Вы находитесь на странице: 1из 7

Etika Pemberitaan Mengenai Skandal Video Porno Ariel-Luna Maya

Latar Belakang
Media memiliki fungsi yang sangat penting untuk perkembangan masyarakat. Fungsi
media sebagai wadah penyampaian infromasi mengenai berita apapun yang sedang terjadi.
Berita-berita yang disajikanpun terdiri dari berbagai macam topik yang beragam mulai dari
aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Masyarakat menjadi sangat
dimudahkan dengan keberadaan media, dalam hal ini mereka menjadi lebih mudah untuk
mengetahui berbagai macam kejadian yang ada di luar sana hanya dengan mengkonsumsi
suatu media tanpa harus melihat langsung kejadian tersebut. Perilaku masyarakarat yang
gemar dalam mengkonsumsi media, tentunya akan memberikan suatu dampak tersendiri bagi
masyarakat tersebut. Dalam hal ini dapat dipastikan, kegiatan mengkonsumsi media ini
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sosial masyarakat.
Ketika media massa, berada dalam ranah sosial dan dikonsumsi oleh khalayak maka
pada saat itu media massa berhadapan langsung dengan masalah etika. Etika menjadi salah
satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam sebuah media. Pada dasarnya, media masaa
merupakan salah satu elemen yang tidak bebas nilai. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya
seluruh proses produksi, distribusi dan konsumsi pesan komunikasi merupakan hasil dari
interaksi para pelaku, konsumen dan distributor komunikasi. Proses interaksi ini yang
menempatkan proses komunikasi dalam kerangka tindakan manusia. Tindakan inilah yang
kemudian dapat kita ukur sebagai suatu perilaku mana yang baik dan mana yang buruk. Hal
tersebut yang kemudian menjadi poin penting yang kita sebut dengan etika.
Media massa sebagai sumber informasi sudah seharusnya memperhatikan etika-etika
dalam suatu media massa. Etika dalam hal ini merupakan sebuah bentuk aturan yang
berwujud nilai-nilai yang digunakan untuk memimbing para pelaku komunikasi atas segala
tindakan dan sikap yang dianggap perlu karena hak tersebut akan berkaitan erat dengan
proses komunikasi itu sendiri. Oleh karena itu, etika sebagai sebuah nilai dapat memberikan
suatu tolak ukur mengenai baik dan buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku komunikasi. Dengan adanya etika ini, diharapkan agar para pelaku media dapat
memenuhi standar etika komunikasi, guna terciptanya keteraturan dan keselarasan proses
komunikasi.
Namun, pada faktanya saat ini masih banyak saja para pelaku media yang mencoba
untuk melanggar etika-etika komunikasi. Pelanggaran ini dilakukan dengan berbagai macam
cara dan bentuk. Seperti contohnya saja masih banyak terjadi berbagai macam penyimpangan
infromasi, memberitakan berita yang bias, tidak adanya coverbothside dalam suatu berita dan
lain-lain. Hal ini sebetulnya merupakan salah satu hal yang harus ditanggapi dengan baik.
Karena media memiliki pengaruh yang sangat besar, seingga kita harus bisa melindungi
masyarakat dari dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu media.
Salah satu pelanggaran etika komunikasi yang terjadi dalam media, dapat kita lihat
melalui cara sebuah media dalam melakukan peliputan dan menyampaikan pemberitaan
tersebut kepada masyarakat. Disini kita akan membahas mengenai sebuah kasus yang sudah
tidak asing lagi yaitu kasus pemberitaan terkait video porno Ariel dan Luna Maya yang
sempat menghiasi pemberitaan massa di Indonesia. Dalam hal ini kita akan mengungkap
mengenai seberapa jauh etika komunikasi yang telah diterapkan oleh para pelaku media
dalam merepresentasikan pemberitaan tersebut.

