Вы находитесь на странице: 1из 32

Artikel:

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM


MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Judul: PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN /


EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Trimo, S.Pd.,MPd.
Saya Dosen di IKIP PGRI Semarang
Topik: Komite Sekolah
Tanggal: 8 Juli 2008

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka Pemerintah telah berupaya
mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang
lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi kenyataan belum cukup
dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Depdiknas, 2001:2).

Salah satu wujud aktualisasinya dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan
Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.
Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan
masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab
dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu
pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun
juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi
kemajuan suatu sekolah.

Beberapa alasan penulis memilih tema di atas adalah: 1) adanya fenomena yang
berkembang di masyarakat terhadap keberadaan Komite Sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan 2) Komite Sekolah merupakan organisasi baru dalam
dunia pendidikan yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam khususnya dalam
membantu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mendasar yang hendak dibahas
adalah bagaimana upaya yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan?

3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya
yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Manfaatnya: (1) bagi Guru, sebagai informasi mengenai upaya yang telah dilakukan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan (2) bagi Komite Sekolah,
sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan upaya meningkatkan mutu pendidikan.

B. Pembahasan Masalah

1. Konsep Dasar Komite Sekolah

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara


Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami
perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta
masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan.

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan


kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan


pendidikan di satuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam


penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan
(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap


penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia


industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan


pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan


mengenai:

1) kebijakan dan program pendidikan

2) rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)

3) kriteria kinerja satuan pendidikan

4) kriteria tenaga kependidikan

5) kriteria fasilitas pendidikan, dan

6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna


mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan


di satuan pendidikan.

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan,


dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

2. Peranan Komite Sekolah

Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan


pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun


tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas


penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan


(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan Komite


Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:

a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di


sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.

b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha pemantapan


sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara,
pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan
kepemimpinan), keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga,
daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.

c. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.

d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra


maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala
sekolah, guru, siswa, dan karyawan.

e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Sekolah (RAPBS).

g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu


(Depdiknas, 2001:17).

Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, sudah
barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota sesuai
kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak
bertentangan dengan maksud dan tujuan pembentukan Komite Sekolah.

3. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan
lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari
masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan
finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan
salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi dalam
organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta
orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:

a. Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan


bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.

b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki
anaknya, dan

c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas, 2001:19).

Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, subtansi


pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil
sekolah dalam:

a. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.

b. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan
harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam
mengikuti pelajaran.

c. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang
sedang dikembangkan di sekolah.

d. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang


dihadapi sekolah.

e. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta memajukan


sekolah.
f. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan
mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2001:20).

4. Konsep Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks "hasil" pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah
pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student
achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi bidang
lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis teknik,
jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang
(intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan
sebagainya (Umaedi, 1999:9).

Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari
barang - barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan dalam konteks pendidikan. Pengertian mutu mencakup Input,
proses dan output pendidikan (Depdiknas Buku 1 MPMBS, 2001:25).

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena kebutuhan untuk
keberlangsungan proses. Input pendidikan meliputi SDM dan perangkat lunak serta
harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses dan pencapaian target.

Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu yang
diperoleh dari hasil proses disebut output.

Output pendidikan merupakan hasil kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah.

C. Penutup

1. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya


yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, meliputi:
a) peningkatan partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kemajuan sekolah,
khususnya dukungan moril dan material,
b) peningkatan kesejahteraan guru,
c) pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran,
d) pengawasan terhadap program pendidikan di sekolah. Upaya-upaya tersebut sudah
dilakukan Komite Sekolah secara maksimal sesuai dengan kemampuan pengurus
Komite Sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Saran

Upaya Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat dukungan
dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, Kepala Sekolah, siswa, orang tua/wali
murid, masyarakat, dan institusi pendidikan. Oleh karena itu perlu kerjasama dan
koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan tersebut sehingga upaya
peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan


Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta : Depdiknas. Depdiknas. 2001. Partisipasi
Masyarakat. Jakarta: Depdikbud. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor:
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Soenarya, Endang. 2000.
Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem. Yogyakarta : Adi Cita
Karya Nusa. Umaedi. 1999. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Saya Trimo, S.Pd.,MPd. setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di
Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya
sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di
pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel
masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap,
pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era
globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak
sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui
Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi
kunci sukses di dalamnya.
Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis
dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu
terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil
sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.
Oleh karena itu pada pembahasan makalah ini kami bahas tentang “ Hubungan Kerja sama
Sekolah dengan Masyarakat ”. Semoga dengan pembahasn ini dapat menambah keharmonisan
hubungan sekolah deangan masyarakat.

