Вы находитесь на странице: 1из 10

Perkembangan Demokrasi Di Indonesia

Akhir milenium kedua ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rejim Orde
Baruyang telah berkuasa selama 32 tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya
tumbang.Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai digantikan dengan demokrasi dalam
artisesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal ini, karena setelah Soehartotumbang
tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan secara damai,bertahap dan progresif.

Yang ada justru muncul berbagai konflik serta terjadi perubahangenetika sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter yangmenjalar kepada krisis keuangan
sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruhsignifikan terhadap kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia. Inflasi yang dipicu kenaikanharga bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh
kepada kualitas kehidupan masyarakat.

Rakyat Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasisesungguhnya dimana
pada saat yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justrutidak lebih baik dibandingkan
ketika masa Orde Baru.Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan
berbagai versi.Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah
demokrasiterpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan
mendeklarasikandemokrasi terpimpin. Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak
pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalammasa
transisi.Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada
dasarnyabisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.

Demokrasi liberal ternyata pada saat itubelum bisa memberikan perubahan yang berarti bagi
Indonesia. Namun demikian,berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah
memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam
memimpin namun mudahdijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara
demokrasi terpimpinyang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu lamanya
konstituantemengeluarkan undang-undang dasar baru) telah memperkuat posisi Soekarno secara
absolut.

Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan Indonesia di forumInternasional yang
diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan Soekarno sertamunculnya Indonesia
sebagai salah satu kekuatan militer yang patut diperhitungkan diAsia. Namun pada sisi lain segi
ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat berbagaikebijakan politik pada masa itu.Lain pula
dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitaskeamanan sangat
dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namuntingkat kehidupan ekonomi
rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilaitukar dan alokasi subsidi BBM
sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titikketerjangkauan masyarakat secara umum.
Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah menjangkiti
pemerintahan.
Lembaga pemerintahanyang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif terkena virus KKN ini.
Selain itu,pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju yang semakin
membesaryang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan ledakannya
terjadipada bulan Mei 1998.Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang
dan jasa beberapakali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta
KKNbersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil
yangjumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di
matainternasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat.Namun demikian, demokratisasi
yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkanbeberapa kemajuan dibandingkan masa-masa
sebelumnya.

Pemilihan umum dengandiikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus dicatat.
Disamping itupemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala
daerahsecara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia.
Diluarhal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi dimasyarakat
juga semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhanmereka di depan
publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapatdiketahui oleh publik.
Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukanpenyimpangan dan bisa diajukan
ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik.

Jika diasumsikan bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang


mampumembawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam
beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan taraf kesejahteraanmasyarakat.
Namun sayangnya hal ini belum terjadi secara signifikan. Hal ini sebagaiakibat masih terlalu
kuatnya kelompok yang pro-KKN maupun anti perbaikan.Demokrasi di Indonesia masih berada
pada masa transisi dimana berbagai prestasi sudahmuncul dan diiringi ”prestasi” yang lain.
Sebagai contoh, munculnya KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu
menimbulkan efek jera para koruptordengan dipenjarakannya beberapa koruptor.

Namun di sisi lain, para pengemplang danabantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat
pengampunan yang tidak sepadandengan ”dosa-dosa” mereka terhadap perekonomian.Namun
demikian, masih ada sisi positif yang bisa dilihat seperti lahirnya undang-undangsistem
pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen.Demikian
pula rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang masihdibahas di parlemen.
Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dandukungan dari ratusan organisasi
Islam yang ada di tanah air. Hal ini jugamemperlihatkan adanya partisipasi umat Islam yang
meningkat dalam perkembangandemokrasi di Indonesia. Sementara undang-undang sistem
pendidikan nasional yang telahdisahkan parlemen juga pada masa pembahasannya mendapat
dukungan yang kuat dariberbagai organisasi Islam.

