Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Myanmar adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara yang
merupakan anggota dari ASEAN. Sifat negara Myanmar adalah tertutup dan dipimpin
oleh pemerintahan militer yang otoritarian. Bentuk pemerintahan Myanmar saat ini
adalah Junta Militer dengan nama The State Peace and Development Council
(SPDC). SPDC saat ini dipimpin oleh Jenderal Than Shwe yang juga merupakan
kepala negara Myanmar sejak 23 April 1992 hingga sekarang, sedangkan kepala
pemerintahan dikepalai oleh Perdana Menteri Jenderal Thein Sein. Junta militer telah
berkuasa di Myanmar selama 46 tahun terhitung sejak terjadinya kudeta militer oleh
Jenderal Ne Win terhadap pemerintahan sipil yang saat itu dipimpin oleh U Nu pada
tahun 1962.1
Rezim ini sangat tidak peduli akan kondisi dan keinginan rakyat Myanmar,
dimana pada tahun 1990 di saat dilakukan pemilu nasional dengan kemenangan partai
NLD (National League for Democratic), rezim ini menganulir hasil pemilu tersebut
dan melakukan penahanan terhadap para anggota NLD. Salah satu orang yang
menjadi korban penahanan tersebut adalah pemenang nobel perdamaian Aung San
Suu Kyi. Hinga hari ini, SPDC secara terus menerus masih melakukan berbagai
tindak kekerasan terhadap para aktivis demokrasi, rakyat sipil, dan terhadap berbagai
etnis, dimana dari keseluruhan populasi Myanmar, terdapat 7 suku mayoritas yang
mendiami Myanmar yaitu Arakan, Chin, Kachin, Karen, Karenni, Mon, dan Shan, di
samping 130 etnis dan kelompok minoritas lain, yang mana keseluruhan dari etnis
tersebut merupakan 40% dari keseluruhan penduduk Myanmar (di luar etnis Bama
Myanmar merupakan negara yang mengalami arus investasi asing yang cukup
tinggi pada masa sebelum PD II, namun pada masa pascaperang, khususnya setelah
kemerdekaan Myanmar dari Inggris pada tahun 1948, kebijakan pemerintah
mengenai nasionalisasi ekonomi (sosialisme ekonomi) telah membelenggu investasi
asing di Myanmar, yang otomatis menghilangkan segala bentuk investasi asing secara
keseluruhan di Myanmar. Hingga pada tahun 1976, pemerintahan Myanmar pada
masa itu mulai mengindikasikan ketertarikan akan pembentukan “kerjasama ekonomi
yang saling menguntungkan” dengan perusahaan-perusahaan asing yang memiliki
kelebihan berupa teknologi yang dibutuhkan oleh Myanmar. Sudut pandang akan
kebijakan ini semakin diperkuat ketika Myanmar dibawah rezim pemerintahan Saw
Maung melegalkan segala perdagangan internal dan eksternal negara tanpa memberi
kontrol ketat terhadap industri-industri utama.3
sosial yang kuat, dan terbuka akan arus globalisasi, maka MNC akan semakin mudah
masuk, sebaliknya jika pada umumnya negara memiliki sifat yang otoritarian,
memiliki sistem kontrol pemerintah yang terlampau kuat, dan tertutup akan arus
globalisasi maka MNC akan sulit masuk dan berkembang. Namun, kasus di Myanmar
merupakan sebuah anomali dan sangat menarik untuk dikaji, karena meskipun negara
dan sistem pemerintahannya tertutup dan otoriter, bahkan telah mendapat sanksi
ekonomi, MNC masih tertarik hingga dapat masuk dan berkembang di Myanmar.
Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan permasalahan yang ada dengan
sudut pandang bahwa sebenarnya terdapat konsep yang menyatakan MNC dapat tetap
berkembang di sebuah negara meskipun negara tersebut memiliki sifat yang
9 Chapter Six. Energy and Empire: A Political Economy of Oil and Gas Development in Myanmar
BLOOD MONEY. A Grounded Theory of Corporate Citizenship. Myanmar (Burma) as a Case in
Point (Black, 2009; University of Waikato), hal 221, diakses dari http://adt.waikato.ac.nz/uploads/
approved/adt-uow20100107.145917/public/01front.pdf pada tanggal 18 November 2010.