BAB II
MENINGKATKAN HUBUNGAN KERJA SAMA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

A. Masyarakat Sekolah
a. Peran Masyarakat Dalam Sekolah
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan
tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah),
keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat
mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu
ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan
dalam proses pendidikan di sekolah adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang
bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial
bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam
proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi kemajuan
sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas dinyatakan
oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang
oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha
orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine &
Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid
terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat
meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan
kreatifitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan
berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung
pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka
sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell
bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan
dukungan. Oleh sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan
informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih
di daerah pedesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana
mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat dari
ketidak -mengertian mereka.
Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu sekolah
menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat
terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan
untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang
tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam membangun masa
depan yang baik tersebut membuat Mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan
sekolah, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang bersangkutan.
Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan
kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat
korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar.
Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk
Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar
keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid,
sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini
disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang
tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga
pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada
sekolah.
b. Perlunya Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses
pendidikan itu berlangsung, (Manusia dan lingkungan fisik). Semua keadaan lingkungan tersebut
berperan dan memberikan kontribusi terhadap proses peningkatan kualitas pendidikan dan atau
kualitas lulusan pendidikan. Perhatian Top Manajemen (Kepala Sekolah) seharusnya berupaya
untuk mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin,
sehingga semua sumber tersebut memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas. Salah satu sumber yang perlu dikelola adalah lingkungan masyarakat atau
orang tua murid, termasuk stakeholders. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Mengapa
Manajemen Pendidikan perlu Menangani Masyarakat (perlu Hubungan Sekolah Dengan
Masyarakat),
secara optimal baik orang tua murid, stakeholders, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada
di lingkungan sekolah.
Organisasi sekolah adalah organisasi yang menganut sistem tebuka, sebagai sistem terbuka
berarti lembaga pendidikan mau tidak mau, disadari atau tidak disadari akan selalu terjadi kontak
hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai supra sistem. Kontak hubungan ini
dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah. Suatu organisasi
yang mengisolasi diri, termasuk sekolah sebagai organisasi apabila tidak melakukan kontak
dengan lingkungannya maka dia lambat laun akan mati secara alamiah (tidak dapat eksis), karena
organisasi hanya akan tumbuh dan berkembang apabila didukung dan dibutuhkan oleh
lingkungannya. Hanya sistem terbuka yang memiliki megantropy, yaitu suatu usaha yang terus
menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan. Ini berarti hidup
matinya lembaga pendidikan akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu
sendiri, dalam arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan
masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.
Dalam kenyataan sering kita temui sekolah yang tidak punya nama baik di masyarakat akhirnya
akan mati. Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat hubungan yang baik dan
harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai alasan masyarakat tidak mau
menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang akhirnya membuat sekolah itu mati dengan
sendirinya. Demikian pula sebaliknya sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan
membayar dengan biaya mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah
favorit dan tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah
mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat, seperti tokoh
masyarakat,
tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau tokoh kepemerintahan (stakeholders).
Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada
tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya pendidikan tidak
akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman
menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga
para orang tua/masyarakat.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah lembaga yang berdiri sendiri
dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan
suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat
membangun dan meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta
apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat tentang apa
dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya membantu sekolah/lembaga pendidikan
memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat,
yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh
Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan
masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan
masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus
dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam
merealisasikan program inovatif tersebut.
Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah
dengan masyarakat (School Public Relation) yaitu:
Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :
a. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang
adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya
impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya kualitas
sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat antara lain
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
b. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah benar-
benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan dan peningkatan
sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya apabila sekolah mampu
menunjukkan kinerja yang berkualitas.
c. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya laboratorium
terbaik bagi lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
d. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat
membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah
secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak.
e. Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah
akan lebih hati-hati.
f. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan
mendapatkan bantuan material.
Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat
maka :
a. Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
b. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan
direalisasikan oleh pihak sekolah.
c. Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.