Sementara itu, ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar darikapitalisme
internasional. Hal ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah,ada kesan mereka
tunduk dibawah tekanan kapitalis internasional yang tidakdiperlihatkan secara kasat mata kepada
publik namun bisa dirasakan.Tantangan dan HarapanAmartya Sen, penerima nobel bidang
ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi dapatmengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan
terbukti bila pihak legislatif menyuarakanhak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif
melaksanakan program-programyang efektif untuk mengurangi kemiskinan. Sayangnya, dalam
masa transisi ini, hal itubelum terjadi secara signifikan.

Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat kesejahteraanekonomi


yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak
ekonomi yang positif buat mereka. Inilah tantangan yang harusdihadapi dalam masa transisi.
Demokrasi masih terkesan isu kaum elit, sementaraekonomi adalah masalah riil kaum ekonomi
bawah yang belum diakomodasi dalam proses demokratisasi. Ini adalah salah satu tantangan
terberat yang dihadapi bangsaIndonesia saat ini.Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan
pemenuhan hak asasi manusia. Dengandemikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar
menghasilkan output yang baik.Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat,
berkumpul, berserikat danbermasyarakat.

Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main.Aturan main tersebut
sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalamundang-undang maupun
peraturan pemerintah.Di masa transisi, sebagian besar orang hanya tahu mereka bebas berbicara,
beraspirasi,berdemonstrasi. Namun aspirasi yang tidak sampai akan menimbulkan kerusakan.
Tidaksedikit fakta yang memperlihatkan adanya pengrusakan ketika terjadinya
demonstrasimenyampaikan pendapat. Untuk itu orang memerlukan pemahaman yang utuh
agarmereka bisa menikmati demokrasi.Demokrasi di masa transisi tanpa adanya sumber daya
manusia yang kuat akanmengakibatkan masuknya pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Iniadalah tantangan yang cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak.Pengaruh
asing tersebut jelas akan menguntungkan mereka dan belum tentumenguntungkan Indonesia.
Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itusendiri karena tidak
diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnyamenguntungkan Indonesia. Standar
ganda pihak asing juga akan menjadi penyebabmandulnya demokrasi di Indonesia.Anarkisme
yang juga menggejala pasca kejatuhan Soeharto juga menjadi tantangan bagidemokrasi di
Indonesia. Anarkisme ini merupakan bom waktu era Orde Baru yangmeledak pada saat ini.
Anarkisme pada saat ini seolah-olah merupakan bagian dari demonstrasi yang sulit dielakkan,
dan bahkan kehidupan sehari-hari.

Padahal anarkismejustru bertolak belakang dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai
Islam.Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan
manfaatsebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja,
demokrasibisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya
mampumengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa
menghasilkanpemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti
masalahkesehatan dan pendidikan.Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan
negara kuat. Demokrasi dinegara yang tidak kuat akan mengalami masa transisi yang panjang.
Dan ini sangatmerugikan bangsa dan negara.

Demokrasi di negara kuat (seperti Amerika) akanberdampak positif bagi rakyat. Sedangkan
demokrasi di negara berkembang sepertiIndonesia tanpa menghasilkan negara yang kuat justru
tidak akan mampumensejahterakan rakyatnya. Negara yang kuat tidak identik dengan
otoritarianismemaupun militerisme.Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah
kehidupan ekonomi mereka sertabidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka celah
berkuasanya para pemimpin yangpeduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin
yang buruk. Harapanrakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini adalah
harapan dariimplementasi demokrasi itu sendiri.

Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalamberpolitik,
sedangkan masalah ekonomi masih terpinggirkan. Maka muncul kepincangandalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Politik dan ekonomi adalah dua sisi yangberbeda dalam sekeping mata
uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapatperhatian yang serius dalam implementasi
demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi
rakyat akan berdampak buruk bagidemokrasi karena kuatnya bidang politik ternyata belum bisa
mengarahkan kepadaperbaikan ekonomi. Melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada
bidang lain,seperti masalah sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang lemah jelas tidak bisamemperkuat demokrasi, bahkan justru bisa
memperlemah demokrasi.Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya
masyarakat baru yangmemiliki kebebasan berpendapat, berserikat, berumpul, berpolitik dimana
masyarakatmengharap adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi tantangan
danmengelola harapan ini agar menjadi kenyataan dibutuhkan kerjasama antar kelompok
danpartai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih baik.
Demokrasi Indonesia dan komitmen siap kalah.