Pembahasan
Beberapa bulan yang lalu, masih teringat jelas di benak kita mengenai pemberitaan
kasus video porno dua artis papan atas Indonesia yaitu Ariel dan Luna Maya. Kasus ini
berawal dari tersebarnya video porno adegan mesra mirip Ariel dan Luna Maya di internet.
Banyak orang dengan bebas dapat mengunduh video tersebut dan kemudian menyaksiknnya
secara bebas. Hal ini kemudian menjadi masalah besar bagi kedua artis tersebut. Video
tersebut diduga sengaja di sebarkan oknum-oknum tertentu hingga akhirnya tersebar di dunia
maya. Saat ditanya mengenai isu tersebut kepada pihak terkait, yang bersangkutanpun enggan
memberikan pernyataan apapun. Hal ini membuat para awak media menjadi banyak
berspekulasi sendiri mengenai berita video porno tersebut.
Tidak lama kemudian, berita panas inipun secara cepat menjadi sorotan media secara
luas. Pemberitaan mengenai kasus Ariel dan Luna Maya, seketika langsung menjadi topik
hangat yang selalu di bicarakan oleh media, baik itu media massa ataupun media elektronik.
Media dengan kekuatan agenda setting nya telah berhasil membuat berita ini tidak hanya
menjadi sebuah isu peristiwa namun mendorong masyarakat dalam membentuk opini publik.
Skandal seks Ariel dan Luna Maya pun menjadi berita yang memiliki nilai yang lebih di mata
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa media dengan kekuatannya mampu mengarahkan
kesadaran publik untuk memberikan perhatiannya pada berita-berita yang dianggap penting
oleh media.
Selama berminggu-minggu media massa di Indonesia terus saja dihiasi oleh
pemberitaan mengenai skandal seks Ariel dan Luna Maya, hal ini kemudian dianggap sangat
berlebihan untuk sebagian masyarakat. Mereka menganggap bahwa pemberitaan tersebut,
terus menerus diberitakan namun sebetulnya tidak ada nilai positif yang terkandung
didalamnya untuk masyarakat. Masyarakat menilai bahwa pemberitaan ini sama sekali tidak
memberikan keuntungan buat masyarakat dari segi manapun.
Kondisi ini justru menguntungkan para pelaku media karena dengan adanya
pemberitaan tersebut iklan-iklan yang masuk akan semakin banyak yang kemudian akan
berpengaruh pada peningkatan profit. Sayangnya, upaya peningkatan profit ini tidak
diimbangi dengan memperhatikan masalah-masalah etika dalam pemberitaan. Padahal
seharusnya etika-etika tersebut bisa menjadi fokus penting yang harus diperhatikan dalam
proses komunikasi. Seperti yang dikatakan oleh Iddy Muzayyad selaku komisioner KPI,
“Profit boleh, kepentingan idealis dan bisnis tidak harus saling menafikan, Tapi mbok yah
dalam menarik pengiklan dalam tayangan juga harus memperhatikan masalah etika”1. Pada
dasarnya memang tidak ada larangan kepada para pekerja media untuk mencari berita-berita
yang nantinya akan mampu memberikan banyak keuntungan, akan tetapi masalah-masalah
etika sebaiknya janganlah diabaikan.
Didalam konteks jurnalistik, sebuah media harusnya betul-betul memahami mengenai
etika-etika jurnalistik yang menjadi pedoman dalam pemberitaan. Media seharusnya bisa
memilih dan memperhatikan informasi-informasi mana yang layak untuk diberitakan dan
mana yang tidak layak untuk diberitakan. Saat ini semakin banyak saja media-media yang
sudah tidak patuh lagi dengan kode etik jurnalistik dalam mengerjakan suatu pemberitaan.
Hal ini, menjadi masalah yang sangat penting karena bagaimanapun juga kita tidak bisa
memungkiri bahwa pelanggaran etika-etika dalam suatu pemberitaan akan memberikan
dampak yang negative untuk masyarakat selaku konsumen media.
Media sudah sangat kelewat ngawur dalam memberitakan kasus skandal seks Ariel dan
Luna Maya. Cara media merepresentasikan berita tersebut kepada masyarakat sudah sangat
melanggar norma-norma sosial masyarakat kita. Dalam melakukan peliputan kasus video
porno Ariel dan Luna Maya para awak media malah dengan sengaja memuat cuplikan adegan
maupun foto-foto dari video porno artis tersebut. Tidak hanya itu saja, namun judul-judul
yang seronok dan vulgar kerap kali menghiasi media massa dimana hal tersebut berpotensi
melanggar nilai kesusilaan masyarakat. Hal ini merupakan bukti nyata pelanggarn etika yang
sengaja dibuat oleh para awak media.
Untuk sebagian orang, mungkin mereka cenderung tidak peduli ataupun tidak
merasakan secara langsung mengenai dampak pemberitaan ariel dan luna maya ini. Namun,