BAB III
MODEL HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

A. Melalui Komite Sekolah


Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi
penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada
tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi
dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan
peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan
mutu hasil belajar secara keseluruhan.
Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah
menuntut sekolah untuk memberdayakan semua sumber daya yang dimilikinya. Salah satu
sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orang tua
murid.
Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah dipedesaan atau di daerah-daerah urban berada di
tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini terdiri dari
unsur-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka
pengembangan staf.
Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar
struktur yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat
berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok professional dan anggota-
anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan
praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara organisatoris dewan SCC ini
memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah.
Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan analisis
kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survey yang dilakukannya. Hasil analisis
yang dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan para ahli
seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan menjadi kebijakan dan program sekolah.
Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti di
Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan
persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang dikenal dengan
Komite Sekolah. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak
pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dalam hal ini
Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan
di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah.
Pemerintah (Depdiknas) pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan
masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan
Sekolah atau Komite Sekolah.
B. Membina Kerjasama Dengan Pemerintah/masyarakat secara umum
Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah
berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas.
Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota meletakkan
pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga
nampaknya peranan Pemerintah provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan
berarti pusat dan propinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Dalam paradigm
otonomi seperti sekarang diperlukan kemampuan sekolah (baca kepala sekolah) untuk
membangun kerjasama yang
harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat pusat sampat dengan tingkat
Kabupaten/kota/Kecamatan bahkan kelurahan.
Di samping institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis
dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai lembaga LSM
yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah jangan sampai sekolah larut dan dapat
dibawa kepada masalah-masalah lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh
terbawa arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu.
Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah dalam
upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi social
yang tidak bias lepas dari masyarakat secara keseluruhan, khususnya masyarakat di sekitarnya.
Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakannlah
sekolah mengadakan perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah
mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat.
Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara
lain:
1. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh
sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan
pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut. Misalnya
tempat pameran, gedung olah raga dan lain-lain.
2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan
pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas
dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin
melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian di masyarakat
untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
3. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber
daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang dimiliki sekolah.
C. Kerjasama Sekolah Dengan Masyarakat Terorganisasi
Pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok organisasi,
baik yang bersifat organisasi social, organisasi profesi, organisasi untuk community tertentu
yang bersifat kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi
tersebut di atas banyak sekali yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga
organisasi yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.
Di sadari bahwa organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam membantu
pendidikan apabila diberdayakan secara optimal dan murni. Beberapa oraganisasi yang
memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:
a. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
b. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
c. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
d. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia
e. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS)
f. Gerakan nasional Orang Tua Asuh (GN OTA)65
g. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI)
h. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik.
i. Dan lain-lain
Organisasi tersebut sangat besar manfaatnya apabila sekolah mampu menjadikannya sebagai
mitra bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Sebagai contoh: kalau sekolah ingin
meningkatkan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah yang berkualitas, maka
Ikatan sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia yang ada di masing-masing daerah dapat
dimanfaatkan sebagai mitra, baik dalam pengembangan konsep, implementasi kegiatan maupun
dalam pembinaan sehari-hari. Hal yang sama juga dapat dilakukan kerjasama dengan kelompok
seni tari, misalnya kalau sekolah menyelenggarakan ekstra kurikuler seni tari musik atau drama.
Sangat mungkin suatu sekolah pada masa sekarang ingin meningkatkan peran guru di samping
sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut
sekolah dapat bekerja sama dengan asosiasi bimbingan ABKINS (Asosiasi Bimbingan Konseling
Indonesia), atau juga dengan HIMAPSI (himpunan Masyarakat psikologi Indonesia).
Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan kegiatannya
justeru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian masyarakat mereka tentang
penyuluhan NARKOBA, hal ini harus dimanfaatkan oleh sekolah sebagai peluang dalam
pembinaan siswa di sekolahnya. Oleh sebab itu tidak salah kalau sekolah selalu memprogramkan
berbagai kegiatan tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu di sekolah (pemahaman mutu
disini bukan sekedar nilai UAN).

BAB IV
HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

A. Menggalang dukungan Masyarakat.


Untuk dapat mengaktifkan orang tua murid, tokoh tokoh masyarakat, komite sekolah dan
stakeholders, salah satu strategi yang dapat ditempuh di luar badan-badan formal seperti komite
sekolah adalah menarik perhatian masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf
pengajar. Artinya hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dengan memajukan dan
menunjukkan mutu pendidikan yang meyakinkan mereka, Untuk itu disarankan untuk dilakukan
beberapa langkah berikut:
Bina pengajar secara aktif, sehingga mereka berdedikasi dan professional. Dalam kaitan ini maka
kepala sekolah perlu mengembangkan budaya kerja yang berkualitas di lingkungannya.
Dalam kaitan ini Suyata (1996) menyatakan bahwa karakteristik budaya kerja sekolah yang
dapat membangun mutu adalah:
1. Kedisiplinan. Kedisiplinan semua warga sekolah merupakan salah satu cerminan/indikator
budaya kerja di sekolah. Kedisiplinan tidak akan terbentuk secara otomatis, tetapi terbentuk
melalui suatu proses. Dalam proses pembentukan kedisiplinan lebih banyak berlangsung secara
imitasi atau peniruan. Karena itu maka agar terjadi imitasi yang baik harus dimulai dari kepala
sekolah yang selalu mencerminkan sikap kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di
sekolah. Tidak akan pernah ada sekolah yang berdisiplin tinggi tanpa kepala sekolah yang
berdisiplin.
2. Monitoring progress siswa,
3. Harapan yang tinggi terhadap siswa,
4. Fokus perhatian warga sekolah pada proses pembelajaran.
Untuk itu Niron (2001) menyatakan bahwa kepala sekolah harus memperhatikan beberapa hal
pokok berikut ini agar dapat mencapai target mutu yaitu:
1. Mengidentifikasi pelanggan sekolah. Siapa pelanggan sekolah sebenarnya, Sallis (1993)
menyatakan setiap orang di sekolah memiliki peran ganda yaitu sebagai pelayan sekaligus
sebagai pelanggan, yaitu mereka sebagai pelayan untuk orang lain (guru terhadap muridnya),
tetapi dia juga sebagai pelanggan pelayanan (guru dari pelayanan kepala sekolah). Untuk itu
maka kepala sekolah sudah seharusnya memberikan pelayanan yang bermutu kepada semua staf
sekolah. Sebab pada dasarnya staflah (guru-guru dan staf tata usaha) yang membuat kualitas
menjadi baik atau menurun. Dengan demikian maka pelanggan internal ini perlu mendapat
perhatian utama agar mereka mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Kepala sekolah perlu mengetahui secara jelas apa
yang diinginkan oleh pelanggan, khususnya pelanggan internal yaitu guru-guru, staf dan siswa.
Sebab merekalah sebenarnya ujung tombak bermutu tidaknya produk sekolah yang dihasilkan.
3. Menetapkan target produk yang diinginkan, khususnya kualitas produk. Dari sisi menajamen
pendidikan tampilan produk suatu sekolah menjadi citra bagi sekolah di tengah-tengah
masyarakatnya. Produk yang berkualitas menjadi cerminan akan kualitas pelayanan yang
diberikan.
4. Mengembangkan visi, misi dan tujuan secara jelas.

