Вы находитесь на странице: 1из 7

TUGAS MATA KULIAH

KIMIA FARMASI ANALISIS I

TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Analisis Thallium Karbonat (Ti2CO3)

Oleh :

Nama : M. Agus Renaldi


NIM : J1E106229

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Kimia Farmasi Analisis yang
berisi tentang informasi ilmiah terkait tema makalah yaitu Titrasi
Komplesometri secara umum. Data-data yang dikumpulkan untuk
menghimpun informasi yang disuguhkan dalam makalah ini berasal dari
berbagai sumber yang didapatkan dari hasil penelusuran internet.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk sedikit menjelaskan secara
umum terkait data-data ilmiah yang menyangkut analisis senywa kimia
menggunakan teknik komplesometri.

II. I S I
2.1 Kompleksometri
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-
tama akan diterapkan pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek
biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-
yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan
penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan
gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut
ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan,
ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada
ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul
H20 atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam
hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada
logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu
mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi
dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat (Ferrante, 2001).
Ligan multidentat mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per
molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh
mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika
sistern itu dibiarkan mencapai kesetimbangan. Ligan dapat berupa suatu
senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa anorganik
seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan
ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya
ikatan EDTA dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan electron
dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan keempat gugus karboksil yangh
terdapat pada molekul EDTA (Winarno, 1982). Ligan dapat menghambat
proses oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat
menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi (Phigin,
2003).
2. 2. Indikator
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada
pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur.
Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar
diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini
dilakukan pada pH 10.

b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah
dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena
itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.

c. Biru Hidroksi Naftol


Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah
pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang
dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat
membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
(Anonim1, 2008)

II.3. Analisis Kandungan Thallium dalam Thallium Karbonat


(Ti2CO3)
Thallium (I) karbonat ( Tl 2 C O 3 ) adalah senyawa kimia yang dapat
digunakan untuk pembuatan berlian imitasi, dan sebagai fungisida. Sebagaiman
senyawa thallium lain, senyawa Thallium Karbonat (Ti2CO3) dianggap sangat
beracun, dengan oral dosis mematikan median dari 21 mg/kgBB pada tikus.
Karena toksisitasnya, maka terdaftar di Amerika Serikat sebagai senywa sangat
berbahaya sejak tahun 2007.
Reaksi antara ion Ti2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator
adalah :
Ti2+ + H2Y2- TiY2- + 2H+
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan
membentuk kompleks dengan Ti2+ (berwarna merah) kemudian Ti2+ pada
komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Ti 2+
sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya
kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu
terbentuknya warna biru.
EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari
EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya adalah sebagai
berikut :
H4Y H3Y- + H+
H3Y- H2Y2- + H+
H2Y2- Y3- + H+
HY3- Y4- + H+
Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu
garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y
tidak larut dalam air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam
dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan
logam yang lain. Reaksi pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y)
adalah :
M + Y → MY
Analisis Kualitatif

1. Sampel dipanaskan kuat-kuat terbentuk warna kuning, jika


didinginkan warna akan hilang
2. Zat ditambah HCL 2 N dinetralkan akan menunjukkan reaksi
Thallium positif
3. Zat ditambah H2S dan Na acetat akan terbentuk endapan putih, tidak

larut dalam asam asetat tetapi larut dalam HCL 3 N


4. Zat ditambah ammonium sulfida akan terbentuk endapan putih
5. Zat ditambah Kalium Heksacianoferat akan terbentuk endapan putih
yang tidak larut dalam HCL 3 N
6. Zat dipijarkan : Sisa pijar ditambah H 2SO4 pekat dan CuSO4 serta

Reagen zink akan terbentuk endapan ungu

7. Pada sampel yang mengandung Zn2+ ditambah Natrium Sulfida


terjadi endapan putih

Analisis Kuantitatif

Lebih kurang 350 mg sampel yang ditimbang saksama, larutkan dalam


asam klorida encer. Tambahkan larutan dengan natrium hidroksida hingga
terbentuk kabut yang mantap, tambahkan 5 ml dapar amonia. Titrasi
dengan dinatrium edetat 0,05 M menggunakan indikator hitam eriokrom
hingga warna biru.
Reaksi:

Ti++ + (H2Y)= (TiY)= + 2 H+

HIn= + Ti++ TiIn- + H+

TiIn- + (H2Y)= (TiY)= + HIn-


DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2008. Kompleksometri


http://wikipedia.com/
diakses tanggal 25 Desember 2010

Anonim2, 2006. Thallium


http://www.wikipedia.com
Diakses tanggal 27 Desember 2010

Ferrante, E. David, Simpson. 2001. "A Review Titration on Metalogy". Chemical


& Biomedical Sciences 4.
http://www.jyi.org/volumes/volume4/issue1/articles/ferrante.html.
Diakses pada 29 Desember 2010.

Pighin, J. "Analite Crops: How Chem Analize", Agustus 2003.


Diakses tanggal 29 Desember 2010.

Bassett, J. dkk. 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku


Kedokteran ECG. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta

Вам также может понравиться