Вы находитесь на странице: 1из 3

MAHLUK HALUS ITU BERNAMA KORUPSI!

Oleh : Didin Fahrudin, S.Sos.I., M.Pd.I. *)

Setiap 9 Desember masyarakat duni memperingatinya sebagai


Hari Anti Korupsi Internasional. Peringatan Hari Anti Korupsi di
Indonesia khususnya menjadi momen penting berkaitan dengan
banyaknya fenomena sosial yang berkembang akhir-akhir ini di negeri
yang kita cintai. Gejala perilaku korupsi seakan sudah ‘membudaya’ di
kalangan masyarakat kita, terutama kalangan birokrat yang kebetulan
mempunyai peluang dan kewenangan untuk mengeluarkan dan
memanfaatkan dana anggaran. Meskipun gejala perilaku korupsi sudah
banyak dilakukan, bahkan nampak jelas, tetapi ternyata tidak mudah
aparat penegak hukum untuk menangkapnya. Korupsi memang ibarat mahluk halus, yang benar dan
pasti adanya, tetapi sulit melihat wujudnya sehingga aparat mengalami kesulitan juga untuk
membuktikannya.. Banyak contoh yang bisa kita cermati dari berita tayangan televisi atau berita
surat kabar, yang mempublikasikan semakin maraknya tindakan perilaku korupsi. Kasus Anggodo-
Anggoro misalnya yang dikenal dengan kriminalisasi KPK. karena diduga telah menyuap pimpinan
KPK, dengan sejumlah uang sekitar 6 milyar, dan kini uang sejumlah itu menjadi misteri, karena
pihak yang terkait sama sekali tidak pernah merasa menerima, merupakan contoh kongkrit yang
mengindikasikan korupsi sebagai mahluk halus. Kasus mafia pajak Gayus Tambunan menjadi
contoh terbaru, parahnya budaya korupsi di lembaga maupun aparatur negara kita. Simpang siurnya
penanganan masalah yang berbau korupsi akhir-akhir ini, telah menimbulkan banyak tanda tanya,
mungkinkah korupsi di negeri ini bisa dihapuskan ???
Sebenarnya perilaku korupsi mungkin telah berurat berakar di kalangan masyarakat, sejak
birokrasi yang paling bawah apalagi birokrat di tingkat pusat. Kebiasaan suap sebagai salah satu
indikasi perilaku korupsi sepertinya telah menjadi tradisi yang sulit dihilangkan. Mengapa suap bisa
dikatagorikan sebagai bentuk perilaku korupsi, karena hasil suap tidak bisa dibuktikan secara
acuntability. Seorang polisi misalnya yang menghadang kendaraan di jalan terlarang karena adanya
larangan truk atau bus melewati jalan tertentu sebagai antisipasi agar jalan tidak cepat rusak, tetapi
prakteknya truk dan bus masih banyak juga yang bisa lewat dengan cara memberi uang suap kepada
aparat yang menghadang dijalan. Aparat dinas perhubungan misalnya juga bisa menerima suap dari
kendaraan truk yang mengangkut barang melampaui batas kapasitas yang telah ditentukan, sehingga
kendaraan bisa lanjut tanpa resiko pengawasan. Suap juga bisa terjadi di lingkungan kantor yang
kebetulan berwenang menerima pengangkatan PNS, guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi.
Kecenderungan masyarakat yang masih menganggap PNS sebagai lahan pekerjaan yang
menjanjikan masa depan, seringkali dimanfaatkan oleh oknum aparat atau birokrat yang sedang
berkuasa untuk menawarkan suap bernilai puluhan juta, jaminan akan diterima. Praktek suap itu
ada, tetapi sulit dibuktikan karena tidak ada seorangpun dari pemberi atau penerima suap itu yang
bertransaksi menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti. Padahal di beberapa instansi bisa terjadi
suap ketika ada mutasi atau penerimaan pegawai negeri bernilai puluhan juta, ada korupsi dan
manipulasi dari proyek pembangunan fisik yang sulit diduga, ada banyak uang siluman yang
mengalir tapi nggak kelihatan wujudnya.
Korupsi Dalam Pandangan Agama
Islam sebagai agama yang bersumber dari Al- Qur’an bisa memahami banyaknya perilaku
korupsi, karena secara rinci Al- Qur’an tidak pernah membunyikan nomenklatur korupsi sebagai
mahluk halus yang banyak berkeliaran di lingkungan ummat Islam. Tetapi sesungguhnya secara
global agama Islam telah memberikan rambu-rambu larangan melalui ayat-ayat Al- Qur’an dan Al-
Hadits. Dalam Al- Qur’an Surat Al-Nisa ayat 2, misalnya, meskipun mungkin konteksnya berkaitan