Oleh: Muhammad Jusuf*

Perkembangan demokratisasi di Indonesia memang luar biasa cepat. Sejak reformasi tahun 1998
lalu dan diikuti dengan dimulainya pemilu secara langsung sejak pemilihan anggota DPR dan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 lalu menjadikan Indonesia menjadi salah satu
negara di dunia yang paling demokratis dan salah satu berpenduduk terbanyak di dunia yang
menyelenggarakan pemilihan para pemimpinnya mulai dari pemilihan Presiden, Gubernur,
Bupati sampai walikota, setelah pemilu di India dan Amerika Serikat.

Melihat bahwa Indonesia baru merdeka pada 17 Agustus 1945 lalu, ini berarti Indonesia baru
dibangun, termasuk sistem demokrasinya 65 tahun lalu dan mulai betul-betul demokratis tahun
2004 lalu, artinya setelah 59 tahun merdeka, padahal Amerika Serikat yang sudah merdeka
tanggal 4 Juli, 1776 berarti kini sudah 234 tahun merdeka, baru betul-betul demokratis tahun
1960’an. Bandingkan saja, hak pilih untuk kaum perempuan di Amerika baru terjadi di sekitar
tahun 1920’an, artinya perempuan bisa dipilih juga jadi anggota congress atau anggota
legislative atau menjadi pemimpin negeri itu baru dimulai setelah 200 tahun merdeka.
Sedangkan hak pilih kelompok kulit hitam secara nyata baru terjadi tahun 1960’an.
Diskriminasipun secara praktek juga baru terjadi tahun belakangan ini, ditandai dengan
terpilihnya Presiden Kulit Hitam pertama di Amerika Serikat dengan terpilihnya Barack Obama.
Walaupun, boleh dikatakan Obama diuntungkan dengan status Ibunya yang 100 persen
keturunan kulit putih.

Nah, Indonesia yang kini sudah menyelenggarakan pemilihan Presiden sampai pemilihan Bupati
dan Walikota secara langsung, tentu saja mengundang ‘’decak’’ kagum para pakar ilmu politik,
bukan saja di negerinya Paman Sam, seperti Amerika Serikat yang banyak orang sudah tahu
dianggap sebagai kampiunnnya demokratisasi, tetapi juga dikagumi sejumlah pengamat ilmu
politik dari banyak negara lain.

Namun, sayang, demokrasi di Indonesia yang sudah berkembang sangat luar biasa itu,
dicemarkan dengan dampak negatif dari perkembangan yang terlalu cepat itu. Kita masih ingat
bagaimana terjadinya amuk massa, karena para pendukungnya tidak bisa menerima kekalahan
calonnya dalam pemilihan Gubernur Maluku Utara beberapa waktu lalu.

Belum lama ini juga terjadi insiden anarkis di halaman Gedung DPRD Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur Jumat (21/5-2010) yang sedikitnya mengakibatkan 22 mobil hancur dan 10 di
antaranya dibakar massa dengan bom molotov saat penyampaian visi dan misi calon bupati dan
calon wakil bupati setempat. Salah satunya mobil dinas Wakil Walikota Mojokerto, H Masud
Yunus, yang diundang menghadiri acara itu juga ludes dilalap api.

Belum lagi banyak kerusuhan, baik dalam skala besar maupun kecil, sehingga kadang, biaya
pilkada yang sudah demikian besar itu ditambah lagi dengan biaya yang sangat besar dari
dampak kerusakan material yang ditimbulkan semakin bertambah dengan biaya kerugian yang
diakibatkan kerusuhan itu. Belum lagi kerugian nyawa dan luka yang tidak bisa diukur dengan
uang.
Memang, Pilkada di Indonesia bukan pekerjaan ringan, ada 33 propinsi, berarti kita harus
menyediakan 33 calon gubernur, juga sebanyak 349 kabupaten, dan 91 kota. Berarti bangsa
Indonesia harus melakukan lebih dari 350 kali Pilkada di seluruh 33 propinsi yang ada.

