Вы находитесь на странице: 1из 3

JATUH CINTA LAGI

Jeksin Hema

Jatuh cinta adalah menakjubkan.


bagai musim semi dalam hati.
Segalanya jadi lain,
Segalanya punya warna.
Kalau kau jatuh cinta,
Segalanya jadi indah dan bercahaya.
Karena kau jadi setengah buta,
buta untuk kejelekan,
buta untuk segi buruk hidup ini.
Ada banyak jenis jatuh cinta,
tapi ada satu macam jatuh cinta,
yang sangat kita butuhkan
dalam hidup yang rumit ini,
hidup yang penuh tekanan jiwa,
hidup yang penuh persoalan,
yakni jatuh cinta pada yang biasa sehari-hari.
....
***

Sedikit terjerembab ke masa lalu, aku menemukan sebuah puisi yang berjudul Jatuh
Cinta Lagi. Ada kenangan indah yang terselip pada puisi ini dan aku hanya tersenyum rindu
padanya. Pada kebersamaan otentik, pada kamar-kamar yang tak masuk akal, pada pusat
kediaman keberadaanku yang tidak sempat aku kukuhkan.

Mencoba menemukan kembali hal-hal yang biasa merupakan pergumulan dan


penanda harapan tidak pernah mati. Adalah benar bahwa penemuan-penemuan mutakhir
bukanlah penemuan kebijaksanaan, melainkan penemuan kecepatan, yang tidak mengantar
lebih cepat ke arah kebahagian. Aku setuju bila para pecinta diriku memekikkan salam
perjuangan mereka: Back to Nature!!!. Namun, apakah mereka dapat menemukan hal-hal
biasa dan jatuh cinta lagi pada hal-hal yang biasa itu??? Mungkin sedikit saja yang bisa,
tetapi tidak termasuk aku!!

Aku cemburu pada mereka yang bergandengan tangan, pada mereka yang bergelora
dalam nafsu pada setiap malam minggu, pada dua insan yang mabuk kepayang dengan seks
sebagai manifestasi cinta mereka. Aku cemburu dan seperti itulah kesia-siaanku selama ini.
Seperti manusia bodoh, aku jatuh cinta pada gadis yang tidak mencintaiku. Boleh kubilang
ini karma karena acapkali menelantarkan gadis yang mencintaiku, tetapi tidak kucintai.
Banyak lagi contoh yang dapat kuambil, yang memproklamasikan kebodohanku. Aku malu.
Malu pada kebohongan kata-kataku, malu pada tingkah langkah semu, malu pada iman,
harapan dan kasih.
***

Suatu ketika aku menyepi di Paradiso, tanpa dia yang lain. Terlintas di pikiranku,
seandainya aku punya sayap, terbanglah! Untuk apa adaku di sini? Seandainya aku punya
sayap, tak akan ada aku lagi di sana. Walau nafsu menangis, mungkin lebih baik tidak
memiliki sayap. Aku tidak akan mengingkari keberadaaku yang mencintai hal-hal yang kecil.
Bagiku dan puisi Jatuh Cinta Lagi, hal-hal yang kecil dapat ditemukan dalam keindahan
sederhana, cinta tak bersyarat, dalam persahabatan, ketulusan memberi, sekuntum bunga buat
orang sakit, makan gorengan bersama, terlentang di bangku, memandang langit, salaman,
senyuman, kesunyian gereja, berkembangnya bunga, bersiulnya burung, sebidang ladang,
setumpuk gunung, seekor komodo....

Angin pantai membuatku ngantuk. Aku setengah tertidur. “ Aku mencintaimu, Je!
Aku menatapnya dan menjawab: Itu tidak berarti apapun tetapi aku mungkin tidak begitu.
Aku mencintaimu, Je!! Aku menjawab: Itu tidak berarti apapun tetapi aku mungkin tidak
begitu. Sekali lagi ia menumpahkan perasaannya: Aku mencintaimu, Je!!! Dan masih dengan
jawaban yang sama: Itu tidak berarti apapun tetapi aku mungkin tidak begitu.” Aku
terbangun. Aku masih dalam oasis paradiso, tanpa dia yang lain.

Awan pekat menutup langit dengan tiba-tiba. Hujan menyentuh daratan, tercium bau
tanah. Aku jatuh cinta lagi pada langit, hujan dan bau tanah. Namun, bagaimana dengan dia
yang mencintaiku dengan cinta yang lain?? Aku tidak bisa menjawabnya. Aku jatuh cinta lagi
pada hal-hal yang biasa. Semoga dengan ini, dia dapat memahaminya dan bagi yang lain
dapat menerimanya. Kita masih mempunyai danau Kelimutu yang bening. Tanggalkan
selaput kotor yang membaluti tubuh mati kita. Biarkan semua salah terendam menjadi residu
masa lalu dan angkatlah busana terang yang baru, sehingga dengan begitu kita dapat jatuh
cinta lagi pada hal-hal biasa setiap hari. Aku tidak bermimpi, aku hanya sedang ingin
menggurui diri sendiri.
***

Sudah dua minggu ini, kawan-kawan dari bukit mengunjungi tanah tumpah darah
mereka di Timor. Ada percakapan, ada refleksi, dan sedikit mengulangi kenakalan remaja
waktu itu. Banyaak hal dari diri mereka yang berubah, entah semakin beriman atau ateis, aku
tidak tahu. Entah semakin berpengetahuan atau semakin bodoh, aku tidak tahu. Entah
semakin personifikasi atau membumi, aku tidak tahu. Yang sedikit aku tahu bahwa mereka
tidak jatuh cinta lagi pada hal-hal biasa. Mereka penuh obsesi melewati syarat-syarat menjadi
imam dengan mencakar langit pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, mereka memangku
jabatan penting untuk mencintai hal-hal yang besar. Dengan hal-hal yang besar itu, mereka
berseru kepada Tuhan: “ Akulah Tuan-Mu, jadilah hamba yang baik untuk umat-umatku.”
Mungkin aku keliru. Boleh jadi aku salah memvonis. Tetapi aku tetap tidak mempedulikan
sekokoh apapun sebuah pintu atau tegasnya sebuah aturan, akulah tuan atas hidupku, akulah
pemimpin jiwaku. Aku tetap meyakini Tuhan sebagai Yang Tersamar. Tersamar pada orang-
orang kecil, tersamar pada hal-hal yang biasa setiap hari. Ia juga tersamar pada para pemeluk
agama manapun dan kepada manusia yang tidak beragama. Bagiku penyamaran-Nya hanya
bisa diketahui bila aku telah jatuh cinta lagi pada hal-hal biasa setiap hari.

***

Pasca kegelisahan atas kesendirianku yang mendalam, banyak jawaban yang


diberikan figur anonim dalam hidupku. Roh pemberontakku bertanya: seberapa panjang,
seberapa lebar dan seberapa dalam cintamu pada hal-hal yang biasa???

Sepertinya telah banyak waktu kuhabiskan untuk berbicara tentang jatuh cinta lagi. Itu
tidak berarti apapun tapi aku tidak begitu. Bersorak-sorailah! Aku jatuh cinta lagi pada hal-
hal biasa.(*)

Вам также может понравиться