2,38
P3 2,083 2,439 2,326 2,564 9,41 2,35
P4 2,778 2,222 2,083 2,326 9,41 2,35
Total 14,03 13,11 11,51 12,605 51,26 12,82
Dd 0,17703 0,03
P4 P3 P2 P1 P0
126
P0 2,35
0
P1 2,35
0,03
P3 2,38
0,06
P2 2,45
0,83
P4 3,28
1. 3. pH
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
P0 5,3 5,26 5,18 5,24 20,98 5,25
P1 5,18 5,2 5,24 5,29 20,91 5,23
P2 5,16 5,45 5,15 5,06 20,82 5,21
P3 5,12 5,15 5,22 5,24 20,73 5,18
P4 5,06 5,12 5,14 5,13 20,45 5,11
Total 25,82 26,18 25,93 25,96 103,89 25,97
1. 4. Total Asam
F TABEL
SK DB JK KT F HITUNG 5% 1% Keterangan (Notasi)
Perlakuan 4 0,16 0,04 2,6 3,2 5,41 Tn
Galat 15 0,23 0,02
Total 19 0,39
1. 5. Total Lemak
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
P0 9,88 9,72 9,82 10,15 39,57 9,89
P1 3,8 3,62 3,88 4,28 15,58 3,9
P2 3,1 2,98 2,86 2,66 11,6 2,9
P3 1,93 2,12 1,86 1,72 7,63 1,91
P4 0,84 0,56 0,65 1,2 3,25 0,81
Total 19,55 19 19,07 20,01 77,63 19,41
Aa Bb Cc Dd Ee 0,051 0,41
P4 P3 P2 P1 P0
P0 0,81 a
1,10
P1 1,91 b
0,99 2,09
P3 2,9 c
1 3,09
P2 3,9 d
6 9,09
P4 9,89 e
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
P0 6,40E+08 5,30E+08 4,40E+08 7,20E+08 2,33E+09 4,66E+08
P1 8,40E+08 8,40E+08 7,70E+08 8,80E+08 3,33E+09 6,66E+08
P2 7,20E+08 1,12E+09 9,90E+08 6,80E+08 3,51E+09 7,02E+08
P3 9,00E+08 5,70E+08 1,32E+09 8,30E+08 3,62E+09 7,24E+08
P4 9,40E+08 7,60E+08 1,15E+09 9,50E+08 3,80E+09 7,60E+08
Total 4,04E+009 3,82E+009 4,67E+009 4,06E+09 1,66E+10 3,32E+09
129
3. Data Analisa Sidik Ragam dan Uji BNT DigestaTikus dan Feses Tikus
(Uji Invivo 30 Hari) yang Diformulasi dengan Pakan Kontrol dan Tambahan Es
Krim Sinbiotik Rendah Lemak
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
K 8,54 8,62 8,52 8,51 34,19 8,55
F1 8,49 8,81 8,77 8,86 34,93 8,73
F2 8,82 8,92 8,79 9,05 35,59 8,90
F TABEL
SK DB JK KT F HITUNG 5% 1% Ket (Notasi)
Perlakuan 2 0,24 0,12 5,62 5,14 10,92 *
Galat 6 0,37 0,02
Total 8 0,62
Keterangan : * Terdapat perbedaan yang nyata T 5 %
a). Data analisa total BAL feses tikus (30 hari perlakuan ) (CFU/100 gram)
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
K 5,80E+08 4,40E+08 5,50E+08 6,20E+08 2,19E+09 5,48E+08
F1 7,40E+08 8,50E+08 3,80E+08 5,70E+08 2,54E+09 6,35E+08
F2 9,90E+08 7,50E+08 9,40E+08 1,23E+09 3,91E+09 9,78E+08
b). Data analisa total BAL feses tikus (30 hari perlakuan ) (Log CFU/100 gram)