Bayangkan saja, biaya demokrasi bangsa ini menurut data yang dikeluarkan KPU (2007), biaya
pemilihan umum 2009 diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp 48 trilyun. Angka ini lebih
rendah dibandingkan dengan biaya pemilu 2004, yang secara total menghabiskan dana Rp. 56
Trilyun. Untuk Pilkada, Kisaran biayanya juga fantastis, tengok biaya Pilkada DKI tahun lalu,
sebesar 124 Milyar. Sejumlah angka ini, belum termasuk di dalamnya biaya yang dikeluarkan
oleh masing-masing kandidat calon dan partai pendukungnya, yang angkanya juga tidak kalah
fantastis juga.

Memang, seperti diungkapkan pakar ilmu politik dari Amerika Serikat Samuel P. Huntington
(1994) efek demokrasi itu selalu ada dampak negatifnya, yaitu in-efisiensi, korup, tidak
bertanggungjawab, didominasi oleh kepentingan-kepetingan khusus, dan tidak mampu
menjalankan kebijakan demi kepentingan public. Belum lagi munculnya polarisasi di
masyarakat. Euforia berlebihan yang dibawa arus reformasi yang tidak diimbangi dengan
kedewasaan berdemokrasi para elit politik beserta masyarakat secara umum telah memunculkan
kondisi labil yang mengancam stabilitas masyarakat.

Banyak pakar politik kita, termasuk pendapat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof.Dr.Jimly
Assiddiqie yang juga mantan anggota Dewan Penasehat Komisi Pemilihan Umum itu bahwa
setelah 12 tahun, sistem pemilihan di Indonesia perlu dievaluasi lagi keefektivan dan
keefisienannya. Apakah perlu ada pilkada khusus di suatu daerah, bila di daerah itu belum sesiap
seperti daerah Jakarta yang penduduknya sudah lebih terpelajar misalnya.

Belum lagi dari segi tingkat keefisienan, karena anggaran demokrasi yang demikian besar, di
tengah APBN dan APBD kita yang sebagian besar atau lebih dari 60% sebenarnya untuk biaya
gaji dari Gaji Presiden sampai staf di Kelurahan, belum biaya pemeliharaan infrastruktur. Jadi,
biaya untuk pembangunan hanya sebagian kecil.

Memang, sebagai salah satu tugas pemerintah adalah memberikan motivasi kepada rakyat
mengenai bagaimana mereka harus membangun dirinya, dan membangun lingkungannya. Dari
pembangunan individu ini melalui pajak, tentu efek spiralnya pundi pajak yang masuk ke kas
pemerintah bisa bertambah atau malah berkurang. Bila, ekonomi tumbah dengan cepat, semakin
cepat pula pajak yang masuk. Jadi, efeknya, APBN pemerintah akan terus bertambah bila secara
ekonomis rakyatnya juga baik. Jadi, sebenarnya, ukurannya adalah keberhasilan manajemen dari
pemerintah itu sendiri, apakah mereka sudah baik mengatur bangsa ini. Bila baik, tentu APBN-
nya nanti juga akan naik drastis. Dan pada gilirannya juga akan membalikkan angka prosentasi
biaya untuk pembangunan dibandingkan angka belanja gaji pegawai dan pemeliharaan
infrastruktur. Sayang, korupsi, kolusi dan nepotisme, termasuk politik uang yang masih marak di
Indonesia menjadi salah satu kendala besar.