10 Chapter Seven. Energy and Empire: A Political Economy of Oil and Gas Development in Myanmar
BLOOD MONEY. A Grounded Theory of Corporate Citizenship. Myanmar (Burma) as a Case in
Point (Black, 2009; University of Waikato), hal 226, diakses dari http://adt.waikato.ac.nz/uploads/
approved/adt-uow20100107.145917/public/01front.pdf pada tanggal 18 November 2010.
otoritarian, memiliki sistem kontrol pemerintah yang terlampau kuat, dan tertutup
akan arus globalisasi, dan tidak memiliki akses terhadap jaringan institusi
internasional. Atas dasar itulah kemudian muncul ketertarikan penulis secara
akademis untuk menulis skripsi ini, yang mana dalam kajian hubungan internasional
terdapat landasan teori yang dapat menjelaskan fenomena tersebut.
Atas dasar latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil
tulisan dengan judul “Keberadaan MNC Migas di Myanmar (Studi Kasus Total
Rumusan Masalah
Menurut Sugiyono :
“Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi”
Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisa masuknya MNC ke suatu negara, yang dalam hal ini
adalah Myanmar, penulis menggunakan teori lokasi investasi yang diungkapkan oleh
Susan Feinberg dalam karyanya yang berjudul World Economy Location Theory dan
teori struktur domestik (domestic structure) yang diungkapkan oleh Thomas Risse-
Kappen dalam karyanya yang berjudul Bringing Transnasional Relation Back In.
Keseluruhan konsep ini secara gamblang memberikan penjelasan atas berbagai faktor
yang membuat sebuah MNC tertarik untuk melakukan investasi di sebuah negara dan
memberikan penjelasan akan berbagai faktor yang dapat memudahkan ataupun
menyulitkan MNC masuk ke suatu negara serta perkembangannya di kemudian hari.
Kedua konsep ini berjalan dan bergerak di dalam struktur sebuah pemerintahan.13
Penulis menganggap kedua konsep tersebut relevan dengan kajian tentang keberadaan
MNC di suatu negara serta telah menghasilkan riset-riset empiris yang sangat
bermanfaat, oleh karena itu konsep-konsep tersebut selanjutnya akan memperkaya
wacana mengenai teori dalam hubungan transnasional.
pemikiran neoklasik, seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja, dan bahan mentah yang
akan dipergunakan oleh MNC dalam menentukan lokasi investasi, pada dasarnya
berjalan konsisten dengan prediksi dari teori lokasi investasi.
Kekuatan ekonomi dan daya beli masyarakat dari negara target merupakan
pertimbangan lain dari faktor ekonomi sebuah MNC menentukan lokasi investasinya.
Ukuran pemasaran dari sebuah negara dapat dilihat dari biaya transportasinya, yaitu
sejauh mana fasilitas transportasi di sebuah negara dapat menjangkau jumlah
konsumen yang tinggi dengan biaya yang relatif murah. Daya tarik tinggi yang
muncul dari negara-negara maju sehingga mereka memiliki alur investasi tinggi
adalah dikarenakan tingginya taraf ekonomi yang tercermin dari tingginya
pendapatan negara (GDP), serta tingginya GDP-per kapita. Tingginya taraf ekonomi
ini menunjukkan bahwa kondisi infrastruktur negara dan daya beli masyarakat
cenderung tinggi, sehingga akan menjadi sebuah ketertarikan tersendiri bagi investor
asing untuk menanamkan investasinya.
Sama halnya dengan faktor resiko politik yang telah diungkapkan
sebelumnya, dalam menentukan lokasi investasinya, MNC juga memantau mengenai
resiko ekonomi di negara target. Negara yang memiliki sejarah pernah mengalami
inflasi sangat tinggi ataupun mengalami nilai mata uang yang lemah mungkin akan
sulit untuk mendapatkan arus investasi asing. Sama halnya dengan negara yang
mengalami inflasi, negara yang seringkali mengalami krisis keuangan dan finansial
secara periodik juga tidak akan begitu menarik bagi arus investasi asing.
14 Ibid
15 Bringing Transnasional Relation Back In, Thomas Risse-Kappen, Hal 19
13
Ruang lingkup struktur sosial (struktur sosial lemah versus struktur sosial
kuat)
dengan tipe state-controlled yang mana masyarakat dan organisasinya terlalu lemah
untuk menyeimbangkan perannya dibandingkan dengan negara. Contoh negara-
negara yang sesuai dengan tipe ini adalah Singapura, Korea Selatan, dan Zimbabwe.
