Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I

PENDAHULUAN
I.I. Latar Bekanang

Hampir semua orang perna menggunakan antibiotik, baik dalam bentuk


sirup, tablet maupun obat oles. Antibiotik telah 70 tahun lebih
digunakan untuk mengatasi infeksi tuberculosis atau colera, yang
ratusan tahun yang lalu merupakan penyakit fatal bagi seluruh umat
manusia.

I.2. Rumusan masalah

1. Pengertian Antibiotik

2. Dampak Pemakaian Antibiotik

I.3. Tujuan Pengamatan

Supaya para pelajar dapat mengambil manfaat dari bahaya antibiotik

I.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Mengumpulkan data pengamatan

2. Menganalisisnya

3. Menyimpulkannya
BAB 2

Pembahasan

2.1.PENGERTIAN ANTIBIOTIK
Antibiotika pada prinsipnya adalah zat atau senyawa obat alami maupun sintetik yang
digunakan untuk membunuh kuman penyakit (bakteri yang bersifat parasit) dalam tubuh
manusia dengan berbagai mekanisme sehinga manusia terbebas dari infeksi bakteri.
Antibiotik hanya untuk bakteri dan tidak digunakan untuk virus.Dalam penggunaan
umum, antibiotik merupakan substansi atau gabungan (juga disebut obat
chemotherapeutic) yang membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri. Antibiotik
tergolong ke dalam kelompok antimicrobial yang digunakan untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk jamur dan protozoa.

Istilah “antibiotik” diciptakan oleh Selman Waksman pada 1942 untuk menjelaskan
suatu zat yang dihasilkan oleh mikro organisme yang menahan perkembangan mikro
organisme lainnya dalam suatu cairan yang sangat encer. Definisi asli ini dikecualikan
terhadap substansi alami dalam tubuh seperti getah perut dan hidrogen peroksida (mereka
membunuh bakteri tetapi tidak diproduksi oleh mikro-organisme), dan juga dikecualikan
terhadap senyawa sintetis seperti sulfonamida (obat antimicrobial). Banyak antibiotik
yang memiliki molekul yang relatif kecil dengan berat molekul kurang dari 2000 Da.

Dengan kemajuan perkembangan obat-obat kimia, sebagian besar antibiotik telah


dimodifikasi secara kimia dari ramuan aslinya di alam, seperti halnya dengan beta lactam
(termasuk penicillin, yang dihasilkan oleh jamur dalam genus Penicillium,
cephalosporins, dan carbapenem). Beberapa antibiotik masih diproduksi dengan
mengisolasi organisme hidup, seperti aminoglycosida; di samping itu, masih banyak lagi
antibiotik yang dibuat melalui sintetis murni, seperti quinolone.

PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
Ada banyak penggolongan antibiotik, setidaknya ada 3 golongan Antibiotik yang perlu
kita ketahui yaitu :
1. Penggolongan Berdasarkan daya bunuh terhadap bakteri.
2. Penggolongan Berdasarkan spektrum kerja antibiotik
3. Penggolongan Berdasarkan cara kerjanya

1. Golongan Antibiotik Berdasarkan daya bunuh terhadap bakteri.


Dikelompokkan menjadi :
a) Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah : penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis
besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dll.
b) Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan
kuman, tidak membunuhnya , sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya
tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah : sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni
pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat
lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh
memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

2. Penggolongan Berdasarkan spektrum kerja antibiotik


a). Spectrum luas : antibiotic yang bersifat aktif terhadap bakteri gram positif
dan gram negative. Contoh antibiotic dalam kelompok ini adalah : tetrasiklin,
kloramfenikol
b). Spectrum sempit : antibiotic yang bersifat aktif hanya terhadap bakteri
gram positif atau gram negative saja. Contohnya : Penisilin G, streptomisin

3. Penggolongan Berdasarkan cara kerjanya


Antibiotika golongan ini dibedakan berdasarkan sasaran kerja senyawa
tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari
target atau sasaran kerjanya
1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,
Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
2. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya
rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
3. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin,
chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
4. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
5. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan
6. Antimetabolit, misalnya azaserine.

Pembagian ini walaupun secara rinci menunjukkan tempat kerja dan


mekanismenya terhadap kuman, namun kiranya kurang memberikan manfaat
atau membantu praktisi dalam memutuskan pemilihan obat dalam klinik.
Masing-masing cara klasifikasi mempunyai kekurangan maupun kelebihan,
tergantung kepentingannya.
2.2. Dampak Penggunaan Antibiotik yang Irasional

Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh


semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas anak bisa menurun
akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian anak mudah jatuh sakit
kembali. Jika pemberian antibiotik dilakukan berulang-ulang, ujung-ujungnya anak jadi
mudah sakit dan harus bolak-balik ke dokter gara-gara penggunaan antibiotik yang tak
rasional. “Kenyataannya, kita ‘boros’ dalam menggunakan antibiotik sehingga bisa
menimbulkan dampak buruk antara lain sakit berkepanjangan, biaya yang lebih tinggi,
penggunaan obat yang lebih toksik, dan waktu sakit yang lebih lama.

Selain itu, ada beragam efek yang mengancam bila anak mengonsumsi antibiotik
secara irasional, di antaranya kerusakan gigi, demam, diare, muntah, mual, mulas, ruam
kulit, gangguan saluran cerna, pembengkakan bibir maupun kelopak mata, hingga
gangguan napas. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan, pemberian antibiotik pada
usia dini berisiko menimbulkan alergi di kemudian hari.