Jadi, bagi calon pemimpin di Indonesia di masa mendatang, Komisi Pemilihan Umum, baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah, bahkan Dewan Perwakilan Rakyat kita bukan saja harus
mempersiapkan undang-undang dan peraturan yang memberikan komitmen kepada calon
pemimpin mulai dari Presiden sampai Walikota dan Bupati, yaitu selain komitmen tidak akan
melakukan KKN, tetapi juga harus bersumpah dan bermitmen siap kalah, bukan siap menang,
karena ini sudah pasti.
Demokrasi di Indonesia

Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, UUD 1945 memberikan penggambaran bahwa


Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus
bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat.
Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui
mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi
singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di
indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan
sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu
yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam
alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan Soeharto tumbang. Pemilu demokratis
kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan PDI-P  sebagai
pemenang Pemilu.

A.     Peranan Pers dalam Masyarakat Demokrasi

Dalam kehidupan modern, kebutuhan orang akan komunikasi dan informasi semakin meningkat.
Informasi dibutuhkan oleh orang untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Tidak jarang
informasi juga menjadi bahan pertimbangan bagi seseorang untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam hal ini, pers menyediakan berbagai informasi yang berguna bagi masyarakat luas. Tidak
hanya itu, pers juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk opini public atau mendesak
kepentingan public agar diperhatikan oleh penguasa.

1). Teori – teori tentang pers

Teori tenetang pers kebebasan pers mulai memperoleh perhatian besar sejak tahun 1956. Dalam
situsi perang dingin, muncul gejala persainagn antara dua ideologi besar, yaitu komunisme dan
liberalisme.

2). Ada 4 teori kemerdekaan pers yaitu :

·         Teori pers otoritarian

·         Teori pers libertarian

·         Teori tanggung jawab sosial

·         Teori pers komunis

3). Sifat, fungsi, dan peranan pers

ideology atau falsafat yang dianut setiap Negara akan berpengaruh terhadap sifat. pers yang ada
di Negara tersebut. Oleh sebab itu, sifat pers antara satu Negara dengan yang lainnya tidak sma.
Hingga sekarang paling tidak terdapat 6 sifat pers yang penerapannya berbeda. Keenam sifat per
situ adalah sebagai berikut :
Pers Demokrasi Liberal :kritik dan komentar pers dapat dilakukan kepada siapa saja, termasuk
kepada kepala Negara sekalipun

Contoh : Amerika Serikat, Inggris & Negara – Negara Eropa

Pers Komunis : terbentuk karena latar belakang pemerintahan negaranya yang menitik beratkan
pada kekuasaan tunggal partai komunis. Dengan demikian, suara pers harus sama dengan suara
partai komunis yang berkuasa. Komunis pada umumnya berada di Negara – Negara sosialis yang
menganut ideology komunis atau marxisme.

Contoh : Indonesia, negara – negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin

Pers Pancasila : dilahirkan oleh bangsa Indonesia karena falsafah negaranya adalah pancasila.
Sampai sekarang belum ditemukan definisi yang tepat. Pers pancasila mencari keseimbangan
dalam berita atau tulisannya demi kepentingan dan lemaslahatan semua pihak sesuai dengan
kosekuensi demokrasi pancasila

Misi dan Fungsi Pers

Pers sesungguhnya lebih dikenal sebagai lembaga kemasyarakatan. Sebagai lembaga sosial, pers
mempengaruhi pola piker dan kehidupan masyarakat, tetapi sebaliknya masyarakat juga
berpengaruh terhadap pers. Pers dapat mempengaruhi masyrakat karena ia sebagai komunikator
massa. Pers berusaha menyampaikan informasi dengan sesuatu yang baru karena masyarakat
sebagai konsumen pers sangat selektif dalam memilih informasi.pers sebagai lembaga
mempunyai misi yaitu :

1. Ikut mencerdaskan masyarakat,

2. Menegakkan keadilan,

3. Memberantas kebatilan.

Peranan Pers

Di dalam undang – undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers disebutkan bahwa pers nasional
melaksanakan peran sebagai berikut :

 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

 Menegakkan nilai – nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum


dan hak asai manusia, serta menghormati kebhinekaan
 Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan bebar
 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal – hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum
 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

Вам также может понравиться