Triguno (1977) menyatakan bahwa warna budaya kerja adalah suatu produktivitas berupa
perilaku kerja yang dapat diukur seperti kerja keras, ulet,
disiplin, produktif, tanggung jawab, bermotivasi, kreatif, inovatif, responsif dan mandiri. Ini
berarti bahwa budaya kerja merupakan dasar untuk menghasilkan kualitas proses kerja. Dengan
demikian maka apabila seseorang ingin berkualitas kerja maka dia harus memiliki proses kerja
yang berkualitas.
Agar lebih berhasil dalam melakukan perubahan yang berorientasi pada mutu, Sukardi (2001)
menyarankan kepada para kepala sekolah hendaknya mengakomodasi lima prasyarat penting
untuk terjadinya Manajemen Mutu Terpadu. Implementasinya manajemen mutu menggunakan
prinsip-prinsip ilmiah yaitu:
1. Penggunaan 4 langkah siklus yaitu: merencanakan (planning), melaksanakan (do), Mengontrol
(controlling) dan bertindak (Action) atau oleh Deming sering disebut dengan singkatan PDCA.
2. Data empirik merupakan dasar dalam setiap pengambilan keputusan, menentukan prioritas dan
perubahan-perubahan dalam organisasi.
3. Melakukan prediksi, sebagai upaya antisipasi untuk lebih menyempurnakan produk di masa
yang akan datang.
4. Berfokus pada kepuasan pelanggan. Artinya bahwa segala kegiatan dan pelayanan harus selalu
ditingkatkan secara terus menerus agar didapat kepuasan pelanggan. Dalam dunia pendidikan di
sekolah, pelanggan internalnya adalah guru, siswa, staf dan sebagainya. Untuk itu maka
kepuasan kerja guru, staf dan kepuasan siswa dalam belajar adalah pertimbangan sentral utama
yang harus diperhatikan oleh seorang kepala sekolah. Makin tinggi kepuasan para pelanggan,
akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu proses kegiatan yang dilakukan oleh
mereka.
5. Lebih menekankan pendekatan siklus dalam memperbaiki organisasi. Konsep ini beranggapan
bahwa perbaikan dan perubahan organisasi tidak dapat dilakukan seperti membalik telapak
tangan, tetapi
memerlukan waktu yang cukup dan berkelanjutan. Untuk itu maka perbaikan dan perubahan
organisasi ditempauh melalui siklus tertentu atau menggunakan tahapan-tahap perbaikan sebagai
berikut :
1. Para pemimpin struktural dalam organisasi sekolah perlu memiliki pandangan jauh ke depan
tentang kemana lembaga sekolah akan diarahkan. Dalam hal ini para pemimpin harus mengerti
Visi, Misi dan Tujuan Institusinya masing-masing secara mendalam.
2. Para civitas akademika (semua warga sekolah) perlu memiliki kemampuan profesi yang
mancakup kemampuan individual, kemampuan kelompok yang diciptakan secara sistimatis
melalui program pendidikan dan pelatihan.
3. Adanya apresiasi insentif baik materi maupun insentif psikologis seperti kemungkinan dan
kemudaha promosi, penghargaan atas prestasi pekerjaan
4. Tersedianya sumber daya dan mekanisme penempatan yang sesuai dengan keahliannya
masingt-masing. Tetapi keahlian saja tidak akan membawa orang berprestasi tanpa adanya
kemauan dan kmoitmen yang kuat untuk berprestasi kerja.
5. Adanya rencana kerja dan strategi sekolah yang tergambar dalam Visi, Misi dan tujuan
organisasi serta rencana operasional (Renstra dan Renops).

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad Suriansyah, (2001). Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Diktat Bahan Kuliah
pada Program Studi Administrai Pendidikan, FKIP Unlam. Banjarmasin: FKIP Unlam
Torsten Husen. (1988). Masyarakat Belajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas Universitas
Terbuka bekerjasama dengan CV. Rajawali Pers.
Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta : Bina Aksara.