1
Lihat http://www.tempointeraktif.com/hg/kriminal/2010/06/04/brk,20100604-
252633,id.html
apabila kita telusuri lagi lebih dalam bahwa sebetulnya pemberitaan media yang tidak
beretika dalam mengulas kasus ini secara berlebihan akan berdampak buruk untuk
masyarakat. Pemberitaan ini membuat orang menjadi penasaran akan video porno tersebut
dan kemudian tiap orang pun yang tidak mengetahui video tersebut akhirnya tergoda untuk
mengunduhnya di internet.
Media massa yang tidak memperhatikan etika-etika komunikasi dalam membuat
pemberitaan mengenai kasus ini seharusnya menyadari bahwa pemberitaan ini telah
memakan banyak korban. Seperti yang dikatakan oleh Hadi Supeno selaku Ketua KPAI
bahwa, “Dari tanggal 14 Juni-23 Juni KPAI telah menerima laporan 33 anak diperkosa antara
umur 4-12 tahun, para pelaku mengaku sebelum memperkosa mereka menonton video seks
ariel”2. Pernyataan yang diberikan oleh Ketua KPAI tersebut merupakan salah satu bukti
yang terjadi, akibat pembertiaan media yang tidak beraturan tersebut. Kita seharusnya malu
dan prihatin atas kondisi media yang ada pada saat ini.
Berbagai macam efek negatif yang ditimbulkan dari pemberitaan ini, mungkin tidak
dirasakan oleh awak media, akan tetapi masyarakatlah yang menjadi korbannya. Lebih lanjut
lagi yang perlu kita ketahui adalah konten pemberitaan media yang juga sangat melanggar
etika. Kita ini negara yang berkiblat pada kebudayaan timur, sudah sepatutnya pada saat kita
membahas mengenai isu pornografi, seharusnya kita bisa lebih peka mengenai etika-etika
yang ada. Sayangnya, pemberitaan yang beredar mengenai kasus ini justru sangat berlawanan
dengan kebudayaan-kebudayaan yang kita miliki.

Penutup
Melalui pembahasan diatas, artinya saat ini kita telah mengetahui bagaiamana cara
media dalam merepresentasikan kasus Ariel dan Luna Maya kepada publik. Pemberitan yang
sangat intensif tentang kasus video porno tersebut memberikan dampak yang buruk bagi
masyarakat. Konten media yang berisikan pemberitaan mengenai kasus Ariel dan Luna
Maya ini dianggap tidak seseuai dengan etika-etika yang berlaku. Pers dianggap telah
menyalahgunakan kebebasannya, dalam kasus ini media dianggap sudah sangat kebablasan
dalam memberitakan kasus tersebut.
Seharusnya, media sebagai salah satu wadah penyampaian informasi, bisa memberikan
informasi yang berguna dan memberikan nila-nilai positif bagi masyarakat. Memahami kasus

2
Lihat http://forum.detik.com/showthread.php?t=193246
diatas, sudah sepantasnya kebebasan pers dalam era global seperti sekarang ini hendaknya
tetap mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa di negeri ini. Kebebasan pers yang ada harus
bisa dipertanggung jawabkan dan har us sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Kecenderungan pers saat ini yaitu semakin berkurangnya sikap dan kemauan
untuk mengamalkan kebebasan pers sesuai dengan filosofi masyarakat dan kebudayaan yang
berlaku.
Kebebasan pers yang diangap cenderung kebablasan dan tidak bertanggung jawab ini
dapat terjadi karena beberapa faktor. Namun, dalam kasus ini hal tersebut dapat terjadi karena
sebuah komersialisasi. Dimana persaingan bisnis perusahaan media saat ini menjadi sangat
ketat, sehingga mereka pun berlomba-lomba untuk dapat merebut konsumen media
sebanyak-banyaknya. Karena daya tarik sebuah media hanya diukur dari beritanya, dalam
kondisi seperti ini para pekerja media dituntut untuk mencari berita yang menarik agar laku
dijual di pasaran. Tekanan seperti inilah yang memaksa para pekerja media untuk melakukan
aktivitas jurnalistik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa demi memenuhi selera
masyarakat. Saat ini nilai-nilai warisan budaya semakin lama luntur terkikis oleh kemajuan
jaman yang ditandai oleh kecepatan arus informasi.
Agar hal ini tidak terjadi, seharusnya tiap-tiap awak media memiliki kesadaran akan
etika yang berlaku di masyarakat. Selain itu mereka juga harus bisa bertanggung jawab
terhadap profesinya masing-masing. Semuanya dapat berjalan dengan lancara apabila setiap
orang memiliki sikap toleransi, saling menghormati dan saling menghargai profesinya
masing-masing. Oleh karena itu, setiap awak media seharusnya bisa mengamalkan etika
profesi secara jujur dan bertanggungjawab. Karena dengan adanya toleransi ini setiap orang
akan merasakan damai saat mereka menjalankan profesinya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Materi Perkuliahan Etika Komunikasi oleh Dosen Ahmad Nyarwi Ilmu Komunikasi UGM
UJIAN TENGAH SEMESTER
ETIKA KOMUNIKASI

Dian Eka Permatasari


08/266004/SP/22704
Jurusan Ilmu Komunikasi

Вам также может понравиться