TIDAK PERLU MEMBUANG suruh Miss Anderson, kalau tidak, mereka
akan menyesal. Dia kembali kekelasnya.
WAKTU UNTUK ANAK- Tinggallah aku yang merasa lebih dari ANAK ITU sekadar tak berdaya, di wilayah yang OLEH JANICE ANDERSON agaknya seharusnya bukan zona militer. CONNOLLY Aku berusaha mengulangi pelajaranku paginya yang memberiku Pada hari pertama aku mengajar, perasaan bangga, tetapi aku berhadapan semua kelas yang kuajar berjalan lancar. dengan lautan wajah waspada. Ketika jam Anak-anak mencatat dengan giat, wajah- pelajaran berakhir, aku dihambat oleh wajah berseri memandangku dengan cara Mark, anak yang tampaknya menjadi yang sudah sepantasnya, dan aku sudah pemicu perkelahian tadi. Dengan memutuskan bahwa guru adalah sesuatu sungguh-sungguh dia berkata kepadaku, yang mudah. Namun, mata pelajaran “Lady, jangan buang-buang waktumu. belum terakhir hari itu menyanggah Kami ini anak-anak terbelakang.” kesemuanya itu dan membuatku sadar Terlongo, aku tidak menanggapi, dan dia presentasiku sebelumnya belum ada apa- menggelinding keluar ruangan. apanya. Aku duduk merosot dikursiku, di Jauh sebelum aku memasuki belakang mejaku yang tertata rapi, ruangan, aku telah tahu ada masalah di menyentuh kelopak mawar yang kubawa situ. Aku mendengar mebel patah untuk hari pertama, dan bertanya-tanya menghantam dinding, dan ketika aku haruskah aku menjadi seorang guru. belok di sudut, kulihat satu anak laki-laki Apakah satu-satunya jalan keluar untuk menggencet (menindih) anak lain ke masalah ini adalah berhenti? Kukatakan lantai. pada diriku bahwa aku akan menderita “Dengarkan, terbelakang!” teriak satu tahun, dan setelah pernikahanku anak yang berada di bawah. “aku tidak musim panas mendatang aku akan peduli dengan adik perempuanmu!” melakukan sesuatu yang lebih “Jangan mendekatinya, paham?” membahagiakan. ancam anak laki-laki di atas. “Mereka berhasil mengalahkan Aku membetulkan letak kacamata, anda, bukan?” Tanya kolegaku yang dan dengan lagak terbaik seorang guru berasal dari seberang ruangan itu, aku menurutku, aku meminta mereka berhenti mengangguk. berkelahi. “Tidak usah khawatir. Mereka Tiba-tiba empat belas pasang hanya berempat belas, dan sebagian besar mata terpaku diwajahku. Aku tahu aku tidak akan lulus. Jangan membuang-buang tidak kelihatan meyakinkan. Saling waktumu untuk anak-anak itu. Curahkan berpandangan lalu memandangku, kedua energi anda untuk anak-anak yang baik.” anak itu perlahan duduk dikursinya. Pada “Maksud anda?” waktu itu, seorang guru dari kelas di “Anak-anak ini tinggal di gubuk, seberang melongokkan kepalanya keluar di lading. Mereka anak-anak buruh dan berteriak ke kelasku. musiman yang berpindah-pindah. David, Kebanyakan siswa ini pernah di yang berada di laintai itu, menganggu adik ajar saat sekolah musim panas, begitu perempuan Mark ketika mereka memetik yang kuketahui kemudian. Dia (guru yang kacang bersama-sama. Aku harus berteriak) kini menyuruh semua anak menyuruh anak-anak itu untuk tutup mulut duduk, diam dan lakukan apa yang di saat makan siang hari ini. Bagaimanapun “Baiklah, nama saya Janice. Saya mereka datang kesekolah hanya kalau dulu mengalami kesulitan belajar, sesuatu mereka suka. Buat saja mereka sibuk dan yang disebut disleksia. Waktu mulai tenang, dan segalanya akan baik-baik saja. sekolah, saya tidak bisa menulis nama Kalau mereka menyulitkan anda, suruh dengan benar. Saya tidak bisa mengeja mereka menghadap saya.” dan angka-angka berenang-renang di Kebas, aku duduk dan melongo kepalaku. Saya dijuluki ‘terbelakang’. sampai rasanya berjam-jam, lalu Benar dulu saya seorang ‘terbelakang’. mengumpulkan barang-barangku untuk TERBELAKANG. Saya masih bisa pulang. Aku tidak bisa menghapus raut mendengar suara-suara konyol itu dan wajah Mark ketika dia mengatakan, “ merasa malu.” Kami anak-anak terbelakang.” “Yeah, lalu bagaimana ibu bisa Terbelakang. Kata itu mengiang-ngiang menjadi guru ?” dibenakku dan tidak bisa menemukan “Karena saya benci julukan dan tempat tenang untuk istirahat. Gemanya saya tidak bodoh dan saya suka belajar. mulai membuat kepalaku serasa pecah, Itulah yang akan dibicarakan di kelas ini. dan aku tahu aku harus melakukan sesuatu Jadi kalau kamu tidak suka julukan yang drastis. ‘terbelakang’, maka kamu tidak boleh di Siang keesokan harinya aku sini. Ganti kelas. Saya tidak mau kamu mendatangi ruang kolegaku itu dan disini. Tidak ada terbelakang dikelas ini. dengan sopan memintanya untuk tidak Saya tidak akan bermurah hati kepada lagi mendatangi kelasku. Kusampaikan kalian. Kita akan bekerja dan bekerja dan bahwa aku perlu berusaha mengatasi bekerja dan bekerja lagi sampai kamu anak-anak itu dengan caraku sendiri. berhasil menyusul ketinggalan. Kalian Kemudian aku berbalik dengan cepat dan akan lulus dan saya berharap sebagian berjalan ke wilayah kekuasaanku, kalian bisa kuliah. Ini bukan lelucon memutuskan untuk menuntut apa yang bukan pula ancaman ini suatu janji. Saya menjadi hakku. Aku tinggalkan mejaku tidak akan dan berdiri di tengah kelas dikelilingi oleh empat belas siswa istimewa ini. Aku tatap mata mereka satu per satu, kemudian aku berbalik, melangkah ke papan tulis dan menuliskan ECINAJ. Aku katakana, “Ini nama pertamaku. Bisakah salah satu dari kalian membacanya?” Mereka bilang huruf-huruf itu “aneh” dan mereka belum pernah melihat nama itu sebelumnya, aku kembali ke papan tulis. Kali ini aku menuliskan JANICE. Sebagian mereka mengucapkan namaku dan kemudian memandangku dengan pandangan lucu. Mereka belum tahu maksudku dan tampaknya khawatir aku mempermainkan mereka. Mereka menjadi tegang dan berhati-hati.