Dampak lain akibat pemberian antibiotik irasional adalah gangguan darah di mana
salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga
produksi sel-sel darah menurun. Risiko kelainan hati muncul pada pemakaian antibiotik
eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, dan sulfonamid. Golongan
amoxycillin dan kelompok makrolod dapat menimbulkan allergic hepatitis (peradangan
hati). Sementara antibiotik golongan aminoglycoside, imipenem/meropenem,
ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Selain itu, pemberian antibiotik spektrum luas tanpa indikasi yang tepat dapat
mengganggu perkembangan flora normal usus karena dapat mematikan bakteri gram
positif, bakteri gram negatif, kuman anaerob, serta jamur yang digunakan pada proses
pencernaan dan penyerapan makanan dalam tubuh. Bakteri yang ada di dalam tubuh
umumnya menguntungkan, seperti bakteri pada usus yang membantu proses pencernaan
serta pembentukan vitamin B dan K.

Nah, anak yang kelebihan antibiotik bisa mengalami kekurangan vitamin K yang
berguna mencegah perdarahan. Selain itu, juga akan menyebabkan anak menderita
penyakit diare karena sistem pencernaan terganggu dan mengalami iritasi di bagian usus
akibat zat-zat kimia dari antibiotik. Diare disebabkan terbunuhnya kuman yang
diperlukan untuk pencernaan dan menjaga ketahanan usus sehingga bakteri “jahat”
menguasai tempat tersebut dan merusak proses pencernaan.

Akibat lain dari pemberian antibiotik yang tidak tepat adalah timbulnya kuman yang
resisten. Setiap makhluk memiliki kemampuan untuk bertahan, begitu pun bakteri atau
kuman. Jika jasad renik ini diserang terus-menerus, akan tercipta suatu sistem untuk
bertahan dengan cara bermutasi atau berubah bentuk sehingga sulit dibunuh oleh
antibiotik. “Jadi, semakin sering mengonsumsi antibiotik, makin resisten pula bakteri,
parasit, atau jamur tersebut.
Bibit penyakit yang resisten itu dikenal dengan nama superbugs. Superbugs ini dapat
menjadi masalah serius bagi kesehatan, baik bagi si penderita maupun masyarakat luas.
Bila ada anggota masyarakat di suatu lingkungan mengonsumsi antibiotik secara
berlebihan (tidak rasional), lingkungan tersebut potensial terinfeksi oleh kuman yang
sudah resisten antibiotik.

Infeksi akibat superbugs ini memerlukan antibiotik yang jauh lebih kuat. Pasien harus
dirawat di rumah sakit karena antibiotiknya harus diberikan melalui cairan infus.
Antibiotik ini berisiko menimbulkan efek samping kesehatan yang lebih berat. Selain itu,
dalam waktu cepat, bakterinya akan kebal kembali terhadap antibiotik yang superkuat
tadi.

Itulah sederet akibat buruk dari penggunaan antibiotik secara berlebihan (irasional).
“Yang akan dirugikan tentu bukan hanya pasien, tapi juga lingkungan sekitarnya,” kata
Wati. Lantaran itu, pasien diharapkan tidak selalu meminta dokter memberikan antibiotik
terutama untuk penyakit infeksi virus seperti flu, pilek, atau batuk.

Memang, antibiotik mampu memerangi infeksi akibat bakteri atau kuman sehingga tak
lepas perannya dalam proses penyembuhan. Akan tetapi, penggunaan yang irasional
menyebabkan antibiotik lebih banyak merugikannya ketimbang menguntungkan.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kritik dan Saran


Untuk mengantisipasi bahaya Antibiotik, makala ini guna menginformasikanakan
pengertian Antibiotik, kritik dan saran dari pembaca tetap kami harapkan guna
perbaikan dan penyempurnaan makala ini.

3.2. Kesimpulan
Antibiotic sering digunakan untuk mencegah bekteri bergerak dari kandungan
kemih ke ginjal, Antibiotik juga berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri.
Antibiotic yang banyak dijumpai adalah Penisislin dari Asoslasi Apoteker Jerman,
yang berkantor pusat di Berlin.
DAFTAR PUSTAKA
www.Antibiotik.com

http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=67114064487&topic=8566

http://purnamawati.wordpress.com/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas terseleseikannya
makala ini, makala ini merupakan panduan bagi pembaca dan penulis dalam
kesehariannya, dan membantu pembaca mengerti tentang bahaya antibiotik.

Besar harapan penulis makala ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai pegangan
di lingkungan sekitar, karena disekitar kita masih banyakorang-orang yang masih belum
bisa mengenal bahaya antibiotik

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa tujuan Pengamatan Bahaya Antibiotik
adalah sbb :
1. Dapat mengetahui akibat dari pemakaian antibiotik
2. Agar pembaca dapat mencegah terjadinya pemakaian antibiotik

Driyorejo, 12 Mei 2010

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia


dan Sastra Indonesia semester genap T.P 2009-2010. Disampaikan karya tulis ilmiah
dengan judul ” Bahaya dibalik Pemakaian Antibiotik.

Driyorejo, 12 Mei 2010

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

( Drs. Royis ) ( Drs. Siswandi )


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................... i


Lembaran Pengesahan ............................................................... ii
Daftar isi .................................................................................... iii
BAB. I.. Pendahuluan ................................................................ 1
BAB. 2. Pembahasan ................................................................. 2
BAB. 3. Penutup ........................................................................ 6
Daftar Pustaka ............................................................................ 7
DISUSUN OLEH :

Nama : Wawan Ari Wahyuni


Kelas : XII.IA
No. Abs : 14

SMA YPM- 4 DRIYOREJO GRESIK


T.P. 2009-2010

Вам также может понравиться