Diposkan oleh Subliyanto di 19.49

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Salam
Assalamu'alaikum...!

Selamat Datang

di Catatan Harian

Pemuda Muslim

Semoga Bermanfaat....!

Pesan Singkat
<a href="http://www6.shoutmix.com/?subliyanto">View shoutbox</a>
ShoutMix chat widget

Pengunjung

Pengikut

Tampilan slide
Search
Cari

didukung oleh

Musik

Gratisan Musik
Mengenai Saya

Subliyanto

Surabaya, Jawa timur, Indonesia

Lihat profil lengkapku

Archives
 ▼ 2010 (86)
o ► Desember (4)
 Analisis SWOT
 Lima alasan mengapa harus mengenal jati diri…?
 Makna Filosofis Gerakan Sholat
 Fungsi Wanita dalam rumah tangga
o ► November (9)
 Hakikat Cinta
 Merencanakan Kurikulum
 Wahai Pemuda Jangan Layu Sebelum Berbuah…!*
 Teknik Mencatat Tingkat Tinggi
 Menulis Dengan Penuh Percaya Diri
 Melaju Dengan Kekuatan Membaca
 Upayakan Keajaiban-Keajaiban Memori Anda
 Pengumpulan Data PTK
 Program Turun Ke Desa Dan Pondok Pendidikan Kedesa...
o ► Oktober (3)
 Perencanaan Sistem Pembelajaran
 Makna Syahadatain
 Mengajar Adalah Seni
o ► September (2)
 Seorang Dokter Neurologi Menemui Keajaiban ALLAH S...
 Penyesalan Sang Istri
o ► Agustus (1)
 Kiat Ke Pelaminan
o ► Juli (1)
 Manajemen Strategi Pendidikan
o ► Juni (15)
 Mengatasi Stress
 Komponen Proposal Skiripsi
 Selingkuh Bermula Dari Curhat
 Proposal Skiripsi
 Maqashid Al-Syari’ah
 Wise Word
 Subyek Penelitian dan Responden Penelitian
 Pengertian Penelitian, Metode Penelitian Dan Berf...
 Ruang Lingkup, Tujuan, Kegunaan, Dan Metode Filsa...
 Kaidah Ushul Fiqh
 Populasi Dan Teknik Sampling
 Kajian Pustaka
 Senyuman Menawan Sang Ratu
 Peradaban Islam: Peradaban Ilmu dan Tulisan
 Menumbuhkan Percaya Diri Anak *
o ► Mei (16)
 Konsep Ilmu dalam Islam
 Keteladanan Imam Hanafy dalam Soal Jabatan
 Ciri-ciri Suami Dambaan Para Wanita
 Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling
 Teknik Pengumpulan Data
 Pengadaan Dan Klasifikasi Bahan Pustaka
 Macam-Macam Metode Penelitian Kualitatif
 Tujuan Pendidikan Islam
 Islamisasi Ilmu*
 Kaidah Ushuliyyah Dalam Ushul Fiqih
 Hakikat Pernikahan dalam Islam
 Hubungan Humas Pendidikan dengan Sekolah
 Bimbingan Konseling
 Prinsip Pengembangan Kurikulum
 Kiat Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga
o ► April (11)
o ► Maret (2)
o ► Februari (10)
o ▼ Januari (12)
 Kepemimpinan
 Pengembangan Kurikulum
 Pemetaan Kawasan Peradaban Islam
 Katalogisasi Bahan Pustaka
 Hijrah Menuju Kemenangan
 Islamisasi Kurikulum
 Peradaban Emas Dinasti Abbasyiah
 Epistimologi Islam
 Merombak kurikulum demi kesetaraan gender
 Pluralisme
 Hubungan Antara Sekolah Dengan Masyarakat
 Adab-adab majlis
Daftar Link
 http://www.adianhusaini.com
 http://www.insistnet.com
 http://www.hidayatullah.com
 http://www.inpasonline.com

Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat II


Posted: 21 Mei 2010 by chekie in Administrasi Pendidikan
Tag:administrasi humas
1

1. A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era
globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak
sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui
Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi
kunci sukses di dalamnya. Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan
harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan
tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif,
efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual
dan sosial. Oleh karena itu pada pembahasan makalah ini kami bahas tentang “ Administrasi
Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ”. Semoga dengan pembahasn ini dapat menambah
keharmonisan hubungan sekolah deangan masyarakat.

1. Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian singkat di atas, tim penusun dapat merumuskan masalah yang menjadi
pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu:

-          Bagaimana Posisi Sekolah dalam Masyarakat.

-          Pentingnya Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

-          Bagaimana Model / Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

1. B. POSISI SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT


2. Sekolah dan Masyarakat
Istilah “sekolah” disini merupakan sebuah konsep yang luas, yang mencangkup baik lembaga
pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Sedangkan istilah “masyarakat”
merupakan konsep yang mengacu pada semua individu, kelompok, lembaga atau organisasi yang
berada diluar sekolah sebagai lembaga pendidikan.[1]

Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan
tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah),
keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat
mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu
ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan
dalam proses pendidikan di sekolah adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang
bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial
bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam
proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi kemajuan
sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas dinyatakan
oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang
oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha
orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine &
Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid
terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat
meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan
kreatifitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan
berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung
pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka
sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell
bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan
dukungan. Oleh sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan
informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih
di daerah pedesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana
mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat dari
ketidak -mengertian mereka.

Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu sekolah
menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat
terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan
untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang
tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam membangun masa
depan yang baik tersebut membuat Mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan
sekolah, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang bersangkutan. Pentingnya
keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan
kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat
korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar.
Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.

Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk
Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar
keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid,
sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini
disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran
mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang
tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga
pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada
sekolah.

1. Pentingnya Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Kalau dianalisis dari pengertian hubungan masyarakat di atas,sedikitnya ada dua kepentingan
dalam manajemen pendidikan. pertama, kepentingan sekolah. Kepentingan sekolah dapat dilihat
dari pemberian informasi dari pihak sekolah kepada masyarakat,sehingga masyarakat
membentuk opini tersendiri terhadap sekolah. Kepentingan lain agar sekolah dapat mengerti
berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat didayagunakan untuk kepentingan
belajar mengajar dan usaha pendidikan pada umumnya.

Kedua, kepentingan masyarakat. Dilihat dari segi kepentingan masyarakat, maka dapat dikatakan
bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat dan menyerap hasil-hasil pemikiran dan
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi masyarakat itu sendiri. Pengertian,
penerimaan dan pemahaman masyarakat akan membentuk persepsi masyarakat terhadap sekolah.
[2]

Sedangkan hakikat humas dalam manajemen pendidikan Islam dapat kita artikan sebagai suatu
proses hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat yang
dilandasi dengan I’tikad saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling
mengasihi (tarahum), saling menolong (ta’awun), dan saling menanggung[3] (takaful) dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya yang didasarkan pada
nilai-nilai dalam ajaran Islam.

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses
pendidikan itu berlangsung, (Manusia dan lingkungan fisik). Semua keadaan lingkungan tersebut
berperan dan memberikan kontribusi terhadap proses peningkatan kualitas pendidikan dan atau
kualitas lulusan pendidikan. Perhatian Top Manajemen (Kepala Sekolah) seharusnya berupaya
untuk mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin,
sehingga semua sumber tersebut memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas. Salah satu sumber yang perlu dikelola adalah lingkungan masyarakat atau
orang tua murid, termasuk stakeholders.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Mengapa Manajemen Pendidikan perlu Menangani
Masyarakat (perlu Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat), secara optimal baik orang tua murid,
stakeholders, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada di lingkungan sekolah. Organisasi
sekolah adalah organisasi yang menganut sistem tebuka, sebagai sistem terbuka berarti lembaga
pendidikan mau tidak mau, disadari atau tidak disadari akan selalu terjadi kontak hubungan
dengan lingkungannya yang disebut sebagai supra sistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan
untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah. Suatu organisasi yang
mengisolasi diri, termasuk sekolah sebagai organisasi apabila tidak melakukan kontak dengan
lingkungannya maka dia lambat laun akan mati secara alamiah (tidak dapat eksis), karena
organisasi hanya akan tumbuh dan berkembang apabila didukung dan dibutuhkan oleh
lingkungannya. Hanya sistem terbuka yang memiliki megantropy, yaitu suatu usaha yang terus
menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan. Ini berarti hidup
matinya lembaga pendidikan akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu
sendiri, dalam arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan
masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.

Dalam kenyataan sering kita temui sekolah yang tidak punya nama baik di masyarakat akhirnya
akan mati. Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat hubungan yang baik dan
harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai alasan masyarakat tidak mau
menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang akhirnya membuat sekolah itu mati dengan
sendirinya. Demikian pula sebaliknya sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan
membayar dengan biaya mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah
favorit dan tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah
mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau tokoh kepemerintahan
(stakeholders).

Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada
tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya pendidikan tidak
akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman
menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga
para orang tua/masyarakat.  Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah
lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra
bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas,
dan bersama masyarakat membangun dan meningkatkan segala upaya untuk memajukan
sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya
membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan. Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap
masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya,
yang oleh Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk
memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan
masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus
dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam
merealisasikan program inovatif tersebut. Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada
beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat (School Public Relation)
yaitu: Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :

1. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang
adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai
berkembangnya impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah
khususnya kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh masyarakat antara lain melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
2. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila
sekolah benar-benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan
dan peningkatan sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya
apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang berkualitas.
3. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya
laboratorium terbaik bagi lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
4. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat
membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan
sekolah secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah
untuk mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
5. Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga
sekolah akan lebih hati-hati.
6. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan
mendapatkan bantuan material.

Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat
maka :

-          Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan di sekolah

-          Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan
direalisasikan oleh pihak sekolah.

-          Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.