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
K 8,76 8,64 8,74 8,79 34,94 8,73
F1 8,87 8,93 8,58 8,76 35,13 8,78
F2 9,00 8,88 8,97 9,09 35,93 8,98
132
F TABEL
SK DB JK KT F HITUNG 5% 1% Keterangan (Notasi)
Perlakuan 2 5,224 2,612 15,450 4,26 8,02 **
Galat 9 6,746 0,169
Total 11 11,970
Keterangan : ** terdapat perbedaan yang sangat nyata (BNT 1%)
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
K 2,763 2,751 2,722 2,810 11,05 2,76
F1 2,977 2,857 3,092 3,152 12,08 3,02
F2 3,209 2,914 3,435 3,301 12,86 3,21
134
Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rerata
K 1,013 0,994 1,060 1,097 4,16 1,04
F1 1,229 1,189 1,289 1,185 4,89 1,63
F2 1,101 1,374 1,128 1,391 4,99 1,66
NE
Np – Ntj
Parameter Perlakuan Np Ntb Ntj Ntb – Ntj
P0 21,22 23,12 18,26 0,61
P1 19,83 20,82 18,46 0,58
P2 19,02 19,28 18,9 0,32
P3 18,9 19,68 18,56 0,3
Overrun P4 18,66 19,28 18,26 0,39
P0 0,39 0,418 0,366 0,48
P1 0,41 0,425 0,376 0,6
P2 0,43 0,442 0,402 0,59
P3 0,42 0,442 0,388 0,54
Kec. Meleleh P4 0,45 0,480 0,428 0,38
P0 5,25 5,3 5,18 0,54
P1 5,23 5,29 5,18 0,43
P2 5,21 5,45 5,06 0,37
P3 5,18 5,24 5,12 0,52
Total pH P4 5,11 5,14 5,06 0,66
P0 1,54 1,62 1,45 0,51
P1 1,39 1,42 1,34 0,63
P2 1,6 1,72 1,38 0,65
P3 1,59 1,82 1,44 0,39
Total Asam P4 1,65 1,8 1,48 0,54
P0 9,89 10,15 9,72 0,4
P1 3,9 4,28 3,62 0,42
P2 2,9 3,1 2,66 0,55
P3 1,91 2,12 1,72 0,47
Total lemak P4 0,81 1,2 0,56 0,39
P0 8,76 8,86 8,64 0,53
P1 8,92 8,94 8,89 0,58
P2 8,93 9,05 8,83 0,47
P3 8,94 8,95 8,76 0,92
Total BAL P4 8,97 9,06 8,88 0,51
138
139
NE
Np – Ntj
Parameter Perlakuan Np Ntb Ntj Ntb – Ntj
K 8,55 8,62 8,51 0,341
F1 8,73 8,86 8,49 0,655
Tot. BAL Digesta F2 8,9 9,05 8,79 0,404
K 6,56 6,82 6,24 0,543
F1 6,25 6,44 6,13 0,395
PH Digesta Tikus F2 5,94 6,12 5,65 0,622
K 0,11 0,15 0,08 0,393
F1 0,14 0,19 0,09 0,525
Tot. Asam Digesta Tikus F2 0,16 0,19 0,12 0,500
K 5,71 5,91 5,59 0,378
F1 6,61 7,02 6,18 0,509
Tot. As. Asetat Digesta Tikus F2 7,32 7,88 6,57 0,573
K 2,76 2,81 2,72 0,450
F1 3,02 3,15 2,86 0,552
Tot. As. Propionat Digesta Tikus F2 3,21 3,43 2,91 0,577
K 1,04 1,1 0,99 0,455
F1 1,22 1,29 1,19 0,364
Tot. As. Butirat Digesta Tikus F2 1,25 1,39 1,1 0,508
K 8,73 8,79 8,64 0,617
F1 8,79 8,93 8,58 0,586
Total BAL Feses Tikus F2 8,99 9,09 8,88 0,500
K 6,41 6,48 6,23 0,720
F1 6,25 6,38 6,09 0,563
PH Feses Tikus F2 6,13 6,44 5,44 0,690
141