Ketiga adalah negara-negara dengan tipe struktur domestik yang menemui
“jalan buntu” (stalemate). Tipe ini dicirikan dengan perbandingan sistem negara yang
kuat menghadapi sistem organisasi sosial yang kuat pula dalam kondisi negara yang
terpolarisasi, baik dalam bidang adat maupun kultur politiknya yang seringkali
memunculkan perdebatan akan posisi tawar-menawar antar keduanya. Konflik sosial
dan politik tampaknya akan sulit diselesaikan dalam negara-negara dengan tipe
seperti ini, terlebih lagi, pemboikotan kebijakan pemerintah sangat sering terjadi
dalam tipe ini. Negara-negara yang menjadi contoh dalam kasus ini adalah India, dan
Hungaria (sebelum tahun 1989).
Keempat adalah negara-negara dengan tipe struktur domestik yang dalam
pelaksanaannya mengutamakan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakatnya,
atau yang biasa disebut corporatist. Negara-negara dengan tipe ini memiliki
organisasi penengah yang kuat seperti partai politik berorientasi konsensual yang
secara beriringan dan berkelanjutan melakukan “pengawalan” serta bargaining
terhadap pemerintah dan selalu melakukan kompromi-kompromi. Contoh negara-
negara yang menggunakan tipe ini adalah pada kebanyakan negara-negara kecil di
Eropa, termasuk juga di dalamnya adalah Jepang.
Kelima adalah negara-negara dengan tipe struktur domestik yang didominasi
oleh masyarakatnya (society-dominated). Tipe ini ada pada negara yang memiliki
tekanan publik yang kuat, namun memiliki institusi politik yang tidak terpusat dan
terpecah-pecah. Negara yang tergolong kategori ini adalah Amerika Serikat, dan
dalam beberapa kasus, Hong Kong juga termasuk di dalamnya. Tidak tertinggal
Filipina juga termasuk di dalam tipe ini, dimana negara yang sangat terfragmentasi
(kepulauan yang terpisah-pisah) menghadapi tekanan publik yang sangat tinggi dalam
kultur politik yang sangat terpolarisasi.
Keenam adalah struktur domestik yang rapuh (fragile). Pada tipe ini struktur
domestik merupakan kombinasi dari institusi negara yang terfragmentasi, tingkat
mobilisasi sosial yang rendah, ditambah lagi organisasi sosial yang rendah. Negara-
negara yang tergolong dalam tipe ini adalah kebanyakan negara-negara di Afrika. Hal
yang sama juga terjadi pada Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet.
Pembahasan dan asumsi yang akan dibahas selanjutnya akan lebih masuk akal
dan menjadi pembahasan tersendiri. Hal tersebut dikarenakan semakin tersentralisasi
sistem politik sebuah negara, maka semakin sedikit akses yang dapat digunakan aktor
transnasional untuk menembus sistem dan institusi dari “negara target”. Dalam kata
lain, akses semakin sulit ketika menghadapi negara dengan sistem struktur domestik
yang sepenuhnya dikontrol negara (state-controlled), padahal, ada harapan akan jauh
lebih mudah mendapatkan akses ketika menghadapi negara dengan institusi politik
yang “lemah”. Hal ini dikarenakan pada negara yang struktur domestiknya dikontrol
oleh negara, pemerintah memiliki wewenang yang sangat kuat dan luas untuk
memperketat akses transnasional. Contoh kasusnya adalah ketika organisasi
perdamaian dari barat menghadapi kesulitan untuk masuk ke wilayah Eropa Timur
untuk menjalin hubungan dengan pihak-pihak pergerakan anti-komunis disana.20
Namun, jika semakin terfragmentasi sebuah negara, maka kemampuan
pemerintahan nasional untuk mencegah masuknya aktivitas transnasional juga
semakin lemah. Dalam kasus tipe struktur domestik yang didominasi negara (state-
dominated), aktor transnasional dan koalisi tidak mendapatkan masalah yang berarti
dalam menembus sistem sosial dan politik di negara target, hal tersebut dikarenakan
karena para aktor transnasional tersebut memiliki jalur yang sangat banyak berupa
organisasi-organisasi sosial dan masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan yang ada.