1. C. MODEL HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA SEKOLAH DENGAN


MASYARAKAT

Dalam administrasi Humas ada lima[4] model hubungan masyarakat dan sekolah yaitu:

1. 1. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi
penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada
tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi
dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan
peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan
mutu hasil belajar secara keseluruhan.  Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang
memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan
semua sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki
oleh sekolah adalah masyarakat dan orang tua murid.

Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah dipedesaan atau di daerah-daerah urban berada di


tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini terdiri dari
unsur-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka
pengembangan staf.  Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau
keseimbangan antar struktur yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural
pelibatan masyarakat berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok
professional dan anggota-anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf
untuk meningkatkan praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara
organisatoris dewan SCC ini memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk meningkatkan
mutu pelayanan sekolah. Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung jawab untuk
melakukan analisis kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survey yang
dilakukannya.

Hasil analisis yang dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan
para ahli seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan menjadi kebijakan dan program
sekolah.  Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti
di Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan
persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang dikenal dengan
Komite Sekolah. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak
pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dalam hal ini
Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan
di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah.  Pemerintah (Depdiknas)
pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui
suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau Komite
Sekolah.

1. 2. Komunikasi dengan masyarakat dan lingkungan di luar sekolah

Adalah merupakan sesuatu kenyataan bahwa, sekolah tidak merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri terpisah dari dunia luar, melainkan berada dalam suatu sistem masyarakat yang telah
tetap.[5]

Kehadiran sekolah berlandaskan kemauan baik negara dan masyarakat yang mendukungnya.
Oleh karena itu orang-orang yang bekerja di sekolah mau tidak mau harus bekerja sama dengan
masyarakat. Masyarakat di sini dapat tberwujud orang tua murid, badan-badan, organisasi-
organisasi, baik negeri maupun swasta. Salah satu alasan mengapa sekolah perlu dukungan dari
masyarakat tempat sekolah itu berada ialah karena sekolah harus dibiayai. Tugas sekolah di sini
ialah bagaimana menumbuhkan rasa ikut memiliki (senseaf belonging) dan rasa ikut bertanggung
jawab (senseresponsibility) masyarakat terhadap sekolah. Dalam hal iniperhimpunan
administrator sekolah di Amerika Serikat (the American Association of School Administrators)
telah mengumpulkan beberapa indikator (petunjuk) tentang hubungan sekolah dengan
masyarakat, yaitu bahwa para kepala sekolah harus memahami:

1. Unsur-unsur penting pada anggota masyarakat lingkungan sekolah, kesetiaan, kepatuhan


dan perasaan terikat yang ada pada masyarakat, cara-cara beraksi, menangani idea baru.
2. Tradisi dan adat –istiadat.
3. Organisasi anggota masyarakat.
4. Kepemimpinan/struktur kekuatan yang terdapat dalam masyarakat.
5. Situasi fisik masyarakat, ciri-ciri pengelompokkan formil dan hubungan ciri-ciri populasi.

Jika para kepala sekolah memperoleh keterangan-keterangan di atas, berarti ia mendapat


informasi yang diperlukan untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan sukses antara
sekolah dan masyarakat.[6]

1. 3. Hubungan Sekolah dengan Pemerintah dan Masyarakat yang Terorganisasi


1. Hubungan Sekolah dengan Pemerintah

Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah
berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas.
Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota meletakkan
pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga
nampaknya peranan Pemerintah provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan
berarti pusat dan propinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Dalam paradigm
otonomi seperti sekarang diperlukan kemampuan sekolah (baca kepala sekolah) untuk
membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat
pusat sampat dengan tingkat Kabupaten/kota/Kecamatan bahkan kelurahan.

Di samping institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis
dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai lembaga LSM
yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah jangan sampai sekolah larut dan dapat
dibawa kepada masalah-masalah lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh
terbawa arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu.

Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah dalam
upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi social
yang tidak bias lepas dari masyarakat secara keseluruhan, khususnya masyarakat di sekitarnya.
Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakannlah
sekolah mengadakan perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah
mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat. Berbagai
bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara lain:

1. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki
oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang
kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas
tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah raga dan lain-lain.
2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin
meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama
dengan puskesmas dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin
melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian di
masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni
tradisional).
3. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan
sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan
sumber daya manusia yang dimiliki sekolah.
1. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Terorganisasi

Pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok organisasi,
baik yang bersifat organisasi social, organisasi profesi, organisasi untuk community tertentu
yang bersifat kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi
tersebut di atas banyak sekali yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga
organisasi yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.
Di sadari bahwa organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam membantu
pendidikan apabila diberdayakan secara optimal dan murni. Beberapa oraganisasi yang
memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:

1. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


2. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
3. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
4. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia
5. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS)
6. Gerakan nasional Orang Tua Asuh (GN OTA)65
7. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI)
8. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik. dan lain-lain

