Вы находитесь на странице: 1из 7

Syariah : The Last System Standing

1. Runtuhnya ’Raksasa Barat’

Krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat (AS) kini terus mengguncang
perekonomian global. Trauma akan krisis ekonomi AS di tahun 1929 yang sering
disebut great depression kembali menghantui. Pada saat itu, kesulitan keuangan,
meningkatnya angka pengangguran hingga kelaparan menjadi dampak krisis yang
sangat nyata. Kini, kejadian Great Depression, seakan akan terulang kembali, dimana
banyak saham-saham yang menjadi maskot Wall Street berguguran. Apalagi
perusahaan sekelas Lehman Brothers dan Washington Mutual menyatakan
kebangkrutan. Belum lagi raksasa Asuransi AIG, sahamnya turun hingga 50 persen.

Efek domino dari krisis ekonomi dan finansial di USA telah merambah ke
negara-negara di Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Perusahaan-perusahaan multi
raksasa banyak jatuh ambruk (collapse), bank-bank internasional dan pemerintahan di
berbagai negara di dunia mengucurkan dana dalam jumlah besar ke pasar uang untuk
meredakan guncangan krisis.

Krisis ini menunjukkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang dianut negara
adidaya itu dan mayoritas negara-negara di dunia.

Dalam menyikapi perekonomian kapitalis ini, para ekonom dunia terbelah


menjadi 2 kubu, yakni pihak yang masih optimis dan satu lagi yang pesimis. Nada
optimistis ditunjukkan oleh komentar ekonom dan profesor di University of Texas,
James Galbraith dan James S. Henry, penulis buku "The Blood Bankers" yang
menilai bahwa sistem perekonomian kapitalis akan tetap eksis namun mengingatkan
agar lebih berhati-hati dalam menerapkan regulasi di sektor keuangan dan
perumahan. Jika tidak maka krisis finansial ini akan menyebabkan resesi yang cukup
serius bahkan depresi.
Sementara pihak yang pesimis disampaikan oleh salah seorang penasihat
keuangan Barat, bernama Dan Taylor, dimana ia mempunyai keyakinan bahwa sistem
keuangan Barat sudah runtuh dan sistem keuangan Islami akan berjaya (Islamic
finance and banking will win).

2. Bangunnya Kembali Sistem Ekonomi Syariah yang Legendaris

Saat ini, krisis yang disebabkan oleh faktor kapitalisme modern secara nyata
telah membawa perekonomian dan keuangan ke arah kehancuran yang nyata. Harus
diakui bahwa akar persoalan krisis ekonomi global adalah perkembangan sektor
finansial yang berjalan sendiri, tanpa terkait dengan sektor riil. Nilai suatu mata uang
akhirnya berfluktuasi secara liar dan tak terkendali. Akibatnya kerugian industri
perbankan konvensional diperkirakan hampir mencapai lebih dari 400 milyar dollar
akibat krisis di sektor kreditnya. Akan lain soalnya jika sektor finansial tidak
melakukan transaksi berlandaskan riba, termasuk transaksi-transaksi maya di pasar
uang. Transaksi-transaksi ini jelas-jelas mengfungsikan uang bukan lagi sekedar
menjadi alat tukar dan penyimpanan kekayaan, tetapi telah menjadi komoditas yang
diperjualbelikan. Keuntungan besar pun menjadi target sasarannya, walaupun juga
kadang-kadang bisa merugikan hingga milyaran rupiah.

Di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia dengan sistem


ekonomi kapitalisnya, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya
tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang
sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-
bank syariah. Bahkan industri keuangan syariah malah mengalami pertumbuhan
sebesar 1 triliun dollar.

Kesuksesan bank syariah ini disebabkan para investor lebih nyaman jika
menanamkan investasinya di lembaga-lembaga keuangan syariah mengedepankan
keadilan, menjauhi riba serta seluruh investasi dan produknya dilakukan secara etis
dan bertanggunggung dari sisi sosial.

Terlebih lagi keberadaan industri ini juga sarat dengan moralitas dan nilai-
nilai agama Islam, sehingga perkembangannya akan merupakan refleksi dari upaya
implementasi nilai-nilai tersebut ke dalam operasional perbankan syariah. Dengan
memahami bahwa industri ini membawa sekaligus dua dimensi nilai, yaitu nilai
profesional dalam dunia keuangan dan nilai kepatuhan atas prinsip-prinsip syariah,
maka cakupan stakeholder industri ini pun menjadi lebih luas.

3. Mengendalikan Sang Legendaris

Untuk menguasai sistem ekonomi syariah semacam ini, perlulah kita


bercermin kepada masa lalu, di mana sistem yang sangat stabil ini terus berjaya.
Salah satu contoh system syariah yang diterapkan pada kebijakan moneter dan fiskal
suatu negara, yaitu pada saat nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah, orang-orang
Muhajirin (yang ikut hijrah bersama nabi), tidak punya apa-apa, sedangkan kaum
Anshar mempunyai berbagai kelebihan, baik kelebhan pada harta maupun yang lain,
Nabi Muhammad melakukan perencanaan kebijakan moneter sekaligus fiscal dengan
cara mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan begini,
distribusi pendapatan merata dan daya beli pun meningkatdan menjadi pusat
perniagaan di jazirah Arab waktu itu. Subhanallah !

Lalu contoh pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang mengentaskan


kemiskinan, dengan mempertegas pembayaran zakat, penggalakkan sedekah, wakaf,
dll, membuahkan pengentasan kemiskinan secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi
mustahik / penerima zakat. Dan pemerataan pendapatan pun merata yang akan
menyebabkan tumbuhnya sector riil yang diimbangi dengan jumlah uang yang
beredar.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh penerapan ekonomi syariah pada zaman
dahulu yang tidak mungkin dijelaskan di dalam artikel ini semua.

Intinya, dalam menjalankan ekonomi syariah tidak perlu repot-repot untuk


memikirkannya dari awal, karena Alah telah menunjukkan contohnya pada zaman
dahulu dan kita tingal menirunya ditambah modifikasi, disesuaikan dengan
perkembangan zaman, dengan catatan menjaga nilai-nilai Islamnya.

4. Back to Basic : Qur’an and Sunnah

Setelah berpikir secara rasional, saatnya kita kembali merujuk kepada Sang
Khalik lewat kalamnya,

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah
ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika
tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275


Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 280


Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.

Masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan dasar-dasar bermuamalah, yang


merupakan pondasi dari system syariah yang legendaris, mampu bertahan disegala
macam krisis.
5. Kesimpulan

Secara langsung, system konvensional yang dibanggakan oleh kaum kapitalis


akhirnya runtuh, disana banyak ketidakseimbangan antara 1 hal dengan yang lain,
salah satunya seperti system bunga yang akan merusak stabilitas sector riil, yang akan
mengakibatkan resesi besar-besaran, lalu berakhir kepada depresi.

Allah menawarkan system yang sangat stabil. Mengapa bisa stabil ? Jangan
heran, karena Allah sendiri yang membuat system syariah tersebut, yang sudah
mengetahui keadaan ciptaan-Nya, dimanapun dan di dimensi manapun mereka
berada. Yang sudah mengetahui masa depan, penggenggam dimensi waktu dan ruang,
termasuk didalamnya dimensi ekonomi.
Referensi : Banyak bo ………………….. : ) keep smile 

Penulis
Muhammad Praditya Mas’ud
STEI SEBI
Akuntansi Syariah
Kelas 2008 C
085 88 23 73 850
Jl. Gadang Terusan no 36
Kelurahan Sungai Bambu
Kecamatan Tanjung Priok
14330

Вам также может понравиться