dengan amanat harta anak yatim : Walaa ta’kuluu amwalahum ilaa amwaalikum innahu kaana
huuban kabiiron ( Janganlah kamu memakan harta mereka dengan memasukannya kedalam
hartamu, sesungguhnya yang demikian itu merupakan dosa yang besar). Dalam ayat lain Allah
menegaskan : Walaa ta’kuluu amwaalakum bainakum bil- baathil (Janganlah kamu memakan
harta di antara kamu dengan cara yang batil). Ayat-ayat ini memang bersifat global, tetapi justru
globalitasnya itulah yang memberikan rambu-rambu agar kita berhati-hati dengan perilaku bathil
yang tidak sesuai dengan ajaran agama dalam mencari nafkah serta menggunakan harta. Globalitas
Al- Qur’an itu menunjukkan universalitas dan luasnya ajaran Islam, karena mungkin cara batil
dalam mengais rizki berkaitan dengan harta dan penghasilan, bukan saja bernama korupsi. Mungkin
ada yang bernama tipu muslihat dan manipulasi, ada pencurian dan perampokan, ada perampasan
dan pemaksaan, atau ada suap menyuap yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad sebagai perilaku
terkutuk. La’natullahi ala ar-roosyii wal murtasyii (Dilaknat oleh Allah orang-orang yang
melakukan suap dan menerima suap).
Siapapun orangnya yang mengerti Islam, dengan mudah saja akan memahami makna hadits
ini. Tetapi sekali lagi, mungkin mereka menganggap hadits ini tidak explisit melarang korupsi. Para
calo CPNS yang menerima uang pelicin untuk penerimaan CPNS misalnya, barangkali dengan
ringan mereka berasumsi bahwa yang dilakukan hanyalah imbal balik tanda jasa, atas kebijakan
mereka para calon PNS bisa diterima menjadi pegawai negeri di kantor, bisa memperoleh promosi
jabatan atau para guru bisa diterima mutasi menjadi dosen di kampusnya atau di sekolahnya. Seperti
juga banyak dilakukan oleh para pemimpin proyek, pimpinan atau pejabat yang meminta fee dari
pelaksana proyek bangunan pura-puranya melalui tender, tetapi sebetulnya cuma sandiwara didepan
publik dengan mendahulukan komitment “you brani kasih fee berapa, supaya saya bisa
percayakan proyeknya kepada anda” . Ini adalah trik-trik populer yang biasa berlangsung di
kalangan para koruptor, kelas teri kecil-kecilannya atau kelas kakap seperti yang terjaring oleh
KPK. Trik lain yang mungkin juga sering dilakukan oleh pelaku korupsi adalah dengan membuat
mark up anggaran, menumpangkan anggaran yang sama pada kegiatan yang berbeda, memungut
dana tetapi tidak jelas peruntukannya, dan berbagai cara manipulasi sesuai karakter dan kemampuan
niat busuk yang tersembunyi dalam jiwanya.
Kepada mereka yang sedang asyik bermain korupsi dan manipulasi, agama hanya
mengingatkan agar segera bertaubat dan menghentikan perilakunya. Meskipun di dunia ini kita
tidak terjaring oleh KPK, lalu merasa selamat karena setiap kali pemeriksaan oleh Irjen atau BPK
bisa lolos dengan amplop berisi, yakinlah Allah akan tetap memberikan balasan setimpal dengan
perbuatan korupnya. Faman ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiran yaroh, waman ya’mal mitsqoola
dzarrotin syarron yaroh = Barangsiapa melakukan perbuatan baik walaupun sekecil biji sawi, Allah
pasti akan membalas kebaikan itu. Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan buruk seperti
korupsi dan manipulasi, meskipun tidak keliatan mata manusia, karena halus lembutnya, Allah pasti
akan memberikan balasan atas keburukannya. Balasan Allah kepada para koruptor, bukan saja di
hari akhirat nanti, tetapi bisa juga balasan itu Allah berikan sementara kita hidup di dunia. Misalnya
penyakit yang kita derita tak kunjung sembuh, harta kekayaan berlimpah yang kurang berkah, atau
musibah dan kecelakaan yang menimpa sanak famili dan keluarga, akibat dari makanan yang kita
makan adalah makanan yang haram, pakaian yang kita pakai berasal dari rizki yang haram,
kendaraan yang kita gunakan dari hasil korupsi dan manipulasi, bangunan rumah yang kita tempati
dari hasil keringat yang haram, semua itu telah diingatkan oleh Rasulullah saw.
*) Penyuluh Agama Islam Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon

Вам также может понравиться