Organisasi tersebut sangat besar manfaatnya apabila sekolah mampu menjadikannya sebagai
mitra bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Sebagai contoh: kalau sekolah ingin
meningkatkan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah yang berkualitas, maka
Ikatan sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia yang ada di masing-masing daerah dapat
dimanfaatkan sebagai mitra, baik dalam pengembangan konsep, implementasi kegiatan maupun
dalam pembinaan sehari-hari. Hal yang sama juga dapat dilakukan kerjasama dengan kelompok
seni tari, misalnya kalau sekolah menyelenggarakan ekstra kurikuler seni tari musik atau drama. 
Sangat mungkin suatu sekolah pada masa sekarang ingin meningkatkan peran guru di samping
sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut
sekolah dapat bekerja sama dengan asosiasi bimbingan ABKINS (Asosiasi Bimbingan Konseling
Indonesia), atau juga dengan HIMAPSI (himpunan Masyarakat psikologi Indonesia).

Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan kegiatannya


justeru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian masyarakat mereka tentang
penyuluhan NARKOBA, hal ini harus dimanfaatkan oleh sekolah sebagai peluang dalam
pembinaan siswa di sekolahnya. Oleh sebab itu tidak salah kalau sekolah selalu memprogramkan
berbagai kegiatan tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu di sekolah (pemahaman mutu
disini bukan sekedar nilai UAN).

1. 4. Hubungan antara Sekolah dengan Orang Tua Peserta Didik

Hubungan ini juga disebut hubungan edukatif.[7] Banyak cara yang efektif untuk menjalin
hubungan sekolah dengan orangtua dan keluarga peserta didik serta masyarakat. Hubungan yang
efektif dimaksudkan untuk membantu pengembangan pendidikan anak dalam lingkungan
inklusif ramah terhadap pembelajaran. Hubungan efektif sekolah, orangtua dan masyarakat dapat
dilakukan melalui:

 Mengadakan pertemuan dengan keluarga dan kelompok masyarakat untuk


memperkenalkan diri anda. Jelaskan kepada mereka makna keragaman dalam kelas dan
pelajaran yang ramah.
 Jadwalkan diskusi informal, satu atau dua kali dalam setahun dengan orangtua dan
komite sekolah untuk menggali potensi belajar anak mereka. Tunjukkan contoh hasil
karya anak, tekankan bakat dan prestasi yang dimiliki anak, dan bicarakan bagaimana
agar dapat belajar lebih baik jika ia bisa mengatasi hambatannya.
 Kirim hasil karya anak ke rumahnya agar orangtuanya mengetahui perkembangan potensi
anaknya kemudian mintalah pendapat mereka.
 Biasakanlah anak membahas apa yang telah dipelajari di rumah dengan memanfaatkan
informasi pelajaran yan diperoleh dari sekolah. Juga komunikasikan dengan orang tua
bagaimana dan apa yang telah dipelajari di kelas dengan mengaitkan kegiatan dan
perannya di rumah. Dengan kata lain, tunjukkan bagaimana pengetahuan yang diperoleh
di kelas bisa digunakan di rumah dan di masyarakat.
 Lakukan kunjungan sumber belajar di masyarakat atau minta anak mewawancarai
orangtuanya, atau kakek-neneknya tentang kegiatan saat masa kanak-kanak dalam
kehidupan bermasyarakat.

1. 5. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui teknik-


teknik komunikasi.
1. Media-media hubungan sekolah dengan masyarakat

-          Media Visual (majalah, gambar, poster-poster dsb)

-          Media Audio (microphone, telephone, handphone, telegram dll).

-          Media Audio Visual (televisi, film, dsb).

1. Jalur-Jalur komunikasi Sekolah dengan Masyarakat

Ada beberapa jalur yang mungkin dapat ditempuh walaupun demikian jalur yang paling
menguntungkan adalah jalur yang langsung berhubungan dengan murid dan situasi pertemuan
langsung (face to face). Jalur-jalur lain yang mungin dapat ditempuh dalam humas adalah:
a)      Peserta didik

b)      Surat-surat selebaran dan buletin sekolah

c)      Mass Media

d)     Pertemuan Informal

e)      Laporan Kemajuan

f)       Kontak Formal

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Administrasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001).

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: Ar-Ruzz


Media,2009).

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XV (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2005).

Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah Paduan Kurikulum Da’I dan Murabbi. (Solo: Media Insani
Press, 2005).

[1] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XV (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h.188.

[2] Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: Ar-Ruzz
Media,2009), h.209

[3] Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah Paduan Kurikulum Da’I dan Murabbi. (Solo: Media Insani
Press, 2005),  h. 197-198

[4] Materi dalam Slide presentase power point, diberikan oleh: Abdurrahman Mala M.Pd Selaku
dosen pengampu mata kuliah Administrasi Pendidikan, ditambahkan dengan referensi lain dari
internet yang menyebutkan model kelima yaitu hubungan skolah dengan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.

[5] Daryanto, Administrasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001), h.71

[6] Ibid., h.72

[7] Ngalim, Op. Cit., h.194

Вам также может понравиться