Bahkan dalam beberapa kasus di negara-negara dunia ketiga, isu akan pemblokiran
visa tidak akan berpengaruh pada kegiatan transnasional disana.21
Perlu digarisbawahi, kemudahan aktor transnasionalisme mendapatkan akses
terhadap suatu negara tidak menjamin bahwa aktor tersebut dapat memberi pengaruh
terhadap kebijakan yang sudah ada. Alasannya adalah, bahwa tingkat kesuksesan dari
aktor transnasional untuk mempengaruhi perubahan kebijakan di suatu negara adalah
tergantung bagaimana mereka membentuk winning coalition dengan negara target
sebagai tolak ukur dari fungsi struktur domestik. Disaat munculnya hambatan
pertama yaitu mendapatkan akses yang hanya didapat dengan cara yang sulit dan
terbatas yaitu dengan cara membentuk koalisi transnasional, maka hambatan
berikutnya yang siap menunggu adalah membangun winning coalition itu sendiri,
yang bergantung pada kemempuan mereka untuk mempengaruhi struktur domestik
“negara target”.22
Jika melihat kondisi Myanmar saat ini, maka dapat dikatakan tipe sistem
domestik Myanmar adalah tipe struktur domestik yang secara penuh dikontrol oleh
negara (state-controlled), yang mana tipe ini melingkupi institusi politik yang sangat
terpusat dengan kuatnya pemerintahan, khususnya badan eksekutif dan memiliki
organisasi-organisasi sosial sebagai penengah yang lemah. Badan eksekutif yang
dikuasai secara total oleh Junta Militer seakan tidak mendapatkan pertentangan
domestik yang begitu berarti dari rakyatnya. Hal tersebut dikarenakan selain negara
yang dikontrol ketat oleh militer, rakyat dan organisasi-organisasi sosial di Myanmar
juga tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melawan pemerintah, kalaupun
ada perlawanan, militer langsung bertindak represif dan seringkali melakukan
kekerasan dalam “membungkam” pihak-pihak yang melakukan perlawanan tersebut.
Namun, meskipun suatu saat nanti muncul organisasi-organisasi penengah yang
cukup kuat dalam bidang jaringan pembuat kebijakan atau bahkan dalam bidang
kultur politik yang berorientasi konsensual di Myanmar, masyarakat Myanmar terlalu
lemah untuk menyeimbangkan perannya dibandingkan dengan peran dan kontrol
negara.23
Berikut ini adalah tabel yang secara singkat menjelaskan seberapa jauh MNC
dapat mempengaruhi arah kebijakan politik domestik di sebuah negara dengan tipe-
telah diuraikan di atas, dapat diajukan jawaban sementara yang lebih sederhana dan
runut dalam tulisan ini adalah :
1.7 Pendekatan
Pendekatan dalam karya tulis ilmiah diperlukan untuk memahami sudut
pandang dari permasalahan yang ada. Pendekatan menurut The Liang Gie adalah:
pengetahuan yang teratur dan bulat mengenai sasaran yang ditelaah ilmu
tersebut.”25
25 The Liang Gie. Ilmu Politik. Yogyakarta: Yayasan Ilmu dan Teknologi. 1986, Hal. 80
26 Teori-teori Dalam Hubungan Internasional, diakses dari http://suicunesoul.blogspot.com/
2008/12/teori-teori-dalam-hubungan.html pada 02 Januari 2010.
27 Teori-teori Dalam Hubungan Internasional, diakses dari http://suicunesoul.blogspot.com/
2008/12/teori-teori-dalam-hubungan.html pada 02 Januari 2010.
Pada bab 2 secara khusus akan menjelaskan tentang gambaran umum
Myanmar serta kondisinya dibawah pemerintahan Junta Militer. Selanjutnya analisis
membahas tentang dampak sanksi ekonomi terhadap perkembangan MNC di
Myanmar. Setelah itu, pembahasan akan beralih kepada penjabaran tentang sanksi
ekonomi dan aplikasinya di Myanmar.
Pada bab 3 secara khusus akan menjelaskan tentang gambaran umum dari
MNC serta perkembangannya di Myanmar. Selanjutnya, pembahasan akan diarahkan
pada situasi investasi di Myanmar dan perkembangan MNC di Myanmar dengan
melakukan ulasan khusus terhadap MNC dari negara-negara barat yang bergerak
dalam bidang eksplorasi minyak dan gas, khususnya Total dan Chevron. Selain
penjelasan-penjelasan tersebut, selanjutnya akan dibahas mengenai pengaruh
hadirnya MNC terhadap kondisi dalam negeri Myanmar.
Pada bab 4 akan dijelaskan mengenai pemecahan masalah melalui analisis
data dengan menggunakan metode, teknik, dan landasan teori yang telah dipilih.
Yaitu akan dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan MNC migas dari negara barat
dapat masuk dan terus berkembang di Myanmar yang memiliki sifat tertutup dengan
menggunaka analisis teori lokasi investasi dan teori struktur domestik.
Pada bab 5 akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari skripsi ini.